Anda di halaman 1dari 6

HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL DENGAN

HUKUM NASIONAL

Oleh:
Nanda Dwi Haryanto
E0014288

Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret
2015

1
PENDAHULUAN
Hukum Nasional adalah peraturan hukum yang berlaku di suatu negara yang
terdiri atas prinsip-prinsipserta peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat pada
suatu negara. Pada umumnya hukum internasional mempunyai hubungan yang
erat dengan hukum nasional. Baik hukum internasional maupun hukum nasional
mempunyai peran penting dalam konstelasi politik dunia. Hukum nasional
mengatur dan berlaku di suatu negara, sedangkan hukum internasional mengatur
hubungan antar negara-negara di dunia maupun subjek-subjek hukum lainnya.
Persoalan ini menginspirasi kami membuat paper yang membahas lebih dalam
hubungan antara hukum nasional dan hukum internasional.
PEMBAHASAN
A. Perbedaan antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional
Perbedaan antara hukum internasional dan hukum nasional yang krusial
pertama adalah dilihat dari aspek objek pengaturannya, hukum internasional
memiliki negara sebagai objek pertama dari pengaturan, sedangkan hukum
nasional lebih menekankan pada pengaturan hubungan antara individu dengan
individu maupun individu dengan negara. Kedua, dengan membedakan model
atau bentuk hukumnya yang sama sekali berbeda dari hukum internasional dan
hukum nasional. Hukum internasional tidak memiliki badan-badan secara
legislatif, eksekutif, dan yudikatif sebagaimana yang ada dalam hukum nasional.
Meskipun terdapat Majelis Umum PBB yang sering berlaku sebagai badan
“legislatf” tidak dapat dianalogikan sebagai parlemen. Ketiga, perbedaan yang
sangat menonjol dapat dibuktikan melalui prinsip-prinsip hukum internasional
yang sangat mendasarkan pada prinsip persamaan subjek (negara) sebagai dasar
untuk terbentuknya hukum. Seperti, yang dapat dilihat dalam proses pembentukan
hukum kebiasaan atau traktat, yag menuntut supaya terdapatnya persetujuan dari
negara-negara atas dasar persamaan. Hal mana prinsip ini tidak begitu menonjol
dalam hukum nasional yang serba tersentralisir. Oleh karena itu, Lauterpacht
menegaskan hukum nasional yaitu suatu hukum yang berdaulat atas subjek
individu, sedangkan hukum bangsa-bangsa, suatu hukum yang berada di bawah,
melainkan hukum yang berdaulat antara negara-negara, dan oleh karena itu
hukum ini lebih lemah.
B. Teori Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Nasional
Berbicara tentang hubungan hukum internasional dengan hukum nasional
terdapat dua pandangan yang melahirkan dua teori hubungan hukum internasional
dengan hukum nasional. Dua pandangan tersebut antara lain pandangan
obyektivitas dan pandangan voluntarisme. Pandangan obyektivitas yang
menganggap ada dan berlakunya hukum internasional ini pada kemauan negara,
pandangan obyektivitas ini menganggap dua bagian dari satu kesatuan perangkat
hukum. Hal ini erat hubungannya dengan persoalan hubungan hierarki antara

2
kedua perangkat hukum itu baik masing-masing berdiri sendiri maupun dua
perangkat hukum itu merupakan dari satu kesatuan dari satu keseluruhan tata
hukum yang sama. Sedangkan pandangan voluntarisme mendasarkan berlakunya
hukum internasional ini pada kemauan negara. Pandangan voluntarisme
mengakibatkan adanya hukum internasonal dan hukum nasional sebagai dua
kesatuan perangkat hukum yang hidup berdampingan dan terpisah. Dari dua
pandangan tersebut munculah dua teori antara lain:

1. Teori Monisme
Teori ini berpendapat bahwa pada prinsipnya, hukum internasional dan hukum
nasional adalah dua aspek dalam satu sistem hukum yang mengatur kehidupan
manusia, dimana hukum nasional mengikat individu secara perseorangan
sedangkan hukum internasional mengikat indvidu secara kolektif. Pendukung
teori ini adalah Hans Kelsen. Konsekuensinya hukum internasional untuk
dapat berlaku dalam hukum nasional tidak perlu adopsi secara khusus. Jika
terjadi pertentangan antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional maka
yang mana yang lebih diutamakan adalah tergantung pada preferensi suatu
negara pada hukum nasional atau hukum internasional.
Hans Kelsen sebagai salah satu penganut monisme menjelaskan, jika ada
pertentangan antara Hukum Internasional dengan Hukum Nasional maka
harus dilakukan analisis struktural untuk menemukan apa yang menjadi
postulat fundamental dari ketentuan hukum yang saling bertentangan tersebut.
Jika postulat fundamental berada pada sistem Hukum Internasional. Maka
yang diutamakan adalah ketentuan Hukum Internasional. Jika postulat
fundamentalnya terletak pada hukum nasional maka yang diutamakan adalah
ketentuan hukum nasional. Maka teori ini akan memunculkan dua paham:
a) Hukum Nasional Primat Hukum Internasional
Dalam pandangan paham ini bahwa pada prinsipnya Hukum
Internasional itu tidak lain merupakan kelanjutan hukum nasional
belaka, atau tidak lain dari hukum nasional untuk urusan luar negeri.
Alasan utama anggapan tersebut adalah 1) bahwa tidak ada satu
organisasi di atas negara-negara yang mengatur kehidupan Negara-
negara; 2) dasar hukum internasional yang mengatur hubungan
internasional terletak dalam wewenang negara untuk mengadakan
perjanjian internasional, jadi wewenang konstitusional. Dengan
berbagai argumen yang dibangun tersebut pada prinsipnya paham
ini menjadi tidak jauh berbeda dengan pemikiran para penganut
dualisme yang pada hakekatnya menyadarkan keterikatannya atas
hukum internasional pada kemauan Negara tersebut dan akan

3
dimungkinkan terjadinya penyangkalan terhadap keberadaan hukum
Internasional.
b) Hukum Internasional Primat Hukum Nasional
Menurut paham penganut Hukum Internasional Primat terhadap
Hukum Nasional, hukum nasional itu pada prinsipnya bersumber
pada hukum internasional. Penganut teori ini memiliki pandangan
bahwa hukum internasional merupakan perangkat ketentuan hukum
yang secara hierarkis lebih tinggi kedudukannya. Dalam kata lain,
kekuatan mengikatnya hukum nasional adalah berdasarkan suatu
pendelegasian wewenang dari hukum internasional
2. Teori Dualisme
Teori ini berpendapat bahwa pada pronsipnya Hukum Internasional dan
Hukum Nasional merupakan dua sistem hukumyang berbeda secara intrinsik:
subjek dan sumber hukumnya, yang terpisah satu dengan yang lainya. Bahwa
daya ikat hukum nternasional bersumber pada kemauan negara. Menurut teori ini
maka Hukum Internasional tidak dapat berlaku secara langsung dalam Hukum
Nasional. Sebagai konsekuensinya maka tidak akan pernah ada konflik di antara
kedua sistem hukum tersebut, yang mungkin ada hanyalah penunjukan diantara
keduanya, sehingga dengan kata lain bahwa tidak akan ada persoalan
hierarkisantara kedua perangkat hukum tersebut. Teori ini menyatakan bahwa
perjanjian internasional untuk dapat diterapkan dalam hukum nasional harus
melaui:
1. Sistem Transformasi, yakni perjanjian internasional harus dijelmakan
(ditransformasikan) ke dalam hukum nasional secara formal dan subtantif,
sehingga pemberlakuannya adalah bukan sebagai hukum internasional
(non self-executing)
2. Sistem Delegasi (the delegation theory), yakni melalui delegasi aturan-
aturan konstitusional, hukum internasional mendelegasikan kepada
masing-masing konstitusi Negara untuk menentukan kapan ketentuan
perjanjian internasional berlaku dalam hukum nasional berikut prosedur
atau metode yang digunakan . Jadi tidak perlu ada suatu tindakan
transformasi khusus atau pembuatan hukum nasional khusus dalam rangka
pemberlakuan hukum internasional (self-executing).
Menurut Tripel salah satu pendukung adanya teori dualisme mengatakan
bahwa, perbedaan dua pokok antara hukum nasional dan hukum
internasional,yaitu :
1. Subyek hukum nasional adalah individu, sedangkan subyek hukum
internasional adalah negara.

4
2. Sumber hukum nasional adalah kehendak negara yang bersangkutan,
sedangkan sumber hukum internasional adalah kehendak bersama-
sama negara.

PENUTUP
Kesimpulan
Hukum Internasional dengan hukum nasional sangat erat hubungannya
dalam konstelasi politik dunia saat ini. Perbedaan hukum internasional dengan
hukum nasional ada tiga antara lain, pertama, dilihat dari segi objek
pengaturannya, kedua dengan membedakan model atau bentuk hukumnya, ketiga
dilihat dari segi prinsip-prinsip hukum.
Berbicara tentang hubungan hukum internasional dengan hukum nasional
terdapat dua pandangan yang melahirkan dua teori hubungan hukum internasional
dengan hukum nasional. Dua pandangan tersebut antara lain pandangan
obyektivitas dan pandangan voluntarisme.Pandangan obyektivitasmenganggap
ada dan berlakunya hukum internasional ini pada kemauan negara. Pandangan
voluntarisme mendasarkan berlakunya hukum internasional ini pada kemauan
negara. Dari dua pandangan tersebut munculah teori hubungan hukum
internasional dengan hukum nasional. Teori tersebut adalah teori monisme dan
teori dualisme. Teori monisme menyatakan bahwa hukum internasional dan
hukum nasional merupakan bagian dari satu sistem hukum. Teori dualisme
menyatakan bahwa hukum internasional dan hukum nasional masing-masing
merupakan dua sistem hukum yang berbeda secara intrinsik.

TINJAUAN PUSTAKA
Burhantsani,dkk. 2013. Pengantar Hukum Internasional. Yogyakarta: Bagian
Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada
Mauna, Boer. 2015. Hukum Internaional Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam
Era Dinamika Global. Bandung: PT. Alumni

5
Muhammad Ab. 2014. Hubungan Hukum Internasional dengan Hukum Nasional.
https://www.academia.edu/9345186/Hubungan_Hukum_Internasional_den
gan_Hukum_Nasional. Diakses pada Kamis, 17 September 2015
Nuelnuel11. 2013. Hubungan HI dan HN.
http://www.slideshare.net/Nuelnuel11/hubungan-hi-dan-hn?
from_action=save. Diakses pada Kamis, 17 September 2015
Sefriani. 2014. Hukum Internasional Suatu Pengantar. Depok: Rajawali Press
Thontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar. 2006. Hukum Internasional
Kontemporer. Bandung: PT. Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai