Anda di halaman 1dari 3

Tempat hukum internasional dalam tata hukum secara keseluruhan

Hukum Internasional merupakan bagian dari hukum pada umumnya. Hal ini tidak dapat
dielakan apanila kita hendak melihat hukum internasional sebagai perangkat ketentuan
dan asas yang efektif yang benar-benar hidup dalam kenyataan, sehingga mempunyai
hubungan dengan hukum nasional”

Alasan terletak atau didasarkan pada kenyataan diantaranya, yaitu :


1.)   Kedua perangkat hukum tersebt yakni hukum nasional dan hukum internasional mempunyai
sumber yang berlainan, hukum nasional bersumber pada “kemauan negara”, sedangkan hukum
internasional bersumber pada kemauan bersama masyarakat negara.
2.)   Berlaianan subyek hukumnya
Subyek hukum nasional dalah orang-perorangan, sedangkan subyek hukum dari hukum
internasional adalah negara.
3.)   Perbedaan dalam strukturnya
Lembaga yang diperlukan untuk melaksanakan hukum dalam kenyataannya seperti, mahkamah
dan organ eksekutif hanya ada dalam hukum nasional.
4.)   Daya laku atau keabsahan kaidah hukum nasional tidak terpengaruh oleh kenyataan bahwa
hukum nasional itu bertentangan dengan hukum internasional.

Hans Kelsen sebagai salah satu penganut monisme menjelaskan, jika ada pertentangan antara
Hukum Internasional dengan Hukum Nasional maka harus dilakukan analisis struktural
untuk menemukan apa yang menjadi postulat fundamental dari ketentuan hukum yang saling
bertentangan tersebut. Jika postulat fundamental berada pada sistem Hukum Internasional.
Maka yang diutamakan adalah ketentuan Hukum Internasional. Jika postulat fundamentalnya
terletak pada hukum nasional maka yang diutamakan adalah ketentuan hukum nasional.
Maka teori ini akan memunculkan dua paham:
a) Hukum Nasional Primat Hukum Internasional
Dalam pandangan paham ini bahwa pada prinsipnya Hukum Internasional itu tidak
lain merupakan kelanjutan hukum nasional belaka, atau tidak lain dari hukum
nasional untuk urusan luar negeri. Alasan utama anggapan tersebut adalah 1)
bahwa tidak ada satu organisasi di atas negara-negara yang mengatur kehidupan
Negara-negara; 2) dasar hukum internasional yang mengatur hubungan
internasional terletak dalam wewenang negara untuk mengadakan perjanjian
internasional, jadi wewenang konstitusional. Dengan berbagai argumen yang
dibangun tersebut pada prinsipnya paham ini menjadi tidak jauh berbeda dengan
pemikiran para penganut dualisme yang pada hakekatnya menyadarkan
keterikatannya atas hukum internasional pada kemauan Negara tersebut dan akan
dimungkinkan terjadinya penyangkalan terhadap keberadaan hukum Internasional.
b) Hukum Internasional Primat Hukum Nasional
Menurut paham penganut Hukum Internasional Primat terhadap Hukum Nasional,
hukum nasional itu pada prinsipnya bersumber pada hukum internasional.
Penganut teori ini memiliki pandangan bahwa hukum internasional merupakan
perangkat ketentuan hukum yang secara hierarkis lebih tinggi kedudukannya.
Dalam kata lain, kekuatan mengikatnya hukum nasional adalah berdasarkan suatu
pendelegasian wewenang dari hukum internasional

Inggris
Hukum Kebiasaan Internasional
            Praktek di Inggris pada umumnya menunujukan bahwa hukum kebiasaan internasional
secara otomatis sebagai bagian dari hukumm nasional Inggris. Pendekatan yang digunakan
adalah doktrin “Inkorporasi”
Sepanjang mengenai  Hukum Kebiasaan Internasional dapat dikatakan bahwa doktrin
Inkorporasi ini. berlaku dengan dua pengecualian yaitu ;
1.)   Bahwa ketentuan hukum kebiasaan Internasional tidak bertentangan dengan suatu undang-
undang baik yang telah berlaku maupun yang diundangkan kemudian. Hal ini berarti bahwa
Inggris lebih mendahulukan hukum nasionalnya.
2.)   Sekali ruang lingkup suatu ketentuan hukum kebiasaan internasional ditetapkan oleh keputusan
mahkamah yang tertinggi, maka semua pengadilan terikat oleh keputusan itu sekalipun kemudan
dapat terjadi perkembangan suatu ketentuan hukum kebiasaan Internasional yang bersangkutan
harus merupakan ketentuan yang umum diterima masyarakat internasional.
Disamping pengecualian di atas, pengadilan di Inggris dalam pesoalan yang menyangkut
hukum Internasional “ Terikat” oleh tindakan atau sikap pemerintah (eksekutif) dalam hal :
1.)   Tindakan pemerintah seperti pernyataan perang, perebutan (aneksasi) wilayah atau tindakan
nasionalisasi tidak boleh diragukan keabsahannya oleh pengadilan
2.)   Pengadilan terikat untuk mengakui pernyataan pemerintah (wewenang prerogatifnya) misalnya ;
pengakuan suatu pemerintah atau negara dan lain sebagainya.
Dalam membahas pengadilan Inggris tidak bisa kita lepaskan dari doktrin  “Preseden” atau
“Stare decisis”. Lord Nenning dan Malcoln menyatakan bahwa hukum internasional tidak
mengenal apa yang disebut sebagai Stare decisis. Bila hukum kebiasaan internasional mengalami
perubahan maka pengadilan dapat menerapkan perubahannya tersebut tanpa menunggu yang
dilakukan oleh “ The House of Lord”
Doktrin inkorporasi sangat kuat tertanam pada hukum positif di Inggris. Hal ini terbukti dengan
adanya dua dalil yang dipegang teguh oleh pengadilan Inggris yakni:
1.)   Dalil Konstruksi Hukum (Rule of Construction)
Menurut dalil ini UU yang dibuat oleh parlemen harus ditafsirkan sebagai tidak bertentangan
dengan hukum Internasional. Artinya : dalam mengkaji suatu UU ada anggapan bahwa parlemen
tidak berniat melakukan pelanggaran hukum Internasional.
2.)   Dalil tentang pembuktian
Berlainan dengan hukum asing, hukum internasional tidak memerlukan kesaksian para ahli di
pengadilan Inggris untuk membuktikannya. Pengadilan di Inggris boleh menetapkan sendiri ada
tidaknya suatu ketentuan hukum Internasional, dengan langsung menunjuk pada keputusan
mahkamah lain sebagai bukti atau sumber-sumber lain (doktrin) tentang adanya ketentuan
hukum Internasional.
                        Perjanjian (traktat) Internasional
                        Mengenai traktat (agreements, traties) dapat dikatakan bahwa pada umumnya
perjanjian yang memerlukan persetujuan parlemen , memerlukan pula pengundangan nasional,
yang tidak memerlukan persetujuan badan ini dapat mengikat dan berlaku secara langsung
setelah penandatanganan dilakukan.
Dalam praktek di Inggris perjanjian Internasional yang memerlukan persetujuan parlemen dan
pengundangan nasional bagi berlakunya secara Intern antara lain :
1.)   Yang memerlukan diadakannya perubahan dalam perundang-undangan nasional.
2.)   Yang mengakibatkan perubahan dalam status atau garis batas wilayah negara
3.)   Yang mempengaruhi hak sipil kaula negara Inggris atau memerlukan penambahan wewenang
atau kekuasaan pada raja (ratu) Inggris.
4.)   Menambah beban keuangan negara secara langsung atau tidak pada pemerintahan Inggris.

Anda mungkin juga menyukai