Coba saudara kemukakan Laut Cina Selatan masuk lingkup Hukum Internasional apa
dan bedakan dengan lingkup hukum internasional lainnya dengan memberikan contoh
kasusnya?
Ruang lingkup Hukum Intenasional :
HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK
•Hukum Internasional (HI)
HUKUM PERDATA INTERNASIONAL (HPI)
•Keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang
melintasi batas negara
Ruang lingkup atau substansi dari hukum internasional yang menurut Mochtar
Kusumaatmadja meliputi: hubungan atau persoalan hukum antar negara dan negara;
hubungan atau persoalan hukum antar negara dan subyek hukum bukan negara;
hubungan atau persoalan hukum antara subyek hukum bukan negara dan subyek
hukum bukan negara satu dengan lainnya. internasional dalam arti luas mencakup
hukum internasional publik dan hukum internasional privat.
Hukum Internasional Publik (hukum antar negara) adalah hukum yang mengatur
hubungan antar negara yang satu dengan negara yang lain dalam hubungan
internasional. Sedangkan Hukum Perdata Internasional adalah hukum yang mengatur
hubungan hukum antara warga negara suatu negara dengan warga negara dari lain
dalam hubungan internasional.
Persamaan dan Perbedaan Hukum Perdata Internasional dan Hukum Internasional
publik.
Hukum Internasional publik berbeda dengan Hukum Perdata Internasional. Hukum
Perdata Internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan perdata yang melintasi batas negara atau hukum yang mengatur hubungan
hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum
perdata (nasional) yang berlainan. Sedangkan Hukum Internasional adalah
keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata.
Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara (internasional). Perbedaannya adalah sifat hukum atau
persoalan yang diaturnya (objeknya). Hukum publik internasional atau yang lazim
disebut “hukum internasional” adalah himpunan peraturan yang mengatur hubungan
antara negara-negara yang merdeka dan berdaulat. Subyek hukum internasional
adalah badan atau manusia (pribadi) yang memiliki hak dan kewajiban dalam
hubungan internasional sebagaimana hukum pidana dan perdata dan contohnya . pada
dasarnya hukum internasional meliputi tentang hukum damai dan hukum perang.
Contoh kasus Hukum Internasional publik :
Konvensi Deen Haag
Konvensi-konvensi Den Haag adalah dua perjanjian internasional sebagai hasil
perundingan yang dilakukan dalam konferensi-konferensi perdamaian internasional di
Den Haag, Belanda: Konvensi Den Haag Pertama (1899) dan Konvensi Den Haag
Kedua (1907). Bersama Konvensi-konvensi Jenewa, Konvensi-konvensi Den Haag
adalah sebagian dari pernyataan-pernyataan formal pertama tentang hukum perang
dan kejahatan perang dalam batang tubuh Hukum Internasional yang baru
berkembang pada waktu itu. Konferensi internasional yang ketiga direncanakan untuk
diadakan pada tahun 1914 dan kemudian dijadwal ulang untuk tahun 1915. Namun,
konferensi tersebut tidak pernah terlaksana karena pecahnya Perang Dunia I.
Walther Schücking, seorang sarjana hukum internasional dan aktivis perdamaian
aliran neo-Kant dari Jerman, menyebut konferensi-konferensi tersebut sebagai
“serikat internasional konferensi Den Haag”. Dia melihat konferensi-konferensi
tersebut sebagai inti dari sebuah federasi internasional yang akan mengadakan
pertemuan berkala untuk menegakkan keadilan dan menyusun prosedur hukum
internasional bagi penyelesaian damai atas sengketa sebagaimana fungsi hukum
menurut ahli . Dia menegaskan bahwa “dengan diselenggarakannya Konferensi yang
Pertama dan Kedua itu, sebuah serikat politik yang pasti yang terdiri dari negara-
negara di dunia telah tercipta.” Berbagai badan yang dibentuk oleh Konferensi-
konferensi tersebut, antara lain Pengadilan Arbitrase Permanen, adalah “agen-agen
atau organ-organ serikat tersebut.”
Usaha besar dalam kedua konferensi tersebut ialah untuk membentuk sebuah
pengadilan internasional yang mengikat yang melakukan arbitrase wajib untuk
menyelesaikan sengketa internasional, sebuah pengadilan yang waktu itu dianggap
perlu untuk menggantikan institusi perang. Namun, usaha ini tidak mencapai sukses
dalam konferensi 1899 maupun 1907. Konferensi Pertama secara umum sukses dan
berfokus pada usaha perlucutan senjata. Konferensi Kedua gagal menciptakan
pengadilan internasional yang mengikat yang melakukan arbitrase wajib, tetapi
berhasil memperbesar mekanisme arbitrase sukarela. Konferensi ini menetapkan
sejumlah konvensi yang mengatur penagihan utang, aturan perang, dan hak serta
kewajiban negara netral.
Hukum perdata internasional Prof. DR. Mr. Sudargo Gautama membagi HPI menjadi
empat konsepsi dalam lingkup HPI : 1. Yang paling sempit. Pendapat ini adalah yang
dianut di negara Jerman dan juga dalam sistim HPI Belanda. Di dalam sistimatik ini
maka HPI dianggap hanya terbatas pada masalah-masalah tentang "conflict of laws"
("conflits de lois") atau perselisihan hukum.
2. Yang luasan. Pendapat yang kedua adalah pendapat yang Iebih Iuas. Menurut
pendapat ini seperti dianut terutama dalam konsepsi HPI dari negara-negara Anglo-
Saxon, Inggris dan Amerika Serikat, HPI bukan saja terbatas pada masalah-masalah
"conmct of laws”. Disamping ini masih dianggap suatu bagian lain merupakan pula
persoalan HPI yaitu masalah-masalah yang termasuk persoalan "conflicts of
jurisdiction" (perselisihan tentang jurisdictie). Segala soal-soal tentang kompetensi
Hakim dalam menghadapi masalahmasalah HPI menurut konsepsi Anglo Saxon ini
dianggap pula termasuk bidang HPI.
3. Yang lebih luas lagi. Konsepsi yang ketiga, adalah konsepsi yang lebih luas yaitu
konsepsi yang berkenaan dengan sistim HPI seperti dikenal dalam negara-negara
Latin yaitu negara-negara !talia, Spanyol, Amerika Selatan. Didalam sistim dari
negara-negara bersangkutan, HPI ini terdiri dari tiga bagian yaitu: "Conflits de lois",
"conflicts de jurisdiction", ditambah dengan "condition des etragers" atau status orang
asing. Jadi termasuk bidang HPI Persoalan-persoalan berkenaan dengan masalah
hukum: mana yang harus dilakukan, persoalan mengenai wewenang hakim untuk
mengadili perkora bersangkutan, ditambah lagi dengan masalah-masalah yang
berkenaan dengan status orang asing. Berarti segala masalahmasalah berkenaan
dengan bidang orang asing, apakah orang asing dapat bekerja didalam negara
bersangkutan dengan leluasa, apakah ia bisa menanam modal dengan bebas, apakah
ada restriksi-restriksi tertentu berkenaan dengan masalah-masalah tanah, apakah ada
restriksi tertentu berkenaan dengan bidang perdagangan, industri, pertambangan,
perkayuan dan sebagainya, semua ini termasuk bidang HPI.
4. Pandangan keempat tentang HPI yang terIuas. Ini adalah sistim yang paling luas
dan dikenal antara lain dalam ilmu HPI di Perancis. Disini pada umumnya dipandang
termasuk pula dalam bidang HPI masalah-masalah tentang nationality atau
"Kewarganegaraan". Jadi disamping soal-soal yang dikenal sebagai masalah "Confiits
de lois", "Conflits de jurisdiction" dan "condition des etragers", maka di Perancis
dikenal juga bagian keempat dari HPI, yaitu segala masalah-masalah, yang berkenaan
dengan cara-cara memperoleh dan kehilangan nationalitas. Sistim yang dikenal di
Perancis dan dianut oleh para penulis terbanyak adalah sistim HPI yang paling luas
ini.
Berkaitan dengan penegakan hukum di laut, pemerintah Indonesia sampai saat ini
hanya menerapkan sanksi perdata berupa ganti rugi pada pelaku pencemaran di zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia dengan pertimbangan bahwa sanksi perdata lebih
efektif untuk melindungi kelestarian sumber daya alam hayati laut meskipun pada
prinsipnya pelaku pencemaran dapat dikenakan sanksi perdata dan sanksi pidana yang
di dasarkan pada Undang – undang Nomor 5 tahun 1985 tentang Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia dan Undang – Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang ketentuan –
ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam lingkup Hukum
Internasional , Kasus Laut China Selatan Termasuk Hukum Perdata Internasional
karena mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-
masing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berlainan.
Namun karena pemerintah Indonesia itu menggunakan dasar hukum internasional
yang lazim disebut UNCLOS 1982. Perbedaan situasi antara Indonesia dibandingkan
Filipina yang masih bermasalah soal batas Zona Ekonomi Ekslusif miliknya.
Seharusnya tidak ada celah untuk membuat Indonesia melunak atas hak berdaulat di
perairan Natuna Utara berdasarkan UNCLOS 1982.Sehingga Badan arbitrase
internasional publik ini adalah suatu alternatif penyelesaian sengketa melalui pihak
ketiga (badan arbitrase) yang ditunjuk dan disepakati para pihak (negara) secara
sukarela untuk memutus sengketa yang bukan bersifat perdata dan putusannya bersifat
final dan mengikat.
b. Coba saudara kemukakan mengapa dalam peristilahan mengenai ”Hukum Internasional”,
ternyata istilah yang dipakai adalah istilah Hukum Internasional Publik?
kita menggunakan istilah hukum internasional publik untuk membedakan dengan
istilah hukum perdata internasional . Ada beberapa istilah yang dipergunakan untuk
hukum internasional ini,yaitu hukum bangsa-bangsa (the law of nations) sebagaimana
digunakan oleh J.L. Brierly2 yang memberi definisi tentang hukum bangsa-bangsa
atau hukum internasional sebagai berikut:’as the body of rules and principles of action
which are binding upon civilized states to their relations witahunone another’. Ada
juga yang memakai istilah hukum antar negara, hukum internasional publik (public
international law), Common Law of Mankind. Jika dipakai istilah hukum antar bangsa
maka di sini seolaholah hanya mempelajari hukum yang mengatur hubungan antar
bangsa saja, sedangkan kalau dipergunakan hukum antara negara maka seolah-olah
hukum internasional hanya mengatur hubungan antara negara saja. Kenyataannya
hukum internasional tidak hanya mengatur hubungan antar negara saja tetapi
mengatur hubungan yang dilakukan antara negara dengan subyek hukum
internasional bukan negara, misalkan hubungan antara negara dengan organisasi
internasional, hubungan antara organisasi internasional yang satu dengan organisasi
internasional yang lain, hubungan antara negara dengan Tahta Suci, hubungan antara
negara dengan individu dalam hal yang khusus, misalkan hubungan antara negara
dengan pengungsi (refugee).
Pemakaian istilah itu untuk menunjukkan bahwa hubungan hukum yang diatur oleh
hukum internasional tidak hanya mengatur hubungan antar bangsa/negara saja tetapi
lebih luas dari itu. Pemakaian istilah ini lebih mendekati kenyataan dan sifat
hubungan dan masalah yang menjadi obyek bidang hukum ini, yang pada masa
sekarang tidak hanya terbatas pada hukum antara bangsa-bangsa atau antara
negaranegara saja , Selain itu istilah hukum internasional sudah lazim dipakai.
c. Dalam teks di atas menyebutkan UNCLOS 1982, coba saudara kemukakan dan berikan
alasannya UNCLOS itu termasuk bentuk perwujudan Hukum Internasional yang mana?
UNCLOS ini adalah singkatan dari United Nations Convention on The Law of the
Sea (UNCLOS), yang sering disebut Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Indonesia
sudah meratifikasi Konvensi ini melalui UU No. 17 Tahun 1985. Sejak saat itu
Indonesia resmi tunduk pada rezim UNCLOS 1982. Konvensi ini mempunyai arti
penting karena konsep Negara Kepulauan yang diperjuangkan Indonesia selama 25
tahun secara terus menerus berhasil memperoleh pengakuan resmi masyarakat
internasional. UNCLOS adalah hasil dari Konferensi-konferensi PBB mengenai
hukum laut yang berlangsung sejak 1973 sampai 1982. Hingga kini, tak kurang dari
158 negara yang telah menyatakan bergabung dengan Konvensi, termasuk Uni Eropa.
Pengakuan resmi secara internasional itu mewujudkan satu kesatuan wilayah sesuai
dengan Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957. Kepulauan Indonesia sebagai satu
kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan tidak lagi sebatas
klaim sepihak pemerintah Indonesia. Negara Kepulauan menurut UNCLOS 1982
adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih gugusan kepulauan
dan dapat mencakup pulau-pulau lain. Negara Kepulauan dapat menarik garis
dasar/pangkal lurus kepulauan yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau
dan karang kering terluar kepulauan itu.
Termasuk dalam ketentuan konvensi adalah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di
wilayah perairan Natuna Utara. Kali ini kapal-kapal Cina berani kembali melakukan
kegiatan eksploitasi tanpa izin di wilayah tersebut. Tidak hanya tanpa izin, namun
juga bersikukuh pada klaim sepihaknya atas hak eksploitasi di sana. Klaim yang tidak
diakui hingga saat ini oleh hukum internasional
Penguatan kewilayahan laut Indonesia sebagaimana diatur dalam UNCLOS 1982 juga
telah diperkuat melalui UU No. 32 Tahun 2014 tentang Kelautan. Undang-Undang ini
menjadikan Deklarasi Djuanda 1957 juncto UNCLOS 1982 sebagai salah satu
momentum penting yang menjadi pilar memperkukuh keberadaan Indonesia suatu
negara. Dua momentum lain adalah Sumpah Pemuda 1928, dan Proklamasi
Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Itu pula sebabnya, persoalan kedaualatan atas
perairan Natuna sangat penting bagi Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa UNCLOS 1982 mengatur syarat bagi suatu negara untuk
mengajukan klaim terhadap wilayahnya. Caranya dengan perundingan antara negara-
negara bersangkutan baik bilateral maupun multilateral untuk dituangkan dalam
perjanjian tertulis.
Pasal 48 UNCLOS mengatur kewenangan dan hak suatu negara dalam Konvensi.
Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Atip
Latipulhayat, menegaskan hak berdaulat Indonesia di Zona Ekonomi Eksklusif atas
dasar UNCLOS 1982 di Natuna Utara. “Indonesia sudah menyatakan terikat dengan
ketentuan UNCLOS 1982 yang menjadi dasar melindungi hak Indonesia sebagai
negara kepulauan. Termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia sepanjang 200 mil,”
kata Atip saat dihubungi terpisah. Perbedaan situasi antara Indonesia dibandingkan
Filipina yang masih bermasalah soal batas Zona Ekonomi Ekslusif miliknya.
Seharusnya tidak ada celah untuk membuat Indonesia melunak atas hak berdaulat di
perairan Natuna Utara berdasarkan UNCLOS 1982.
UNCLOS sebagai landasan hukum internasional dalam penyelesaian sengketa
wilayah. Menurut rezim hukum internasional yang mengatur hak-hak kedaulatan atas
wilayah daratan dan perairan mempunyai perbedaan yang sangat mendasar.
Perbedaan tersebut mencakup perbedaan substantif dan procedural.
Dari teori yang dijelaskan diatas bahwa klaim hak bersejarah oleh Tiongkok tidak
dapat menjadikan wilayah LCS sebagai wilayah teritorial Tiongkok. Meskipun
Tiongkok memiliki Buku Putih yang menjadi bukti wilayah LCS merupakan
wilayahnya melalui hak bersejarah, tetapi sesuai dengan teori yang ada dan aturan
yang tertuang dalam UNCLOS, wilayah LCS bukan wilayah teritorial Tiongkok.
b. Coba saudara klasifikasikan cara perolehan wilayah yang diperbolehkan dalam Hukum
Internasional?
Dalam hukum internasional ada beberapa prinsip yang dapat digunakan oleh sebuah
negara terkait dengan cara perolehan wilayah. Mengutip apa yang dikemukakan oleh
Hans Kelsen prinsip-prinsip tersebut yaitu:
1. The Principle of effectiveness/ Prinsip efektivitas atau keefektivitasan atas
pemilikan suatu wilayah. Maksudnya bahwa kepemilikan negara atas suatu wilayah
ditentukan oleh berlakunya secara efektif peraturan hukum nasional di wilayah
tersebut.
2. Prinsip Uti Possidetis ialah prinsip yang terkait dengan perbatasan suatu wilayah.
Menurut prinsip ini, pada prinsipnya batas-batas wilayah negara baru akan mengikuti
batas-batas wilayah dari negara yang mendudukinya.
Prinsip ini lahir dari praktek negara-negara di Amerika Latin ketika negaranegara ini
memperoleh kemerdekaannya segera setelah kekaisaran Spanyol runtuh. Selain
dikemukan oleh Hans Kelsen, ada pula pendapatnya Martin Dixon tentang cara
perolehan wilayah diantaranya:
1. Adanya kontrol atau pengawasan dari negara terhadap suatu wilayah (the control
of the territory), dan
2. Adanya pelaksanaan fungsi-fungsi negara di wilayah tersebut secara damai
(peaceful exercise of the functions of a state).
cara perolehan wilayah yang dikemukakan oleh S.T. Bernandez, ketiga prinsip
tersebut adalah:
1. Prinsip larangan penggunaan kekerasan (the prohibition of resort to force), dimana
prinsip ini melarang suatu negara memperoleh suatu wilayah dengan menggunakan
kekuatan senjata. Prinsip ini juga termuat dalam Piagam PBB, Hasil Konferensi Asia
Afrika 1955 serta berbagai instrumen yang dikeluarkan ASEAN;
c. Coba saudara klasifikasikan perbedaan mengenai Sengketa Laut Cina Selatan dengan
Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan!
Klaim yang dilakukan Indonesia dan Malaysia terhadap Pulau Sipadan dan Pulau
Ligitan membawa penyelesaian sengketa wilayah ini kepada pengadilan internasional
(ICJ) demi terciptanya hubungan bilateral yang baik diantara kedua negara. Pada
sengketa Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia,
tesis ini lebih menitikberatkan kepada penyelesaian sengketa wilayah dimana
kepentingan nasional Indonesia dapat terwakilkan melalui diplomasi. Diplomasi yang
yang diharapkan dapat dilakukan secara damai tanpa menggunakan kekuatan militer
mengingat hubungan Indonesia dan Malaysia dalam organisasi Associations of
Southeast Asian Nations (ASEAN).