Oleh: Rico Agung Satria Atmaja/231228396 Dosen: Dr. Benediktus Hestu Cipto Handoyo, SH., M.Hum Dr. Syukron Abdul Kadir, SH., MH Mata Kuliah: PEMBANGUNAN HUKUM BERBASIS KEARIFAN LOKAL 1. Jelaskan secara lengkap apa yang dimaksud dengan kearifan lokal! Dan jelaskan pula bagaimanakah ciri-ciri kearifan tradisionil! Jawab: Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam bahasa asing sering juga dikonsentrasikan sebagai kebijakan setempat “local wisdom” atau pengetahuan setempat “local Knowledge” atau kecerdasan setempat “local Genius”. KEARIFAN LOKAL: Pengetahuan asli/pribumi (indigenous knowledge), Kearifan lokal (local wisdom), Pengetahuan tradisional (traditional knowledge), Pengetahuan ekologi tradisional (traditional ecological knowledge), dll. Beberapa dari peristilahan tersebut sering diinterpretasikan negatif. Istilah ‘tradition’ diinterpretasikan menunjuk pada sesuatu yang terjadi dalam waktu lampau/kuno, tidak modern, naif, tetap atau tidak pernah mengalami perubahan. Kenyataannya, pengetahuan ini hidup, punya kekuatan berkembang, bersifat adaptif dan inovatif. Dalam Kamus Inggris-Indonesia John M. Echols dan Hassan Syadily, local berarti setempat, sedangkan wisdom berarti kearifan atau kebijaksanaan. Local wisdom: gagasan-gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh suatu kelompok masyarakat tertentu. Kearifan Tradisional: Kearifan tradisional (Sonny Keraf): semua bentuk pengetahuan dan keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Seluruh kearifan tradisional dihayati, dipraktekkan, diajarkan dan diwariskan dari satu generasi ke generasi, membentuk pola perilaku manusia sehari-hari, baik terhadap sesama manusia maupun terhadap alam dan yang gaib. Kearifan tradisional menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang manusia, alam dan bagaimana relasi di antara semua penghuni dan komunitas ekologis ini harus dibangun. Ciri-ciri kearifan tradisionil: Kearifan tradisional milik komunitas, dalam bentuk shared, collective, and communal wisdom. Kearifan tersebut dimiliki dan disebarluaskan secara kolektif bagi semua anggota komunitas. Kearifan tradisional juga berarti pengetahuan tradisional, lebih bersifat praktis atau “pengetahuan bagaimana”. Bagaimana hidup secara baik secara baik dengan semua isi alam. Kearifan tradisional bersifat holistik, karena menyangkut pengetahuan dan pemahaman tentang seluruh kehidupan dengan segala relasinya di alam semesta. Berdasar kearifan tradisional, masyarakat memahami semua aktivitasnya sebagai aktivitas moral. Kearifan tradisional bersifat lokal, karena terkait dengan tempat yang partikular dan konkrit. 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan pengetahuan ekologis menurut Berkes! Jelaskan pula bagaimanakah prinsip-prinsip Kearifan Lokal! Jawab: Pengetahuan ekologis tradisional menurut Berkes, “kumpulan pengetahuan, praktik dan kepercayaan kumulatif, berkembang melalui proses adaptif dan diturunkan dari generasi ke generasi melalui transmisi budaya, tentang hubungan makhluk hidup (termasuk manusia) dengan satu sama lain dan dengan lingkungannya” Prinsip-prinsip Kearifan Lokal: Ketergantungan manusia dengan alam, mensyaratkan keselarasan hubungan yang harus dijaga keseimbangannya. Penguasaan atas wilayah adat tertentu bersifat eksklusif (sebagai hak penguasaan dan/atau kepemilikan bersama komunitas atau kolektif) sehingga mengikat semua warga untuk menjaga dan mengelolanya untuk keadilan dan kesejahteraan bersama serta mengamankannya dari eksploitasi pihak luar. Sistem pengetahuan dan struktur pemerintahan adat mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pemanfaatan sumber daya alam. Sistem alokasi dan penegakan hukum adat untuk mengamankan sumber daya milik bersama dari penggunaan berlebihan, baik oleh masyarakat sendiri maupun oleh pihak luar komunitas. Mekanisme pemerataan distribusi hasil “panen” sumber daya alam milik bersama, bisa meredam kecemburuan sosial di tengah-tengah masyarakat. 3. Jelaskan bagaimanakah Konstitusi Indonesia melakukan penataan organisasi pemerintahan berbasis kearifan lokal! Jelaskan pula bagaimakah kearifan lokal dalam perspektif Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana dimaksud dalam Perda DIY No. 4 Tahun 2011 tentang Tata Nilai Budaya Yogyakarta! Jawab: Konstitusi Indonesia melakukan penataan organisasi pemerintahan berbasis kearifan local: Pasal 18B ayat (1): Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Pasal 18B ayat (2): Negara mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat berserta hak-hak tradisionilnya sepenjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI yang diatur dalam undang-undang. Frasa penting Pasal 18B ayat (1) UUD NRI 1945: Mengakui dan menghormati, daerah bersifat khusus atau bersifat istimewa, dan diatur dengan undang-undang. Frasa penting Pasal 18B ayat (2) UUD NRI 1945: mengakui dan menghormati, masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, dan diatur dalam undang-undang. Mengakui dan menghormati: yang sudah ada dilegitimasi, yang aka n ada dicari kriterianya, dan diberi tempat dalam system ketatanegaraan yang memiliki wewenang dan tanggungjawab tertentu. Daerah khusus atau bersifat istimewa: Daerah khusus: bersifat pemberian kerana adanya fenomena politis dan sosial yang berkembang di lingkungan suatu daerah tertentu; Daerah istimewa: penempatan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki organ-organ pemerintahan berdasarkan kenyataan sosio historis perkembangan suatu negara dan bangsa.
Diatur dengan Undang-Undang: pengaturan yang dimaksud adalah
pendelegasian ke satu Undang-Undang yang menunjuk pada nomenklatur daerah khusus atau nomenklatur daerah istiimewa.
Kearifan lokal dalam perspektif Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana
dimaksud dalam Perda DIY No. 4 Tahun 2011 tentang Tata Nilai Budaya Yogyakarta: a. Nilai adalah kualitas yang terdapat pada barang sesuatu atau yang sengaja diberikan kepada barang sesuatu, yang merangsang manusia untuk menggapainya. b. Nilai selalu dihayati dan dipersepsi sebagai hulu atau sumber atau tempat bersemayam atas hal-hal yang dianggap suci, agung, mulia, luhur, benar, baik, indah, patut, layak, dan berguna c. Tata Nilai adalah serangkaian kualitas kesucian, keagungan, kemuliaan, keluhuran, kebenaran, kebaikan, keindahan, kepatutan, kelayakan, dan kebergunaan yang saling berkaitan satu sama lain secara terpadu, selaras, serasi, dan seimbang d. Tata Nilai Budaya Yogyakarta adalah tata nilai budaya Jawa yang memiliki kekhasan semangat pengaktualisasiannya berupa pengerahan segenap sumber daya (golong gilig) secara terpadu (sawiji) dalam kegigihan dan kerja keras yang dinamis (greget), disertai dengan kepercayaan diri dalam bertindak (sengguh), dan tidak akan mundur dalam menghadapi segala resiko apapun (ora mingkuh). 4. Jelaskan posisi hukum adat pada masa penjajahan dan posisi hukum adat dalam masa kemerdekaan!
Jawab: Posisi hukum adat pada masa penjajahan: Pada awalnya hukum asli masyarakat yang dikenal dengan hukum adat dibiarkan sebagaimana adanya, akan tetapi mengalami perkembangan.
VOC
a. Sikapnya tidak selalu tetap (tergantungan kepentingan VOC),
karena tidak berkepentingan dengan pengadilan asli; b. VOC tidak mau dibebani oleh persoalan administrasi yang tidak perlu berkenaan dengan pengadilan asli; c. Terhadap lembaga-lembaga asli, VOC tergantung pada kebutuhan (opportuniteits politiek); d. VOC hanya mencampuri urusan perkara pidana guna menegakkan ketertiban umum dalam masyarakat; e. Terhadap Hukum perdata diserahkan, dan membiarkan hukum adat tetap berlaku.
Masa Dandeles
Perkembangan hukum adat pada masa daendels bernasib sama dengan
masa-masa sebelumnya yakni disubordinasikan hukum Eropa. Terkecuali untuk hukum sipil. Termasuk hukum perdata dan hukum dagang, Daendel tetap membiarkan sebagaimana adanya menurut hukum adat masing-masing. Lain dari pada itu VOC menganggap bahwa hukum adat lebih rendah derajatnta daripada hukum Belanda
Posisi hukum adat dalam masa kemerdekaan: Hukum merupakan
kesatuan norma yang bersumber pada nilai-nilai (values). Namun demikian hukum dan hukum adat pada khususnya menurut karakternya yaitu Hukum adat memiliki karakter bersifat netral dan Hukum adat memiliki karakter bersifat tidak netral karena sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai relegius.
Pembedaan ini penting untuk dapat memahami pembentukan atau
perubahan hukum yang akan berlaku dalam masyarakat. Hukum netral adalah hukum yang relative longgar kaitannya dengan nilai nilai religius susunan masyarakat adat hal ini berakibat, perubahan hukum yang termasuk hukum netral mudah pembentukannya dan pembinaan hukum dilakukan melalui bentuk perumusan hukum perundangundangan (legislasi).
Sedangkan hukum adat yang erat kaitannya dengan nilai-nilai relegius
karena itu relative tidak mudah disatukan secara nasional, maka pembinaan dan perumusannya dalam hukum positif dilakukan melalui yurisprudensi. 5. Jelaskan dan sebutkan sebab-sebab (akar) situasi konflik dalam masyarakat hukum adat!
Jawab: sebab-sebab (akar) situasi konflik dalam masyarakat hukum adat:
a. Ketidakpastian hukum tentang pengakuan keberadaan masyarakat
hukum adat b. Ketiadaan batas-batas wilayah yang dianggap masyarakat hukum adat sebagai wilayah adatnya c. Simplifikasi masalah keberadaan MHA dan hak-hak atas wilayah adat serta sumber daya hutan menjadi masalah administrasi semata d. Perseteruan antara legalitas vs legitimasi e. Perempuan dalam MHA masih mengalami diskriminasi berlapis f. Sikap pemerintah yang lebih melindungi kepentingan perusahaan atau pemegang ijin daripada kepentingan MHA g. Ketiadaan lembaga setingkat menteri untuk penyelesaian konflik- konflik agrarian(termasuk kehutanan)
6. Apa yang dimaksud dengan sifat hukum pelanggaran adat? Sebutkan
jenis-jenis pelanggaran adat!, Sebutkan sifat sifat pelanggaran adat!
Jawab: Sifat hukum pelanggaran adat: menyatakan bahwa segala
perbuatan yang bertentangan dengan peraturan hukum adat merupakan perbuatan yang illegal dan hukum adat sendiri mempunyai ikhtiar-ikhtiar untuk memperbaiki kembali hukum (rechtsherstel)
Sifat hukum pelanggaran adat yang dilandasi alam pikiran tradisional
masyarakat yang mempertautkan antara yang nyata dengan yang tidak nyata, antara alam fana dengan alam baka, antara kekuasaan manusia dan kekuasaan gaib antara hukum manusia dengan hukum Tuhan, yang menempatkan manusia itu sebagai bagian dari alam menyebabkan kehidupan manusia itu bertaut dengan alam sehingga kegoncangan alam adalah akibat ketidak seimbangan kehidupan manusia dan sebaliknya kehidupan manusia merupakan ketidak seimbangan dengan kehidupan alam.
Jenis-jenis pelanggaran adat: Perkara Delik Adat
Melalui delik adat: misalnya pelanggaran adat terhadap peraturan-
peraturan exogami, pelanggaran peraturan panjer, atau peraturan- peraturan khusus adat lainnya.
Disamping delik adat, juga bersifat delik-delik terhadap harta kekayaan
seseorang, menghina seseorang, apalagi seseorang tersebut mempunyai kedudukan tinggi dalam masyarakat tersebut seperti menghina kepala adat, dll.
Sifat-sifat pelanggaran adat:
Pelanggaran adat yang murni pelanggaran adat, artinya bahwa
pelanggaran tersebut benar-benar melanggar peraturan-peraturan adat. Misalnya tentang peraturan mengenai panjer, pelanggaran peraturan Exogami. Pelanggaran adat yang juga merupakan pelanggaran atau delik menurut KUHP. Misalnya delik yang menyangkut harta kekayaan seseorang, menghina seseorang