Anda di halaman 1dari 13

SASI

Volume 24 Nomor 2, Juli - Desember 2018: hal. 101 - 113


Fakultas Hukum Universitas Pattimura
p-ISSN: 1693-0061 | e-ISSN: 2614-2961

Peran Aktif Masyarakat Hukum Adat Dalam


Pembangunan Ekonomi

Jenni Kristiana Matuankotta


Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia
E-mail: jkmatuankotta@gmail.com

Abstract: The active role of the customary law community in the process of economic
development is very large supported by abundant natural wealth spread across the
archipelago. This considerable potential will be better and can be supported by reliable
human resources. Customary law communities can be included to participate in
economic development. Empowerment of indigenous peoples with their local knowledge
through economic development based on local wisdom can provide support, use and
management of natural resources while maintaining the strength of their customary law,
their spiritual abilities and the beliefs they embrace.
Keywords: Active Role of Customary Law Community, Local Wisdom

A. PENDAHULUAN. law) dan hukum agama (religious law) di


sisi yang lain. Pada tahap perkembangan
Sejak Indonesia berdiri sebagai
ini, konsep pluralisme hukum lebih
negara berdaulat, hukum adat menempati
menekankan pada interaksi dan
perannya sendiri dan dalam
ko-eksistensi berbagai sistem hukum
perkembangannya, hukum adat justru
yang mempengaruhi bekerjanya norma,
mendapat tempat khusus dalam
proses, dan institusi hukum dalam
pembangunan hukum nasional. Dalam
masyarakat.
pembentukan hukum negara pun,
Hukum menjadi salah satu produk
kebiasaan-kebiasaan (sering disebut
kebudayaan yang tak terpisahkan dengan
kearifan lokal) yang hidup dalam
segi-segi kebudayaan yang lain, seperti
masyarakat menjadi salah satu
politik, ekonomi, struktur dan organisasi
pertimbangan penting dalam
sosial, ideologi, religi, dan lain-lain.
pembentukan hukum negara, baik pada
Untuk memperlihatkan perkembangan
pembentukan undang-undang maupun
pemikiran konsep pluralisme hukum
dalam pembentukan peraturan daerah.
keterpautan hukum dengan aspek-aspek
Konsep pluralisme hukum tidak lagi tidak
kebudayaan yang lain, maka menarik
berkembang dalam ranah dikotomi antara
untuk mengungkapkan teori hukum
sistem hukum negara (state law) di satu
sisi dengan sistem hukum rakyat (folk

101 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
sebagai suatu sistem (the legal system) 1) Wilayah/ulayat adat;
seperti berikut1 : 2) Kelompok warga masyarakat
Hukum sebagai suatu sistem pada dengan ikatan perasaan bersama;
pokoknya mempunyai 3 elemen, yaitu : 3) Memiliki pranata pemerintahan
a) Struktur sistem hukum (structure adat;
of legal system) yang terdiri dari 4) Memiliki kekayaan dan atau
lembaga pembuat undang-undang benda adat;
(legislatif), institusi pengadilan 5) Perangkat norma hukum adat
dengan strukturnya, lembaga beserta hak tradisionalnya masih
kejaksaan dengan strukturnya, berkembang dan sesuai dengan
badan kepolisian negara, yang prinsip NKRI.
berfungsi sebagai aparat penegak
hukum; Berbeda dengan Desa Adat,
b) Substansi sistem hukum Lembaga Adat Desa merupakan
(substance of legal system) yang organisasi yang berkedudukan sebagai
berupa norma-norma hukum, lembaga kemasyarakatan yang menjadi
peraturan-peraturan hukum, mitra Pemerintah Desa dalam
termasuk pola-pola perilaku memberdayakan, melestarikan dan
masyarakat yang berada dibalik mengembangkan adat istiadat lokal yang
sistem hukum; dan menunjang penyelenggaraan
c) Budaya hukum masyarakat (legal pemerintahan, kemasyarakatan dan
culture) seperti nilai-nilai, ide-ide, pembangunan. Keberadaan Lembaga
harapan-harapan dan Adat Desa juga berfungsi mengayomi
kepercayaan-kepercayaan yang juga melestarikan nilai, sistem sosial
terwujud dalam perilaku maupun benda material dari kebudayaan
masyarakat dalam lokal.
mempresepsikan hukum. Pemberdayaan dimaksudkan untuk
memperkokoh fungsi dan peran Lembaga
Undang-Undang Nomor 6 Tahun Adat Desa sebagai wadah sekaligus
2014 tentang Desa menempatkan fasilitator pengelolaan pembangunan desa
Lembaga Adat Desa sebagai lembaga dengan acuan nilai, norma, tradisi,
yang menyelenggarakan fungsi adat budaya dan kearifan lokal. Pelestarian
istiadat dan menjadi bagian dari susunan dimaksudkan untuk menjaga agar nilai,
asli desa yang tumbuh dan berkembang adat-istiadat dan kebiasaan yang telah
atas prakarsa masyarakat desa. tumbuh, hidup dan berkembang dalam
Keberadaan Lembaga Adat di desa dalam praktis kultural, tetap lestari dan tidak
hal ini tidak otomatis menyebabkan desa hilang. Nilai, tradisi, adat istiadat, budaya
berubah status menjadi desa adat. yang tumbuh pada suatu masyarakat pada
Ketentuan khusus sebagaimana ditur dasarnya juga menjadi asset atau modal
dalam Undang-undang Desa menjelaskan sosial yang penting dalam rangka
bahwa Desa Adat harus memenuhi memberdayakan (empowering)
persyaratan sebagai kesatuan masyarakat masyarakat demi mewujudkan kualitas
hukum adat beserta hak tradisionalnya hidup dan kesejahteraan.
yang secara nyata masih hidup dengan Paradigma pemahaman hukum adat
ikatan teritorial atau genealogis maupun dan perkembangannya harus diletakkan
fungsional. Sebagai kesatuan masyarakat pada ruang yang besar, dengan mengkaji
hukum adat, desa adat memenuhi unsur : secara luas :
1) Kajian yang tidak lagi melihat
1
Friedman, Lawrence M. (1977). Law sistem hukum suatu negara berupa
and Society An Introduction, New Jersey: Prentice hukum negara, namun juga
Hall Inc, h. 6-7

102 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
hukum adat, hukum agama serta berbicara hal-hal yang bersifat
hukum kebiasaan; konkrit. Maka hukum lebih
2) Pemahaman hukum (adat) tidak banyak ditujukan pada nilai-nilai
hanya memahami hukum adat sekunder yaitu nilai-nilai yang
yang berada dalam komunitas berguna untuk memecahkan
tradisional masyarakat pedesaan, persoalan konkrit yang sedang
tetapi juga hukum yang berlaku dihadapi masyarakat, atau
dalam lingkungan masyarakat orang-perorangan. Timbulnya
tertentu (hybrid law atau nilai sekunder tersebut, telah
unnamed law); melalui penyaringan (sannering)
3) Memahami gejala trans nasional oleh nilai-nilai primer. Nilai
law sebagaimana hukum yang sekunder bisa berubah
dibuat oleh organisasi menyesuaikan dengan kebutuhan
multilateral, maka adanya dan perkembangan dan menjawab
hubungan interdependensi antara persoalan yang ada dalam
hukum internasional, hukum masyarakat. Hukum termasuk
nasional dan hukum lokal. hukum adat sesungguhnya juga
didasarkan pada nilai primer,
Studi hukum adat dalam namun pendasaran pada nilai
perkembangan mengkaji hukum adat sekunder, sifatnya lebih nyata
sepanjang perkembangannya di dalam dan dipahami.2
masyarakat, dilakukan secara kritis
obyektif analistis, artinya hukum adat Soepomo mengatakan: Corak atau
akan dikaji secara positif dan secara pola-pola tertentu di dalam hukum adat
negatif. Secara positif artinya hukum adat yang merupakan perwujudan dari struktur
dilihat sebagai hukum yang bersumber kejiwaan dan cara berfikir yang tertentu
dari alam pikiran dan cita-cita oleh karena itu unsur-unsur hukum adat
masyarakatnya. Secara negatif hukum adalah :
adat dilihat dari luar, dari hubungannya 1) Mempunyai sifat kebersamaan
dengan hukum lain baik yang yang kuat artinya manusia
menguatkan maupun yang melemahkan menurut hukum adat merupakan
dan interaksi perkembangan politik makluk dalam ikatan
kenegaraan. kemasyarakatan yang erat, rasa
Hukum adat sebagai hukum yang kebersamaan meliputi sebuah
dibangun berdasarkan paradigma atau lapangan hukum adat;
nilai-nilai : harmoni, keselarasan, 2) Mempunyai corak
keutuhan menentukan corak, sifat, magisch-religius, yang
karakter hukum adat. Kluckhon berhubungan dengan pandangan
mengemukakan: nilai merupakan “a hidup;
conception of desirable” (suatu konsepsi 3) Sistem hukum itu diliputi oleh
yang diinginkan). Maka nilai ada pikiran serba kongkrit, artinya
beberapa tingkatan, yaitu : hukum adat sangat
1) Nilai Primer merupakan nilai memperhatikan banyaknya dan
pegangan hidup bagi suatu berulang-ulangnya
masyarakat, bersifat abstrak dan hubungan-hubungan hidup yang
tetap seperti: kejujuran, keadilan, kongkrit. Sistem hukum adat
keluhuran budi, kebersamaan dan mempergunakan
lain-lain.,
2) Nilai subsider berkenaan dengan
kegunaan, karena itu lebih
2
Soepomo , Bab-Bab Tentang Hukum
Adat. Jakarta: Pradnya Paramita, h. 30.

103 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
hubungan-hubungan yang teknologi, pertumbuhan ekonomi,
kongkrit tadi dalam pergaulan peningkatan kecanggihan sarana
hidup; komunikasi dan sebagainya. Akan tetapi,
4) Hukum adat mempunyai sifat pada sisi yang lain, pembangunan yang
visual artinya hanya dipadu oleh
hubungan-hubungan hukum pertimbangan-pertimbangan ekonomi dan
dianggap hanya terjadi oleh keamanan, yang dalam kenyataannya
karena ditetapkan dengan suatu telah meningkatkan kesejahteraan
ikatan yang dapat dilihat (atau sebagian dari keseluruhan kehidupan
tanda yang tampak). masyarakat, telah pula menciptaka jarak
yang lebar antara kecanggihan dan
Menurut Moch Koesnoe keterbelakangan.
mengemukakan corak hukum adat3: Kebudayaan dan kearifan lokal
1) Segala bentuk rumusan adat sangat erat hubungannya dengan
yang berupa kata-kata adalah masyarakat, maknanya bahwa segala
suatu kiasan saja. Menjadi sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
tugas kalangan yang dipengaruhi oleh kebudayaan yang
menjalankan hukum adat untuk dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
banyak mempunyai Kebudayaan dapat dipandang sebagai
pengetahuan dan pengalaman sesuatu yang turun-temurun dari satu
agar mengetahui berbagai generasi ke generasi yang lain, yang
kemungkinan arti kiasan kemudian disebut sebagai superorganic.
dimaksud; Kearifan lokal merupakan suatu
2) Syarat sebagai keseluruhan kelembagaan informal yang mengatur
selalu menjadi pokok hubungan atas pengolahan sumber daya
perhatiannya. Artinya dalam di suatu masyarakat. Hal ini dapat
hukum adat kehidupan manusia diuraikan bahwa tradisi (invented
selalu dilihat dalam wujud tradition) sebagai seperangkat aksi atau
kelompok, sebagai satu tindakan yang biasanya ditentukan oleh
kesatuan yang utuh; aturan-aturan yang dapat diterima secara
3) Hukum adat lebih jelas atau samar-samar maupun suatu
mengutamakan bekerja dengan ritual atau sifat simbolik, yang ingin
asas-asas pokok. Artinya dalam menanamkan nilai-nilai dan
lembaga-lembaga hukum adat norma-norma perilaku tertentu melalui
diisi menurut tuntutan waktu pengulangan, yang secara otomatis
tempat dan keadaan serta mengimplikasikan adanya
segalanya diukur dengan asas kesinambungan dengan masa lalu. Salah
pokok, yakni kerukunan, satu contoh yakni masyarakat di
kepatutan dan keselarasan Kepulauan Aru merupakan masyarakat
dalam hidup bersama. yang memiliki peradaban ekosentrisme,
Pembangunan sebagai suatu proses hal ini tercermin dalam pemanfaatan
pada hakikatnya merupakan sumber daya pesisir dan laut sebagai mata
pembaharuan yang terencana dan pencaharian utamanya yang dibarengi
dilaksanakan dalam tempo yang relatif dengan pengetahuan dan kearifan lokal
cepat. Tidak dapat dipungkiri tentang pengetahuan ekosistem pesisir
pembangunan telah membawa kita pada dan kepulauan.
kemajuan ilmu pengetahuan dan Pada bulan Mei-Oktober, atau
yang dikenal dengan Musim Timur
3
Koesnoe, Moch.(2000). Prinsip-prinsip orang-orang Aru biasanya akan bekerja di
Hukum Adat tentang Tanah, Surabaya: Ubhara kebun-kebun dan membuat kanji
Press, h.136

104 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
berbahan sagu, mereka juga dapat pengelolaan sumber daya alam secara
berburu rusa dan babi hutan di daerah tradisional.
savana dan hutan-hutan serta dapat Diantara fenomena atau wujud
mengumpulkan beberapa jenis moluska, kearifan lokal, yang merupakan bagian
kepiting dan teripang di sekitar pantai. inti kebudayaan adalah nilai-nilai dan
Sedangkan pada bulan November-April konsep-konsep dasar yang memberikan
atau Musim Barat, masyarakat Aru arah bagi berbagai tindakan. Menggali
sepenuhnya akan terfokus untuk mencari dan menanamkan kembali kaerifan lokal
dan memanfaatkan sumber daya dari laut. secara interen dapat dikatakan sebagai
Dalam hubungannya dengan kepercayaan gerakan kembali pada basis nilai budaya
terhadap leluhur, masyarakat Aru masih daerahnya sendiri sebagai bagian upaya
sangat memegang kuat apa yang membangun identitas suatu daerah, yang
diajarkan leluhur pada mereka. Terutama memiliki korelasi menciptakan
hubungan manusia dengan alam, langkah-langkah strategis dan nyata
kepercayaan-kepercayaan yang mereka dalam memberdayakan dan
anut merupakan instrumen tangguh dalam mengembangkan potensi (sosial, budaya,
menjaga keharmonisan hubungan ekonomi, politik dan keamanan) daerah
manusia dengan alam. Masyarakat Aru secara optimal serta sebagai filter dalam
percaya alam dengan seluruh isinya menyeleksi berbagai pengaruh budaya
adalah “milik para leluhur” yang dari luar.
senantiasa mengawasi mereka. Dengan Kearifan lokal merupakan
pandangan seperti ini, keseimbangan kekuasaan dan potensi riil yang dimiliki
yang secara alami terkandung di alam suatu daerah sebagai aset daerah yang
akan selalu terjaga, karena hal-hal yang mendorong pengembangan dan
merusak seperti eksploitasi yang pembangunan daerah. Selanjutnya dalam
berlebihan dan yang lainnya dapat usaha membangun daerah perlu
terhindar oleh karena adanya kepercayaan dilakukan pemberdayaan budaya lokal
bahwa manusia tidak memiliki hak untuk dan kearifan lokal yang mendukung
alamnya selain untuk kebutuhan dasar penyusunan strategi budaya atau rumusan
hidupnya. rencana kegiatan budaya di daerah
Sebagai mediator, masyarakat Aru sebagai landasan daerah di bidang
memiliki Kepala Adat untuk melakukan budaya. kearifan lokal sebagai strategi
dialog antara leluhur dengan utama dalam perbaikan ekonomi di masa
anak-cucunya. Karena itu setiap akan depan khususnya ekonomi berkelanjutan
melakukan kegiatan, didahului dengan sangatlah tepat. Dikarenakan mayarakat
upacara dialog. Hasil dialog tersebut dapat mengetahui lebih jauh apa yang
berupa kesepakatan-kesepakatan yang harus dilakukan dan dibutuhkan dalam
harus ditaati, misalnya dalam hal berburu melakukan kegiatan ekonomi sesuai
teripang, ada jenis-jenis tertentu yang dengan potensi yang dimiliki suatu
hanya boleh diambil pada saat-saat daerah.
tertentu saja, hanya boleh mengambil Budaya meliputi semua peneguhan
teripang yang berukuran besar saja, dan perilaku yang diterima selama satu
ada masa larangan untuk mengambil periode kehidupan, budaa juga berkenaan
teripang dan sebagainya. Hal ini dengan bentuk dan struktur fisik serta
mengandung pengertian untuk memberi lingkungan sosial yang mempengaruhi
kesempatan alam melakukan regenerasi. kehidupan masyarakat, 4 adat istiadat
Leluhur, sebagai pemilik alam raya akan merupakan kehidupan bertatakrama yang
murka bila kesepakatannya dilanggar, hal
tersebut dimanifestasikan dalam bentuk 4
Mubarak dan Hasyim, (2008). Buku Ajar
bencana alam, dijumpai adanya sistem II Manusia, Akhlak, Budi Pekerti dan Masyarakat,
Universitas Indonesia, h. 42-43.

105 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
dilindungi oleh hukum dan peraturan
yang berlaku ditengah-tengah Jika demikian halnya di atas maka
masyarakat. dibutuhkan pola regulasi hukum yang
Salah satu contoh sederhana nilai sinkron dan dapat mengatur secara
kearifan lokal bangsa Indonesia dari sisi spesifik perekonomian Indonesia sebagai
budaya yang telah dimiliki dan wujud pembangunan ekonomi kerakyatan
dikembangkan sejak dulu hingga sehingga tidak tumpang tindih kebijakan
sekarang adalah budaya gotong royong. yang dilahirkan. Hukum dan
Budaya ini, mengandung nilai-nilai Pembangunan merupakan terjemahan
kebersamaan dan kekeluargaan dengan dari Law and Development, yang mulai
gotong royong, suatu pelaksanaan berkembang di Amerika Serikat sesudah
kegiatan dapat terselesaikan dengan perang dunia kedua. Jika merunut pada
efektif dan efisien, maka dari budaya pengertian yang dikembangkan di
gotong royong kerap disebut sebagai Amerika khususnya yang berhubungan
budaya nasional. dengan organisasi United States Agency
Berdasarkan uraian di atas, maka for Interantional Development (USAID)
yang menjadi isu permasalahan pada dan lembaga seperti Ford Foundation
problemtika dalam peran aktif atau Rockefeller Foundation, maka
masyarakat hukum adat dalam perkembangan hukum dan pembangunan
pembangunan ekonomi yakni bagaimana dapat dibaca dari upaya lembaga-lembaga
upaya pemberdayaan masyarakat dalam ini dalam mempengaruhi dan
pembangunan ekonomi yang berbasis memperkenalkan kepada negara-negara
kearifan lokal ? berkembang dalam melakukan
pembangunan ekonomi dan
B. PEMBAHASAN pembangunan infrastruktur. Hal ini
dimulai dengan melakukan pengiriman
1. Pembangunan Ekonomi Berbasis dan reseach oleh ahli hukum dari
Kearifan Lokal. Amerika. Bahkan pada tahun 1966
Kongres Amerika mengundangkan
Aspek ekonomi merupakan hal “Foreign Asistence Act of” untuk
yang sangat menunjang majunya suatu membantu Negara-negara berkembang di
bangsa. Aspek ekonomi merupakan aspek Asia, Afrika dan Amerika Latin
adaptasi yang mana pembangunan memperbaharui dan memperkuat system
ekonomi bangsa sangat barkaitaan hukum. Pengiriman para ahli hukum
dengan pola regulasi hukum yang benar Amerika ini merupakan bagian yang tak
sehingga dalam pelaksanaannya akan terpisahkan dari agenda bantuan. Hal ini
tercipta pembangunan yang ideal dapat dilihat secara nyata dari besarnya
sebagaimana tertuang dalam Pasal 33 bantuan keuangan yang dianggarkan,
UUD 1945, bahwa : dimana untuk Afrika misalnya
diperkirakan sebesar US $ 15 juta dan
“ Perekonomian disusun sebagai sebesar US $ 5 juta. Biaya yang besar ini
usaha bersama berdasar asas dikeluarkan karena ada anggapan bahwa
kekeluargaan. Cabang-cabang modernisasi hukum pada negara-negara
produksi yang penting bagi Negara yang baru itu sangat diperlukan dan
dan menguasai hajat hidup orang hukum yang modern itu diperlukan untuk
banyak dikuasai oleh Negara. Bumi mempromosikan pembangunan ekonomi.
dan air dan kekayaan alam yang Hal di atas didasari oleh pemikiran bahwa
terkandung didalamnya dikuasai hukum yang modern itu akan memberi
oleh Negara dan dipergunakan pengaruh pada pembangunan ekonomi,
untuk sebesar - besarnya karena hukum yang modern itu
kemakmuran rakyat”.

106 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
memberikan fasilitas dan ruang pada membantu Negara-negara berkembang di
perencanaan ekonomi sebab hukum yang Asia, Afrika dan Amerika Latin
modern itu sebagai sarana yang tepat memperbaharui dan memperkuat system
untuk membangun masyarakat. Rasio hukum. Pengiriman para ahli hukum
dari perlunya hukum yang modern dalam Amerika ini merupakan bagian yang tak
pembangunan karena pada hukum terpisahkan dari agenda bantuan. Hal ini
modern mempunyai ciri-ciri antara lain: dapat dilihat secara nyata dari besarnya
1) Aturan diterapkan dengan cara bantuan keuangan yang dianggarkan,
yang tidak berbeda dimana untuk Afrika misalnya
2) Perundang-undangan bersifat diperkirakan sebesar US $ 15 juta dan
transaksional sebesar US $ 5 juta. Biaya yang besar ini
3) Norma hukum modern bersifat dikeluarkan karena ada anggapan bahwa
universal modernisasi hukum pada negara-negara
4) Sistem hukum bersifat hirarkis yang baru itu sangat diperlukan dan
5) Sistem hukum diatur secara hukum yang modern itu diperlukan untuk
birokratis mempromosikan pembangunan ekonomi.
6) Sistem hukum bersifat rasional Hal di atas didasari oleh pemikiran
7) Sistem hukum dijalankan oleh bahwa hukum yang modern itu akan
para ahli hukum memberi pengaruh pada pembangunan
8) Sistem hukum bersifat tehnis dan ekonomi, karena hukum yang modern itu
komplek memberikan fasilitas dan ruang pada
9) Sistem hukum dapat diubah perencanaan ekonomi sebab hukum yang
10) Sistem ini bersifat politik dan modern itu sebagai sarana yang tepat
11) Tugas membuat dan menerapkan untuk membangun masyarakat.
undang dilakukan oleh pihak yang
berbeda. 2. Upaya Pemberdayaan Masyarakat
Hukum Adat melalui Pembangunan
Hukum dan Pembangunan Ekonomi Berbasis dan Kearifan
merupakan terjemahan dari Law and Lokal.
Development, yang mulai berkembang di
Amerika Serikat sesudah perang dunia Persoalan paling mendasar yang
kedua. Jika merunut pada pengertian ditunggu oleh masyarakat adalah
yang dikembangkan di Amerika pemberdayaan ekonomi, bukan hanya
khususnya yang berhubungan dengan pertumbuhan. Paradigma pembangunan
organisasi United States Agency for ekonomi selama era orde baru yang
Interantional Development (USAID) dan mengedepankan pertumbuhan ketimbang
lembaga seperti Ford Foundation atau pemberdayaan dan pemerataan, terbukti
Rockefeller Foundation, maka telah melahirkan ketimpangan di banyak
perkembangan hukum dan pembangunan aspek. Puncaknya, ketika krisis ekonomi
dapat dibaca dari upaya lembaga-lembaga (dan moneter) melanda dunia,
ini dalam mempengaruhi dan perekonomian kitapun terpuruk paling
memperkenalkan kepada negara-negara parah dibandingkan negara-negara
berkembang dalam melakukan tetangga.
pembangunan ekonomi dan Pembangunan ekonomi yang tidak
pembangunan infrastruktur. mengakar kepada sendi-sendi kehidupan
Hal ini dimulai dengan melakukan berbangsa terbukti telah gagal
pengiriman dan reseach oleh ahli hukum menjalankan perannya. Budaya-budaya
dari Amerika. Bahkan pada tahun 1966 lokal yang tercerabut dari akarnya atas
Kongres Amerika mengundangkan nama pembangunan, juga telah nyata
“Foreign Asistence Act of 1966” untuk menyebabkan kita kehilangan identitas

107 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
sebagai bangsa. Ke depan, para berlaku di dalam masyarakat tradisional
pemimpin di daerah harus menjalankan ini dikenal dengan hukum adat.
roda perekonomian dengan perspektif Menurut Van Apeldoorn perkataan
kearifan lokal (local wisdom). adat semata-mata adalah peraturan
Dari aspek bahasa, kearifan tingkah laku, kaidah-kaidah yang
(wisdom) memiliki makna sebagai meletakan kewajiban-kewajiban. 6

kemampuan seseorang dalam Peraturan tingkah laku yang dikatakan


menggunakan akal pikirannya untuk oleh Van Apeldoorn sebagai adat yang di
menyikapi sesuatu kejadian, obyek atau anut oleh masyarakat desa atau disebut
situasi. Sedangkan lokal (local) , merujuk dengan nama lain diwariskan oleh
pada ruang interaksi di mana peristiwa nenek moyang atau datuk-datuk yang
atau situasi tersebut terjadi. Secara telah membentuk masyarakat desa itu
substantif, kearifan lokal merupakan nilai untuk digunakan sebagai
dan norma yang berlaku dalam suatu contoh kehidupan bagi
masyarakat yang diyakini kebenarannya keturunan-keturunan mereka. 7

dan menjadi acuan dalam bertindak dan Selanjutnya pudjosewojo melihat adat
berperilaku sehari-hari.. sebagai tingkah laku yang oleh dan dalam
Maman Djumantri menyatakan satu masyarakat (sudah, sedang, akan
Secara generik dapat dikatakan bahwa diadakan).8 Peraturan tingkah laku yang
“pembangunan adalah proses pengelolaan menjadi adat istiadat dari suatu
sumberdaya alam dan lingkungan untuk masyarakat adat ini dalam
memenuhi kebutuhan manusia agar hidup perkembanganya menjadi suatu norma
sejahtera lahir dan batin”. Terlepas dari hukum adat. Hukum adat untuk disebut
bagaimana proses dan cara hukum harus mengandung sanksi tertentu,
melaksanakannya, tujuan akhir baik berupa sanksi fisik maupun denda
pembangunan adalah kesejahteraan sosial lainnya.
(lahir maupun batin) bagi seluruh rakyat Menurut Soepomo, hukum adat
Indonesia. Jika pembangunan ditujukan adalah hukum yang hidup karena ia
untuk seluruh rakyat (bangsa) Indonesia, menjelmakan hukum yang nyata dari
seyogya-nya menyertakan juga lapisan masyarakat, ia terus-menerus tumbuh dan
masyarakat tradisional atau masyarakat berkembang seperti hidup itu sendiri dan
adat yang tersebar, terpencil dan hukum adat berurat akar pada
marjinal.5 kebudayaan teradisiona. 9 Dengan
Guna memenuhi kebutuhan hidup demikian hukum adat merupakan hukum
manusia akan memanfaatkan apa yang yang hidup dan berkembang dalam
tersedia di sekitarnya untuk itu manusia masyarakat adat karena tidak dapat
akan berusaha untuk beradaptasi agar dipisahkan dari keberadaan dan dinamika
melahirkan keseimbangan dan masyarakat adat. Menurut Hazairin
keteraturan dalam masyarakat. salah masyarakat hukum adat adalah
satunya adalah di berlakukannya kesatuan-kesatuan masyarakat yang
sistem-sistem pengendalian sosial yang
berupa norma & hukum (adat) yang 6
. Apeldoorn, Van. (1978). Pengantar Ilmu
merupakan produk dari masyarakat Hukum, Jakarta: Pradya Paramita, h.
tersebut. Dalam kelompok masyarakat 42.
tradisional indonesia atau dikenal dengan
7
Cooley, F.L. Altar and Thone in Center
ar Molukas Societies a Dissertation Presented to
masyarakat adat dan norma/hukum yang the Faculity on the Depertemen of Religion, Yale
University. h. 47.
5
Djumantri,H.Maman. (2008). Ruang
8
Pujosewojo, Kusumadi. (1959).
Untuk MasyarakatLokal Tradisional Pedoman pelajaran Tata Hukum Indonesia,
( Masyarakat Adat ) Semakin Terpinggirkan, Universitas Indonesia, h. 43
Yogyakarta, h. 1. 9
. Soepomo, Op Cit. h. 8

108 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
mempunyai kelengkapan-kelengkapan tata nilai tradisional yang dihasilkan dari
untuk sanggup berdiri sendiri, yaitu proses adaptasi dengan lingkungannya.
mempunyai kesatuan hukum, kesatuan Sesuai dengan kebutuhan dasar manusia,
penguasa dan kesatuan lingkungan hidup salah satu bentuk pengetahuan tradisional
berdasarkan hak bersama atas tanah dan yang berkembang adalah pengetahuan
air bagi semua anggotanya, bentuk dalam pemanfaatan lahan,baik sebagai
hukum keluargannya (patrilineal, tempat tinggal maupun tempat untuk
matrilineal, atau bilateral), semua mencari atau memproduksi bahan
anggotanya sama dalam hak dan makanannya.11
kewajibannya.10 Dalam kaitannya dengan upaya
Salah satu peristiwa penting terkait pemberdayaan masyarakat hukum adat
dengan pengakuan dan penguatan melalui pembangunan ekonomi berbasis
masyarakat hukum adat berangkat dari norma hukum dan kearifan lokal, maka
hasil Earth Summit di Rio de Janeiro pemanfaatan, penggunaan dan
pada 1992 dengan dikeluarkannya Rio pengelolaan sumberdaya alam dan
Declaration on Environment and kelestarian lingkungan, masyarakat adat
Development (1992). Dalam Prinsip ini dengan pengetahuan lokalnya
ke-22 dinyatakan bahwa masyarakat (indigenus knowledge), dengan kekuatan
hukum adat mempunyai peranan penting memegang hukum adatnya, kemampuan
dalam pengelolaan dan pembangunan spiritualnya, dan religi yang dianutnya,
lingkungan hidup karena pengetahuan ternyata lebih arif dibandingkan
dan praktik tradisional mereka. Oleh masyarakat lainnya. Pengetahuan lokal
12

karenanya, negara harus mengenal dan yang dikenal sebagai kearifan lokal
mendukung penuh entitas, kebudayaan tumbuh dan berkembang didalam
dan kepentingan mereka serta masyarakat sebagai pengetahuan yang di
memberikan kesempatan untuk turunkan dari generasi kegenerasi sebagai
berpartisipasi aktif dalam pencapaian bagian dari adaptasi terhadap
pembangunan yang berkelanjutan lingkungannya.
(sustainable development). Keberadaan Secara lebih spesifik, kearifan local
masyarakat hukum adat diakui dapat diartikan sebagai suatu
eksisktensinya oleh negara dalam pasal pengetahuan lokal, yang unik yang
18B ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi berasal dari budaya atau masyarakat
“Negara mengakui dan menghormati setempat, yang dapat dijadikan dasar
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum pengambilan keputusan pada tingkat
adat beserta hak-hak tradisionalnya”. lokal dalam bidang pertanian, kesehatan,
Selanjutnya ketentuan ini juga penyediaan makanan, pendidikan,
memberikan batasan sebagai syarat pengelolaan sumberdaya alam dan
adanya pengakuan dan penghormatan beragam kegiatan lainnya di dalam
yakni selama masyarakat hukum adat komunitas-komunitas. Selanjutnya
masih hidup dan sesuai dengan Wahyu juga menyatakan bahwa
perkembangan masyarakat yang kemampuan memaknai kearifan lokal
berlangsung secara terus menerus. oleh individu, masyarakat dan pemerintah
Kekayaan pengetahuan masyarakat yang diwujudkan dalam cara berpikir,
adat di Indonesia sudah berkembang
dalam jangka waktu yang panjang sejalan
dengan perkembangan peradaban
11
.Kosmaryandi, N. (2005). Kajian
manusia. Proses perkembangan tersebut Penggunaan Lahan Tradisional Minangkabau
erdasarkan Kondisi Tanahnya (Study of
memunculkan banyak pengetahuan dan Minangkabau Traditional Landuse Based on Its
Soil ondition). Media Konservasi. Vol. X. No.
10
Soekanto, Soejono. (2012). Hukum Adat 2. h. 77 – 81.
12
Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, h. 93. Djumantri, H.Maman Op Cit. h. 2.

109 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
gaya hidup dan kebijakan secara salah satu propinsi Indonesia yang
berkesinambungan dalam mengelola secara geografisnya memiliki wilayah
sumberdaya alam dan lingkungan dapat laut yang lebih luas dari wilayah darat.
diharapkan untuk menghasilkan Dengan jumlah pulau mencapai 976 buah
peningkatan berkehidupan yang pulau dan secara administratif terbagi
berkualitas dalam masyarakat dan atas 8 (delapan) kabupaten kota. Dimana
Negara.13 Pengakuan secara yuridis atas sebagaian besar
keberadaan masyarakat hukum adat dan penduduk maluku menyebar dan
kearifan lokalnya serta hak-haknya tinggal di pesisir sejumlah pulau besar
dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat dan kecil. Kehidupan
30 Undang-Undang Nomor 32 Tahun masyarakat Maluku yang kaya akan
2009 menyatakan bahwa kearifan sumber daya alam baik di laut maupun
lokal adalah nilai-nilai luhur yang di darat masih berlaku hukum adat hal
berlaku dalam tatanan hidup masyarakat ini terlihat dari adanyaa kesatuan
untuk antara lain melindungi dan masyarakat yang teratur
mengelola lingkungan hidup secara yang mempunyai penguasa dan men
lestari. Selanjutnya pada Pasal 67 ayat etap disuatu wilayah
(1b) Undang-Undang Nomor 41 Tahun tertentu yang dikenal dengan
1999 Tentang Kehutanan menyatakan wilayah petuanan (ulayat). Kesatuan
bahwa masyarakat hukum adat diakui hukum adat masyarakat ini sejak dahulu
keberadaanya berhak melakukan kegiatan sangat berpengaruh dalam berbagai aspek,
pengelolaan hutan berdasarkan hukum baik pemerintahan, ekonomi terutama
adat yang berlaku dan tidak bertentangan pengelolaandan perlindungan lingkungan
dengan undang-undang. Pasal 6ayat (2) hidup, hal ini terlihat dengan masih
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 sangat bergantungnya masyarakat adat
Tentang Perikanan menyebutkan bahwa malukupada ketersediaan
pengelolaan perikanan untuk kepentingan lingkungan, kehidupan masyarakat yang
penangkapan ikan dan pembudidayaan masih bersifat komunal dan masih
ikan harus mempertimbangkan peran mempertahankan kearifan lokal yag
serta masyarakat.Dalam pasal 61 ayat (1 didapatnya dari pengetahuan yang
dan 2) Undang-Undang Nomor 27 Tahun diturunkan secara turun temurun.
2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Dalam kenyataannya dengan
Pesisir dan Pulau-pulau pemberdayaan masyarakat hukum adat
Kecil, Pemerintah mengakui, melalui pembangunan ekonomi berbasis
menghormati dan melindungi hak-hak norma hukum dan kearifan lokal, maka
masyarakat adat, masyarakat sistem pengelolaan lingkungan secara
tradisionaldan kearifan lokal atas wilayah tradisonal terbukti mempunyai nilai
pesisir dan pulau-pulau kecil yang telah penting dalam perlindungan dan
dimanfaatkan secara turun pelestarian lingkungan, termasuk dalam
temurun dijadikan acuan dalam konteks sosial dan pemberdayaan
pengelolaan wilayah pesisr dan masyarakat hukum adat melalui
pulau-pulau kecil yang berkelanjutan. pembangunan ekonomi berbasis
Pengetahuan masyarakat adat dalam khususnya bagi masyarakat
sistim pengelolaan sumber daya alam adat maluku yang kehidupannya sangat
yang luar biasa (menunjukkan tingginya bergantung pada hasil-hasil perikanan
ilmu pengetahuan mereka) dan dekat dan pertanian. dalam kaitannya dengan
sekali dengan alam. Maluku merupakan pemberdayaan masyarakat hukum adat
melalui pembangunan ekonomi berbasis
13
Mukti, Abdul. (2010). Beberapa norma hukum dan kearifan lokal terutama
Kearifan Lokal Suku Dayak Dalam Pengelolaan dalam pemanfaatan, penggunaan dan
Sumberdaya Alam, Malang: Brawijaya, h. 1

110 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
pengelolaan sumber daya lingkungan ketentuan yang mengatur tentang
dan perlindungan lingkungan, masyarakat larangan serta kebolehan bagi masyarakat
adat ini dengan pengetahuan/ kearifan dalam pengelolaan lingkungan hidup dan
lokalnya , dengan kekuatan memegang perlindungannya. Keberlakuan hukum
hukum adatnya, kemampuan spiritualnya, dalam sasi mengenal pembatasan wasktu
dan religi yang dianutnya, ternyata lebih berdasarkan jenis sumber daya alam yang
arif dibandingkan masyarakat lainnya. diaturnya.
Masyarakat adat maluku dengan Di Maluku masyarakat adat yang
kearifan lokalnya sebagai bagian dari tinggal pulau-pulau kecil maupun di
struktur pemerintahan negara, harus wilayah pesisir memiliki sistem ‘sasi’
diposisikan sebagai bagian integral dalam atau larangan memanen atau mengambil
proses pembangunan. Artinya partisipasi dari alam (di laut atau didarat) sumber
aktif masyarakat adat harus direspons daya alam tertentu untuk waktu tertentu.
secara positif oleh pemerintah. Sasi sebagai upaya perlindunganguna
Masyarakat adat harus diberikan menjaga mutu dan populasi sumber daya
kebebasan untuk berkreasi sesuai potensi alam hayati. Adanya larangan
yang dimiliki, sehingga ada pengembilan hasil sebelum waktunya,
keseimbangan. Kebijakan pembangunan maka akan terjadi peningkatan populasi
harus terintegrasi dengan tetap berbasis sumber daya alam hayati. Penerapan sasi
pada masyarakat adat yang mempunyai diterapkan pada sumber daya alam di laut
hukum adat, sebagai bagian dari sistem maupun didarat, di darat sasi
hukum nasional yang patut diakui diberlakukan pada tanaman dan
eksistensinya. Kehidupan sosial dan buah-huahan yang dilarang untuk di
budaya masyarakat maluku yang tidak panen setiap waktu, ada waktu-waktu
terlepas dari hukum adat digunakan tertentu tanaman tersebut dilarang untuk
dalam upaya pengelolaan sumber daya di ambil dengan tujuan hasil yang di
alam guna memenuhi kebutuhan dapat lebih maksimal dan dapat
hidupnya sekaligus sebagai upaya memenuhi kebutuhan masyarakat adat
pelestarian atas sumber daya hayati dan tersebut. Larangan dalam hukum sasi
ekosistemnya. mulai berlaku sejak adanya upacara adat
Salah satu bentuk pengelolaan dan “tutup sasi” dan berakhinya hukum sasi
perlindungan atas lingkungan hidup oleh saat upacara “buka sasi “ di lakukan.
masyarakat adat maluku sebgai contoh Dengan ditetapkannya sasi atas spesies
adalah sasi. Sasi merupakan dan di wilayah tertentu oleh Kewang
praktik-praktik pengelolaan dan maka siapapun tidak berhak untuk
perlindungan sumber daya alam yang mengambil spesies tersebut. Ketentuan
dilaksanakan masyarakat adat maluku ini memungkinkan adanya
dinilai selaras dengan prinsip pengelolaan pengembang-biakan dan membesarnya si
lingkungan hidup yang lestari dan ikan lompa, untuk kemudian di panen
berkelanjutan. Sasi juga didukung oleh ketika sasi dibuka lagi.14
kebijakan adat sebagai bentuk Lain lagi bentuk pengelolaan dan
pengetahuan lokal yang secara perlindungan lingkungan
turun-temurun sudah mengatur bahwa hidup Masyarakat Adat Aru (Maluku
pengelolaan dan pemanfaatan alam harus Tenggara), berperadaban yang
memperhatikan kelestarian sumber daya ecocentrism, tercermin dalam eksploitasi
alam serta lingkungan. Sasi sebagai
pranata adat mengandung kekuatan 14
Moniaga, Sandra. (2002). Hak-hak
hukum yang mengikat bagi masyarakat Masyarakat Adat dan Masalah serta Kelestarian
adat tesebut karena dalam Lingkungan Hidup di Indonesia, Media Pemajuan
penyelangaraan sasi mengandung Hak Asasi Manusia, No. 10/Tahun II/12 Juni
Jakarta diakses pada http://www.huma.or.id

111 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
sumberdaya pesisir dan laut sebagai dikenal dengan sasi teripang selama ± 3
pemberdayaan masyarakat hukum adat (tiga) tahun, hal ini dimaksud agar
melalui pembangunan ekonomi memberikan kesempatan pada
mata-pencaharian utamanya dengan alam untuk melakukan regenerasi. Jika
memanfaatkan pengetahuan dan kearifan hal ini dilanggar maka akan terjadi
lokal pada sebuah ekosistem pesisir dan penyimpangan yang dimanifestasikan
kepulauan. Pada Musim Timur dengan bencana alam.15
(Mei-Oktober) mereka bekerja di kebun Melihat bentuk pengelolaan dan
membuat kanji dari sagu dan berburu, perlindungan lingkungan hidup
Pada Musim Barat (November-April) masyarakat adat Maluku dalam
lebih terfokus pada sumberdaya laut pemberdayaan masyarakat hukum adat
seperti mengumpulkan Teripang dipesisir dapat dikatakan bahwa tujuan utama dari
pantai yang sedang pasang ataupun sasi di Maluku khusunya Masyarakat
berburu Hiu. Pengumpulan teripang oleh Adat Aru (Maluku Tenggara) merupakan
masyarakat adat Aru tidak mengunakan wujud dari kesadaran dan kearifan lokal
alat apapun tetapi memanfaatkan masyarakat adat setempat dalam
pengetahuan/kearaifan lokal (indigenous pengelolaan dan perlindungan serta
knowledge) mengenai kehidupan Tripang pelestarian lingkungan hidup sebagai
seperti habitat yang disukainya, bulan apa modal dasar bagi pemberdayaan
bereproduksi, pada cuaca bagaimana masyarakat hukum adat melalui
menampakkan diri dan sebagainya. pembangunan ekonomi. Dengan adanya
Melalui pengetahuan lokal inilah sasi warga masyarakat adat tidak
komunitas lokal Aru mengorganisasikan mengelola sumberdaya alamnya secara
kekuatannya mengelola sumberdaya alam sembarangan sehingga sumber daya alam
yang satu ini secara lestari. Sebagai yang ada dapat berdaya guna dan lestari
contoh: Di Musim Barat saat pasang naik demi kepentingan dan kesejahtraan
merupakan saat yang tepat untuk masyarakat.
“memanen”Tripang; tetapi dibatasi dari Keberadaan masyarakat adat
November sampai Maret karena Tripang sebagai bagian dari negara kesatuan
(khususnya Tripang Putih dan Tripang republik Indonesia yang di akui hak-hak
Matahui) berproduksi pada bulan April. adat dan sistem hukumnya, termasuk
Masyarakat adat Aru sangat kuat sumber daya alam yang ada di
memegang kepercayaan yang dianutnya wilayahnya. Untuk itu masyarakat adat
yang berhubungan erat dengan mitologi, perlu diberikan kesempatan untuk
hal ini menjadi instrumen tangguh dalam mengelola dan memanfaatkan suberdaya
menjaga kelestarian alam dan alam di wilayahnya sesuai dengn kearifan
keberlanjutanya, karena alam dan seluruh lokal yang dimilikinya. Sasi sebagai
isinya dianggap sebagi milik leluhurnya kearifan lokal masyarakat adat
yang senantiasa memantau agar maluku merupakan modal dan model
pengunaan sumber daya alam sehemat pengelolaan dan perlindungan lingkungan
mungkin sekedar untuk memenuhi hidup di tingkat daerah terutama maluku
kebutuhan hidup dan memikirkan mereka dan nasional, dimana pembangunan
yang akan hidup. Kepala adat sebagi sumber daya alam harus selaras, serasi,
mediator antara leluhur dan anak cucunya dan seimbang dengan fungsi lingkungan
pada waktu-waktu tertentu akan hidup. Sebagai konsekuensinya,
melakukan dialog, hasil dialog tersebut kebijakan, rencana, dan/atau program
berupa kesepakatan untuk hanya pembangunan harus dijiwai oleh
menagambil teripang yang berukuran kewajiban melakukan pelestarian
besar dan ada masa larangan (restriction)
untuk mengambil teripang atau yang
15
Djumantri, H. Maman Op Cit, h. 3-4

112 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8
lingkungan hidup dan mewujudkan University.
tujuan pembangunan pemberdayaan Djumantri, H.Maman. (2008). Ruang
masyarakat hukum adat melalui Untuk MasyarakatLokal
pembangunan ekonomi secara Tradisional ( Masyarakat Adat )
berkelanjutan. Semakin Terpinggirkan,
C. P E N U T U P Yogyakarta.
Indonesia sebagai Negara Friedman, Lawrence M. (1977). Law and
berkembang memiliki potensi yang luar Society An Introduction, New
biasa untuk menjadi Negara paling maju Jersey: Prentice Hall Inc.
dan makmur di dunia. Potensi itu dapat Koesnoe, Moch.(2000). Prinsip-prinsip
kita lihat dari kekayaan alam yang Hukum Adat tentang Tanah,
berlimpah di beribu-ribu pulau yang Surabaya: Ubhara Press.
tersebar di Nusantara. Potensi yang cukup Mubarak dan Hasyim, (2008). Buku Ajar
besar ini akan lebih dan dapat memberi II Manusia, Akhlak, Budi Pekerti
kontribusi bagi dunia jika didukung oleh dan Masyarakat, Universitas
sumber daya manusia yang handal. Indonesia.
Dengan adanya regulasi hukum dalam Mukti, Abdul. (2010). Beberapa Kearifan
kegiatan ekonomi dapat mencegah Lokal Suku Dayak Dalam
adanya tindakan sewenangwenangan dari Pengelolaan Sumberdaya Alam,
pihak yang kuat terhadap pihak yang Malang: Brawijaya.
lemah. Dengan demikian diharapkan Pujosewojo, Kusumadi. (1959). Pedoman
pembangunan ekonomi akan berjalan adil pelajaran Tata Hukum Indonesia,
dan menunjang pembangunan ekonomi Universitas Indonesia.
karena melalui hukum masyarakat Soepomo , Bab-Bab Tentang Hukum Adat.
diarahkan untuk melakukan atau tidak Jakarta: Pradnya Paramita.
melakukan hal-hal tertentu untuk Soekanto, Soejono. (2012). Hukum Adat
mencapai tujuan ekonomi yang Indonesia, Jakarta: Rajawali
diinginkan. Dalam kaitannya dengan Press.
upaya pemberdayaan masyarakat hukum
adat melalui pembangunan ekonomi Lain - Lain
berbasis kearifan lokal, maka Kosmaryandi, N. (2005). Kajian
pemanfaatan, penggunaan dan Penggunaan Lahan Tradisional
pengelolaan sumberdaya alam dan Minangkabau erdasarkan Kondisi
kelestarian lingkungan, masyarakat adat Tanahnya (Study of Minangkabau
ini dengan pengetahuan lokalnya Traditional Landuse Based on Its
(indigenus knowledge), dengan kekuatan Soil ondition). Media Konservasi.
memegang hukum adatnya, kemampuan Vol. X. No. 2.
spiritualnya, dan religi yang dianutnya, Moniaga, Sandra. (2002). Hak-hak
ternyata lebih arif dibandingkan Masyarakat Adat dan Masalah
masyarakat lainnya serta Kelestarian Lingkungan
Hidup di Indonesia, Media
Pemajuan Hak Asasi Manusia, No.
DAFTAR PUSTAKA 10/Tahun II/12 Juni Jakarta
diakses pada
Apeldoorn, Van. (1978). Pengantar Ilmu http://www.huma.or.id.
Hukum, Jakarta: Pradya Paramita.
Cooley, F.L. Altar and Thone in Center
ar Molukas Societies a Dissertation
Presented to the Faculity on the
Depertemen of Religion, Yale

113 | S A S I V o l . 2 4 N o . 2 , J u l i - D e s e m b e r 2 0 1 8

Anda mungkin juga menyukai