Petunjuk pengerjaan!
1. Jawablah secara kritis dan analitis berdasarkan kajian ilmiah!
2. Cantumkan literatur dan sumber rujukan yang digunakan 3. Jawaban UTS paling
lambat dikumpulkan tanggal 5 April 2023 pukul 12.00 WIB!
Soal
1. Istilah popular hukum internasional dapat diklasifikasikan menjadi Public
Internasional Law, Private Internasional Law, dan Transnational Law. Jelaskan
perbedaan dan persamaan dari ketiga istilah tersebut secara kritis dan analitis!
Menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional saling berkaitan
satu sama lainnya.Menurut teori Monisme, hukum Internasional itu adalah lanjutan
dari hukum nasional, yaitu hukum Nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori
ini, hukum nasional Kedudukannya lebih rendah dibanding dengan hukum
internasional. Hukum nasional tunduk dan harus sesuai dengan hukum Internasional.
Berlakunya hukum internasional Dalam lingkungan hukum nasional memerlukan
ratifikasi menjadi Hukum nasional. Kalau ada pertentangan antar keduanya, maka
yang Diutamakan adalah hukum nasional suatu negara.
4. Jelaskan secara singkat padat dan jelas penyebab hukum internasional di abad
Romawi tidak mengalami perkembangan, dan mengapa Perjanjian Westphalia
dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah hukum internasional modern?
5. Jelaskan unsur-unsur yang harus dipenuhi agar suatu kebiasaan dapat disebut sebagai
kebiasaan internasional!
Unsur-unsur hukum kebiasaan internasional secara kumulatif terdiri atas dua, yakni
pertama unsur faktual sebagai praktik umum negara-negara, berulang-ulang,
dandalam jangka waktu yang lama. Yang kedua ialah unsur psikologis, yang
bersifatabstrak dan subjektif, dikarenakan tidak ada Hukum Intenasional yang dapat
dipakaisebagai pedoman dalam menentukan ada tidak adanya suatu kewajiban hukum
(opiniojuris).
7. Subjek hukum internasional pada dasarnya adalah pemegang hak dan kewajiban
berdasarkan hukum internasional. Jelaskan korelasi subjek hukum internasional
tersebut dengan kapasitas hukum dan konteks wewenang serta tanggung jawabnya
sebagai entitas dalam konteks hukum internasional? Selanjutnya konstruksikan
masingmasing entitas tersebut berdasarkan kapasitas hukum penuh ataukah kapasitas
hukum terbatas.
Layaknya hukum nasional ataupun sistem hukum lainnya, hukum Internasional juga
memiliki subjeknya sendiri, yaitu entitas sebagai Pendukung hak dan kewajiban
hukum dalam hukum internasional Berjalannya waktu, entitas-entitas tersebut
kemudian kian bertambah, dan Definisinya pun meluas, mengikuti berkembangnya
kebutuhan dan Keberadaan dari hukum internasional sehingga kini esensinya tidak
terpaku Hanya pada negara saja, selaku subjek hukum internasional.Terdapat
beberapa subjek hukum internasional yang pada umumnya kapasitas yang
merefleksikan masing-masing entitas tersebut untuk Mampu terlibat dengan hukum
terkait lintas batas negara. Karakteristik ini Merujuk pada legal capacity atau juridical
capacity dan yang kemudian mengarah pada legal personality atau juridical
personality yang dimiliki.Dengan demikian yang dimaksud dengan subjek hukum
internasional merupakan entitas yang mampu memikul hak dan kewajiban
internasional, maka legal personality dan international legal capacity menjadi esensi
dalam menentukan siapa-siapa saja yang dapat disebut sebagai subjek hukum
internasional
Subjek hukum internasional merupakan entitas yang mampu memikul hak dan
kewajiban internasional, maka legal personality dan international legal capacity
menjadi esensi dalam menentukan siapa-siapa saja yang dapat disebut sebagai subjek
hukum internasional.
Salah satunya yaitu pemberontak atau belligerent.Belligerency lebih mengarah pada
keadaan perang sipil di mana kekuatan Pemberontak melakukan penguasaan yang
efektif terhadap suatu wilayah negara. Kekuatan ini berhadapan dengan kekuatan
Angkatan bersenjata negara.12 Terkait dengan kelompok yang ingin mewakili dirinya
sendiri di mata hukum internasional, terpisah dari kedaulatan suatu negara yang
wilayahnya ditempati oleh kelompok yang bersangkutan misalnya Kelompok
saparatis Moro Islamic Liberation Front atau Front Pembebasan Islam Moro sebagai
kelompok yang mengatas namakan Etnis Moro dalam melawan Pemerintahan
Filipina. Konsep Belligerency dalam Hukum Internasional dikaitkan dengan perang
sipil, dan pengakuan belligerency hanya timbul dalam kondisi dan fakta tertentu
selama masa konflik bersenjata tersebut berlanjut. Fakta yang dimaksud antara lain
berupa: Keberadaan perang sipil dalam tahap yang melampaui rana lokal, okupasi
yang substansial oleh kelompok insurgent dalam wilayah yang ia kendalikan dan
ketaatan atas hukum perang oleh kelompok pemberontak, yang bertindak di bawah
otoritas yang bertanggung jawab. Lebih lanjut, secara tradisional setelah diakui status
terhadap belligerency, negara-negara pihak ketiga mendapatkan kewajiban untuk
bersifat netral terkait konflik internal dan memperlakukan kedua pihak yang
berkonflik dengan setara. Pihak yang berhak menentukan status pemberontak adalah
negara tempat pemberontakan itu sendiri atau oleh negara lain namun dengan
ketentuan netralitas negara ketiga tersebut. Jika pengakuan muncul dari negara yang
bersengketa maka konsekwensinya negara yang bersangkutan harus memperlakukan
para pemberontak seperti tawanan perang bukan sebagai penjahat, serta setiap pihak
baik pemberontak maupun pemerintah bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
pemberontak terhadap warga asing yang berada dalam wilayah sengketa. Sengeketa
bersenjata non-internasional sebelum berlakunya konvensi Jenewa 1949 pada
prinsipnya adalah tidak termasuk pengaturan hukum internasional dan masuk pada
pengaturan hukum nasional. Namun kemungkinan terjadinya perang itu menjadi
sengketa internasional adalah ketika yang mengakui kelompok tersebut adalah negara
lain atau negara ketiga sebagai belligerent (Kusumaatmadja, 1986: 22) Dalam
perkembanganya, hukum internasional juga mengalami perluasan menyangkut subjek
hukum dalam keadaan tertentu yakni individu dalam pengertian terbatas, yaitu yang
terbatas pada penjahat perang (Kusumaatdja, 1986) adanya pengakuan terhadap
organisasi pembebasan ini adalah sebuah konsepsi baru terutama yang diikuti oleh
negara-negara dunia ketiga berdasarkan pengertian bahwa peoples (bangsa-bangsa)
dianggap memiliki hak asasi, seperti; (1) Hak menentukan nasib sendiri (2) Hak untuk
secara bebas menentukan sistem ekonomi, politik dan sosial (3) Hak untuk menguasai
sumber daya alam dari wilayah yang ditempatinya.
9. Jelaskan alasan ilmiah kenapa MNC menurut beberapa pakar termasuk sebagai subjek
hukum internasional!
DAFTAR RUJUKAN