Nim : 1730103111
LATIHAN SOAL:
Jawaban:
1. Secara umum ada dua paham besar dalam memandang berlakunya Hukum
Internasional, yaitu:
Inggris
Kanada
Australia, dll
3. Dalam konteks Indonesia, menurut Duta Besar Eddy Pratomo, masih terdapat
ketidaktegasan apakah Indonesia menganut aliran monoisme atau dualisme. Sejauh
ini, Eddy menganggap bahwa Indonesia menganut doktrin gabungan, yaitu
inkorporasi (monoisme) untuk perjanjian-perjanjian internasional yang menyangkut
keterikatan negara sebagai subjek hukum internasionalsecara eksternal. Akan tetapi
menganut doktrin transformasi (dualisme) untuk perjanjian internasional yang
menciptakan hak dan kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun apabila ditinjau lebih jauh melalui Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, maka berdasarkan
hierarki peraturan perundang-undangan dapat disimpulkan bahwa Indonesia
menganut aliran dualisme dimana perlu dilakukan transformasi hukum? internasional
ke dalam produk hukum nasional.
4. Penjelasan Umum UU Perjanjian Internasional menjelaskan bahwa Perjanjian
internasional yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah setiap perjanjian di
bidang hukum publik, diatur oleh hukum internasional, dan dibuat oleh Pemerintah
dengan negara, organisasi internasional, atau subjek hukum internasional lain.
Sebelum perjanjian internasional ini berlaku dan mengikat di Indonesia, perjanjian
internasional itu perlu disahkan. Yang dimaksud “Pengesahan”, menurut pasal 1
angka 2 UU Perjanjian Internasional, adalah perbuatan hukum untuk mengikatkan diri
pada suatu perjanjian internasional dalam bentuk ratifikasi (ratification), aksesi
(accession), penerimaan (acceptance) dan penyetujuan (approval).
5. Mazhab Inggris dalam teori hubungan internasional (kadang disebut realisme liberal,
aliran masyarakat internasional, atau institusionalis Britania) menyatakan bahwa
'masyarakat negara' eksis di tingkat internasional meski berada dalam keadaa anarki
(ketiadaan pemimpin global atau negara dunia). Mazhab Inggris berpendapat bahwa
selain materi, ide juga membentuk perilaku politik internasional sehingga berhak
dianalisis dan dikritik. Kasarnya, mazhab Inggris mirip dengan konstruktivisme, tetapi
mazhab Inggris berakar dari sejarah dunia, hukum internasional, dan teori politik, dan
lebih terbuka terhadap pendekatan normatif ketimbang konstruktivisme