Anda di halaman 1dari 22

SISTEM HUKUM INTERNASIONAL

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas


entitas berskala internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional
hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara namun
dalam perkembangan pola hubungan internasional yang semakin
kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum
internasional juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi
internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional dan
individu.

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum


antarbangsa atau hukum antarnegara. Hukum bangsa-bangsa
dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu. Hukum
antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks
kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara anggota
masyarakat bangsa-bangsa atau negara.

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang


mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara
antara:

(i) Negara dengan negara


(ii) Negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek
hukum bukan negara satu sama lain.

PERSAMAAN dan PERBEDAAN HUKUM INTERNASIONAL PUBLIK


dan PERDATA

Hukum Internasional publik berbeda dengan Hukum Perdata


Internasional. Hukum Perdata Internasional ialah keseluruhan kaedah
dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi
batas negara atau hukum yang mengatur hubungan hukum perdata
antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum
perdata (nasional) yang berlainan. Sedangkan Hukum Internasional
adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional)
yang bukan bersifat perdata.
Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas negara(internasional). Perbedaannya
adalah sifat hukum atau persoalan yang diaturnya (obyeknya).

BENTUK HUKUM INTERNASIONAL

Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau pola


perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia (region)
tertentu :
a.Hukum Internasional Regional

Hukum Internasional yang berlaku/terbatas daerah lingkungan


berlakunya, seperti Hukum Internasional Amerika / Amerika Latin,
seperti konsep landasan kontinen (Continental Shelf) dan konsep
perlindungan kekayaan hayati laut (conservation of the living resources
of the sea) yang mula-mula tumbuh di Benua Amerika sehingga
menjadi hukum Internasional Umum.

b. Hukum Internasional Khusus

Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi


negara-negara tertentu seperti Konvensi Eropa mengenai HAM
sebagai cerminan keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan
tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian masyarakat yang
berlainan. Berbeda dengan regional yang tumbuh melalui proses
hukum kebiasaan.

ASAS-ASAS HUKUM INTERNASIONAL

Asas – asas hukum Internasional adalah:


1.Asas Teritorial

Menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan
semua barang yang ada di wilayahnya dan terhadap semua barang
atau orang yang berada di wilayahnya tersebut berlaku hukum asing
(internasional) sepenuhnya.
2.Asas Kebangsaan

Asas ini berdasarkan pada kekuasaan negara untuk warga


negaranya. Menurut asas ini, setiap negara di manapun juga dia
berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya. Asas ini
mempunyai kekuatan ekstritorial, artinya hukum negara tersebut tetap
berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun ia berada di negara
asing.
3.Asas Kepentingan Umum

Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan


mengatur kepentingan dalam kehidupan masyarakat, dalam hal ini
negara dapat menyesuaikan diri dengan semua keadaan dan
peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum, jadi hukum tidak
terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

SUBJEK HUKUM INTERNASIONAL


a.Negara
Sejak lahirnya hukum Internasional, negara sudah diakui sebagai
subjek hukum Internasional. Bahkan, hingga sekarang pun masih ada
anggapan bahwa hukum Internasional pada hakikatnya adalah hukum
antar negara.

b. Takhta Suci

Vatikan sebagai tahta suci

Di samping negara, sejak dulu Takhta Suci (Vatikan) merupakan subjek


hukum Internasional. Hal ini merupakan peninggalan sejarah masa
lalu. Ketika itu, Paus bukan hanya merupakan kepala Gereja Roma,
tetapi memiliki pula kekuasaan duniawi. Hingga sekarang, Takhta Suci
mempunyai perwakilan diplomatik di banyak ibukota.

c. Palang Merah Internasional


Lambang PMI

Palang Merah Internasional yang berkedudukan di Jenewa


mempunyai tempat tersendiri dalam sejarah hukum Internasional.
Kedudukan PMI sebagai subjek hukum Internasional lahir karena
sejarah masa lalu. Pada umumnya, PMI merupakan subjek hukum
Internasional dengan ruang lingkup yang terbatas dan tak penuh.

d. Organisasi Internasional

Kantor Pusat PBB di New York City

Kedudukan Organisasi Internasional sebagai subjek hukum


Internasional pada jaman sekarang sudah tak diragukan lagi.
Organisasi Internasional seperti PBB, ILO, dan lainnya mempunyai hak
dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi Internasional.
Dengan demikian, PBB dan organisasi Internasional semacam itu
merupakan subjek hukum Internasional.

e. Orang Perseorangan (Individu)


Orang perseorangan juga dapat dianggap sebagai subjek hukum
Internasional, meskipun dalam arti yang terbatas. Dalam perjanjian
Versailles misalnya, yang mengakhiri Perang Dunia 1 antara Jerman
dengan Inggris dan Perancis. Di dalamnya terdapat pasal-pasal yang
memungkinkan orang perseorangan mengajukan perkara ke hadapan
Mahkamah Arbitrase Internasional.
f.Pemberontak dan Pihak Dalam Sengketa (Belligerent)

Menurut hukum perang, dalam beberapa keadaan tertentu


pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak
yang bersengketa. Akhir-akhir ini muncul perkembangan baru yang
mirip dengan pengakuan terhadap status pihak yang bersengketa
dalam perang. Contohnya Gerakan Pembebasan Palestina (PLO).

SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

Istilah sumber hukum Internasional memiliki


makna materiil dan formil.

Dalam sumber hukum formal tersebut, ada 4 sumber hukum


Internasional yang digunakan oleh Mahkamah Internasional untuk
mengadili perkara yang diajukan kepadanya, yaitu:

SISTEM PERADILAN INTERNASIONAL

a. Mahkamah Internasional
Mahkamah Internasional (bahasa
Inggris: International Court of Justice atau ICJ) berkedudukan di Den
Haag, Belanda . Mahkamah merupakan badan kehakiman yang
terpenting dalam PBB . Dewan keamanan dapat menyerahkan suatu
sengketa hukum kepada mahkamah, majelis umum dan dewan
keamanan dapat memohon kepada mahkamah nasihat atas persoalan
hukum apa saja dan organ-organ lain dari PBB serta badan-badan
khusus apabila pendapat wewenang dari majelis umum dapat meminta
nasihat mengenai persoalan-persoalan hukum dalam ruang lingkup
kegiatan mereka. Majelis umum telah memberikan wewenang ini
kepada dewan ekonomi dan sosial, dewan perwakilan, panitia interim
dari majelis umum , dan beberapa badan-badan antar pemerintah.

Sumber-Sumber Hukum & Keanggotaan Dalam Mahkamah


Internasional

Sumber-sumber hukum yang digunakan apabila membuat suatu


keputusan ialah :

1. konvensi-konvensi internasional untuk menetapkan perkara-perkara


yang diakui oleh negara-negara yang sedang berselisih

2. kebiasaan internasional sebagai bukti dari suatu praktik umum yang


diterima sebagai hukum

3. azas-azas umum yang diakui oleh negara-negara yang mempunyai


peradaban
4. keputusan-keputusan kehakiman dan pendidikan dari publisis-
publisis yang paling cakap dari berbagai negara, sebagai cara
tambahan untuk menentukan peraturan-peraturan hukum

Mahkamah dapat membuat keputusan “ex aequo et bono” (artinya :


sesuai dengan apa yang dianggap adil) apabila pihak-pihak yang
bersangkutan setuju…)

Mahkamah terdiri dari lima belas hakim, yang dikenal sebagai


”anggota” mahkamah. Mereka dipilih oleh majelis umum dan dewan
keamanan yang mengadakan pemungutan suara secara terpisah.
Hakim-hakim dipilih atas dasar kecakapan mereka, bukan atas dasar
kebangsaan akan tetapi diusahakan untuk menjamin bahwa sistem-
sistem hukum yang terpenting didunia diwakili oleh mahkamah. Tidak
ada dua hakim yang menjadi warga negara dari negara yang sama.

Hakim-hakim memegang jabatan selama waktu sembilan tahun dan


dapat dipilih kembali mereka tidak dapat menduduki jabatan lain
selama masa jabatan mereka. Semua persoalan-persoalan diputuskan
menurut suatu kelebihan dari hakim-hakim yang hadir, dan jumlah
sembilan merupakan quorumnya. Apabla terjadi seri, maka ketua
mahkamah mempunyai suara yang menentukan.

b. Mahkamah Pidana Internasional

Kantor MPI di Belanda

Pengadilan Kriminal Internasional (bahasa Inggris: International


Criminal Court/ICC) dibentuk pada 2002 sebagai sebuah “tribunal”
permanen untuk menuntut individual untuk genosida, kejahatan
terhadap kemanusiaan, dan kejahatan perang, sebagaimana
didefinisikan oleh beberapa persetujuan internasional, terutama Rome
Statute of the International Criminal Court. ICC dirancang untuk
membantu sistem yudisial nasional yang telah ada, namun pengadilan
ini dapat melaksanakan yurisdiksinya bila pengadilan negara tidak mau
atau tidak mampu untuk menginvestigasi atau menuntut kejahatan
seperti di atas, dan menjadi “pengadilan usaha terakhir”, meninggalkan
kewajiban utama untuk menjalankan yurisdiksi terhadapt kriminal
tertuduh kepada negara individual.

International Criminal Court juga disingkat sebagai ICCt untuk


membedakannya dari International Chamber of Commerce. ICC
berbeda dengan Pengadilan Keadilan Internasional, yang merupakan
badan untuk menyelesaikan sengketa antarnegara, dan Hukum
Kejahatan Perang.

PENYEBAB SENGKETA INTERNASIONAL

Sengketa Internasional adalah perselisihan yang terjadi antara negera


dengan negara, negara dengan individu-individu, atau negara degan
badan-badan/lembaga yang menjadi subjek hukum Internasional.

Sebab terjadinya sengeketa Internasional, yaitu:

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI


PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA
PAKSA/KEKERASAN
Perang atau Tindakan Bersenjata Non-Perang

Perang dan tindakan bersenjata non-perang bertujuan untuk


menaklukkan negara lawan dan untuk membebankan syarat-syarat
penyelesaian suatu sengketa internasional.
Retorsi

Adalah pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-


tindakan tidak pantas yang dilkukan oleh negara lain.
Tindakan-Tindakan Pembalasan

Pembalasan adalah cara penyelesaian sengketa internasional yang


digunakan oleh suatu negara untuk mengupayakan diperolehnya ganti
rugi dari negara lain.
Blokade Secara Damai

Adalah suatu tindakan yang dilakukan pada waktu damai.


Intervensi

Adalah tindakan campur tangan terhadap kemerdekaan politik negara


tertentu secara sah dan tidak melanggar hukum internasional.
SISTEM HUKUM DAN PERADILAN INTERNASIONAL

1. Pengertian Hukum Internasional

Dalam menjalin hubungan internasional, setiap negara dibatasi oleh hukum yang mengatur
kepentingan suatu negara dengan negara lain. Hukum tersebut adalah hukum internasional.
Hukum internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hukum publik internasional dan
hukum privat internasional.

o Menurut Para Ahli :


1. Mochtar Kusumaatmadja
Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas negara antara negara dengan negara, negara dan subjek
hukum lain bukan negara, atau subjek hukum bukan negara yang satu dengan yang lain.
2. J.G Strke
Mendefinisikan hukum internasional sebagai sekumpulan hukum ( Body of Law ) yang
sebagian besar terdiri dari asas-asas dan karena itu biasanya ditaati dalam hubungan negara-
negara satu sama lain.
3. Ivan A. Shearer
Hukum internasional adalah sekumpulan peraturan hukum yang sebagian besar mengatur
prinsip-prinsip dan aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh negara-negara ( subjek hukum
internasional ) dan hubungannya satu sama lain, yang meliputi :
a. Aturan-aturan hukum yang berhubungan dengan fungsi-fungsi instusi atau organisasi-
organisasi, hubungan antara instusi dan organisasi-organisasi tersebut, serta hubungan antara
instusi dan organisasi-organisasi tersebut dengan negara dan individu-individu.
b. Aturan-aturan hukum tertentu yang berhubungan dengan individu-individu yang menjadi
perhatian komunitas internasional selain entitas negara.

o Jadi, Hukum Internasional adalah merupakan hukum yang mengatur hubungan hukum antara
negara dan negara,negara dan subjek hukum lain bukan negara, atau subjek hukum bukan
negara satu sama lain.

2. Asas Hukum Internasional

Hukum internasional haruslah memperhatikan asas-asas berikut :

a. Asas Teritorial
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atau wilayahnya. Menurut asas ini, negara
melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya. Jadi,
terhadap semua orang atau barang yang berada diluar wilayah tersebut, berlaku hukum asing (
internasional ) sepenuhnya.
b. Asas Kebangsaan
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya. Menurut asas ini, setiap
warga negara, di mana pun dia berada, tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya.
Asas ini mempunyai kekuatan ekstrateritorial. Artinya, hukum negara tersebut tetap berlaku
bagi warga negaranya, walaupun ia berada di negara asing.
c. Asas Kepentingan Umum
Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam
kehidupan bermasyarakat. Menurut asas ini, negara dapat menyesuaikan diri dengan semua
keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat
pada batas-batas wilayah suatu negara.
d. Asas Persamaan Derajat
Hubungan antara bangsa hendaknya didasarkan pada asas bahwa negara yang berhubungan
adalah negara yang berdaulat. Secara formal memang negara-negara di dunia sudah lama
derajatnya, tetapi secara faktual dan substansi masih terjadi ketidaksamaan derajat, khususnya
dalam bidang ekonomi.
e. Asas Keterbukaan
Dalam hubungan antar bangsa yang berdasarkan hukum internasional diperlukan adanya
ketersediaan masing-masing untuk memberikan informasi secara jujur dan dilandasi rasa
keadilan. Sehingga masing-masing pihak mengetahui secara jelas manfaat, hak, serta
kewajiban dalam menjalin hubungan internasional.
f. Ne Bis In Idem
Maksud dari asas tersebut yaitu :
1. Tidak seorang pun dapat diadili sehubungan dengan perbuatan kejahatan yang untuk itu uang
bersangkutan telah diputus bersalah atau dibebaskan.
2. Tidak seorang pun dapat diadili di pengadilan lain untuk kejahatan dimana orang tersebut telah
dihukum atau dibebaskan oleh pengadilan pidana Internasional.
3. Tidak seorang pun yang telah diadili oleh suatu pengadilan disuatu negara mengenai suatu
perbuatan yang dilarang berdasarkan Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 boleh diadili berkenaan
dengan perbuatan yang sama.
g. Pacta Sunt Servanda
Merupakan asas yang dikenal dalam perjamjian Internasional. Asas ini menjadi kekuatan
Hukum dan Moral bagi semua negara yang mengikatkan diri dalam perjanjian Internasional.
h. Jus Cogent
Dalam perjanjian Internasional dikenal asas Jus Congents. Maksudnya ialah bahwa perjanjian
Internasional dapat batal demi hukum jika ada pembentukannya bertentangan dengan suatu
kaidah dasar dari hukum Internasional Umum (Pasal 53 Konvensi Wina 1969).
i. Inviolability dan Immunity
Dalam hukum diplomatik dan Konsuler dikenal asas Inviolability dan Immunity. Dalam
Pedoman tertib Diplomatik dan Prootokoler , “ Involability “ merupakan terjemahan dari
istilah “ Inviolable “ yang artinya seorang pejabat diplomatik tidak dapat ditangkap atau
ditahan oleh alat perlengkapan Negara penerima dan sebaiknya negara penerima
berkewajiban mengambil langkah-langkah demi mencegah serangan atas kehormatan dan
kekebalan dari pribadi penjabat diplomatik yang bersangkutan.

3. Konsep Dasar Hukum Internasional

Hukum internasional dibedakan menjadi dua, yaitu :


a. Hukum Publik Internasional , adalah kumpulan peraturan hukum yang mengatur hubungan
antarnegara merdeka dan berdaulat. Hukum publik internasional disebut juga hukum
antarnegara atau hukum internasional.
b. Hukum Privat ( Perdata ) Internasional , adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur
hubungan hukum antar seseorang dan orang lain yang berlainan warga negaranya dalam sebuah
negara yang berkenaan dengan keperdataan. Hukum privat ( perdata ) internasional disebut
juga dengan istilah hukum antar bangsa.

4. Sumber-Sumber Hukum Internasional

Menurut Mochtar Kusumaatmadja dalam Hukum Internasional Humaniter ( 1980 ),


sumber hukum internasional dibedakan atas sumber hukum dalam arti formal dan sumber
hukum dalam arti material. Sumber hukum internasional formal diatur dalam Piagam PBB.
Sumber hukum internasional material membahas tentang dasar berlakunya hukum suatu
negara.

 Sumber hukum material


Terdiri dari dua aliran berikut :
1. Aliran Naturalis. Aliran ini bersandar pada Hak Asasi atau hak-hak alamiah yang bersumber
pada hukum Tuhan, sehingga menempati posisi lebih tinggi dari hukum nasional ( Grotius ).
2. Aliran Positivisme. Aliran ini mendasarkan berlakunya hukum internasional pada persetujuan
bersama negara-negara ditambah dengan asas pacta sunt servada (Hans Kelsen)

 Sumber hukum formal


Sumber Hukum Internasional dalam arti Formal merupakan sumber Hukum Internasional
yang paling Utama dan memiliki Otoritas tertinggi serta otentik yang dapat dipergunakan oleh
Mahkamah Internasional di dalam memutuskan suatu sengketa internasional sebagaimana
tercantum dalam Pasal 38 ayat 1 Statuta Mahkamah Internasional, yaitu sebagai berikut :

1. Perjanjian Internasional ( Traktat )


Perjanjian internasional adalah suatu ikatan hukum yang terjadi berdasarkan kata
sepakat antar negara-negara sebagai anggota Organisasi bangsa-bangsa dengan tujuan
melaksanakan hukum tertentu yang mempunyai akibat hukum tertentu. Konvensi-konvensi
atau perjanjian internasional merupakan sumber utama hukum internasional. Konvensi tersebut
dapat berbentuk Bilateral maupun Multilateral. Konvensi-konvensi Internasional yang
merupakan sumber utama hukum Internasional adalah konvensi yang berbentuk Law Making
Treaties adalah perjanjian-perjanjian Internasional yang berisikan prinsip-prinsip dan
ketentuan yang berlaku secara umum, yaitu sebagai berikut :
a. Konvensi-konvensi Den Haag 1899 dan 1907 mengenai hukum perang dan penyelesaian
sengketa secara damai.
b. General treaty for the renunciation of war, 27 Agustus 1928.
c. Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
d. Konvensi-konvensi Wina mengenai Hubungan Diplomatik 1961 dan Hubungan Konsuler
1963.
e. Konvensi PBB tentang hukum laut, 1982.

2. Hukum Kebiasaan Internasional


Hukum kebiasaan berasal dari prakti Negara-negara melalui sikap dan tindakan yang
diambilnya terhadap suatu persoalan. Terbentuknya suatu hukum kebiasaan didasari oleh
Praktik yang sama, dijalankan secara konstan tanpa adanya pihak yang menentang serta diikuti
oleh banyak negara.

3. Prinsip-prinsip Hukum Umum


Prinsip-prinsip hukum umum yang dimaksud adalah dasar-dasar sistem hukum pada
umumnya,yang berasal dari asas hukum Romawi. Menurut Sri Setianingsih Suwardi, S.H.,
fungsi prinsip-prinsip hukum umum ini terdiri atas tiga hal berikut :
1. Sebagai pelengkap hukum kebiasaan dan perjanjian internasional.
2. Sebagai penafsiran perjanjian internasional dan hukum kebiasaan.
3. Sebagai pembatas perjanjian internasional dan hukum kebiasaan.
4. Yurisprudensi dan Anggapan-anggapan Para Ahli Hukum Internasional
Yurisprudensi Internasional ( Judicial Decisions ) dan anggapan-anggapan para ahli
hukum internasional hanya digunakan untuk membuktikan dipakai tidaknya kaidah hukum
internasional berdasarkan sumber hukum primer, seperti perjanjian internasional, kebiasaan
internasional, dan prinsip-prinsip hukum umum dalam menyelesaikan perselisihan
internasional. Oleh karena itu, apabila terjadi perselisihan internasional, banyak yang segan
menyelesaikan masalahnya melalui pengadilan internasional. Mahkamah internasional tidak
berwenang memaksa negara yang berselisih untuk membawa masalahnya ke hadapan
pengadilan internasional.

Anggapan-anggapan para ahli hukum internasional memilliki peranan penting sebagai


sumber hukum. Maksudnya, walaupun anggapan-anggapan itu tidak menimbulkan hukum,
tetapi dapat menjadi penting jika secara langsung dapat menyelesaikan suatu masalah hukum
internasional.

 Sumber umum hukum internasional, yaitu :


Sumber hukum internasional dapat dikategorikan dalam lima bentuk yaitu sebagai berikut :
1. Kebiasaan internasional.
2. Traktat ( Treaty ) : Perjanjian Internasional.
3. Asas hukum umum yang diakui bagi Negara-negara yang beradab.
4. Doktrin : Ajaran Para Ahli terkemuka.
5. Yuris Prudensi : keputusan hakim terdahulu yang dijadikan sebagai dasar Hukum Pengambilan
Keputusan Hakim.

5.Subjek-subjek Hukum Internasional


Berikut ini subjek-subjek hukum internasional :

a. Negara
Negara yang dapat menjadi subjek hukum Internasional adalah negara yang merdeka,
berdaulat, dan bukan merupakan bagian dari negara lain. Negara yang berdaulat artinya negara
tersebut mempunyai pemerintahan sendiri secara penuh atau mempunyai kekuasaan penuh
terhadap warga negara dalam lingkungan kewenangan negara itu.

b. Tahta Suci ( Vatikan )


Tahta Suci ( Heilige Stoel ) adalah Gereja Khatolik Roma yang diwakili oleh Paus di Vatikan.
Walaupun Vatikan bukan merupakan negara seperti pada umumnya, Tahta Suci mempunyai
kedudukan sama dengan sebuah negara sebagai subjek hukum internasional.

c. Palang Merah Internasional


Kedudukan Palang Merah Internasional sebagai subjek hukum internasional diperkuat dengan
adanya beberapa perjanjian. Di antaranya, Konvensi Jenewa tentang perlindungan korban
perang.

d. Organisasi Internasional
Dalam pergaulan internasional yang menyangkut hubungan antarnegara, banyak sekali
organisasi yang diadakan ( dibentuk ) oleh negara-negara itu. Menurut perkembangannya,
organisasi internasional yang berdiri tahun 1815 dinyatakan menjadi lembaga hukum
internasional sejak Kongres Wina.

e. Orang Perseorangan ( Individu )


Manusia sebagai individu dianggap sebagai subjek hukum internasional jika dalam tindakan
atau kegiatan yang dilakukannya memperoleh penilaian positif atau negatif sesuai kehendak
damai kehidupan masyarakat dunia. Individu juga dapat mengajukan perkara kepada
Mahkamah Arbitrase Internasional.

f. Pemberontak dan Pihak dalam Sengketa


Pemberontak dan pihak dalam sengketa dianggap sebagai salah satu subjek hukum
internasional karena merekan memiliki hak yang sama untuk :
1.) Menentukan nasibnya sendiri ;
2.) Memilih sistem ekonomi, politik, sosial sendiri ;
3.) Menguasai sumber kekayaan alam di wilayah yang didudukinya.

Contohnya : Gerakan Aceh Merdeka ( GAM ) yang melakukan perundingan dengan


Pemerintahan Indonesia di Swedia.

6. Lembaga Peradilan Internasional

a. Mahkamah Internasional
Mahkamah internasional merupakan pengadilan tertinggi dalam kehidupan
bernegara di dunia ini. Sebagai alat perlengkapan PBB, Mahkamah Internasional
beranggotakan 15 orang hakim yang dapat dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan.
Masa jabatan para hakim Mahkamah Internasional adalah 9 tahun dengan ketentuan dapat
dipilih kembali.
Mahkamah Internasional berkedudukan di Den Haag ( Belanda ). Sebagai
pengadilan internasional, Mahkamah Internasional bertugas menyelesaikan perselisihan
internasional negara-negara anggota PBB karena semua anggota PBB adalah ipsofacto Piagam
Mahkamah Internasional menurut pasal 93 ayat 1 Piagam PBB. Ayat 2 menyatakan bahwa “
negara yang bukan anggota PBB boleh menjadi peserta dari Piagam Internasional sesuai syarat-
syarat yang ditetapkan oleh Majelis Umum atas anjuran Dewan Keamanan” . Berdasarkan
ketentuan ini, Mahkamah Internasional dapat mengadili negara-negara bukan anggota PBB
yang berselisih. Mahkamah Internasional mengadili masalah yang berkenaan dengan
perselisihan kepentingan dan kepentingan hukum.

b. Pengadilan Internasional
Dalam penyelenggaraan Pengadilan Internasional, setiap negara anggota PBB
tidak diwajibkan membawa masalah perselisihan yang mereka hadapi ke pengadilan, kecuali
bagi negara-negara yang telah menandatangai optional clause. Ketentuan tersebut tercantum
dalam pasal 36 ayat 2 Piagam Mahkamah Internasional, yang menyatakan bahwa “negara-
negara peserta Piagam Mahkamah Internasional dapat menerangkan bahwa mereka mengakui
kekuasaan Mahkamakh Internasional sebagai kekuasaan yang mengikat berdasar hukum dan
dapat tidak mengikat berdasarkan perjanjian istimewa”.
Dalam hal ini, hubungan internasional mengenai proses perkara didasarkan
surat gugatan. Optional clause menunjukkan suatu langkah penting menuju suatu pengadilan
internasional yang bersifat wajib, walaupun penandatanganan negara-negara anggota hanya
mengenai penyelesaian perselisihan hukum saja.

B. SENGKETA INTERNASIONAL

1. Sebab-Sebab Sengketa Internasional

Sengketa adalah permasalah antara dua negara atau lebih

Tujuan hukum internasional ialah untuk mengatur hubungan-hubungan antarnegara


berdasarkan keadilan, perikemanusiaan, kesusilaan, baik masa perang maupun masa damai.
Hukum damai mengurus hubungan antar negara walaupun dalam keadaan damai. Peranan
hukum internasional, misalnya mengatur batas negara, mengatur hubungan diplomasi,
membuat, melaksanakan, dan menghapus traktat. Selain mengatur masalah kepentingan
bersama dalam ekonomi, sosial, dan budaya. Hukum damai juga mengatur cara memecahkan
perselisihan dengan jalan damai, seperti perundingan diplomatik dan mediasi dengan meminta
pihak ketiga sebagai perantara.
Hukum perang adalah hukum yang mengatur hubungan antarnegara yang berperang dan
menentukan larangan-larangan cara berperang. Dalam konteks hukum internasional, sengketa
internasional melibatkan hubungan antarnegara. Jika dilihat dari cakupannya, maka sengketa
internasional mencakup sengketa antarnegara dan negara, negara dan individu, negara dan
korporasi asing serta sengketa antarnegara dan kesatuan kenegaraan bukan negara. Dari
beberapa permasalahan mengenai suatu tindakan yang dapat menimbulkan sengketa
internasional dapat dibagi dalam pelanggaran internasional.

 Macam-macam Pelanggaran Internasional, yaitu :


a. Pelanggaran Traktat atau berkenan dengan kewajiban-kewajiban kontraktual ; pengambilan
hak milik. Prinsip hukum internasional adalah bahwa “ setiap pelanggaran atas perjanjian
menimbulkan suatu kewajiban untuk mengganti rugi “
b. Pelanggaran-pelanggaran Internasional ( kesalahan-kesalahan yang tidak ada kaitannya
dengan kewajiban-kewajiban kontraktual ).
c. Klaim-klaim.

 Tindakan-tindakan yang membahayakan atau dapat membahayakan Perdamaian Internasional,


seperti :
- Agresi;
- Gangguan terhadap kemerdekaan nasional;
- Gangguan terhadap hubungan persahabatan negara-negara.

 Pelanggaran internasional yang dapat menimbulkan sengketa, yaitu :


a. Pelanggaran agresi;
b. Mempertahankan dominasi kolonial dengan ketentuan ( yang bertentangan dengan penentuan
nasib sendiri );
c. Pelanggaran-pelanggaran yang sifatnya serius terhadap larangan melakukan perbudakan ,
genocide,apartheid serta pencemaran besar-besaran terhadap atmosfer dan udara.

 Faktor yang menyebabkan terjadinya Sengketa Internasional, yaitu :


a. Faktor Ideologi, yaitu pertentangan atau sengketa Internasional yang dipicu oleh perbedaan
Ideologi. Misalnya, pertentangan antara Negara pendukung Negara Liberal dan Negara
pendukung Ideologi Sosialis-Komunis.
b. Faktor Politik, yaitu pertentangan atau sengketa antar negara yang dipicu oleh adanya
kepentingan untuk menguasai bagian wilayah Negara atau perbatasan wilayah Negara.
Misalnya, sengketa antara Malaysia dan Indonesia mengenai Pulau Sipandan dan Ligitan.
c. Faktor Ekonomi, yaitu pertentangan atau sengketa antar negara yang dipicu oleh adanya
perebutan Sumber Daya Alam ( SDA ). Misalnya ketika Amerika Serikat menyerang Irak,
banyak pengamat politik yang menduga bahwa disamping faktor politik, juga faktor ekonomi,
yaitu ingin menguasai Minyak di Timur Tengah.
d. Faktor Sosial Budaya, yaitu pertentangan atau sengketa yang terjadi karena perbedaan sosial
budaya. Misalnya, Fanatisme Budaya Arab terhadap Dunia Non-Arab sehingga terjadi
pemberontakkan dan teror ( Mesir, Iran, Aljazair, dan Libya )
e. Faktor Pertahanan dan Keamanan, yaitu pertentangan atau sengketa yang terjadi karena
masing-masing pihak mempertahankan daerahnya atau kekuasaannya. Misalnya, saat Irak
menduduki dan mempertahankan wilayah Kuwait, kemudian diserang oleh pasukan Amerika
Serikat dengan pasukan multinasional dari berbagai negara.

2. Batas Negara, Daerah Perbatasan, dan Sengketa

a. Batas Negara dan Daerah Perbatasan


Sejak awal peradaban, manusia merasa perlu membagi dunia atas teritorial-teritorial yang
menyatukan anggota kelompok mereka dan memisahkannya dari kelompok lain. Pembagian
awal ini sering didasarkan atas luas tanah pertanian atau pengaruh pusat kota atas daerah
sekitarnya. Ketika kelompok-kelompok yang terbagi atas kerajaan mulai mengembangkan
teritiorialnya, mereka melanggar batas kerajaan lain. Perang pun pecah yang akhirnya diikuti
dengan perdamaian. Hasilnya adalah daerah transisi antardua wilayah kerajaan berupa daerah
perbatasan.
b. Sengketa
Sengketa batas negara muncul ketika suatu negara mengklaim daerah yang berdekatan dengan
negara yang lain karena hal-hal tertentu yang dimiliki oleh daerah tersebut. Hal-hal yang
dimaksud meliputi catatan sejarah atau budaya, posisi strategis, atau sumber daya ekonomi
seperti minyak bumi dan air tanah. Sengketa tidak akan terjadi sebelum konfllik militer atau
upaya diplomatik terjadi, meskipun klaim informal oleh suatu negara juga dapat menimbulkan
ketegangan.
Ada empat jenis sengketa jenis batas negara, antara lain sebagai berikut :

1.) Sengketa Posisi

Lokasi batas disengketakan oleh satu kelompok atau lebih. Suatu negara bisa tidak sepakat tentang

suatu batas karena survei yang tidak akurat atau catatan yang sudah tua, atau karena alasan lain. Ciri-

ciri geografis seperti sungai dan pegunungan sering digunakan sebagai batas alam karena posisisnya

yang pasti. Namun, dari waktu ke waktu ciri-ciri geografis ini berubah karena proses geofisika.

Sebagian Sungai Kongo yang membentuk batas antara negara Kongo dan Republik Demokratik

Kongo dipersengketakan karena pergeseran pulau dan aliran sungai.

2.) Sengketa Teritorial

Terjadi jika suatu negara mengklaim sebuah wilayah yang berada di wilayah negara lain atau ketika

batasnya dipersengketakan. Jenis sengketa ini sering terjadi karena alasan sejarah atau budaya.

Kelompok budaya tertentu mungkin telah menempati sebuah daerah dalam jangka waktu yang lama
dan mendasar klaim mereka atas hal ini. Contohnya, invasi Irak ke Kuwait tahun 1990 dan sengketa

Semenanjung Bsi antara Nigeria dan Kamerun.

3.) Sengketa Sumber Daya

Sangat lazim terjadi akhir-akhir ini. Sengketa Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia juga

disebabkan adanya sumber daya minyak bumi di wilayah itu. Perubahan kecil terhadap suatu batas

atau akuisisi pulau lain yang tidak signifikan ( dalam kasus ini Pulau Sipadan dan Ligitan oleh

Malaysia ) dapat menghasilkan banyak manfaat ekonomi di bawah hukum internasional, seperti

diperolehnya Zona Ekonomi Eksklusif ( ZEE ) yang memberikan pemasukan kepada negara di

perairan internasional. Contoh lain yang mirip adalah Rockall Island di Samudera Atlantik yang

diklaim oleh Irlandia, Denmark, dan Eslandia. Selain itu, Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan juga

diklaim oleh tidak kurang dari enam negara.

4.) Sengketa Budaya

Terjadi jika kelompok yang berbeda secara budaya memilih untuk memisahkan diri dari kelompok

lain di wilayah mereka, bila perlu dengan menggunakan kekuatan bersenjata. Sebuah kelompok dapat

berbeda secara budaya karena berbagai faktor. Umumnya, faktor-faktor itu adalah latar belakang suku

bangsa, afiliasi agama, keyakinan politik, dan bahasa. Sengketa budaya paling sulit diselesaikan

karena mengandung nilai pribadi dan nasional.

3. Cara Menyelesaikan Sengketa Internasional

a. Metode-metode Diplomatik

1.) Negosiasi
Merupakan metode penyelesaian sengketa yang paling tradisional dan sederhana. Dalam
metode negosiasi, penyelesaian sengketa tidak melibatkan pihak ketiga. Pada dasarnya,
negosiasi hanya berpusat pada diskusi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait. Apabila
kedua pihak menemukan jalan keluar sengketa, maka setiap pihak memberikan konsesi kepada
pihak lawan. Terkadang negosiasi merupakan cara pertama sebelum para pihak menggunakan
cara-cara lain.

2.) Mediasi
Merupakan bentuk lain negosiasi. Perbedaannya, mediasi melibatkan pihak ketiga yang
bertindak sebagai pelaku mediasi ( mediator ). Seorang mediator merupakan pihak ketiga
memiliki peran aktif untuk mencari solusi yang tepat dalam melancarkan terjadinya
kesepakatan di antara pihak-pihak yang bertikai. Mediasi hanya dapat terlaksana apabila para
pihak bersepakat dan mediator menerima syarat-syarat yang diberikan oleh para pihak yang
bersengketa.

3.) Inquiry
Metode ini digunakan untuk mencapai penyelesaian sebuah sengketa dengan cara mendirikan
sebuah komisi atau badan yang bersifat internasional guna mencari dan mendengarkan bukti-
bukti yang relevan dengan permasalahan. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, badan ini dapat
mengeluarkan sebuah fakta disertai dengan penyelesaian permasalahan.

4.) Konsiliasi
Merupakan metode penyelesaian pertikaian yang bersifat internasional dalam suatu komisi
yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik bersifat permanen atau sementara.
Perbedaan antara konsiliasi dan mediasi adalah mediasi merupakan perluasan dari negosiasi,
sedangkan konsiliasi memberikan peran bagi pihak ketiga yang setaraf dengan inquiry atau
arbitrase. Dalam konsiliasi, pencarian fakta bukanlah hal yang mutlak harus ada. Kemiripannya
dengan mediasi terletak pada penyelesaian yang diajukan tidak memiliki kekuatan memaksa.

b. Metode-metode Legal
Metode ini merupakan cara penyelesaian sengketa internasional secara yudisial ( hukum )
dalam hukum internasional, yang tentu saja berbeda dengan sistem hukum nasional. Beberapa
metode penyelesaian secara legal adalah sebagai berikut :

1.) Arbitrase
Metode ini digunakan dalam hukum nasional dan hukum internasional. Secara tradisional,
arbitrasi digunakan dalam persoalan-persoalan hukum, biasanya dalam persengketaan
mengenai perbatasan dan wilayah. Arbitrase memberikan keleluasaan kepada para pihak yang
bersengketa untuk menentukan proses perkara. Hal ini terbukti dengan adanya kebebasan para
pihak untuk memilih arbitrator.

2.) Mahkamah Internasional


Merupakan pengadilan yang memiliki yuridiksi atas berbagai persoalan internasional.
Mahkamah Internasional berwenang untuk memutuskan suatu kasus dengan persetujuan semua
pihak yang bersengketa. Fungsi Mahkamah Internasional dinyatakan dalam Piagam PBB Pasal
38 ayat ( 1 ), yaitu memutus perkara sesuai dengan hukum internasional atau berlandaskan
sumber-sumber hukum internasional. Dalam memutus perkara, Mahkamah Internasional harus
memerhatikan bukti-bukti yang diajukan oleh para pihak yang bersengketa. Bahkan, tidak
menutup kemungkinan bagi Mahkamah Internasional untuk mengunjungi objek sengketa.
Menurut Pasal 60, putusan Mahkamah Internasional bersifat final dan mengikat yang dibatasi
oleh Pasal 59, yaitu putusan hanya mengikat para pihak yang terkait. Dalam hal salah satu
pihak gagal menjalankan kewajibannya, pihak yang dirugikan dapat mengajukan ke Dewan
Keamanan ( Pasal 94 ).

3.) Pengadilan-pengadilan lainnya


Salah satu persoalan hukum yang acapkali timbul dalam era globalisasi adalah persengketaan
dalam perdagangan internasional. WTO sebagai sebuah organisasi perdagangan dunia
memiliki sistem peradilan tersendiri untuk menyelesaikan sengketa. Sistem peradilan ini
dibentuk tahun 1994 bersamaan dengan berdirinya WTO. Tujuannya untuk menyelesaikan hal-
hal yang terkait dengan perjanjian-perjanjian perdagangan dengan menggunakan konsultasi-
konsultasi antarpihak, mediasi, konsiliasi, dan arbitrase.
Contoh lain adalah pengadilan yang didirikan atas dasar Konvensi Hukum Laut 1982.
Pengadilan ini ditujukan untuk menangani persoalan-persoalan yang timbul akibat hukum laut
yang baru.

4. Penyelesaian Sengketa Melalui Organisasi

a. Organisasi regional
Dalam Deklarasi Manila ( 1982 ) tentang penyelesaian sengketa secara damai, dinyatakan
bahwa sengketa dapat diselesaikan melalui organisasi regional. Contoh organisasi regional
adalah NATO, Uni Eropa, ASEAN, dan Liga Arab. Salah satu fungsi utama organisasi regional
adalah menyediakan wadah yang terstruktur bagi pemerintah negara untuk melakukan
hubungan-hubungan diplomatik.

b. PBB
Sebagaimana amanat Pasal 1 Piagam PBB, salah satu tujuan PBB adalah mempertahankan
perdamaian dan keamanan internasional. Tujuan tersebut sangat terkait dengan upaya
penyelesaian sengketa secara damai. Tidak mungkin perdamaian dapat tercipta apabila
sengketa antarnergara tidak terselesaikan. Oleh karena itu, sebuah mekanisme penyelesaian
sengketa merupakan hal penting demi tercapainya tujuan PBB.
Institusi PBB yang berperan penting dalam penyelesaian pertikaian secara damai adalah Dewan
Keamanan, Majelis Umum, dan Sekretaris Jenderal.

C. PERAN MAHKAMAH INTERNASIONAL DALAM MENYELESAIKAN


SENGKETA

1. Mahkamah Internasional

Mahkamah Internasional ( MI ) merupakan organ hukum utama PBB yang didirikan tahun
1945 berdasarkan Piagam PBB sebagai kelanjutan Mahkamah Permanen Keadilan
Internasional Liga Bangsa-Bangsa. Lembaga ini bertugas memutuskan kasus hukum
antarnegara dan memberikan pendapat hukum kepada PBB dan lembaga-lembaganya tentang
hukum internasional. Markas besar MI terletak di Den Haag, Belanda.
Seluruh anggota PBB secara otomatis menjadi anggota MI. Sebuah negara yang bukan
anggota MI dapat menjadi pihak Statuta MI atau menggunakan MI jika menerima syarat-syarat
yang ditetapkan oleh PBB dan setuju memberikan kontribusi dana kepada MI.
Sengketa dapat dibawa ke MI melalui dua cara :
Pertama, melalui kesepakatan khusus antarpihak, yaitu semua pihak setuju mengajukan
persoalan kepada MI.
Kedua, melalui permohonan sendiri oleh suatu pihak yang bertikai. Ini terjadi, jika pemohon
percaya bahwa lawannya diwajibkan oleh syarat traktat tertentu untuk menerima yuridiksi MI
dalam hal sengketa. Atau, negara yang merupakan para pihak dalam statuta dapat menyatakan
lebih dahulu penerimaan otomatis mereka atas yurisdiksi MI untuk suatu atau seluruh jenis
sengketa hukum. Pernyataan ini dikenal sebagai menerima yurisdiksi wajib ( Compulsory
Jurisdiction ). Setelah permohonan diajukan, diadakan pemeriksaan perkara. Pemeriksaan
perkara dilakukan melalui :
a. Pemeriksaan naskah dan pemeriksaan lisan untuk menjamin setiap pihak dalam
mengemukakan pendapatnya;
b. Sidang-sidang MI terbuka untuk umum, sedangkan sidang-sidang arbitrase tertutup. Rapat-
rapat hakim-hakim MI diadakan dalam sidang tertutup.

Selanjutnya, sesuai Pasal 26 statuta, MI dari waktu ke waktu dapat membentuk satu atau
beberapa kamar yang terdiri atas 3 hakim atau lebih untuk memeriksa kategori tertentu atas
kasus-kasus, seperti perburuhan atau masalah-masalah yang berkaitan dengan transit dan
komunikasi.
MI memberikan pendapat hukum tentang pertanyaan Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan,
dan organ serta lembaga khusus PBB lain yang telah diberi wewenang oleh Majelis Umum
untuk meminta pendapat seperti itu atau yang diizinkan oleh konstitusi.

2. Hakim dalam Mahkamah Internasional

MI terdiri atas 15 Hakim, yang masing-masing dipilih melalui Sistem Mayoritas Absolut oleh
Dewan Keamanan dan Majelis Umum, yang masing-masing mengambil suara secara
Independen. Para hakim dipilih untuk jangka waktu 9 tahun dan dapat dipilih kembali ; tidak
boleh ada dua hakim MI dari Negara yang sama.

3. Prosedur Penyelesaian Sengketa Internasional Melalui Mahkamah


Internasional

Sengketa internasional dapat diselesaikan oleh Mahkamah Internasional melalui prosedur


berikut :
1.) Telah terjadi pelanggaran HAM atau kejahatan humaniter ( kemanusiaan ) di suatu negara
terhadap negara lain atau rakyat negara lain.
2.) Adanya pengaduan dari korban ( rakyat ) dan pemerintahan yang menjadi korban terhadap
pemerintahan dari negara yang bersangkutan karena didakwa telah melakukan pelanggaran
HAM atau kejahatan humaniter lainnya.
3.) Pengaduan disampaikan ke Komisi Tinggi HAM PBB atau melalui lembaga-lembaga HAM
internasional lainnya.
4.) Pengaduan ditindaklanjuti dengan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan. Jika ditemui
bukti-bukti kuat terjadinya pelanggaran HAM atau kejahatan kemanusiaan lainnya, maka
pemerintahan dari negara yang didakwa melakukan kejahatan humaniter dapat diajukan ke
Mahkamah Internasional.
5.) Dimulailah proses peradilan sampai dijatuhkan sanksi. Sanksi dapat dijatuhkan apabila
terbukti bahwa pemerintahan atau individu yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran
terhadap konvensi-konvensi internasional berkaitan dengan pelanggaran HAM atau kejahatan
humaniter; mempunyai wewenang untuk mencegah terjadinya pelanggaran itu, tetapi tidak
dilakukan; dan tidak melakukan apa-apa untuk mencegah terjadinya perbuatan itu.

Mahkamah Internasioanl memutuskan sengketa berdasarkan hukum. Keputusan dapat


dilakukan berdasarkan kepantasan dan kebaikan apabila disetujui oleh negara yang
bersengketa. Keputusan Mahkamah Internasional bersifat mengikat, final, dan tanpa banding.
Keputusan Mahkamah Internasional mengikat para pihak yang bersengketa dan hanya untuk
perkara yang dipersengketakan.
Dalam Pasal 57 statuta, hakim Mahkamah Internasional dapat mengemukakan pendapat
terpisah atau Dissenting Opinion ( pendapat seorang hakim yang tidak menyetujui suatu
keputusan dan menyatakan keberatannya terhadap motif-motif yang diberikan dalam
keputusan tersebut ).

4. Dukungan Keputusan Mahkamah Internasional dalam Menyelesaikan


Sengketa Internasional

Piagam PBB menciptakan mesin untuk menjaga perdamaian dan keamanan serta
menyelesaikan konflik antar Bangsa. Piagam PBB juga secara khusus mengarahkan Majelis
Umum untuk mendorong perkembangan berkelanjutan dan Kodifikasi Hukum Internasional.
Untuk menjalankan tugas ini, Majelis Umum menciptakan dua organ turunan yaitu Komisi
Hukum Internasional ( 1947 ) dan Komisi Hukum Perdagangan Internasional ( 1966 ). Selama
bertahun-tahun Komisi Hukum Internasional mempersiapkan draft traktat untuk
mengkodifikasi dan memodernsasi sejumlah topik dalam Hukum Internasional termasuk
Hukum Laut, Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsular, Hukum Traktat antarbangsa,
Hukum traktat antar bangsa-bangsa dan Organisasi Internasional, kekebalan Negara dari
Yurisdiksi Negara lain keberlanjutan suatu negara dalam hal traktat, serta hukum perairan air
tawar internasional.
Komisi Hukum Perdagangan Internasional merumuskan hukum tentang
perdagangan internasional dan perkembangan ekonomi. Setelah disetujui oleh Majelis Umum,
draft dari komisi ini biasanya diajukan ke konferensi internasional yang diadakan PBB untuk
pelaksaan konvensi.

Anda mungkin juga menyukai