Anda di halaman 1dari 5

HUKUM INTERNASIONAL KELAS C

Nama : Andi Aulia Ramadhani

Nim : B011211015

A. Negara monist
1. Jerman
Konstitusi Republik Federal Jerman, yang disebut Hukum Dasar atau
Grundgesetz,yang dikenal dengan sebutan GG, bisa dibilang merupakan
konstitusi yang paling menerima hukum internasional secara terbuka. Hal ini
dapat dilihat dalam Preamble (Pembukaan) yang menyatakan bahwa konstitusi
Jerman dibentuk “... terinspirasi oleh tekad untuk mempromosikan dunia
perdamaian” dan beberapa literature keutamaan hukum internasional mengatakan
Aturan umum hukum internasional harus menjadi bagian integral dari hukum
federal. Mereka harus didahulukan dari undang-undang dan secara langsung
menimbulkan hak dan kewajiban bagi penduduk wilayah federal , dari pernyataan
ini dapat disimpulkan bahwa jerman merupakan Negara monist karena secara
tidak langsung konstitusi Jerman menyiratkan bahwa hukum internasional berlaku
bersama-sama dengan hukum nasional: tidak terpisahkan, dengan tujuan
pembentukan hukum di Jerman untuk turut serta menciptakan perdamaian dunia.
Namun disisi lain juga terdapat pada konstitusi jerman pasal 59 ayat 2 yang
menyatakan bahwa perjanjian internasional yang menyangkut politik Jerman atau
yang berkaitan dengan kewenangan legislasi federal maka harus ada pernyataan
penerimaan dalam bentuk peraturan yang diakui oleh Jerman, agar dapat
diimplementasikan melalui Parlemen dengan perubahan-perubahan seperlunya
jadi dapat disimpulkan jerman adalah Negara yang menganut teori monist namun
tidaklah murni seperti Negara-negara lain . pendapat ahli Triepel dan Strupp
(Jerman)21 Keberlakuan hukum nasional murni kewenangan dari penguasa
domestik, oleh karenanya hukum nasional berkedudukan lebih tinggi daripada
hukum internasional. Teori ini sangat erat kaitannya dengan paham positivisme.
2. Malaysia
Hukum tertinggi di negara Malaysia, yakni The Federal Constitution of Malaysia
(Konstitusi Federal Malaysia) tidak menyebutkan secara jelas bahwa perjanjian
internasional sebagai salah satu sumber hukum di Malaysia. Namun jikalau dilihat
Pada tataran praktek di peradilan, sumber hukum internasional baik yang berupa
kaidah-kaidah umum hukum internasional (customary rules) ataupun perjanjian
internasional tetap digunakan menjadi sumber hukum nasional di negara
Malaysia. . Dalam hal ini, pengadilan Malaysia menerapkan teori inkorporasi
sebagai kepanjangan dari Teori Monisme dimana suatu sumber hukum
internasional dapat langsung diaplikasikan oleh hakim di pengadilan tanpa adanya
proses legislasi nasional terlebih dahulu berbeda dengan perjanjian internasional
Malaysia harus terlebih dahulu melalui proses transformasi hukum. Jadi dalam
hal ini Malaysia juga tidak murni menganut teori
minisme
3. Amerika serikat
Amerika serikata adalah Negara yang menganut doktrin inkorporasi Doktrin
inkorporasi beranggapan bahwa hukum internasional merupakan bagian yang
secara otomatis menyatu dengan hukum nasional tanpa legislasi terlebih dahulu
Doktrin ini lebih mendekati teori monnisme yang tidak memisahkan antara
hukum nasional dan hukum internasional. Menurut praktik di Amerika Serikat,
apabila suatu perjanjian internasional tidak bertentangan dengan konstitusi dan
termasuk golongan perjanjian yang "self executing", maka isi perjanjian demikian
di anggap menjadi bagian dari hukum yang berlaku di Amerika Serikat tanpa
memerlukan pengundangan melalui perundang-undangan nasional. Namun juga
terdapat perjanjian yang tidak termasuk golongan yang berlaku dengan sendirinya
(non self executing) baru di anggap mengikat pengadilan di Amerika Serikat
setelah adanya perundang-undangan yang menjadikannya berlaku sebagai hukum,
dan tidak memerlukan persetujuan badan legislatif. Praktik-praktik yang terdapat
diamerika sama halnya dengan Negara lain kadang kala pada suatu peraktik
menggunakan pendekatan monism disisi lain juga terdapat pendekatan dualism .
B. Negara dualis
1. Singapura
Hukum tertinggi di Singapura adalah The Constitusion Act 1965. Dalam
konstitusi ini sebenarnya tidak ada kejelasan apakah Singapura menggunakan
pendekatan monisme ataukah dualism. Meskipun demikian hal ini tidak berarti
Singapura menerima seluruh hukum tanpa dasar konstitusi yang jelas. Singapura
menggunakan pendekatan dualisme dengan tegas setiap kali berhadapan dengan
sumber-sumber hukum internasional pada prakteknya perjanjian internasional
yang sudah diratifikasi oleh pemerintah Singapura tidaklah self-executing atau
dapat langsung berlaku melainkan harus diinkorporasi menggunakan Act of
Parliament (Undang-undang yang dibuat oleh Parlemen).
2. Inggris
Pada umunya inggris dalam menerapkan suatu perjanjian nasional haruslah
mendapatkan persetujuan dari parleman dan pengundangan nasional , salah satu
ketentuan pokonya menyatakan bahwa perjanjian yang secara tegas memerlukan
persetujuan dari parlemen, harus mendapatkan persetujuan tersebut ysng biasanya
diberikan dalam bentuk undang-undang ataupun resolusi sehingga dalam hal ini
inggris jelas mengikuti aliran dualism dalam melaksanakan perjanjian
internasional pengadilan tidak dapat menerapkan perjajian secara langsung ,
mereka hanya dapat menerapkan undang-undang peraturan pelaksanaan dari
perjanjian tersebut . namun berbeda lagi dengan praktek hukum kebiasaan
internasional di inggris yang menganggap hukum kebiasaan internasional sebagai
bagian dari hukum nasional (the law of the land) sehingga kebiasaan hukum
internasional dapat langsung diterapkan dipengadilan inggris selama tidak
bertentangan dengan hukum nasionalnya (primat hukum nasional).
Kesimpulannya inggris adalah penganut aliran dualism pada pelaksanaan
perjanjian nasional namun tidaklah murni karena beberapa praktek kebiasaan
hukum internasionalnya lebih ke aliran monism dengan primat hukum nasional.
3. Belanda
Kedudukan hukum internasional dalam Konstitusi Belanda didasarkan pada
Konstitusi tahun 1987, dengan ketentuan bahwa parlemen memiliki hak control
yang kuat terhadap hukum intemasional yang akan disahkan dan berlaku di
Belanda artinya hukum internasional tidaklah otomatis berlaku dibelanda harus
terdapat pengesahan di parlemen dalam Konstitusi Belanda Pasal 66 disebutkan
bahwa perjanjian internasional lebih utama dari hukum nasional, dengan
ketentuan bahwa hanya perjanjian yang telah mendapat persetujuan dari the State-
General dan the Council-State baik dalam bentuk tersurat dan tersirat wlaupun
dalam hal ini belanda seakan akan menganut monism dengan primat hukum
internasional namun perlu digaris bawahi bahwa hierarki tersebut berlaku apabila
perjanjian internasional telah diratifikasi terlebih dahulu dan apabila jika terdapat
pertentangan antara perjanjian internasional yang akan diratifikasi dengan
Konstitusi negaranya, maka harus mendapat persetujuan dulu dengan 2/3 suara
dari the State-General.

C. Kesimpulan
Dalam mengimplementasikan hukum internasional kedalam hukum nasional dapat
dilakukan dengan pendekatan dua teori yaitu teori dulisme dan monisme dengan primat
hukum internasional dan nasional. Negara yang menganut teori monism yaitu jerman,
Malaysia,dan amerika serikat sedangkan Negara yang menganut teori dualism yaitu
singapura,inggris,dan belanda. Pada praktiknya setiap Negara mempunyai pendekatan
yang berbeda-beda bahkan berlainan dengan konstitusi atau peraturan yang ada sehingga
tidak ada Negara yang benar-benar murni dalam menganut suatu teori karena beberapa
kepentingan lain atau situasi.
DAFTAR PUSTAKA
Siciliya Mardian Yo’el. Implementasi Perjanjian Internasional di Asean; Praktik di
Indonesia, Malaysia, dan Singapura dalam Melaksanakan Asean Agreement on
Transboundary Haze Polution. 2018. file:///C:/Users/ASUS/Downloads/451-Article
%20Text-773-1-10-20181103.pdf

Chita Arifa Hazna. The Relation between International Law and State Law.
https://www.academia.edu/download/43909319/Hubungan_Hukum_Internasional_dan_N
asional_di_Jerman.pdf

Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 2 Nomor 1 Maret 2013,Dina Sunyowti Hukum
Internasional .Sebagai Sumber Hukum Dalam Hukum Nasional (Dalam Perspektif
Hubungan Hukum Internasional Dan Hukum Nasional Di Indonesia).
ihttps://jurnalhukumdanperadilan.org/index.php/jurnalhukumperadilan/article/view/
125/136

Melda Kamil Ariadno. Kedudukan Hukum Internasional dalam Sistem Hukum Nasional .
2014. https://media.neliti.com/media/publications/39087-EN-kedudukan-hukum-
internasional-dalam-sistem-hukum-nasional.pdf

Anda mungkin juga menyukai