suatu masyarakat sangat ditentukan oleh sistem hukum yang terdiri dari tiga faktor
antara lain pertama struktur, kedua substansi dan yang ketiga adalah budaya hukum.
masyarakat serta bagaimana kesadaran masyarakat akan suatu aturan perlu untuk
berfungsinya hukum sehingga fungsi hukum tidak hanya akan dilihat secara
hukum tersebut pada hakikatnya mencakup semua peraturan hukum yang tertulis
maupun yang tidak tertulis, seperti keputusan pengadilan yang dapat menjadi
peraturan baru ataupun hukum yang baru, hukum materiil atau substantif, hukum
formil, dan hukum adat. Budaya hukum merupakan sikap masyarakat, kepercayaan
masyarakat, nilai-nilai yang dianut masyarakat dan ide-ide atau pengharapan mereka
terhadap hukum dan sistem hukum. Budaya hukum adalah gambaran dari sikap dan
bagaimana sistem hukum memperoleh tempat yang sesuai dan dapat diterima oleh
Penegakan hukum yang baik itu tidak sekedar ditentukan oleh substansi
cara bertindak, dan cara berpikir dari seseorang yang bertalian dengan segala hal
1
Yati Nurhayati, “Pengantar Ilmu Hukum”, Nusamedia, Bandung, 2020, hlm. 15.
2
Ishaq, “Dasar-Dasar Ilmu Hukum”, Sinar Grafika, Jakarta, 2018, hlm. 223.
yang berbau hukum, warga masyarakat maupun para penegak hukum dan
bersifat sosiologis dimana dengan teori tiga sub sistem struktur, substansi, dan
budaya hukum itu tidak lain adalah bahwa basis semua aspek dalam sistem hukum
itu adalah budaya hukum. Substansi yang ada dalam peraturan perundang-undangan
atau pun dalam putusan- putusan hakim selalu berasal dari budaya hukum, dan
institusi hukum yang bekerja untuk membuat maupun menerapkan dan menegakkan
hukum juga dipengaruhi oleh budaya hukum yang hidup dan mempengaruhi orang-
orang yang bekerja di dalam setiap institusi itu. Lawrence Friedmann berpendapat
budaya hukum itulah yang menjadi komponen utama dalam setiap sistem hukum.3
Budaya hukum merupakan sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum,
pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan,
dihindari atau disalahgunakan. Budaya hukum yang tidak ada menyebabkan sistem
hukum itu sendiri tidak akan berdaya. Deskripsi tiga unsur hukum itu diibaratkan
Friedman antara lain struktur hukum diibaratkan seperti mesin, substansi hukum
diibaratkan sebagai apa yang dikerjakan dan apa yang dihasilkan mesin tersebut, dan
kultur atau budaya hukum adalah apa saja atau siapa saja yang memutuskan untuk
3
Komisi Yudisial Republik Indonesia, “Dialektika Pembaruan Sistem Hukum Indonesia”, Sekretariat Jenderal
Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2012, hlm. 23.
4
Komisi Yudisial Republik Indonesia, “Dialektika Pembaruan Sistem Hukum Indonesia”, Sekretariat Jenderal
Komisi Yudisial Republik Indonesia, 2012, hlm. 78.
Hukum seharusnya memiliki hubungan yang timbal balik dengan masyarakat,
dimana hukum itu merupakan sarana atau alat untuk mengatur masyarakat dan
penghambat maupun menjadi sarana atau alat sosial yang memungkinkan hukum
masyarakat agar bertingkah laku sesuai dengan cara atau pola baru demi tercapainya
sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan tingkah laku
anggota masyarakat. Apabila tidak ada kesadaran hukum, kondisi yang demikian
mengakibatkan budaya hukum yang tidak baik, sehingga apa yang telah diputuskan
melalui hukum tidak dapat dilaksanakan dengan baik dalam masyarakat karena tidak
sejalan dengan nilai, pandangan, dan sikap yang telah dihayati oleh masyarakat.
Setidaknya ada 3 variabel utama yang menurut Seidman dapat digunakan untuk
mengetahui apakah seseorang akan bertindak sesuai dengan peraturan hukum atau
b. Apakah normanya serasi dengan tujuan yang diterapkan bagi posisi itu
(faktor motivasi).
Hal penting yang harus menjadi pedoman adalah sebaik apapun hukum yang
dibuat pada akhirnya sangat ditentukan oleh budaya hukum yang berupa nilai,
pandangan serta sikap dari masyarakat yang bersangkutan. Budaya hukum yang
diabaikan dapat dipastikan akan terjadi kegagalan dari sistem hukum yang ditandai
5
Fithriatus Shalihah, “Sosiologi Hukum”, Raja Grafindo Persada, Depok, 2017, hlm. 67.
dengan munculnya berbagai gejala seperti kekeliruan informasi mengenai isi
antara apa yang dikehendaki oleh undang-undang dengan praktek yang dijalankan
oleh masyarakat, serta masyarakat lebih memilih untuk tetap bertingkah laku sesuai
dengan apa yang telah menjadi nilai-nilai dan pandangan dalam kehidupan mereka.
Daniel S. Lev menjelaskan tentang sistem hukum dan budaya hukum, dimana
menurutnya sistem hukum itu menekankan pada prosedur, sedangkan budaya hukum
masyarakat, terutama mengenai apa yang adil dan tidak menurut masyarakat.
terlihat jelas bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam hukum berbeda dengan
nilai-nilai yang telah melekat dalam kehidupan masyarakat desa. Salah satu
mereka sulit memahami apa yang dikehendaki oleh hukum. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan yaitu peranan pemerintah desa sangat penting artinya untuk
yang dijalankan dengan baik agar masyarakat memahami hukum yang ada,
berpartisipasi dalam proses mobilisasi hukum. Keefektifan hukum juga dapat dicapai
dengan cara menanamkan nilai-nilai baru melalui proses pelembagaan agar dapat
menjadi pola tingkah laku baru dalam membentuk kesadaran hukum masyarakat.
6
Fithriatus Shalihah, “Sosiologi Hukum”, Raja Grafindo Persada, Depok, 2017, hlm. 66.
Dapat dipahami bahwa usaha untuk menanamkan budaya hukum yang baru dapat
tercapai jika proses pelembagaannya telah dilakukan secara baik dan sungguh-
pembinaan kesadaran hukum yang erat kaitannya dengan berbagai faktor, khususnya
sikap para pelaksana hukum artinya para penegak hukum memiliki peranan yang
kesadaran untuk bertindak sesuai dengan ketentuan hukum dan berfungsi sebagai
jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan tingkah laku anggota
kultur hukum.7
Bagiamanpun juga budaya hukum akan menjadi tolok ukur hukum dapat
berfungsi atau tidak. Friedmann dan Rescoe Pound menyebutkan fungsi hukum
sebagai berikut:8
Pemahaman yang tertanam dalam masyarakat dan dianggap benar adalah yang
disebut dengan keadilan. Yang kedua, fungsi sistem hukum sebagai sarana
penyelesaian sengkata. Konflik dalam masyarakat setiap saat selau muncul, untuk itu
sistem hukum menyediakan mesin dan tempat yang bisa dituju oleh orang untuk
7
ithriatus Shalihah, “Sosiologi Hukum”, Raja Grafindo Persada, Depok, 2017, hlm. 66.
8
France M. Wantu, “Pengantar ilmu Hukum”, Reviva Cendikia, Yogyakarta, 2015, hlm. 6.
menyelesaikan konflik mereka dan merampungkan sengketa mereka. Yang Ketiga,
fungsi sistem hukum sebagai kontrol sosial, yang pada dasarnya berupa
pemberlakuan peraturan mengenai perilaku yang benar. Yang keempat, fungsi sistem
hukum yang menciptakan norma-norma itu sendiri, bahan-bahan mentah bagi kontrol
sosial. Sistem hukum bertindak sebagai instrumen perubahan yang tertata atau
rekayasa sosial.9
haeapkan dari hukum, misalnya hukum diharapkan untuk menjamin adanya keadilan,
tumbuh dalam system nilai masyarakat tentang baik dan buruk, pandangan mereka
tentang dunia ghaib. Semua ini bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan
mengenai inti atau hakikat sesuatu. Hukum diharapkan dapat mencerminkan sistem
nilai baik sebagai sarana yang melindungi nilai-nilai maupun sebagai sarana
dapat dilihat melalui sarana penelitian empiris tentang perilaku warga masyarakat.
10
Fithriatus Shalihah, “Sosiologi Hukum”, Raja Grafindo Persada, Depok, 2017, hlm. 8.