Anda di halaman 1dari 13

THE RELATION BETWEEN INTERNATIONAL AND NATIONAL LAW

Oleh:
Belardo Prasetya Mega Jaya, S.H., M.H.
International Law Department, Untirta
DUALISME V. MONISME

HUKUM
INTERNASIONAL
HUKUM
NASIONAL

Voluntarisme

➢Berlakunya HI terletak pada kemauan negara;


➢Berdasarkan pandangan ini maka muncul paham dualisme yang
melihat bahwa HI dan HN merupakan dua perangkat hukum yang
hidup berdampingan, berbeda dan terpisah satu sama lain;
➢Paham ini pelopornya adalah Triepel (Jerman) dan Anzilotti
(Italia).
dualisme

HUKUM HUKUM
NASIONAL INTERNASIONAL

dualisme

➢ HI dan HN adalah dua sistem hukum yang terpisah dan


independen. Hukum nasional bersumber pada kehendak
negara, sedangkan hukum internasional bersumber pada
kehendak bersama (masyarakat negara).
➢ Keduanya memiliki subyek yang berbeda. Subyek hukum
nasional adalah perorangan / badan hukum (perdata/publik),
sedangkan subyek hukum internasional adalah negara.
➢ Keduanya berbeda struktur organ pelaksananya (eksekutif,
legislatif, yudikatif).
Akibat dualisme

➢ Tidak akan mungkin dipersoalkan mengenai hirarki


antara keduanya, karena menurut paham ini HI dan
HN pada hakikatnya tidak saja berlainan dan tidak
tergantung satu sama lain, tetapi juga terlepas satu
sama lain.
➢ Tidak mungkin ada pertentangan diantara keduanya
➢ HI memerlukan transformasi terlebih dulu untuk
dapat berlaku dalam lingkungan HN.

kelemahan dualisme

➢ Pada dasarnya baik HI maupun HN bersumber dari


kemauan negara yaitu kemauan negara untuk
mengatur kehidupan masyarakat. Jadi baik HI dan HN
bersumber dari kebutuhan manusia untuk hidup teratur
dan beradab.
➢ Pada kenyataan dewasa ini perorangan pun dapat
menjadi subyek HI.
➢ Perkembangan HN jauh lebih tinggi daripada HI jadi,
wajar saja HN memiliki bentuk organ yang lebih
sempurna dari HI.
➢ Pada kenyataannya seringkali HN tunduk pada HI
atau sebaliknya
Teori yang sama (Teori
koordinasi)

➢ Pendukung teori ini merupakan kelompok yang


moderat, beranggapan bahwa Hukum Internasional
memiliki lapangan berbeda sebagaimana Hukum
Nasional, sehingga kedua sistem hukum tersebut
memiliki keutamaan di lapangannya masing-masing.
Oleh karena itu tidak ada yang lebih tinggi ataupun
lebih rendah antara Hukum Internasional dengan
Hukum Nasional.
➢ Pengusung Teori Koordinasi diantaranya : Gerald
Fitzmaurice, Ian Brownlie, dan Rousseau.

monisme

Monisme Primat HI Monisme Primat HN

30%
Hukum Internasional Hukum Nasional

60%
Hukum Nasional
10%
Hukum Internasional

20%
Monisme primat hi

➢ HN bersumber dari HI yang secara hirarkis lebih


tinggi.
➢ HN tunduk pada HI dan kekuatan mengikatnya
berdasarkan suatu pendelegasian wewenang dari HI.
➢ Penganut teori ini disebut dengan Mazhab Vienna.
➢ Kelemahan Monisme dengan Primat Hukum
Internasional, apabila memandang bahwa HN
bersumber dari HI, ini artinya HI ada terlebih dulu
daripada HN, hal ini tentu saja bertentangan dengan
kenyataan sejarah, yang menyebutkan bahwa HN ada
lebih dulu daripada HI

60
Wewenang mengadakan perjanjian internasional
terletak pada HN.
%

20%

Hukum Nasional di depan Pengadilan


Internasional
Di pengadilan internasional kedudukan Hukum
Internasional lebih superior dibandingkan dengan Hukum
Nasional. Hal ini dikarenakan Hukum Nasional hanya
dapat digunakan di depan pengadilan internasional adalah
hukum nasional yang tidak bertentangan dengan Hukum
60%
Internasional. Hal ini terkenal dengan teori oposbilitas.

20%
Monisme primat hn

➢ Beranggapan bahwa Hukum Nasional adalah hukum


yang utama daripada Hukum Internasional
➢ Beranggapan bahwa Hukum Internasional merupakan
lanjutan dari Hukum Nasional untuk urusan-urusan
luar negeri
➢ Beranggapan bahwa Hukum Internasional bersumber


60
kepada Hukum Nasional
%
Penganutnya dinamakan mazhab Bonn yang salah
satu pelopornya adalah Max Wenzel
20%

Monisme primat hn
➢ Tidak terdapat satu organisasi di atas negara-negara
yang mengatur kehidupan negara-negara di dunia.
➢ Dasar Hukum Internasional yang mengatur hubungan
internasional adalah terletak pada wewenang negara
untuk mengadakan perjanjian internasional, jadi ini
adalah wewenang konstitusional.
➢ Kelemahan Monisme dengan Primat Hukum Nasional
Hanya memandang hukum sebagai hukum tertulis
60%
dalam hal ini perjanjian internasional.

20%
Hukum Internasional di depan
Pengadilan Nasional

➢ Status dan perlakuan terhadap HI berbeda-beda dalam


praktik antara satu negara dengan yang lain;
➢ Mayoritas negara memiliki konstitusi tertulis atau
dokumen sebagai ketentuan fundamental bagaimana
HI di depan pengadilan nasional mereka;
➢ Dalam praktik ada dua doktrin yang banyak dikuti
negara-negara, yaitu doktrin inkorporasi dan doktrin
60%
transformasi

20%

DOKTRIN INKORPORASI

➢ Menyatakan bahwa HI akan berlaku secara otomatis


menjadi bagian dari HN tanpa adopsi sebelumnya;
➢ Adopsi diperlukan hanya ketika ada kebijakan yang
menentukan lain;
➢ Dengan demikian, perjanjian yang sudah
ditandatangi/diratifikasi akan mengikat langsung pada
60
warga negara setempat tanpa harus dibentuk HN nya
terlebih dulu; %

20%
DOKTRIN TRANSFORMASI
➢ Menyatakan bahwa HI tidak menjadi HN kecuali atau
sampai diimplementasikan dalam HN terlebih dahulu;
➢ Setelah HI yang dimaksudkan ditransformasikan
dalam HN maka statusnya menjadi HN;
➢ Pengadilan dapat menggunakan sebagai sumber
hukum dalam memutus suatu kasus;
➢ HI tidak dapat diterapkan di lingkungan domestik
kecuali jika sudah ditransformasikan dalam sistem HN
60%
20%

Tanggapan terhadap Teori Dualisme dan


Teori Monisme
➢ Praktik tidak menunjukkan aliran mana yang lebih
dominan
➢ Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional
diserahkan pada praktik masing-masing negara

HI dan HN saling Mempengaruhi dan Membutuhkan


Satu Sama Lain
➢ HI akan lebih efektif bila telah ditransformasikan ke dalam HN.
➢ HI akan menjembatani ketika HN tidak dapat diterapkan diwilayah negara lain.
➢ HI akan mengharmonisasikan perbedaan-perbedaan dalam HN.
➢ HI banyak tumbuh dari praktik HN negara-negara
➢ Meskipun negara punya kewenangan untuk membuat aturan perundang-
undangan dalam HN, namun dalam praktik negara tiak bisa membuat aturan
perundang-udangan itu seenaknya sendiri tanpa melihat pada aturan hukum
internasional yang sudah ada
• Bagaimana relasi antara hukum
internasional dan hukum
nasional di Indonesia dan di
Negara lain?

• Apakah hukum internasional


merupakan satu kesatuan
dengan hukum nasional?
PRAKTIK INGGRIS
• Hukum kebiasaan internasional
• Tidak bertentangan dengan undang-undang
• Sekali ruang lingkup kebiasaan ditetapkan keputusan mahkamah tertinggi
maka akan mengikat pengadilan di bawahnya
• Perjanjian internasional
• Memerlukan persetujuan Parlemen:
• Perubahan perundang-undangan nasional
• Perubahan batas wilayah
• Mempengaruhi hak sipil atau penambahan wewenang Raja/ Ratu
• Menambah beban keuangan pada pemerintah Inggris

PRAKTIK AMERIKA SERIKAT


➢ Konstitusi AS 1787; Article VI, Section 2
• The Constitution and the Laws of the US which shall be
made in pursuance thereof; and all Treaties made or which
shall be made under the Authority of the United States
shall be the supreme Law of the Land;
• And the Judges in every State shall be bound thereby,
anything in the Constitution or Laws of any State to the
Contrary notwithstanding.
➢ Penerapannya dalam praktik masih terdapat
inkonsistensi
• Mis.: Kasus Sei Fujii v. State of California (1952)
PRAKTIK INDONESIA
• Undang-undang Dasar 1945
• Pembukaan:
• Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak
segala bangsa...
• ...dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial
• Pasal 11 Ayat 1: Presiden dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian
dengan negara lain
• UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional
• Pasal 4 Ayat (1) dan (2)
• Pasal 10 dan 11

Section Break
Any question ?
TO BELaut
Wilayah CONTINUED NEXT WEEK !

Anda mungkin juga menyukai