Anda di halaman 1dari 5

UJIAN TENGAH SEMESTER

HUKUM PERJANJIAN INTERNASIONAL

IVANKA.C.BELNARD

201821046

R5E

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PATTIMURA
2020/2021
JAWABAN

1. a. Perjanjian Internasional adalah perjanjian, dalam bentuk dan nama tertentu, yang diatur
dalam hukum internasional yang dibuat secara tertulis serta menimbulkan hak dan
kewajiban di bidang hukum publik.
b. Menurut Mochtar Kusumaatmadja, SH. LL.M, perjanjian internasional adalah
perjanjian yang diadakan antarbangsa yang bertujuan untuk menciptakan akibat dari
hukum-hukum tertentu.

2. a. Traktat (treaty)
Traktar adalah perjanjian yang paling formal dan merupakan persetujuan dari dua negara
atau lebih. Perjanjian ini juga khusus mencakup tentang bidang ekononi dan politik.
Adapun yang biasanya dimuat dalam trakat merupakan sebuah ketentuan hukum yang
bersifat umum, sehinggan mengikat negara yang menandatanganinya.

b. Persetujuan (agreement)
Persetujuan merupakan perjanjian yang memiliki sifat teknis dan administratif. Namun
persetujuan ini tidak begitu diartikan karena sifatnya yang tidak resmi seperti trakat dan
konvensi.

c. Konvensi (convention)
Konvensi merupakan persetujuan formal yang bersifat multilateral dan tidak
berhubungan dengan kebijaksanaan tingkat tinggi atau high policy. Namun dalam
persetujuan konvensi ini harus dilegalisasi oleh beberapa wakil yang berkuasa penuh.

d. Protokol (protocol)
Protokol juga merupakan persetujuan yang tidak formal dan biasanya dibuat oleh kepala
negara. Protokol dibuat untuk mengatur masalah-masalah tambahan seperti adanya
penafsiran beberapa klausal  terntentu. Dalam  protokol ini ada beberapa contoh yang
pertama adalah  protocol of signature.
3. Menurut Mochtar Kusumaatmadja ada cara yang bisa dilakukan dalam pembuatan
perjanjian internasional, yaitu pertama, perjanjian internasional yang dibentuk dengan
tiga tahapan yaitu perundingan, penandatanganan dan ratifikasi. Kedua, perjanjian
internasional yang dibentuk dengan dua tahap, yaitu perundingan dan penandatanganan.
Namun ada catatan yang harus diperhatika yaitu cara pertama biasanya diadakan untuk
hal-hal penting yang membutuhkan persetujuan pihak DPR, sedangkan cara kedua
dipakai untuk perjanjian yang tidak begitu penting dan membutuhkan penyelesaian yang
cepat.
4. a. Monoisme
merupakan keadaan dimana hukum internasional dan hukum nasional merupakan bagian
yang saling berkaitan dengan satu sistem hukum pada umumnya. Berdasarkan teori,
monoisme memiliki dua primat yang berlaku, yaitu primat hukum nasional dan primat
hukum internasional.
Menurut aliran monoisme dengan primat hukum nasional, menganggap bahwa hukum
internasional itu bersumber kepada hukum nasional. Alasan utama pada anggapan ini
karena tidak ada satu organisasi di atas negara-negara yang mengatur kehidupan negara
di dunia. Selain itu dasar hukum internasional yang mengatur hubungan internasional
adalah terletak di dalam wewenang negara-negara untuk mengadakan perjanjian-
perjanjian internasional.

b. Dualisme
Aliran hukum dualisme bersumber pada teori bahwa daya ikat hukum internasional
bersumberkan pada kemauan negara. Pada aliran ini hukum internasional dan hukum
nasional merupakan dua system atau perangkat hukum yang terpisah satu dari yang
lainnya. Akibatnya timbul pandangan bahwa kaedah-kaedah dari perangkat hukum yang
satu tidak mungkin bersumberkan atau berdasarkan pada perangakat hukum yang lain.
Akibatnya, ketentuan hukum internasional memerlukan transformasi menjadi hukum
nasional sebelum dapat berlaku di dalam lingkungan hukum nasional. Jika terjadi
benturan antara hukum internasional dan hukum nasional, negara yang menganut aliran
dualisme cenderung mengabaikan hukum internasional.

5. a. Perjanjian yang bersifat penting yang dibuat melalui tiga tahap,yaitu proses
perundingan, penandatanganan dan ratifikasi.
b. Perjanjian yang bersifat sederhana yang dibuat melalui dua tahap, yaitu perundingan
dan penandatanganan.Biasanya digunakan kata persetujuan atau agreement.

6. - Prinsip pacta sunt servanda : setiap perjanjian berlaku mengikat terhadap pihak-pihak
pada perjanjian dan harus dilaksanakan dengan itikad baik

- Prinsip free consent : setiap pihak mempunyai kebebasan untuk melakukan kesepakatan
dengan pihak manapun;

- Prinsip good faith : setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik oleh para
pihak;

- Prinsip non retroactive : konvensi hanya berlaku terhadap perjanjian yang ditutup
sesudah berlakunya konvensi;

- Prinsip pacta tertiis nec nocent nec prosunt : perjanjian hanya berlaku pada pihak yang
membuat perjanjian;

- Prinsip rebus sic stantibus / fundamental change of circumstances : perjanjian


internasional akan batal bilamana ada perubahan yang mendasar apa yang menjadi objek
perjanjian;

- Prinsip : prinsip kepatutan dan kewajaran menjadi dasar setiap penerapan perjanjian
internasional;

- Prinsip jus cogen : perjanjian batal bilamana muncul noma imperatif baru menggantikan
norma lama yang mendasari perjanjian.

7. Full Power adalah kuasa penuh atau on behalf merupakan salah satu kaidah hukum
internasional yang menganggap tidak semua warga negara dapat mewakili suatu Negara
dalam pembuatan hingga pengesahan perjanjian, karena hanya terdapat beberapa orang
dengan jabatan (amtenar) kenegaraanya yang mendapatkan kuasa yang utuh untuk
mewakili negaranya.
Surat kepercayaan (Credentials) adalah surat yang dikeluarkan oleh Presiden atau
Menteri yang memberikan kuasa kepada satu atau beberapa orang yang mewakili
Pemerintah Republik Indonesia untuk menghadiri, merundingkan, dan/atau menerima
hasil akhir suatu pertemuan internasional (pasal 1d).

a)      Pensyaratan (Reservation) adalah pernyataan sepihak suatu Negara untuk tidak
menerima berlakunya ketentuan tertentu pada perjanjian internasional, dalam rumusan
yang dibuat ketika menandatangani, menerima, menyetujui, atau mengesahkan suatu
perjanjian internasional yang bersifat multilateral (pasal 1e).

b)      Pernyataan (Declaration) adalah pernyataan sepihak suatu Negara tentang


pemahaman atau penafsiran mengenai suatu ketentuan dalam perjanjian internasional,
yang dibuat ketika menandatangani, menerima, menyetujui, atau mengesahkan perjanjian
internasional yang bersifat multilateral, guna memperjelas makna tersebut dan tidak
dimaksudkan untuk mempengaruhi hak dan kewajiban Negara dalam perjanjian
internasional (pasal 1f).

Anda mungkin juga menyukai