NIM : 2204551407
Kelas : J
Masyarakat internasional adalah landasan sosiologi hukum internasional tidak lain karena
kandasan sosiologis hukum adalah masyarakat. Artinya, hukum itu ada dan berlaku jika
ada masyarakat. Demikian pula halnya dengan hukum internasional. oleh karena itu, untuk
membuktikan ada dan berlakunya hukum internasional maka terlebih dahulu harus
dibuktikanadanya masyarakat internasional. Untuk membuktikan adanya masyarakat
internasional terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu:
a)Syarat materiil dari adanya hukum internasional adalah berupa fakta‐fakta eksitensi fisik:
– Adanya hubungan yang tetap dan berkelanjutan antar negara‐negara yang merdeka dan
berdaulat tersebut
– Adanya hukum yang mengatur hubungan tetap antar negara‐negara merdeka dan
berdaulat itu
3. Bagaimana paham hukum alam memandang kekuatan mengikat HI? Apa kelemahan
paham ini?
Jawaban :
Paham hukum alam menganggap Hukum Internasional mengikat karena Hukum Internasional
merupakan bagian dari hukum yang lebih tinggi yaitu hukum alam yang diterapkan pada
kehidupan masyarakat bangsabangsa. Hal ini beranjak dari prinsip dasar yaitu prinsip keadilan
yang memiliki keabsahan universal yang didapat/ditemukan melalui akal manusia.
Adapun kelemahan paham hukum alam adalah apa yang dimaksud dengan hukum Alam itu
sangat samar dan bergantung kepada pendapat subyektif dari orang yang bersangkutan
mengenai keadilan, kepentingan masyarakat internasional dan konsep yg serupa lainnya.
4. Apa yang dimaksud dengan paham voluntarisme dan paham objektivisme, apa akibat
dari paham ini dalam memandang hubungan HI dan Hukum Nasional?
Jawaban :
Voluntarisme memandang bahwa hukum internasional tidak ada kaitannya sama sekali dengan
hukum nasional. Tidak ada hubungan dan keterikatan khusus antara keduanya. Oleh sebabnya,
dari pandangan voluntarisme ini muncul paham “Dualisme”. Akibat dari paham ini adalah :
Tidak akan mungkin dipersoalkan mengenai hierarki antara keduanya, karena menurut paham
ini Hukum Internasional dan Hukum Nasional pada hakikatnya tidak saja berlainan dan tidak
tergantung satu sama lain, tetapi juga terlepas satu sama lain.
Tidak mungkin ada pertentangan diantara keduanya yang mungkin ada hanya penunjukan.
Hukum Internasional memerlukan transformasi terlebih dulu untuk dapat berlaku dalam
lingkungan Hukum Nasional.
5. Indonesia menganut paham apa dalam memandang hubungan HI dan Hukum Nasional?
Jawaban :
Indonesia dikatakan menerapkan Sistem Dualisme dilihat dari ciri-ciri berikut:
Sumber Hukum
Indonesia mengesahkan Hukum Internasional dengan memandang kedudukan keduanya
terpisah, ratifikasi Hukum Internasional bersumber pada kemauan bersama dari negara-negara
sebagai masyarakat hukum internasional dan hukum nasional bersumber dari kehendak
negara/kemauan negara yang secara konkrit dibentuk sebagai Undang-Undang.
Hirarki
Pasal 7 ayat (1) UU 12/2011 tidak mencantumkan Hukum Internasional dalam Hirarki
Peraturan Perundangan sebagaimana hirarki kekuatan Hukum diatur dalam Pasal 7 ayat (2) UU
12/2011 dengan demikian apabila bertentangan maka
Kelembagaan
Terpisah sesuai sistem, dalam hal ini instrument kelembagaan terkait Hukum di Indonesia tidak
memiliki kaitan dan sumber hukum dari Hukum Internasional.
6. Apa yang dimaksud dengan Subjek HI? Bilamana sebuah entitas dapat berkedudukan
sebagai Subjek HI?
Jawaban :
Subjek hukum internasional adalah pemegang (segala) hak dan kewajiban menurut Hukum
Internasional. Sebuah entitas dapat berkedudukan sebagai subjek hukum internasional apabila
memenuhi kecakapan-kecakapan subjek hukum internasional (baik seluruhnya maupun
sebagian), yang terdiri atas:
f. Dapat menjadi anggota dan berpartisipasi dalam keanggotaan suatu organisasi internasional