Anda di halaman 1dari 13

Hubungan Hukum Internasional

& Hukum Nasional


KULIAH KELIMA - KEENAM
TEAM TEACHING HUKUM INTERNASIONAL
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PANCASILA

1. LITA ARIJATI, S.H., LL.M.


2. HARIS NUGROHO, S.H., LL.M.
3. RURY OCTAVIANI, S.H., M.H.
4. DIAN PURWANINGRUM SOEMITRO, S.H., M.KN.

Disempurnakan Untuk Tahun Akademik 2021/2022


PEMBEDAAN HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL

HUKUM NASIONAL
Mengatur perilaku orang-orang yang hidup dalam wilayah suatu Negara.

Mengatur aspek-aspek domestik dari pemerintah.

Mengatur masalah-masalah HUKUM INTERNASIONAL


an tara o ran g p e ro ran gan
Memusatkan dan mengatur hubungan antar Negara
dengan aparat pemerintah/
adminitratur Negara. Mengatur hubungan antara anggota masyarakat
internasional yang diatur dalam bentuk Hukum
Kebiasaan, Perjanjian, dan atau Konvensi-Konvensi
Internasional
BERBAGAI TEORI DALAM HUKUM INTERNASIONAL
DAN HUKUM NASIONAL
A TEORI MONISME (MONISM THEORY)

B TEORI DUALISME (DUALISM THEORY)

C SPECIFIC ADOPTION /
INCORPORATION THEORY

D TRANSFORMATION THEORY

E DELEGATION THEORY
TEORI MONISME; Wright, Kelsen, Lauterpacht, Duquit
Hukum merupakan cabang pengetahuan yang mengatur, apapun hal itu diterapkan pada
A
masyarakat atau entitas.
Menganggap bahwa kewajiban internasional dan aturan-aturan Negara merupakan 2 segi
B
fenomena yang sama dan berasal dari 1 norma dasar dan tatanan kesatuan konsep
hukum.
C Menganggap bahwa ilmu pengetahuan hukum merupakan 1 bidang ilmu pengetahuan
yang menyatu.
D Hukum Internasional benar-benar merupakan hukum dalam arti yang sebenar-benarnya.

E
Hukum Nasional dan Hukum Internasional sangat berhubungan satu
sama lain yang keduanya merupakan 2 cabang dari satu kesatuan
pengetahuan hukum yang dapat diberlakukan pada masyarakat
dalam beberapa hal.
TEORI MONISME DENGAN PRIMAT HUKUM NASIONAL

HI adalah lanjutan HN untuk urusan Luar Negeri.


Jadi menurut teori ini, HI adalah bersumber dari
HN.

HN lebih utama Tidak ada organ/badan dunia


yang mengatur Negara

Monisme Primat HN

Kepentingan Nasional harus


HI manifestasi dari HN untuk diutamakan
urusan LN
TEORI MONISME DENGAN PRIMAT HUKUM INTERNASIONAL
1. HN bersumber dari HI yang secara hierarkis kedudukannya lebih tinggi.
2. HN tunduk HI dan kekuatan mengikatnya berdasarkan suatu pendelegasian
wewenang dari HI.
3. Pasal 27 Konvensi Wina thn. 1969 tentang Hukum Perjanjian; " HN tidak boleh
dijadikan sebagai dalih untuk menghindari diri dari kewajiban internasional".

HI lebih utama
HN memiliki kekuatan mengikat
karena pendelegasian dari HI

Monisme Primat HI
Kepentingan Nasional suatu
Negara dapat diutamakan JIKA
tidak bertentangan dengan HI

TEORI DUALISME; Strupp, Triepel, Hegel, Anzilotti


Hukum Internasional dibentuk dengan kesepakatan negara-negara (menekankan
A
pentingnya Negara); Hubungan antara HI - HN berdasarkan pada supremasi Negara.

B Menganggap bahwa aturan-aturan dalam sistem HI dan HN berbeda secara essensial


karena masing-masing sistem mengatur masalah-masalah yang berbeda.

C Hukum Nasional diterapkan dalam suatu Negara dan mengatur hubungan penduduknya
satu sama lain dengan Pemerintahnya sendiri.
D Hukum Internasional merupakan hukum antara negara-negara berdaulat.

E Menganggap HI - HN merupakan 2 hukum yang berbeda; Berdasarkan


pada kedaulatan Negara yang menekankan bahwa aturan dalam
sistem HI dan HN masing-masing terpisah
TEORI DUALISME
HUKUM INTERNASIONAL HUKUM NASIONAL

2 HUKUM YANG BERBEDA

Kesepakatan Negara SUMBER HUKUM Kekuasaan Negara

Individu (Warga
Negara SUBYEK HUKUM
Negara/Penduduk)

Tidak ada STRUKTUR HUKUM Eksekutif - Legislatif - Yudikatif


SPECIFIC ADOPTION / INCORPORATION THEORY

A TEORI ADOPSI ATAU INKORPORASI PERJANJIAN INTERNASIONAL :


Apabila suatu Negara telah merati kasi suatu perjanjian internasional, maka
secara otomatis perjanjian tersebut menjadi bagian dari hukum nasionalnya,
dan tidak perlu lagi ada tindakan lain seperti pembuatan undang-undang
(legislatif ), maupun keputusan pengadilan.

Masalah praktis doktrin inkorporasi suatu perjanjian ke dalam suatu hukum


nasional, yaitu apabila perlu penyesuaian (re nement) dan penjabaran/
elaborasi ke dalam peraturan hukum nasional. Pemenuhan kewajiban sesuai
dengan perjanjian memerlukan, antara lain, dukungan sumber daya
keuangan, amandemen peraturan-peraturan yang tidak sesuai, identi kasi
siapa saja para pemegang hak dan kewajiban dalam perjanjian internasional.
fi

fi

fi
B TEORI ADOPSI ATAU INKORPORASI KEBIASAAN INTERNASIONAL :
Berbeda halnya dengan perjanjian internasional, keberadaan hukum kebiasaan
tidak self-evident (membuktikan sendiri) tetapi perlu diveri kasi terlebih
dahulu. Dalam prakteknya, apabila hukum kebiasaan internasional
diberlakukan oleh suatu pengadilan nasional, maka para hakim pertama kali
harus melakukan veri kasi keberadaan hukum kebiasaan tersebut.

Selanjutnya adalah perlunya ditentukan apakah hukum kebiasaan yang telah


diveri kasi tersebut akan secara otomatis diterima ke dalam hukum nasional
atau memerlukan suatu legislasi (undang-undang) terlebih dahulu.

Di dalam negara-negara penganut common law, apabila suatu kebiasaan


internasional  sudah diveri kasi dan dipandang exist maka secara prinsip
sudah diterima dalam hukum nasional, kecuali apabila: (a) Kebiasaan
internasional tersebut secara konsisten ditolak oleh negara bersangkutan
(persistent objector rule); (b) Kebiasaan internasional tersebut tidak sejalan
dengan undang-undang yang telah ada
fi
fi
fi
fi

TRANSFORMATION THEORY
Tidak seperti teori inkorporasi, dimana semua perjanjian internasional dan Untuk menerapkan Hukum
kebiasaan internasional yang telah diterima oleh suatu negara dianggap secara Internasional dan Hukum Nasional,
otomatis menjadi bagian dari hukum nasionalnya, teori transformasi aturan-aturan Hukum Internasional
berdasarkan suatu rational yang berbeda sama sekali dengan doktrin tersebut harus ditransformasikan
inkorporasi. (RATIFIKASI) terlebih dahulu

Secara khusus, teori transformasi yang didasarkan atas suatu anggapan


adanya perbedaan antara perjanjian-perjanjian yang memiliki sifat janji-janji Hukum Internasional dan Hukum
(promises) dan perundangan-undangan nasional dengan sifat perintah Nasional merupakan 2 sistem
(command). Akibat adanya perbedaan ini diperlukan suatu transformasi dari hukum yang sangat berbeda
satu tipe ke tipe yang lain baik secara formal maupun secara substantif.

Negara-negara penganut teori transformasi menghendaki adanya suatu


undang-undang (act of parliament) agar kaedah HI dapat diterapkan dalam
suatu Negara.

DELEGATION THEORY
Aturan-aturan Hukum Internasional dalam konstitusi suatu negara yang menetapkan bahwa perjanjian-
perjanjian internasional dapat diterapkan dalam bidang Hukum Nasional
Aturan-aturan Hukum Internasional dalam konstitusi suatu negara yang menetapkan bahwa perjanjian-
perjanjian internasional dapat diterapkan dalam bidang Hukum Nasional
Aturan-aturan Hukum Internasional dapat diterapkan dalam bidang Hukum Nasional sesuai dengan
prosedur dan sistim yang ada dalam setiap negara menurut konstitusinya

Sebagai jawaban terhadap teori transformasi, para pengritik mengemukakan teori


mereka, yakni teori delegasi (the delegation theory). Menurut teori ini ada
pendelegasian kepada setiap konstitusi negara yang diberikan oleh kaedah-kaedah 
HI, yaitu hak untuk menentukan kapan ketentuan-ketentuan suatu perjanjian
internasional atau konvensi dan bagaimana cara ketentuan-ketentuan tersebut
diterima dan dimasukkan ke dalam hukum nasional masing-masing.

Address: Gedung FHUP 2nd Floor, Room 215,


Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, 12640.
Email: intlawdepartment. up@gmail.com
fh

Anda mungkin juga menyukai