Anda di halaman 1dari 38

HINPUB I

2 September 2021

● Apa itu Hukum Internasional?


Apabila kita harus mendefinisikan sesuatu hal yang abstrak, tidak akan cukup
didefinisikan dengan kalimat. Contoh, apa itu hukum? Paling tidak, definisi yang akan
ditanya harus dikategorikan/disempitkan/direduksi terlebih dahulu, misal: Apa arti
hukum dalam aspek perdata? Apa arti hukum sebagai suatu disiplin?

Tidak hanya terbatas hubungan hukum antarnegara, tetapi bisa juga antara negara
dengan subjek hukum lain bukan negara, ataupun antarsubjek hukum lain bukan
negara.

● Kenapa subjek Hukum Internasional bukan manusia dan badan hukum?


Setiap cabang ilmu hukum memiliki subjek hukum, asas-asas, objek hukumnnya
masing-masing. Misalkan, kalau di pidana, ada asas nonretroaktif. Sementara itu, dulu
waktu Perang Dunia 2 selesai, ada pihak-pihak yang diadili padahal aturannya belum
ada waktu itu. (cek: https://fjp-law.com/id/asas-retroaktif-di-indonesia/). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan asas-asas yang diterapkan dalam masing-
masing cabang ilmu hukum. Terdapat Yurisdiksi Universal yang dapat diadili kapan
saja (berarti bisa retroaktif), dimana saja, oleh siapa aja.

Pasal 5 Statuta Roma = kejahatan yang menjadi yurisdiksi mahkamah (dpt berlaku
retroaktif)

Berdasarkan pasal 7 UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM, terdapat 2 jenis


pelanggaran HAM berat, yaitu kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan.

Jadi, bergantung dengan cabang ilmu hukum apa maka subjek hukumnya dapat
ditentukan. dengan demikian, wajar apabila subjek Hukum Internasional berbeda
dengan teori umum yang biasa diajarkan. Bahkan, pidana pun subjek hukumnya ada
tambahan “negara”. Sekali lagi membuktikkan bahwa subjek hukum masing-masing
cabang ilmu hukum berbeda satu sama lain.
● Perbedaan Hukum Internasional Publik dan Hukum Internasional Perdata?
Perbedaan mendasarnya ada di SUBJEK HUKUM
Hinper berarti subjek hukum perdata: Manusia dan Badan Hukum
Tapi sebenernya kadang bisa blurry juga, misal suatu perusahaan dari negara B
melakukan investasi di Indonesia terhadap perusahaan tertentu, ternyata tiba-tiba
investasi tersebut dinasionalisasikan (diambil alih oleh negara). Si investor gak terima
dan mau membawa perkara ini ke pengadilan internasional, karena kalau di
pengadilan Indonesia, pasti bakal kalah karena pasti Indonesia bakal dimenangin.

● Sifat Hubungan
sifat hubungan hukum internasional itu koordinatif. o
HINPUB II
9 September 2021

● Apa itu Masyarakat Hukum Internasional?


Mochtar Kusumaatmadja: Kondisi presupposed (dianggap ada) karena adanya
hukum internasional untuk menjamin ketertiban dan kepastian dalam hubungan
antarnegara. Keberadaan negara -- kebutuhan untuk melakukan hubungan (landasan
sosiologis terbentuknya hukum internasional)
● Hubungan Internasional yang membentuk Masyarakat Hukum Internasional
➢ Commerce (perdagangan)
➢ Transporation (transportasi)
➢ Culture (budaya)
➢ Science
➢ Extraction of Resources
➢ Military and Disarmament
➢ Other National Interset
● Dasar Pengikat Masyarakat Hukum Internasional
Mochtar
➢ Kesamaan Hukum
➢ Kesetaraan → secara normatif, tidak ada negara yang lebih tinggi dari

negara lain. tetapi secara politik, memang ada negara yang lebih kuat dari

negara lain. Namun, yang dimaksudkan kesetaraan adalah walaupun tiap

negara berbeda-beda, tetapi saling membutuhkan

➢ Kedaulatan (Sovereignty) → semua negara berdaulat atas wilayahnya.

Kekuasaan negara berakhir pada saat kekuasaan negara lain dimulai.

Kekuasaan tertinggi berada pada negara. Negara juga menjalin hubungan

dengan negara lain sehingga membentuk hukum internasional

➢ Kepentingan Nasional yang bersinggungan (National Interest) →


➢ Relativisme Budaya
Negara Merdeka - Berdaulat - Setara (kesamaan antarnegara)
R. Wolfrum
➢ Plurality of Actors that Recognize other Actors → Masing-masing negara

mengenali negara lain

➢ Willingness to enter into relation with each other → Masing-masing negara

mau untuk saling berhubungan

➢ Equal footing/status & Equal Opportunity → Masing-masing negara sadar

bahwa mereka semua setara dalam kedudukan serta memiliki kesempatan

yang sama dalam memenuhi kepentingan nasional

➢ Common Values/Unifying Factors → Bergerak lebih luas daripada hukum.

Ini melihat kesamaan secara nilai artinya setiap negara menyadari mereka

memiliki nilai yang sama.

➢ Common Objectives → Masing-masing negara bahwa mereka memiliki satu

tujuan, contohnya perdagangan sehingga dibuat World Trade

Organization atau misalnya penerbangan dibentuklah International

Aviation Association

➢ Interdependencies → Masing-masing negara menyadari bahwa mereka

bergantung satu sama lain sehingga tidak ada pilihan untuk mereka saling

berhubungan. Misal satu negara industri B, satu negara industri A

➢ Necessity for Coordinated Actions → kebutuhan terhadap tindakan-

tindakan yang telah dikoordinasikan.

➢ Necessity to Cooperate → kebutuhan untuk bekerja sama sehingga

dibentuklah organisasi-organisasi internasional.

➢ Community Interest → Yang ada sekarang tidak hanya kepentingan

nasional, tetapi juga community interest. ada manusia sebagai bagian dari

masyarakat hukum internasional. yang tadinya MHI hanya berfokus pada

negara yang berdaulat, sekarang menjadi berkembang menjadi organisasi

internasional, individu sebagai bagian dari MHI.

● Kedaulatan Negara dalam MHI


➢ Negara memiliki kekuasaan tertinggi
➢ Negara yang berdaulat dapat menjalin hubungan dengan negara lain.
Hubungan ini kemudian membentuk hukum internasional.

● Kedaulatan Negara dalam Masyarakat Hukum Internasional


➢ Menurut Bang Alif, kedaulatan bukan penghalang dalam pembentukan hukum
internasional, tetapi yang menjadi penghalang adalah kepentingan nasional.
➢ Prof. Mochtar: Kedaulatan bukanlah penghalang pertumbuhan masyarakat
hukum internasional dan hukum internasional itu sendiri
➢ Kedaulatan menjadi penghalang jika hukum internasional dalam MHI
dipandang sebagai hukum tertinggi yang sifatnya hierarkis dalam suatu
tatanan negara dunia
➢ Kedaulatan tidak bisa menjadi penghalang pertumbuhan MHI dan hukum
internasional karena negara berdaulat hanya pada pada wilayahnya masing-
masing
● Masyarakat Hukum Internasional dalam Masa Transisi (Unsur)
➢ Kemajuan Teknologi
- Persenjataan
- Eksploitasi SDA
- Perluasan wilayah kedaulatan
➢ Perubahan Konstelasi Politik
➢ Emerging Economies
➢ Hubungan nonnegara

● Masyarakat Hukum Internasional dalam Masa Transisi (Subjek)


➢ Pra-Perang Dunia II: Negara dan Wilayah Koloni
➢ Pasca-Perang Dunia II: negara-negara merdeka, organisasi-organisasi
internasional (IGO), korporasi, NGO, individu

● Apakah kedaulatan merupakan sumber tunggal dalam negara menjalin suatu


hubungan hukum dalam MHI?
➢ Dengan kehadiran organisasi internasional dalam perkembangannya, bisa jadi
hubungan hukum antarnegara tidak sebatas kedaulatan yang dimiliki masing-
masing negara saja
➢ “States had to behave in a Cooperative Manner, Based on Solidarity” -
Alejandro Alvares, 1912 “Value-driven Principle”
➢ “Moral Duty of Solidarity is not to give rights to states but to legitimate
expectations” - E. de Vattel

● Akibat yang timbul dari Solidarity, Value-driven Principle, dan Moral Duty
sebagai sumber hukum dalam MHI
➢ Meluasnya sumber-sumber hukum internasional
- Pasal 38 ayat (1) Statuta ICJ
- Koskenniemi: Formal and Informal Sources of International Law
- Informal sources: nonbinding, tidak dibentuk oleh negara tersebut,
tetapi diikuti oleh negara-negara sesuai dengan kepentingannya
masing-masing
➢ Terbentuknya organisasi internasional yang berwenang untuk membentuk
sumber-sumber hukum internasional yang bersifat informal
➢ Jadi bisa dikatakan bahwa negara memberikan sebagian kedaulatannya ke
suatu organisasi internasional tertentu untuk kemudian menundukkan diri
dengan keputusan-keputusan yang dibuat oleh organisasi tersebut
➢ contoh lain International Maritime Organization → organisasi ini

membuat konvensi-konvensi terkait perkapalan (?), seperti limbah-limbah

perkapalan, dll. selain konvensi, mereka pun mengeluarkan peraturan-

peraturan turunan. walaupun suatu negara harus meratifikasi konvensi-

konvensi terlebih dahulu, tetapi negara-negara memiliki kewajiban untuk

mematuhi peraturan turunannya. kalau tidak mematuhi, tidak ada

hukumannya, tetapi akan diberikan rekomendasi yang dikeluarkan oleh

organisasi tersebut

● Nilai-nilai yang mendorong solidaritas


➢ Etika dan Moralitas (c/ Piagama PBB, Outer Space Treaty)
➔ Setiap negara punya hak dan kewajiban yang muncul dan hilang dari
suatu religious sensibility (Weiler)
➔ Sekularisasi hukum internasional mengubah paradigma religious
sensibility ke arah nilai lain yang dapat mengikat solidaritas negara
➢ Interdependensi negara (national of interest, balance of power, perekonomian)
➔ timbulnya hak dan kewajiban dari usaha untuk menyeimbangkan
kepentingan negara-negara yang timbul dari ketergantungan
antarnegara

● Hubungan hukum masyarakat hukum internasional dengan konsep solidaritas


➢ International Society vs International Community
- Society: Terbentuk dengan tujuan untuk menjaga perdamaian dan
keamanan atau mencegah konflik antarnegara dengan cara mengunci
negara-negara di dalam suatu aturan hukum (legal framework) yang
didasarkan pada reciprocated respect dan mutual noninterference.
- Community: terbentuk sendiri karena suatu pemikiran kolektif negara-
negara yang menghormati konsep liberal-demokrasi, dimana negara-
negara tersebut menyadari bahwa mereka memiliki nilai-nilai yang
sama sehingga saling mengisi kebutuhan satu sama lain dengan tetap
menjaga identitas nasional masing-masing

● Dalam suatu solidaritas masyarakat hukum internasional, di mana posisi hukum


internasional itu sendiri?
Bang Alif
➢ Misalnya Universal Declaration of Human Rights itu dia mengatur negara
negara PBB untuk mengatur hak-hak asasi manusia, itu posisinya lebih tinggi
➢ Akan tetapi, ada juga misal Paris Agreement dia tidak memaksa negara negara
untuk mengurangi emisi karbon, tetapi mengajak sesanggupnya.
➢ Kalau dikaitkan dengan society dan community, itu posisi hukum internasional
itu lebih tinggi bahkan hierarkis. Contoh Uni Eropa yang memiliki
Mochtar Kusumaatmadja
➢ Negara dengan kepentingan masing-masing membentuk suatu hukum di
antaranya untuk memastikan ketertiban di antara hubungan untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (jadi tidak hierarkis)
Wellens
➢ Constitutional Approach towards International Law: IL is not necessarily
above states, but it applies constitutional-like principles to ensure effectivity
and fairness in an international legal order
- Constitutional-like principles such as Universality, cth: Uni-Eropa
- fak

● “Solidarity in Practice” dalam suatu masyarakat hukum internasional


➢ Responsibility to protect (abstract) → dasar intervensi militer terhadap

negara lain untuk memenuhi kebutuhan HAM negara lain, seperti

terhadap underprivileged countries → ini tapi kontroversial karena tidak

sesuai dengan prinsip hukum internasional, yaitu tidak mengintervensi

kepentingan negara lain


➢ Universal Declaration of Human Rights
➢ UN Charter
➢ Transportation Law Regime
- Maritime Law (UNCLOS - IMO)
- Air Law (Chicago Convention - ICAO)

● Kesimpulan
➢ Prof. Mochtar: MHI, yang unsur utamanya adalah negara, terbentuk karena
negara memiliki kebutuhan/kepentingan yang hanya dapat dipenuhi jika
negara melakukan hubungan dengan negara lain
➢ Negara dapat berhubungan dengan negara lain dalam suatu hubungan hukum
yang kemudian menjadi hukum internasional. Dasar dari hukum ini adalah
kedaulatan negara
➢ MHI terus berkembang dengan berkembangnya subjek hukum internasional
dan teknologi yang menimbulkan permasalah hukum kontemporer
➢ kedaulatan dan kepentingan nasional belum tentu menjadi dasar tunggal yang
mendasari hubungan hukum dalam suatu masyarakat internasional
➢ Solidaritas dalam hukum internasional merupakan sumber lain di mana
negara-negara yang memiliki seperangkat nilai-nilai serupa melakukan
hubungan untuk memenuhi kebutuhannya atau menjaga perdamaian dengan
negara lain
Q: Kalau ada perjanjian internasional tapi salah satu negara belum meratifikasi?
A: Contohnya dalam hukum udara ada dua konvensi untuk mengatur mengenai tanggung
jawab atas kerugian yaitu konvensi montreal dan konvensi warsawa. Ketika terjadi klaim
kerugian dari WNI yang keluarganya mengalami kecelakaan pesawat di negara lain, untuk itu
karena Indonesia belum meratifikasi montreal, jadi tolok ukurnya warsawa. Kalau belum
diratifikasi sama sekali, ICJ bakal pakai prinsip hukum umum

Q: Ada kesetidakpahaman dalam mengikuti konvensi karena sistem hukum negara yang
berbeda?
A: Ada konvensi terhadap genosida yang mana yang meratifikasinya sedikit, tetapi yang
diatur adalah satu hal yang sangat mendasar karena seharusnya di setiap negara dilarang.
Nah, itu bisa diberlakukan walaupun negara tidak meratifikasi perjanjian. ICJ dalam hal ini
bisa dipaksakan melalui prinsip erga omnes/obligation for all yang mana semua negara harus
menghormati ketentuan-ketentuan hukum umum. Contoh: Kasus Gambia melawan Myanmar
yang mana Gambia tidak ada kepentingan apa-apa dengan Rohingya, tetapi Gambia bisa
membawa Myanmar ke ICJ dengan prinsip erga omnes/obligation for all.
HINPUB III
16 September 2021
SEJARAH PERKEMBANGAN HUKUM INTERNASIONAL

EARLY ORIGINS
● Menurut Starke, hukum internasional merupakan produk perkembangan 400 tahun
terakhir setelah adanya Perjanjian Westphalia (perjanjian perdamaian antara Kristen
dan Katolik)
● Menurut Carter & Trimble, hukum internasional kontemporer terbentuk atas dasar
nation-state sebagai aktor utama. Di sini perkembangan hukum internasional
dititikberatkan di Eropa
● Karena bermula dari Westphalia, hukum internasional sifatnya eurosentris karena
didasarkan pada prinsip-prinsip yang dianut di Eropa.

BACKGROUND
● Sebenarnya, sebelum Perjanjian Westphalia pun,cikal bakal hukum internasional
sudah mulai terbentuk

EARLY ORIGINS
● Perkembangan awal ada di Mesopotamia sekitar 2100 SM. Terdapat perjanjian yang
menentukan batas wilayah antara 2 negara kota, yaitu Blagash dan Umma. Apabila
salah satu negara melanggar perjanjian tersebut, negara-negara tersebut akan
mendapatkan hukuman dari dewa-dewanya. Asas Pacta Sunt Servanda pun muncul
dari sini
● 1000 tahun setelahnya, terdapat perjanjian pembagian kekuasaan secara damai antara
Mesir dan Hittites. Perjanjian tersebut muncul dari perang yang berkelanjutan.

GREECE CONTRIBUTION (YUNANI KUNO)


● Yunani berkontribusi dalam hukum internasional dalam aspek analisis filosofis,
saintifik, dan politis.

ROMAN CONTRIBUTION (ROMAWI KUNO)


● Pemahamannya muncul dari filosofis-filosofis dan hukum yang berlaku di Yunani
Kuno
● Ius Civile, berlaku hanya untuk warga Roma
● Ius Gentium (Natural Law/Hukum Alam) → mengatur hubungan dengan negara-

negara asing yang berada di bawah pemerintahan Romawi. Hukum ini dasar

pengikatnya berasal dari unsur-unsur ketuhanan

NATURAL LAW
● Menurut Shaw, hukum adalah seperangkat alam yang rasional yang diturunkan dari
alam yang berada di akal seluruh manusia
● Menurut Rommen, Seperangkat hukum yang tidak dapat diubah dengan cara-cara
kemanusiaan karena berasal dari prinsip-prinsip ketuhanan
● Sifatnya universal

THE GROWTH OF ISLAM AND ITS INFLUENCE IN SHAPING


INTERNATIONAL LAW
● Pemisahan antara negara muslim dan negara nonmuslim
● Dari konsep Darul Islam, terbentuk suatu hukum yang mengatur antarnegara islam
dan negara-negara People of the Book, cth: hukum perang, perdagangan, diplomatik,
dll.
● Dalam konsep Darul Islam, perjanjian berlaku dan mengikat sebagai penghormatan
terhadap perjanjian

MIDDLE AGES
● Dalam masa ini, otoritas gereja sangat besar. Hubungan yang dilakukan antara Paus
dengan Raja-Raja dari Eropa dan the Holy Roman Emperor
● Kalau di Inggris, dibentuk English Law Merchant (hukum mengenai
pertukaran/perdagangan asing)
● Terbentuk Maritime Code → mengatur penggunaan laut (belum mengenai

pembagian wilayah)

RENAISSANCE
● Masih menganut kental hukum alam. Namun, pemikiran tentang ketuhanan mulai
bergeser menjadi sekuler dan lebih kritis
● Pemisahan antara katolik dan protestan menghasilkan resolusi pemisahan antara
agama dengan pemerintahan
MODERN INTERNATIONAL LAW
● Pemikiran bahwa hukum alam sebagai hukum pengikat dalam hukum internasional
mulai muncul pada abad ke-15
● Francisco Vitoria
● Suarez → hukum internasional adalah hukum yang mengikat berdasarkan hukum

alam

● Alberico Gentilli → menuliskan tentang hukum perang (De Jure Belli). Ia juga
yang mulai memisahkan sifat-sifat ketuhanan dari hukum alam.

THE AGE OF EXPLORATION AND THE EARLY DAYS OF COLONIALISM


● Perjanjian mengenai wilayah mulai muncul dari Perjanjian Tordesillas (1494) dan
Perjanjian Zaragoza (1529)
● Menghasilkan konsep closed sea atau mare clausum yang mana tidak ada negara yang
dapat mengeksplorasi laut selain yang diberikan hak oleh Paus yang mana negara
yang diberikan hanya Spanyol dan Portugal.
● Hugo De Groot, memisahkan ajaran-ajaran teologis dari hukum alam. Selain itu, ia
juga menulis sebuah buku “Mare Liberum … “ tentang konsep laut yang bebas
(sebagai bentuk pertentangan dengan konsep laut tertutup)

THE PEACE OF WESTPHALIA


● Mengakhiri perang 30 tahun
● Kenapa dianggap ini menjadi awal mula hukum internasional modern? Karena dari
perjanjian ini muncul konsep-konsep hukum internasional modern, seperti kedaulatan,
kesetaraan antarnegara, pemisahan negara dengan negara, dll.

POSITIVISM VS NATURALISM
● Positvism: Hukum Internasional terbentuk secara empiris melalui contohnya
pembentukan perjanjian internasional yang dibentuk untuk menyelesaikan
permasalahan tertentu (law of action)
● Naturalism: hukum internasional adalah bagian dari hukum alam yang

berdasarkan sistem-sistem moral yang asalnya dari pemikiran manusia yang


kemudian pemikiran tersebut terkonseptualisasi menjadi suatu pemahaman dan

prinsip-prinsip yang absolut, seperti Pacta Sunt Servanda, perlindungan

diplomatik, dll. → Law of Conscience


THE NINETEENTH CENTURY
● Abad ke-18 dan ke-19 mulai muncul pemahaman-pemahaman rasional yang
membentuk doktrin-doktrin hukum internasional
● Setelah Napoleon kalah dalam perang, muncul Perjanjian Wina

EVENTS THAT INFLUENCED THE RESTRUCTURATION OF EUROPEAN


POWERS
● Perang Napoleon (Dissolution of the Holy Roman Empire, Kongres Wina)
● Kongres Wina merupakan bentuk badan internasional yang meregulasi jalur air dunia.

OTHER IMPORTANTS EVENTS IN INTERNATIONAL LAW


● Pembentukan International Telegraphic Union
● International Committee of the Red Cross
● Universal Postal Union
● Permanent Court of Arbitration
● Treaty of Berlin

THE 20TH CENTURY


● Pada tahun ditandatangani Perjanjian Perdamaian (1919) setelah selesainya Perang
Dunia I dan terbentuknya Liga Bangsa-Bangsa

IMPORTANT EVENTS IN THE 20TH CENTURY


● Pembentukan Permanent Court of International Justice (1921)
● Briand-Kellogg Pact and the “prohibition of war”
● Chicago Conference yang menciptakan Convention of International Civil Aviation
and the ICAO (1944)
● PCIJ digantikan dengan International Court of Justice (1946)
● Liga Bangsa-Bangsa digantikan dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa
● UN Trusteeship udah mulai gaada karena wilayah-wilayah koloni udah mulai gaada,
kecuali satu yang ada di Inggris
THE COLD WAR
● NATO dan Warsaw Pact
● Gerakan Non-Aliansi
HINPUB IV
23 September 2021
Hakikat dan Dasar Berlakunya Hukum Internasional

Apakah Hukum Internasional itu Hukum?


Terdapat dua pendapat, yaitu setuju bahwa hukum internasional merupakan hukum dan
menolak bahwa hukum internasional merupakan hukum.

Positivistic Characteristics of a Legal System


- Peraturan
- Institusi untuk merancang peraturan (legislatif)
Kalo di PBB, yang menjadi semacam legislatif adalah Majelis Umum PBB
- Institusi untuk menegakkan hukum (yudikatif dan polisi)
Kalo di hukum internasional, tidak ada lembaga yang khusus menjadi yudikatif
ataupun polisi. Namun, masing-masing negara menjadi pengawas bagi negara lain
terkait pelaksanaan hukum internasiona.
- Berbagai macam sanksi untuk pelanggaran
Secara sempit, hukum internasional tidak memiliki sanksi. Namun, apabila dilihat dari
sudut pandang lain, bisa saja organisasi-organisasi internasional memaksakan sesuatu
terhadap negara. Misal, PBB mengarahkan Korea Utara untuk tidak melakukan
pengembangan nuklir. Namun, Korea Utara tetap melakukan pengembangan.
Kemudian, PBB merekomendasikan embargo ekonomi kepada Korea Utara. Dengan
demikian, kalo di hukum internasional, sifatnya lebih ke sanksi sosial

Some thoughts of Past Experts


- Spinoza & Hobbes: Hukum Internasional bukan hukum karena tidak ada institusi
yang menciptakan dan memaksakan hukum sehingga hukum internasional tidak
memiliki kekuatan mengingat yang sama seperti hukum nasional.
- John Austin: Hukum adalah perintah. Dengan demikian, hukum internasional
bukanlah hukum dalam perspektif positivis, melainkan ia adalah seperangkat aturan
yang dapat terlihat dari positiv morality (tindakan dan perilaku negara). Jadi, menurut
ia, hukum internasional hanyalah kebiasaan.

Thoughts Countering Previous Experts


- Kusumaatmadja: Suatu sistem hukum tidak harus memiliki institusi. Contoh: Hukum
Adat - berbagai macam peraturan yang tidak tertulis, tidak ada badan legislatif, tetapi
di beberapa hukum adat masih ada badan yang memaksa berlakunya hukum (dewan
adat, tetua adat, pecalang)
- Henkin: hukum internasional adalah hukum karena hampir semua negara mematuhi
hampir semua prinsip-prinsip dan kewajiban-kewajiban yang diatur hukum
internasional hampir setiap waktu

Klabber’s Thought
- Hukum Internasional itu hukum karena merupakan sekumpulan norma yang tidak bisa
diubah (rigid) -- kecuali ada suatu peristiwa besar seperti perjanjian internasional
baru, ada pemerintahan/negara baru, etc
- Berbasis pada timbal balik yang artinya saat ada dua atau lebih negara yang telah
membentuk seperangkat aturan tentang permasalahan tertentu, mereka akan selalu
berusaha untuk mematuhi/mengikuti peraturan yang telah dibentuk di antara mereka
dengan asumsi negara anggota lainnya akan melakukan hal yang sama
- Hukum Internasional bukan berarti tanpa sanksi, ada sanksi ekonomi, politik etc
- Sanksi hukum paling berat di hukum internasional adalah perang. Setelah itu,
pemutusan hubungan diplomatik. Yang paling ringan adalah nota keberatan

Bagaimana Hukum Internasional mengikat subjek-subjek hukumnya?


Teori Hukum Alam
- Hukum internasional bersifat mengikat karena merupakan bagian dari hukum alam,
yaitu suatu instrumen norma yang lebih tinggi dan berlaku untuk semua masyarakat,
dalam hal ini adalah masyarakat hukum internasional
- Pada masa awal, hukum alam dilihat sebagai hukum yang berasal dari Tuhan, yang
kemudian disuarakan oleh individiu yang peduli terhadap kebaikan umum (contoh:
penguasa negara)
- Sifat mengikatnya didasarkan pada pemahaman bahwa hukum internasional adalah
seperangkat norma yang diperintahkan oleh ketuhanan
- Menurut aquinas, ada 4 jenis hukum:
1. Eternal Law (Lex Aeterna) → Absolut, Abadi, and Wise Order. Hukum yang
dijalankan oleh pemerintah dan ditahbiskan oleh Tuhan
2. Natural Law → human rational participation to eternal law. Eternal Law
tertanam dalam jiwa dan pikiran manusia. Eternal Law tidak bisa terlihat,
tetapi bisa dirasakan oleh setiap manusia berakal
3. Divine Law → hukum tidak bisa diartikan melalui penalaran belaka, tetapi

harus ada dasarnya dengan scriptures, seperti Alkitab, Al-Quran, dll.

4. Human Law → Lanjutan dari Natural Law yang mana manusia


- Aturan dasar hukum alam:
1. Kebaikan harus dilakukan dan terjadi, kejahatan harus dihindari (Aturan
primer dari hukum alam)
➔ Tindakan yang benar dan sah, ditemukan dengan penalaran
➔ Tidak berubah dan abadi; valid di semua tempat
2. Hukum Alam yang dirasakan dari aksi konkret manusia yang merupakan
lanjutan dari aturan primer
➔ Tidak absolut dan tidak pasti
➔ Tidak valid di semua waktu dan tempat; bisa berubah dan berkembang
3. Hukum alam memiliki potensi berubah/rusak karena hati manusia dimana

dibutuhkan pembenaran → hukum alam sekunder


4. Hukum manusia/hukum positif hadir untuk membenarkan yang salah tentang
penyimpangan terhadap hukum alam sekunder di beberapa praktik.
5. Hukum manusia ada untuk menentukan hal tertentu, lebih lanjut dari apa yang
memang sudah diatur sebagai prinsip tertentu. Contoh kalau di hukum islam,
sunnah yang merupakan turunan dari Al-Quran
- Menurut Aquinas,
➔ Ius Gentium atau hukum antarmanusia atau hukum antarbangsa wujudnya dua,
yaitu hukum positif dan hukum alam sekunder
➔ Sebagai hukum positif/hukum manusia, ius gentium terkungkung untuk
mengatur peristiwa tertentu dalam kondisi tertentu dalam kesepakatan bersama
antarmanusia, dalam persetujuan manusia, dan dalam kebutuhan tertentu yang
disebabkan oleh suatu hal tertentu atau karena objektif untuk mencapai
common good
➔ Sebagai bagian dari hukum alam sekunder, ius gentium ada berdasarkan
penalaran manusia di bawah hukum abadi
➔ Grotius menolak secara implisit terhadap gagasan a supreme divine figures
(ketuhanan/ilahi) yang berbentuk hukum alam. Ia menawarkan penalaran yang
tersekulerisasi bahwa hukum alam diberikan oleh alam kepada manusia
sebagai makhluk yang berakal. Ia menolak konsep will of god. Sifatnya
universal karena setiap manusia memiliki akal yang sama-sama diberikan oleh
alam. Dengan demikian, hukum alam yang terdapat dalam akal masyarakat A,
sama dengan masyarakat B.
➔ Emmerich de Vattel berargumen bahwa hukum internasional mengikat dengan
dasar hukum alam karena terdapat faktor keperluan untuk mengatur hubungan
antarnegara dan negara harus mematuhi (untuk common good)
➔ Hukum alam sifatnya abstrak, seperti keadilan, moralitas, hak, dan kewajiban.
Para ahli berpendapat, bagaimana suatu hal yang abstrak dapat mengatur
manusia untuk dapat terikat terhadap hukum tersebut.

The Voluntary Theory I: State’s Will Theory


- Hukum Internasional mengikat negara-negara karena negara-negara tersebut memiliki
keinginan dan kemauan untuk terikat pada hukum
- Georg Jellinek menyatakan bahwa hukum internasional mengikat suatu negara karena
kemauan negara tersebut.
- Albert Zon dan Hegel menyatakan bahwa hukum internasional adalah bagian dari
hukum negara/nasional yang mengatur hubungan eksternal
- Ini masih subejektif.

The Voluntary Theory II: Common Will Theory


- Heinrich Triepel: Hukum Internasional mengikat negara-negara karena hal tersebut
merupakan kehendak bersama (gemeinwille - a union of single wills). Gemeinwile
merupakan hal supranasional yang berada di posisi di atas negara itu sendiri
- Negara-negara yang baru lahir secara otomatis terikat dengan hukum internasional
bukan karena kehendak negara itu sendiri, tetapi karena pemahaman bahwa suatu
negara terikat dengan hukum internasional
- Kehendaknya masih abstrak, belum tau asalnya darimana

The Vienna School (Mazhab Wiena)


- Mazhab Wiena muncul karena pemahaman bahwa hukum internasional mengikat
negara karena kehendak negara itu tidak bisa diterima. Kehendak manusia saja tidak
cukup sebagai dasar pengikat hukum karena kehendak manusia masih bersifat abstrak
- Persetujuan negara untuk terikat pada hukum internasional adalah dasar dari
eksistensi Hukum Internasional
- Menurut Hans Kelsen, teori yang menempatkan asas pacta sunt servanda sebagai
norma tertinggi (grundnorm) yang mengikat negara-negara
- Norma tersebut mengakui bahwa hukum internasional mengikat berdasarkan
perjanjian/persetujuan negara untuk terikat. Norma tersebut dikonsiderasi sebagai
norma tertinggi dan sudah ada sebelumnya.
- Mazhab ini tidak dapat menjelaskan kenapa grundnorm itu mengikat
- Kalo dari sini bentuknya udah jelas, ada dokumennya, seperti ratifikasi, perjanjian
bilateral/unilateral

Mazhab Prancis
- Hukum internasional mengikat negara karena adanya fakta sosial
- Para ahli menggarisbawahi kebutuhan masyarakat internasional untuk mencapai
tujuan bersama lewat solidaritas
- Leon Duguit berpendapat bahwa hukum internasional bukan hasil dari negara, tetapi
hasil dari interaksi sosial antarnegara
- Paul Fauchille berpendapat bahwa negara-negara merupakan bagian dari komunitas
cosmopolitan, walaupun tiap negara memiliki kebebasan untuk mengambil
tindakan,tetapi negara tersebut tetap memiliki batasan-batasan
- George Scelle berpendapat bahwa hukum internasional adalah ketertiban hukum ...

Observed Weaknesses of Positivist Approach as Binding Power for International Law


- Kesulitan untuk mengaplikasikan teori para ahli ke dalam hukum kebiasaan
internasional
- Dalam kasus luar biasa, consent harus dianggap “tersirat”

Teori Lain/Teori Kontemporer


- Fairness Theory: Negara mematuhi powerless rules karena question of legitimacy
yang diturunkan dari pengertian proses yang benar dan keadilan distributif.
- Managerial Model: Negara mematuhi hukum internasional bukan karena hadirnya
sanksi atau faktor memaksa, melainkan karena mereka didorong oleh dinamika yang
terbentuk dari rezim perjanjian yang mengikat mereka. Kelemahan menurut bang
Alif, teori ini masih hrs ada consent to be bound baru bisa mengikat, berarti hanya
perjanjian-perjanjian yg mereka ratifikasi.
- Menurut Harold Koh, kedua teori sebelumnya gagal untuk menjelaskan bagaimana
hukum internasional terinternalisasi oleh negara ke sistem hukum domestik dan nilai-
nilai negara, yang mengubah kepatuhan yang berulang menjadi suatu kewajiban yang
bersifat kebiasaan.
- Harold Koh juga menyatakan bahwa kepatuhan suatu negara terhadap hukum
internasional itu didapatkan dari kepatuhan yang terinternalisasi dan bisa didapat
melalui 3 fase, yaitu interaksi (negara-negara saling berinteraksi dalam hubungan
antarnegara, misal untuk memenuhi kebutuhan tertentu, mencapai tujuan bersama,
dll.), interpretasi (berusaha memahami ketentuan-ketentuan yang ada dari hukum
yang terbentuk, interpretasi antara negara A dengan negara B harus sama terhadap
ketentuan yang telah dibuat bersama), dan internalisasi (interpretasi yang ada dan
sudah sama tersebut kemudian diinternalisasi dengan cara masuk ke dalam sistem
hukum nasional)
HINPUB V
30 September 2021
Hubungan Antara Hukum Internasional dengan Hukum Nasional

MONISME VS DUALISME, ATAU NOISME

Secara Teori
● Voluntarisme → Pengaplikasian hukum internasional dalam hukum nasional

didasarkan pada kemauan negara. Hukum internasional dilihat sebagai hukum

yang terpisah dari hukum nasional


- State’s Will Theory (Jellinek)
- Common Will Theory (Triepel)
● Objektivisme → Pengaplikasian hukum internasional tidak didasarkan pada

kemauan negara, tetapi diaplikasikan pada negara berdasarkan norma hukum.

Hukum Internasional dilihat sebagai dua bagian dari hukum yang sama, yaitu

hukum alam.

Akibat dari Pembedaan Antara Monisme dan Dualisme


● Monisme
- Hukum Internasional dan Hukum Nasional berasal dari hukum yang sama
yang mengatur hidup manusia
- Hukum Internasional dan Hukum Nasional dilihat sebagai suatu hiearki
1. Primacy of International Law
2. Primacy of National Law
- Ketika ada yang bertentangan, hukumnya akan terpengaruh. Kalau misal
Hukum Nasional lebih tinggi, biasanya kalau ada pertentangan dengan Hukum
Internasional, negara tersebut akan memilih untuk tidak mengikatkan diri.
● Dualisme
- Hukum Internasional merupakan sistem hukum yang terpisah dari hukum
nasional dan pengaplikasiannya didasarkan pada kemauan/kehendak negara;
- Hukum Internasional dan Hukum Nasional berasal dari dua sumber yang
berbeda;
- Hukum Internasional dan Hukum Nasional memiliki subjek dan struktur yang
berbeda;
- Legitimasi hukum nasional tidak terpengaruh meskipun bertentangan dengan
hukum internasional. Jadi, dimungkinkan kalau aturan yang ada di Indonesia
berbeda dengan Hukum Internasional. Apabila hal tersebut terjadi, yang
dipakai tetap Hukum Nasional.
● Primacy of Law
- Hukum Internasional lebih tinggi → Hukum Nasional dianggap

bersumber dari Hukum Internasional yang lebih tinggi dalam hiearki

- Hukum Nasional lebih tinggi → Hukum Internasional adalah bagian dari

Hukum Nasional yang diciptakan untuk mengatur hubungan Negara.

Pandangan ini berasal dari fakta bahwa tidak ada institusi supranasional di

atas Negara dan fakta bahwa Hukum Internasional bersumber dari

perjanjian yang dibuat oleh pejabat Negara


● Hukum Internasional sering di-inkorporasi-kan dengan hukum nasional, atau
langsung diaplikasikan ke pengadilan dalam negeri
● Pertentangan antara hukum internasional dan hukum nasional, contoh: dalam HPI
khususnya hak dalam benda bergerak. Contoh pesawat, kasus blue sky case yang
mana eksekusi pesawat yang sudah disita tetapi gagal. Maskapai tersebut disewakan
di satu negara oleh sebuah perusahaaan, tetapi kontrak perusahaan tersebut memakai
hukum Inggris sehingga tidak bisa take off dari Amsterdam.

Akibat dari Pembedaan dalam Teori Dualisme


● Tidak ada hiearki antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional
● Hukum Internasional harus ditransformasikan terlebih dahulu ke dalam Hukum
Nasional untuk bisa diterapkan dalam suatu negara
● Tidak ada pertentangan hukum antara Hukum Internasional dan Hukum Nasional

Akibat dari Pembedaan Teori: Eksekusi Kewajiban Perjanjian Internasional


● Self Executing → Monisme → Perjanjian internasional bisa diimplementasikan pada

saat perjanjian telah memaksa dan negara sudah meratifikasi


● Non-self Executing → Dualisme → Perjanjian Internasional dapat

diimplementasikan pada saat negara sudah mentransformasikan perjanjian

internasional menjadi hukum nasional, atau diimplementasikan di bawah domestic


law (domestic law apaan dah

Self Executing
● Teori Delegasi
- Ada delegasi norma hukum ke dalam setiap konstitusi negara oleh norma-
norma yang bersifat konstitusional dalam Hukum Internasional, sebuah hak
untuk menentukan ketetapan dari suati perjanjian atau konvensi dapat
dipaksakan dan diimplementasikan dalam Hukum Nasional
- Prosedur dan metode yang diadopsi merupakan proses lanjutan dari konklusi
perjanjian/konvensi
- ketinggalan

Non-Self Executing
● Bentuk transformasi perjanjian
- Merevisi hukum yang ada untuk mencantumkan aturan yang ditetapkan oleh
perjanjian (definisi, hak dan kewajiban, larangan)
- In-Blanco incorporation: domestic law penggabungan perjanjian internasional
dalam sebuah pasal UU (dengan lampiran)
- Menerjemahkan keseluruhan perjanjian dan mengundangkan versi terjemahan
menjadi hukum dengan modifikasi

Teori Alternatif: Menerapkan Keduanya atau Tidak Sama Sekali


● Kalau di Indonesia, secara praktis kadang monisme kadang dualisme, tergantung
kebutuhan. tapi kalau secara praktis, lebih condong ke monisme. Hal ini bisa dilihat di
Pasal 11 UUD 1945 ayat (2) yang secara tersirat menganut monisme prima Hukum
Internasional karena disebutkan bahwa per-UU-an dapat berubah karena suatu
perjanjian Internasional yang mengharuskan perubahan.
● Kalau misal Indonesia meratifikasi suatu perjanjian, tetapi tidak otomatis diterapkan
di pengadilan, berarti itu menganut dualisme karena belum ada transformasi terlebih
dahulu
● Bukti monisme
- UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional, ini Indonesia bikin
sendiri tanpa meratifikasi Customary International Law.
- UU ini menetapkan formulasi dari suatu perjanjian dan persetujuan oleh
Presiden dan/atau DPR.
- Posisi Hukum Internasional dalam Hukum Nasional di Indonesia belum diatur
jelas.
- Namun, dalam pasal 15 UU ini, ditetapkan bahwa semua perjanjian harus bisa
diaplikasikan oleh kedua belah pihak yang terikat dalam perjanjian setelah
terpenuhinya ketentuan mengenai keberlakuan perjanjian tersebut sesuai yang
tercantum di dalamnya.
- Contoh Vienna Convention on Diplomatic Relations 1969
● Bukti dualisme
- Beberapa perjanjian internasional, khususnya perjanjian multilateral
membutuhkan peraturan perundang-undangan turunan untuk dapat
diaplikasikan di Indonesia, contoh:
- UNCLOS dan UU Perairan
● Ketidakkonsistenan dalam praktik peradilan dan yurisprudensi
- Putusan pengadilan harus berdasarkan pasal dalam UU (Pasal 50 Ayat 1

UU Kehakiman) → bukti dualisme karena tidak berdasarkan pasal hukum

internasional
- Putusan MK dalam UU 27/2004 tentang Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
secara langsung merujuk pada “Practice and Customary International Law that
is Universally applied” → bukti monisme karena mendasarkan pada hukum

internasional

- Pasal 22a → bukti monoisme


- Putusan mengenai Longsoran Salju Mandalawangi
- Pengaplikasian TRIPS dalam sengketa HAKI → UU Desain Industri

berlaku bersama dengan Pasal 25 ayat 4 Perjanjian TRIPs


- Pertanggungjawaban Kasus Aviasi
➢ Singapore Airlines Ltd. vs Sigit Suciptoyono → cuma pengadilan
singapore nolak karena sigit gamau dateng jadinya pn jaksel
➢ Dono Indarto vs Emirates Airlines
- Inkonsistensi dalam hukum legilasi
➢ UU HAM → monisme

➢ UU TNI → monisme

➢ UU Hubungan Luar Negeri → monisme

PENGAPLIKASIAN DOMESTIK DI NEGARA LAIN


Inggris
● Doktrin Inkorporasi (Blackstone) → “Hukum Internasional ketika terjadi
pertanyaan mengenai yurisdiksi pengaplikasian hukum internasional tersebut, hukum
internasional tersebut harusnya diaplikasikan oleh hukum umum dan harus dianggap
sebagai bagian dari hukum wilayah tersebut.
- Hukum internasional adalah hukum bagi wilayah tersebut
- Bagian hukum internasional yang diaplikasikan dengan doktrin ini:
Customary International Law, selama tidak bertentangan dengan hukum
tertulis. Apabila bertentangan, CIL mungkin dapat diaplikasikan apa MA
memutuskan seperti itu dan dapat diterima secara umum oleh lembaga hukum
internasional.
● Perjanjian, yang sudah diratifikasi berlaku sebagai peraturan perundang-undangan
oleh lembaga eksekutif, tetapi ada beberapa yang memerlukan persetujuan parlemen
untuk dapat diaplikasikan, seperti:
- Perjanjian dapat mengubah UU
- Perjanjian yang berhubungan dengan perbatasan teritorial berubah
- Perjanjian yang berfokus pada hak kedaulatan atau berpengaruh untuk
kekuatan kedaulatan kepala negara
- Perjanjian yang dapat menambah beban pada anggaran negara, baik langsung
maupun tidak langusng
● Akibat Doktrin Inkorporasi dalam Peradilan Inggris
- Rule of Construction: hukum yang dibentuk dan diundang-undangkan oleh
parlemen tidak boleh diinterpretasikan untuk bertentangan dengan hukum
internasional
- Rule of WKKWKWKKWKW

Jerman
Grundgesetz fur die Bundesrepublik Deutschland
● “Hukum-hukum internasional yang umum merupakan bagian integral dari hukum
federal. ….
● Hukum Internasional menjadi bagian yang lebih superior dari hukum domestik
● Perjanjian internasional tidak bersifat superior daripada hukum nasional selama tidak
bertentangan dengan konstitusi
Indonesia ngeratifikasi UNCLOS, saat diundangkan ke undang2 baru ini menunjukkan
dualismenya.

kalau dualisme simplenya kalau ada ketentuan nasional dia yang berbeda sm hukum inter,
sabodo teuing krn dianggap keduanya merupakan hal yang terpisah jadi gabakal bisa saling
tabrakan gt loh

tp kalo monosime, karena dianggap satu kesatuan, either negara itu nganggep kalau hukum
inter lebih tinggi atau hukum nasional lebih tinggi, jadinya akan saling berpengaruh. kalau
misal ternyata ada hukum inter yang bertentangan sm hukum nasional, dan negara itu nganut
prima hukum inter, jadinya negara itu pasti bakal lebih nurut ke hukum inter. kalau misal dia
nganutnya prima hukum nasional, negara itu biasanya akan lebih milih buat ga mengikatkan
diri.
HINPUB VI
7 OKTOBER 2021
SUMBER HUKUM INTERNASIONAL

Pengertian Sumber Hukum Internasional (kusumaatmadja & Koskenniemi)


● Materil
- Asalnya dari mana? Bagaimana caranya mengikat?
- Positivis, naturalis, mazhab vienna, mazhab prancis
- Kausalitas, faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan hukum
- Extrayudisial, alasan filosofis pembentukan hukum
● Formil
- di mana dapat ditemukan bentuk konkret dari hukum internasional tersebut?
➔ perjanjian internasional, putusan pengadilan internasional, tulisan ahli-
ahli hukum internasional (tp ini penganut positivisme)

Sumber Materil Hukum Internasional (Starke)


● Kebiasaan (custom)
● Perjanjian (treaties)
● Putusan pengadilan atau lembaga arbitrase
● Karya-karya ahli hukum internasional (juristic works)
● Keputusan atau ketentuan yang dibuat oleh organisasi internasional

Walaupun tidak ada ketentuan khusus mengenai hierarki dari penulisan sumber hukum
internasional, dapat diasumsikan mana yang lebih diprioritaskan. Starke menuliskan
kebiasaan terlebih dahulu. Argumennya adalah kebiasaan internasional mendahului segala hal
yang ada di bawahnya. Ia pun tidak menuliskan prinsip hukum internasional (general
principle of law) karena ia menyatakan bahwa prinsip hukum internasional tersebut tercermin
dalam putusan-putusan pengadilan.

Sumber Hukum Internasional Berdasarkan Pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional


(Statute of International Court of Justice)
● Pasal 38 dijadikan dasar putusan pengadilan ICJ
● Tidak hiearkies
● Tidak disebutkan aturan-aturan yang baru, seperti keputusan organisasi internasional
● Kesempatan bagi hakim untuk menemukan prinsip hukum baru melalui prinsip asas
hukum umum

Sumber hukum tersebut terbagi menjadi 4, yaitu:


● Perjanjian internasional
perjanjian internasional, baik secara umum maupun khusus, yang diratifikasi oleh
negara-negara yang bersengketa.
● Kebiasaan internasional
2 syarat: kebiasaan tersebut bersifat umum dan diterima sebagai hukum
● Prinsip hukum umum
● Putusan pengadilan dan doktrin/pendapat ahli hukum
Sebagai sumber hukum subsider

Yang Mana yang Lebih Kuat?


● Sumber hukum internasional yang primer

PERJANJIAN INTERNASIONAL
● Definisinya diatur dalam pada pasal 2 ayat 1a Konvensi Perjanjian Internasional
“Sebuah persetujuan internasional yang dilakukan antarnegara dalam bentuk tertulis
berdasarkan hukum internasional, baik dalam satu bentuk instrumen maupun beberapa
instrumen dengan turunan-turunannya”
● Definisi yang baru:
- persetujuan antarnegara
- persetujuan antara negara dengan organisasi internasional
- persetujuan antarorganisasi internasional

Yang Tidak Bisa Dikategorikan Sebagai Perjanjian Internasional


● Perjanjian antara negara dengan perusahaan, cth:
- VOC dengan Raja-Raja lokal.
➔ hal ini karena kedudukannya tidak setara dan perjanjiannya pun tidak
adil. VOC pun bukan merupakan subjek hukum internasional
- British EIC dengan Kerajaan Qing di Hong Kong
● Kontrak
- kontrak antara negara dengan perusahaan swasta
- Putusan ICJ mengenai Kasus Anglo Iranian (1952) - Konsensi minyak antara
Iran dengan perusahaan tidak menimbulkan suatu perjanjian internasional
antara Iran dengan Inggris
- Ada ketidaksetaraan
- Tidak menjadi perjanjian internasional karena tunduk pada hukum nasional
dari salah satu negara
- Selain itu, bisa dilihat juga dari materilnya dapat terlihat jelas mana yang
perjanjian internasional dan mana yang kontrak. Contoh kontrak: negara A
akan mengirimkan beras ke negara B

Terminologi Perjanjian Internasional


*terms nya liat ppt*
● Walaupun namanya beda-beda, kadang ada perbedaan karakter antar satu sama lain.
Tapi ini tidak saklek kaya gini
● Treaties biasanya buat perjanjian bilateral yang mencakup teknis.
● Convention biasanya buat perjanjian multilateral yang mencakup prinsip dan teknis.
● Charter biasanya yang bersifat fundamental
● MoU mengatur suatu hal yang bersifat prinsipal dalam suatu hal yang teknis
● Protokol biasanya dibuat untuk mengamandemen treaties, convention, dll.
● Deklarasi biasanya yang bersifat mendasar/prinsipal
● Final act biasanya berhubungan dengan pelaksanaan perjanjian internasional
● Exchange of notes, agreed minutes, summary record, process verbal, dan modus
vivendi biasanya saat masih dalam proses negosiasi
● Letter of intent biasanya untuk perjanjian awal (masih proses)

Alur Pembentukan Perjanjian Internasional


Formulation → signature → consent to be bound → entry into force and application →

national measures (monisme dualisme), apakah harus ada implementing regulations dll

Formulation
● yang bisa membuat kepala pemerintahan, presiden, kemenlu, berdasar hukum
perjanjian internasional???
● Selain yang sudah disebutkan di atas: orang yang sudah diberikan kekuasaan penuh
(melalui surat kuasa/credential) oleh kepala negara atau kepala pemerintahan. Kalau
tidak ada surat kuasa tersebut, mereka tidak berhak untuk melakukan perjanjian
tersebut. Kalau dilanggar, maka perjanjiannya batal demi hukum. Hal ini berlaku juga
apabila orang tersebut hanya diberikan kuasa sebagian, misal hanya sampai tahap
negosiasi

Bentuk Perjanjian Internasional


● Treaty Contract
- perjnajian yang hanya mengatur negara yang ikut dalam perjajian, private
commercial contract
- contoh: border treaty, bilateral investment treaty, bilateral air services(ini apa
ya gue gangerti ga paham jg dah)
● Law-making Treaty
- Perjanjian yang membuat norma hukum dalam Masyarakat Hukum
Internasional secara keseluruhan
- Contoh: UNCLOS, Convention on International Civil Aviation

Sifat Perjanjian Internasional


- bilateral
- multilateral
- regional

Penandatanganan - Konsen untuk Terikat


● menandatangani perjanjian dapat mengikat suatu negara apabila perjanjian tersebut
hanya mensyaratkan tanda tangan untuk bisa mengikat
● Ratifikasi, sebuah negara setuju untuk mengikatkan diri pada sebuah perjanjian inter
● Aksesi (accession), negara secara sadar mengikatkan diri terhadap perjanjian yang
sudah dibuat
● Any other means
- persetujuan/pengakuan
- menetapkan bahwa dulu sudah berkalu dan akan berlaku sampe waktu yang
akan datang. contoh Convention on international Civil Aviation
Berkekuatan Hukum Tetap - Pengaplikasian
● Berkekuatan hukum tetap setelah mendapatkan sejumlah tanda tangan atau ratifikasi
● Pengaplikasian:
- pacta sunt servanda
- pacta tertiis
- provisional application, dapat berlaku sebelum berkekuatan hukum tetap
karena negara yang telah menandatangani suatu perjanjian tersebut dianggap
akan menaati materi yang ada di dalamnya sehingga walaupun ia belum
meratifikasi (menjadikan UU) harus dihormati norma-norma yang berada di
dalamnya.
- nonretroaktif, kecuali perjanjian yang menyangkut HAM. perjanjian inter
tidak dapat mengatur fakta2 yang terjadi sebelum perjanjian. (nonton tokyo
trial kalo gabut)
- territorial scope
- successive treaties, ada perjanjian lama ada perjanjian baru dengan topik yang
sama. perjanjian baru mengecualikan yang lama. jika ada 2 negara meratifikasi
yang lama tapi yang satu ngeratifikasi yang baru jadi yang dipakai perjanjian
yang baru selama tidak bertentangan dengan yang lama. kalau ada yang
bertentangan, yang dipakai adalah perjanjian yang lama. HAH
- negara suksesor/ succesion of state. bagaimana negara mengaplikasikan
perjanjian internasional yang terbentuk saat suatu negara tersebut belum
bubar, kepada negara baru/suksesor

Batal demi hukum sebuah perjanjian internasional


● perjanjiannya melanggar hukum internal (hukum nasional?) yang berkaitan dengan
kepentingan fundamental
● Jika perwakilan negara yang melakukan negosiasi ttd tanpa izin dan tanpa kuasa
khusus yang diberikan negara atau instrumen ratifikasi disampaikan oleh bukan orang
yang diperbolehkan/berkepentingan
● adanya fakta-fakta yang keliru saat penyusunan perjanjian yang akhirnya
mempengaruhi persetujuan negara untuk terikat
● negara melakukan penipuan ketika melakukan perjanjian, misal ketika ratifikasi ada
yang ditukar. contoh etiopia sm italy, yang ditranslate ke etiopia beda artinya sama
yang italy.
● negara yang menjadi pihak dalam perjanjian melakukan penyuapan kepada negara
yang menjadi pihak lain dalam perjanjian
● dipaksa/diancam untuk menyetujui ketentuan tertentu
● perjanjian yang bertentangan dengan norma-norma yang bersifat fundamental dan
tidak boleh dilawan oleh semua negara

Pembatalan Perjanjian
● Objektif dari perjanjian tersebut sudah terpenuhi
● Daluwarsa
● Hilangnya negara yang menjadi pihak dalam perjanjian, atau hilangnya objek yang
ditetapkan dalam perjanjian
● pihak2 setuju untuk membatalkan
● pemberhentian
● ada perjanjian baru
● ada prinsip dasar yang berubah
● emergence of new peremptory norms

KEBIASAAN INTERNASIONAL
● Sumber hukum tertua
- imunitas diplomatik bagi perwakilan
- kebebasan navigasi dalam laut bebas
● Pembentukannya
- harus ada state practices yang cukup, muncul secara umum, dilakukan secara
konsisten, dilakukan dalam waktu yang cukup lama
- opinio juris sive necessitates → negara yakin bahwa kebiasaan tersebut

merupakan suatu hukum yang mengatur hubungan antarnegara

- persistent objector → ada negara yang selalu menentang adanya kebiasaan

internasional tersebut
● Tempat dapat ditemukannya Kebiasaan Internasional
- Hubungan diplomatik antarnegara
- Praktik organisasi internasional
- Putusan pengadilan yang didasarkan perjanjian internasional, cth: Kasus
Landas Kontinen Laut Utara, Konvensi Tahanan Perang, Konvensi Luar
Angkasa

- outer space treaty dikatakan sebagai baru karena treaty ini berdasar dari
resolusi majelis umum PBB No. 1962 th 1963, ketika diajukan dan dilakukan
voting bahwa perjanjian ini menjadi dasar aktivitas manusia diluar angkasa.
setelah itu perjanjian internasional yang lain belom ada yang memiliki
kekuatan yang sama.

Siapa yang Dapat Menentukan Suatu Hal Merupakan Suatu Kebiasaan Internasional
● ICJ/Mahkamah Internasional yang menentukan berdasarkan 2 kriteria, yaitu umum
dan dianggap sebagai hukum (ada di buku prof. mochtar)
● Asosiasi Ahli-Ahli Hukum Internasional

Kebiasaan Internasional yang Dikodifikasi dalam Perjanjian atau Perjanjian


Internasional yang Membentuk Kebiasaan Internasional?
● Perjanjian mengkodifikasikan kebiasaan internasional

OOT
Tujuan dari peradilan internasional adalah bukan untuk memberikan sanksi namun untuk
mengembalikan pada semula, menyelesaikan perselisihan antar negara, bahkan bisa aja hasil
putusan dari peradilan internasional tidak diterapkan oleh negara yang menjadi pihak yang
bersengketa. jadi gabisa dibilang badan peradilan internasional itu merupakan badan otoratif
secara sepenuhnya

PRINSIP HUKUM UMUM

Definisi
● Prinsip hukum yang umum, fundamental, dan ada dalam setiap hukum negara yang
dijadikan dasar pembentukan peraturan perundang-undang nasional dan hukum
internasipnal. contoh: nullum delictum nulla poena sinne praevia lege poenali, umum
hukum di setiap negara ada dan jadi dasar hukum dari statuta roma, dasar dari
international criminal court
● Prinsip hukum umum dibentuk sebagai sumber hukum internasional adalah untuk
mencegah putusan yang sifatnya non liquet, yaitu tindakan hakim yang menolak suatu
kasus dengan alasan tidak ada dasar/sumber hukumnya
Sejarah Perkembangan
● Descamps: aturan hukum internasional yang diakui dalam keyakinan hukum dari
negara-negara yang beradab. Jadi Hakim dapat membuat hukum internasional tetapi
terbatas pada keyakinan hukum dari negara-negara yang beradab.
- purpose of wording: mendefinsiikan dan membatasi kekuasaan hakim dalam
peradilan internasional
- Root & Phillimore: pendapat Descamps tadi dapat menye au ah
- Loder: PCIJ ada untuk menerjemahkan dan mengembangkan hukum
internasional yang sudah ada

Kriteria apakah suatu prinsip hukum inter merupakan prinsip umum


● Ada di dalam setiap tatanan hukum setiap negara
● manifestasi dari apa yang dibutuhkan oleh setiap negara
● Kalau tidak ada prinsip ini, hukum tidak dapat berjalan dalam sistem hukum manapun
● keyakinan hukum yang sifatnya umum, ada situasi yang umum terjadi dalam
pengaplikasian
● prinsip yang sifatnya mendasar dan fundamental
● refleksi dari moralitas yang disadari bersama

Pasal 38 Prinsip Hukum Umum “yang Disadari oleh Negara-Negara yang Beradab”
● Prof Mochtar: harusnya negara mandiri yang menjadi subjek dalam masyarakat
internasional
● Asser, et al: European Nations, berdasarkan moralitas negara-negara Eropa dan
● Salomon & Koskenniemi: yang menjadi negara-negara beradab adalah negara-negara
Eropa Kristiani, sementara yang lain adalah antara semi beradab dan tidak beradab
(dulu begitu)
● Sloan: sekarang terminologi negara beradab dipahami sebagai masyarakat
internasional
Contoh Prinsip Hukum Umum
● pacta sunt servanda
● bona fides (itikad baik)
● abus de droit
● legality

SUMBER HUKUM SUBSIDER: PUTUSAN PENGADILAN DAN DOKTRIN AHLI


HUKUM YANG PALING TERKUALIFIKASI

Dasar Historis (baca ppt aja hehe maap)


● Descamps: yurisprudensi internasional
● ex aequo et bono → ketentuan ini tidak dapat mencegah hakim untuk melakukan

penemuan hukum sendiri selama negara-negara yang bersengketa menyetujui

diperbolehkannya penemuan hukum baru tersebut. namun, hukum baru ini pun

hanya berlaku bagi sengketa tersebut saja, tidak untuk sengketa-sengketa lain

yang mirip.

Siapa yang Dapat Dikategorikan Sebagai Ahli Hukum yang Paling Terkualifikasi di
Antara Negara-Negara
● ICJ tidak mengkualifikasikan siapa yang menjadi “publicists” ini
- Oppenheim: si penulis hukum internasional ini biasanya terlibat dalam
pembuatan perjanjian internasional ataupun membuat buku mengenai hukum
internasional, secara tidak langsung penulis-penulis tersebut telah mengambil
peran hakim dalam menerjemahkan hukum, dll. dengan kemampuan tersebut,
ajaran dari orang-orang tersebut dapat dibentuk sebagai hukum kebiasaan
internasional

Dalam Perkembangannya
● Jia: hakim-hakim internasional sekarang memiliki kemampuan dan otoritas yang lebih
dibanding penulis-penulis karena mereka dianggap memiliki konsistensi dan membuat
kesimpulan dalam putusan mereka. jadi kedudukan antara hakim dengan penulis
sudah tidak sama.
● Namun, beberapa peradilan internasional tidak memiliki hakim yang memiliki
keahlian dalam bidang hukum internasional publik
● Selain itu, legitimasi peradilan internasional itu dapat dari mana?

Anda mungkin juga menyukai