Anda di halaman 1dari 3

Nama : Devi Apriliani

Nim : 1730103111

Mata kuliah : Hukum Internasional

Hari/ Tanggal : Rabu/ 6 Mei 2020

Dosen Pengampu : DR. Ning Herlina, S.H.,M.Hum.

LATIHAN SOAL:

1. Jelaskan paham yang memandang keberlakuan hukum internasional?


2. membandingkan penerapan doktrin inkorporasi di Amerika Serikat dan Inggris.
3. Dalam memandang hubungan antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional,
Indonesia menganut paham yang mana dualisme atau monisme? Jawab pertanyaan
saudara jawab dengan bukti?
4. Jelaskan arti UU Perjanjian Internasional dalam UUD NRI 1945 di Indonesia?
5. Menurut pendapat Saudara, mazhab mana yang paling tepat untuk hukum
internasional di Indonesia dan beri alasannya?

Jawaban:

1. Secara umum ada dua paham besar dalam memandang berlakunya Hukum
Internasional, yaitu:

a. Pandangan voluntarisme: memandang hukum nasional dan hukum


internasional terpisah (dualisme) karena menurut pandangan ini, berlakunya
hukum internasional berdasarkan pada kemauan negara.
b. Pandangan objektivis: memandang hukum nasional dan hukum internasional
merupakan kesatuan perangkat hukum (monisme) karena menurut pandangan
ini berlakunya hukum internasional ini lepas dari kemauan negara; secara
otomatis telah menjadi satu paket dengan hukum nasional.

2. Doktrin inkorporasi menyatakan Hukum Internasional dapat langsung menjadi bagian


hukum nasional. Misalnya negara menandatangani dan meratifikasi traktat
sehingga perjanjian tersebut secara langsung mengikat para warganya tanpa adanya
legislasi terlebih dahulu. Negara yang menerapkan sistem ini antara lain:
 Amerika Serikat

 Inggris

 Kanada

 Australia, dll

Perbedaan penerapan doktrin inkorporasi di Amerika serikat dan Inggris antara lain:

a. Amerika Serikat dengan Hukum Internasional menjadi Bagian Hukum Nasional,


serta hukum kebiasaan Internasional menempati kedudukan penting di pengadilan
Nasional Amerika atau pada dasarnya Amerika menerapkan inkoporasi tanpa
diproses dahulu.

b. Inggris dengan Hukum Internasional menjadi Hukum Kebiasaan Internasional


dengan Hukum Internasional akan terapkan sebagai Hukum Nasional jika Hukum
kebiasaan Internasional tersebut didukung dengan bukti, tidak tunduk pada Doktrin
Stare Delisis dan hukum kebiasaan internasional tersebut tidak bertentangan dengan
Hukum Nasional.

3. Dalam konteks Indonesia, menurut Duta Besar Eddy Pratomo, masih terdapat
ketidaktegasan apakah Indonesia menganut aliran monoisme atau dualisme. Sejauh
ini, Eddy menganggap bahwa Indonesia menganut doktrin gabungan, yaitu
inkorporasi (monoisme) untuk perjanjian-perjanjian internasional yang menyangkut
keterikatan negara sebagai subjek hukum internasionalsecara eksternal. Akan tetapi
menganut doktrin transformasi (dualisme) untuk perjanjian internasional yang
menciptakan hak dan kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia.

Namun apabila ditinjau lebih jauh melalui Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, maka berdasarkan
hierarki peraturan perundang-undangan dapat disimpulkan bahwa Indonesia
menganut aliran dualisme dimana perlu dilakukan transformasi hukum? internasional
ke dalam produk hukum nasional.
4. Penjelasan Umum UU Perjanjian Internasional menjelaskan bahwa Perjanjian
internasional yang dimaksud dalam undang-undang ini adalah setiap perjanjian di
bidang hukum publik, diatur oleh hukum internasional, dan dibuat oleh Pemerintah
dengan negara, organisasi internasional, atau subjek hukum internasional lain.
Sebelum perjanjian internasional ini berlaku dan mengikat di Indonesia, perjanjian
internasional itu perlu disahkan. Yang dimaksud “Pengesahan”, menurut pasal 1
angka 2 UU Perjanjian Internasional, adalah perbuatan hukum untuk mengikatkan diri
pada suatu perjanjian internasional dalam bentuk ratifikasi (ratification), aksesi
(accession), penerimaan (acceptance) dan penyetujuan (approval).

5. Mazhab Inggris dalam teori hubungan internasional (kadang disebut realisme liberal,
aliran masyarakat internasional, atau institusionalis Britania) menyatakan bahwa
'masyarakat negara' eksis di tingkat internasional meski berada dalam keadaa anarki
(ketiadaan pemimpin global atau negara dunia). Mazhab Inggris berpendapat bahwa
selain materi, ide juga membentuk perilaku politik internasional sehingga berhak
dianalisis dan dikritik. Kasarnya, mazhab Inggris mirip dengan konstruktivisme, tetapi
mazhab Inggris berakar dari sejarah dunia, hukum internasional, dan teori politik, dan
lebih terbuka terhadap pendekatan normatif ketimbang konstruktivisme

Anda mungkin juga menyukai