Menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi semua orang dan
semua barang yang ada di wilayahnya dan terhadap semua barang
atau orang yang berada di wilayahnya tersebut berlaku hukum asing
(internasional) sepenuhnya.
2.Asas Kebangsaan
b. Takhta Suci
d. Organisasi Internasional
a. Mahkamah Internasional
Mahkamah Internasional (bahasa
Inggris: International Court of Justice atau ICJ) berkedudukan di Den
Haag, Belanda . Mahkamah merupakan badan kehakiman yang
terpenting dalam PBB . Dewan keamanan dapat menyerahkan suatu
sengketa hukum kepada mahkamah, majelis umum dan dewan
keamanan dapat memohon kepada mahkamah nasihat atas persoalan
hukum apa saja dan organ-organ lain dari PBB serta badan-badan
khusus apabila pendapat wewenang dari majelis umum dapat meminta
nasihat mengenai persoalan-persoalan hukum dalam ruang lingkup
kegiatan mereka. Majelis umum telah memberikan wewenang ini
kepada dewan ekonomi dan sosial, dewan perwakilan, panitia interim
dari majelis umum , dan beberapa badan-badan antar pemerintah.
Dalam menjalin hubungan internasional, setiap negara dibatasi oleh hukum yang mengatur
kepentingan suatu negara dengan negara lain. Hukum tersebut adalah hukum internasional.
Hukum internasional dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hukum publik internasional dan
hukum privat internasional.
o Jadi, Hukum Internasional adalah merupakan hukum yang mengatur hubungan hukum antara
negara dan negara,negara dan subjek hukum lain bukan negara, atau subjek hukum bukan
negara satu sama lain.
a. Asas Teritorial
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara atau wilayahnya. Menurut asas ini, negara
melaksanakan hukum bagi semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya. Jadi,
terhadap semua orang atau barang yang berada diluar wilayah tersebut, berlaku hukum asing (
internasional ) sepenuhnya.
b. Asas Kebangsaan
Asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk warga negaranya. Menurut asas ini, setiap
warga negara, di mana pun dia berada, tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya.
Asas ini mempunyai kekuatan ekstrateritorial. Artinya, hukum negara tersebut tetap berlaku
bagi warga negaranya, walaupun ia berada di negara asing.
c. Asas Kepentingan Umum
Asas ini didasarkan pada wewenang negara untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam
kehidupan bermasyarakat. Menurut asas ini, negara dapat menyesuaikan diri dengan semua
keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum. Jadi, hukum tidak terikat
pada batas-batas wilayah suatu negara.
d. Asas Persamaan Derajat
Hubungan antara bangsa hendaknya didasarkan pada asas bahwa negara yang berhubungan
adalah negara yang berdaulat. Secara formal memang negara-negara di dunia sudah lama
derajatnya, tetapi secara faktual dan substansi masih terjadi ketidaksamaan derajat, khususnya
dalam bidang ekonomi.
e. Asas Keterbukaan
Dalam hubungan antar bangsa yang berdasarkan hukum internasional diperlukan adanya
ketersediaan masing-masing untuk memberikan informasi secara jujur dan dilandasi rasa
keadilan. Sehingga masing-masing pihak mengetahui secara jelas manfaat, hak, serta
kewajiban dalam menjalin hubungan internasional.
f. Ne Bis In Idem
Maksud dari asas tersebut yaitu :
1. Tidak seorang pun dapat diadili sehubungan dengan perbuatan kejahatan yang untuk itu uang
bersangkutan telah diputus bersalah atau dibebaskan.
2. Tidak seorang pun dapat diadili di pengadilan lain untuk kejahatan dimana orang tersebut telah
dihukum atau dibebaskan oleh pengadilan pidana Internasional.
3. Tidak seorang pun yang telah diadili oleh suatu pengadilan disuatu negara mengenai suatu
perbuatan yang dilarang berdasarkan Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8 boleh diadili berkenaan
dengan perbuatan yang sama.
g. Pacta Sunt Servanda
Merupakan asas yang dikenal dalam perjamjian Internasional. Asas ini menjadi kekuatan
Hukum dan Moral bagi semua negara yang mengikatkan diri dalam perjanjian Internasional.
h. Jus Cogent
Dalam perjanjian Internasional dikenal asas Jus Congents. Maksudnya ialah bahwa perjanjian
Internasional dapat batal demi hukum jika ada pembentukannya bertentangan dengan suatu
kaidah dasar dari hukum Internasional Umum (Pasal 53 Konvensi Wina 1969).
i. Inviolability dan Immunity
Dalam hukum diplomatik dan Konsuler dikenal asas Inviolability dan Immunity. Dalam
Pedoman tertib Diplomatik dan Prootokoler , “ Involability “ merupakan terjemahan dari
istilah “ Inviolable “ yang artinya seorang pejabat diplomatik tidak dapat ditangkap atau
ditahan oleh alat perlengkapan Negara penerima dan sebaiknya negara penerima
berkewajiban mengambil langkah-langkah demi mencegah serangan atas kehormatan dan
kekebalan dari pribadi penjabat diplomatik yang bersangkutan.
a. Negara
Negara yang dapat menjadi subjek hukum Internasional adalah negara yang merdeka,
berdaulat, dan bukan merupakan bagian dari negara lain. Negara yang berdaulat artinya negara
tersebut mempunyai pemerintahan sendiri secara penuh atau mempunyai kekuasaan penuh
terhadap warga negara dalam lingkungan kewenangan negara itu.
d. Organisasi Internasional
Dalam pergaulan internasional yang menyangkut hubungan antarnegara, banyak sekali
organisasi yang diadakan ( dibentuk ) oleh negara-negara itu. Menurut perkembangannya,
organisasi internasional yang berdiri tahun 1815 dinyatakan menjadi lembaga hukum
internasional sejak Kongres Wina.
a. Mahkamah Internasional
Mahkamah internasional merupakan pengadilan tertinggi dalam kehidupan
bernegara di dunia ini. Sebagai alat perlengkapan PBB, Mahkamah Internasional
beranggotakan 15 orang hakim yang dapat dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan Keamanan.
Masa jabatan para hakim Mahkamah Internasional adalah 9 tahun dengan ketentuan dapat
dipilih kembali.
Mahkamah Internasional berkedudukan di Den Haag ( Belanda ). Sebagai
pengadilan internasional, Mahkamah Internasional bertugas menyelesaikan perselisihan
internasional negara-negara anggota PBB karena semua anggota PBB adalah ipsofacto Piagam
Mahkamah Internasional menurut pasal 93 ayat 1 Piagam PBB. Ayat 2 menyatakan bahwa “
negara yang bukan anggota PBB boleh menjadi peserta dari Piagam Internasional sesuai syarat-
syarat yang ditetapkan oleh Majelis Umum atas anjuran Dewan Keamanan” . Berdasarkan
ketentuan ini, Mahkamah Internasional dapat mengadili negara-negara bukan anggota PBB
yang berselisih. Mahkamah Internasional mengadili masalah yang berkenaan dengan
perselisihan kepentingan dan kepentingan hukum.
b. Pengadilan Internasional
Dalam penyelenggaraan Pengadilan Internasional, setiap negara anggota PBB
tidak diwajibkan membawa masalah perselisihan yang mereka hadapi ke pengadilan, kecuali
bagi negara-negara yang telah menandatangai optional clause. Ketentuan tersebut tercantum
dalam pasal 36 ayat 2 Piagam Mahkamah Internasional, yang menyatakan bahwa “negara-
negara peserta Piagam Mahkamah Internasional dapat menerangkan bahwa mereka mengakui
kekuasaan Mahkamakh Internasional sebagai kekuasaan yang mengikat berdasar hukum dan
dapat tidak mengikat berdasarkan perjanjian istimewa”.
Dalam hal ini, hubungan internasional mengenai proses perkara didasarkan
surat gugatan. Optional clause menunjukkan suatu langkah penting menuju suatu pengadilan
internasional yang bersifat wajib, walaupun penandatanganan negara-negara anggota hanya
mengenai penyelesaian perselisihan hukum saja.
B. SENGKETA INTERNASIONAL
Lokasi batas disengketakan oleh satu kelompok atau lebih. Suatu negara bisa tidak sepakat tentang
suatu batas karena survei yang tidak akurat atau catatan yang sudah tua, atau karena alasan lain. Ciri-
ciri geografis seperti sungai dan pegunungan sering digunakan sebagai batas alam karena posisisnya
yang pasti. Namun, dari waktu ke waktu ciri-ciri geografis ini berubah karena proses geofisika.
Sebagian Sungai Kongo yang membentuk batas antara negara Kongo dan Republik Demokratik
Terjadi jika suatu negara mengklaim sebuah wilayah yang berada di wilayah negara lain atau ketika
batasnya dipersengketakan. Jenis sengketa ini sering terjadi karena alasan sejarah atau budaya.
Kelompok budaya tertentu mungkin telah menempati sebuah daerah dalam jangka waktu yang lama
dan mendasar klaim mereka atas hal ini. Contohnya, invasi Irak ke Kuwait tahun 1990 dan sengketa
Sangat lazim terjadi akhir-akhir ini. Sengketa Blok Ambalat antara Indonesia dan Malaysia juga
disebabkan adanya sumber daya minyak bumi di wilayah itu. Perubahan kecil terhadap suatu batas
atau akuisisi pulau lain yang tidak signifikan ( dalam kasus ini Pulau Sipadan dan Ligitan oleh
Malaysia ) dapat menghasilkan banyak manfaat ekonomi di bawah hukum internasional, seperti
diperolehnya Zona Ekonomi Eksklusif ( ZEE ) yang memberikan pemasukan kepada negara di
perairan internasional. Contoh lain yang mirip adalah Rockall Island di Samudera Atlantik yang
diklaim oleh Irlandia, Denmark, dan Eslandia. Selain itu, Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan juga
Terjadi jika kelompok yang berbeda secara budaya memilih untuk memisahkan diri dari kelompok
lain di wilayah mereka, bila perlu dengan menggunakan kekuatan bersenjata. Sebuah kelompok dapat
berbeda secara budaya karena berbagai faktor. Umumnya, faktor-faktor itu adalah latar belakang suku
bangsa, afiliasi agama, keyakinan politik, dan bahasa. Sengketa budaya paling sulit diselesaikan
a. Metode-metode Diplomatik
1.) Negosiasi
Merupakan metode penyelesaian sengketa yang paling tradisional dan sederhana. Dalam
metode negosiasi, penyelesaian sengketa tidak melibatkan pihak ketiga. Pada dasarnya,
negosiasi hanya berpusat pada diskusi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait. Apabila
kedua pihak menemukan jalan keluar sengketa, maka setiap pihak memberikan konsesi kepada
pihak lawan. Terkadang negosiasi merupakan cara pertama sebelum para pihak menggunakan
cara-cara lain.
2.) Mediasi
Merupakan bentuk lain negosiasi. Perbedaannya, mediasi melibatkan pihak ketiga yang
bertindak sebagai pelaku mediasi ( mediator ). Seorang mediator merupakan pihak ketiga
memiliki peran aktif untuk mencari solusi yang tepat dalam melancarkan terjadinya
kesepakatan di antara pihak-pihak yang bertikai. Mediasi hanya dapat terlaksana apabila para
pihak bersepakat dan mediator menerima syarat-syarat yang diberikan oleh para pihak yang
bersengketa.
3.) Inquiry
Metode ini digunakan untuk mencapai penyelesaian sebuah sengketa dengan cara mendirikan
sebuah komisi atau badan yang bersifat internasional guna mencari dan mendengarkan bukti-
bukti yang relevan dengan permasalahan. Berdasarkan bukti-bukti yang ada, badan ini dapat
mengeluarkan sebuah fakta disertai dengan penyelesaian permasalahan.
4.) Konsiliasi
Merupakan metode penyelesaian pertikaian yang bersifat internasional dalam suatu komisi
yang dibentuk oleh pihak-pihak, baik bersifat permanen atau sementara.
Perbedaan antara konsiliasi dan mediasi adalah mediasi merupakan perluasan dari negosiasi,
sedangkan konsiliasi memberikan peran bagi pihak ketiga yang setaraf dengan inquiry atau
arbitrase. Dalam konsiliasi, pencarian fakta bukanlah hal yang mutlak harus ada. Kemiripannya
dengan mediasi terletak pada penyelesaian yang diajukan tidak memiliki kekuatan memaksa.
b. Metode-metode Legal
Metode ini merupakan cara penyelesaian sengketa internasional secara yudisial ( hukum )
dalam hukum internasional, yang tentu saja berbeda dengan sistem hukum nasional. Beberapa
metode penyelesaian secara legal adalah sebagai berikut :
1.) Arbitrase
Metode ini digunakan dalam hukum nasional dan hukum internasional. Secara tradisional,
arbitrasi digunakan dalam persoalan-persoalan hukum, biasanya dalam persengketaan
mengenai perbatasan dan wilayah. Arbitrase memberikan keleluasaan kepada para pihak yang
bersengketa untuk menentukan proses perkara. Hal ini terbukti dengan adanya kebebasan para
pihak untuk memilih arbitrator.
a. Organisasi regional
Dalam Deklarasi Manila ( 1982 ) tentang penyelesaian sengketa secara damai, dinyatakan
bahwa sengketa dapat diselesaikan melalui organisasi regional. Contoh organisasi regional
adalah NATO, Uni Eropa, ASEAN, dan Liga Arab. Salah satu fungsi utama organisasi regional
adalah menyediakan wadah yang terstruktur bagi pemerintah negara untuk melakukan
hubungan-hubungan diplomatik.
b. PBB
Sebagaimana amanat Pasal 1 Piagam PBB, salah satu tujuan PBB adalah mempertahankan
perdamaian dan keamanan internasional. Tujuan tersebut sangat terkait dengan upaya
penyelesaian sengketa secara damai. Tidak mungkin perdamaian dapat tercipta apabila
sengketa antarnergara tidak terselesaikan. Oleh karena itu, sebuah mekanisme penyelesaian
sengketa merupakan hal penting demi tercapainya tujuan PBB.
Institusi PBB yang berperan penting dalam penyelesaian pertikaian secara damai adalah Dewan
Keamanan, Majelis Umum, dan Sekretaris Jenderal.
1. Mahkamah Internasional
Mahkamah Internasional ( MI ) merupakan organ hukum utama PBB yang didirikan tahun
1945 berdasarkan Piagam PBB sebagai kelanjutan Mahkamah Permanen Keadilan
Internasional Liga Bangsa-Bangsa. Lembaga ini bertugas memutuskan kasus hukum
antarnegara dan memberikan pendapat hukum kepada PBB dan lembaga-lembaganya tentang
hukum internasional. Markas besar MI terletak di Den Haag, Belanda.
Seluruh anggota PBB secara otomatis menjadi anggota MI. Sebuah negara yang bukan
anggota MI dapat menjadi pihak Statuta MI atau menggunakan MI jika menerima syarat-syarat
yang ditetapkan oleh PBB dan setuju memberikan kontribusi dana kepada MI.
Sengketa dapat dibawa ke MI melalui dua cara :
Pertama, melalui kesepakatan khusus antarpihak, yaitu semua pihak setuju mengajukan
persoalan kepada MI.
Kedua, melalui permohonan sendiri oleh suatu pihak yang bertikai. Ini terjadi, jika pemohon
percaya bahwa lawannya diwajibkan oleh syarat traktat tertentu untuk menerima yuridiksi MI
dalam hal sengketa. Atau, negara yang merupakan para pihak dalam statuta dapat menyatakan
lebih dahulu penerimaan otomatis mereka atas yurisdiksi MI untuk suatu atau seluruh jenis
sengketa hukum. Pernyataan ini dikenal sebagai menerima yurisdiksi wajib ( Compulsory
Jurisdiction ). Setelah permohonan diajukan, diadakan pemeriksaan perkara. Pemeriksaan
perkara dilakukan melalui :
a. Pemeriksaan naskah dan pemeriksaan lisan untuk menjamin setiap pihak dalam
mengemukakan pendapatnya;
b. Sidang-sidang MI terbuka untuk umum, sedangkan sidang-sidang arbitrase tertutup. Rapat-
rapat hakim-hakim MI diadakan dalam sidang tertutup.
Selanjutnya, sesuai Pasal 26 statuta, MI dari waktu ke waktu dapat membentuk satu atau
beberapa kamar yang terdiri atas 3 hakim atau lebih untuk memeriksa kategori tertentu atas
kasus-kasus, seperti perburuhan atau masalah-masalah yang berkaitan dengan transit dan
komunikasi.
MI memberikan pendapat hukum tentang pertanyaan Majelis Umum PBB, Dewan Keamanan,
dan organ serta lembaga khusus PBB lain yang telah diberi wewenang oleh Majelis Umum
untuk meminta pendapat seperti itu atau yang diizinkan oleh konstitusi.
MI terdiri atas 15 Hakim, yang masing-masing dipilih melalui Sistem Mayoritas Absolut oleh
Dewan Keamanan dan Majelis Umum, yang masing-masing mengambil suara secara
Independen. Para hakim dipilih untuk jangka waktu 9 tahun dan dapat dipilih kembali ; tidak
boleh ada dua hakim MI dari Negara yang sama.
Piagam PBB menciptakan mesin untuk menjaga perdamaian dan keamanan serta
menyelesaikan konflik antar Bangsa. Piagam PBB juga secara khusus mengarahkan Majelis
Umum untuk mendorong perkembangan berkelanjutan dan Kodifikasi Hukum Internasional.
Untuk menjalankan tugas ini, Majelis Umum menciptakan dua organ turunan yaitu Komisi
Hukum Internasional ( 1947 ) dan Komisi Hukum Perdagangan Internasional ( 1966 ). Selama
bertahun-tahun Komisi Hukum Internasional mempersiapkan draft traktat untuk
mengkodifikasi dan memodernsasi sejumlah topik dalam Hukum Internasional termasuk
Hukum Laut, Hubungan Diplomatik, Hubungan Konsular, Hukum Traktat antarbangsa,
Hukum traktat antar bangsa-bangsa dan Organisasi Internasional, kekebalan Negara dari
Yurisdiksi Negara lain keberlanjutan suatu negara dalam hal traktat, serta hukum perairan air
tawar internasional.
Komisi Hukum Perdagangan Internasional merumuskan hukum tentang
perdagangan internasional dan perkembangan ekonomi. Setelah disetujui oleh Majelis Umum,
draft dari komisi ini biasanya diajukan ke konferensi internasional yang diadakan PBB untuk
pelaksaan konvensi.