NIM : 2308010115
SOAL
JAWAB
2. 4 Corak hukum adat yang mendasar yang membedakannya dengan sistem hukum
Barat antara lain:
1) Tradisional (bersifat turun temurun). Hukum adat diteruskan dari generasi ke
generasi melalui lisan, tradisi, dan praktik turun-temurun. Aturan-aturan
hukumnya diwariskan secara lisan atau dengan mengamati praktik-praktik
yang ada dalam masyarakat. Ini berbeda dengan sistem hukum Barat yang
didasarkan pada dokumen tertulis seperti konstitusi, undang-undang, dan
preseden hukum.
2) Religius (berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan).Hukum adat sering sangat
berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan dan kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Hukum adat sering mencerminkan keyakinan agama atau spiritual
masyarakat adat. Di sistem hukum Barat, pemisahan antara agama dan
hukum lebih kuat, dengan aturan hukum yang cenderung bersifat sekuler.
3) Kebersamaan (mengutamakan kepentingan bersama). Hukum adat sering
menekankan pentingnya kebersamaan dan keseimbangan dalam masyarakat.
Fokusnya adalah pada menjaga harmoni sosial dan menyelesaikan konflik
dengan cara yang mendukung kepentingan bersama masyarakat. Sistem
hukum Barat, di sisi lain, sering lebih terfokus pada hak dan kepentingan
individu.
4) Konkret (nyata, berwujud, dan maknanya jelas). Hukum adat sering kali
lebih konkret dan nyata dalam implementasinya. Aturan-aturan hukum adat
sering kali terkait dengan praktik-praktik sehari-hari yang jelas dan mudah
diidentifikasi. Di sistem hukum Barat, hukum sering lebih abstrak dan
kompleks, terkadang sulit dimengerti oleh orang awam.
3. Menurut saya, hukum adat di daerah kita masih hidup dan relevan dalam berbagai
aspek kehidupan masyarakat. Hal ini terlihat dari masih adanya masyarakat adat
yang memegang teguh adat istiadat mereka, dan menggunakan hukum adat
sebagai pedoman dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Selain itu, lembaga adat
masih berperan penting dalam penyelesaian sengketa di masyarakat adat, di mana
tokoh-tokoh adat memiliki kewenangan untuk menyelesaikan sengketa
berdasarkan hukum adat. Sanksi adat juga masih diberlakukan bagi pelanggar
hukum adat, walaupun bersifat tidak materiil, seperti sanksi moral atau sosial.
Pengaruh hukum adat juga terlihat dalam sistem hukum nasional, di mana
beberapa ketentuan hukum adat telah diakomodir dalam sistem hukum nasional,
termasuk dalam hal perkawinan adat, warisan, dan pengaturan tanah adat. Hal ini
menunjukkan bahwa hukum adat tetap memegang peran penting dalam
mempertahankan nilai, tradisi, dan kearifan lokal dalam masyarakat kita.
4. Hukum adat memiliki kedudukan dalam hukum positif Indonesia sebagai hukum
yang diakui dan dihormati. Dasar hukum pengakuan keberadaan hukum adat
terdapat dalam beberapa ketentuan, beberapa diantaranya:
Pasal 18B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Pasal ini menggarisbawahi bahwa negara menghormati dan mengakui
hukum adat beserta hak-hak masyarakat adat sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip negara kesatuan. Pasal ini merupakan dasar hukum
yang paling penting dalam pengakuan keberadaan hukum adat di Indonesia.
Pasal 28I Ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan Indentitas budaya dan hak
masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA), yang mengakui hak ulayat atau hak atas tanah yang dimiliki
oleh masyarakat adat. Pasal 3 UUPA menyatakan bahwa hak ulayat adalah hak
menguasai tanah yang merupakan milik bersama penduduk asli suatu daerah
tertentu.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU
HAM), yang mengakui dan menjamin hak-hak masyarakat adat, termasuk hak
atas tanah, wilayah, dan sumber daya alam sesuai dengan adat dan
kepercayaan mereka. Pasal 68 UU HAM menyatakan bahwa setiap orang
berhak atas pengakuan, pemajuan, penghormatan, dan perlindungan hukum
yang adil dan tanpa diskriminasi, termasuk hak atas pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak masyarakat adat.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
mengatur pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat dalam
konteks otonomi daerah. Pasal 23C ayat (2) UU Pemda menyatakan bahwa
daerah berhak menetapkan kebijakan otonomi daerah yang memberikan
pengakuan dan perlindungan terhadap masyarakat adat.
Adanya dasar hukum tersebut, maka hukum adat memiliki kedudukan yang
penting dalam hukum positif Indonesia. Hukum adat dapat menjadi dasar hukum
bagi penyelesaian sengketa di masyarakat dan pembentukan peraturan perundang-
undangan.