Pokok Bahasan:
• Panduan: Mengapa belajar HI
• Hakikat Hukum Internasional
• Sumber HI
• Hubungan HI dengan Hukum Nasional
• Subyek HI
• Eksistensi Negara dalam Masyarakat Internasional
• Pengakuan dan Suksesi Negara
• Kedaulatan Negara atas Wilayah
• Yurisdiksi Negara
• Tanggung Jawab Negara
• Individu dalam HI
• Perwakilan Negara dalam HI
• Hukum Perjanjian Internasional
• Penyelesaian Sengketa Internasional
INTER Page 1
Q: Banyak pihak mengabaikan bahkan melanggar Hukum Internasional. Mengapa
harus mempelajari Hukum Internasional?
A: Adanya pelanggar HI bukan berarti HI tidak berfungsi sama sekali. Fakta bahwa HI
masih mempromosikan kedamaian dan kelancaran dalam menjalankan kerjasama-
kerjasama antarnegara masih ada. Selain itu, meskipun terjadi pelanggaran, dampak
yang dihasilkan akan jauh lebih kecil dibanding ketika tidak adanya HI - sebab
kekacauan akan jauh lebih mudah terjadi jika tidak ada hukum yang mengikat
antarnegara.
• Pelanggaran HI tidak hanya berimplikasi secara hukum tetapi juga moral (citra si
pelanggar di mata publik internasional menjadi buruk)
• Suatu negara mematuhi HI dan bergabung dengan komunitas internasional
tujuannya untuk memperlakukan negara lain dengan baik dan mendapat
perlakuan baik dari negara lain pula.
Bab I
Panduan: Mengapa Belajar HI?
Overview:
Is International Law relevant? [Relationship between Law & Moral]
• To promote "justice" in international level: law rules human beings
• A cross-fertilization between international & national legislation
• Academic perspective = to train legal thinking
• Parallel development between international community and the law
• International Law is needed for your future jobs
2. Idealist / Internationalist: "International law emerges from reflection on moral principles and
that states comply with it in significant measure because of its moral and legal claim upon them."
• Sebagai refleksi atas prinsip moral yang dipatuhi setiap bangsa karena di
samping mereka meyakini ada kewajiban hukum, juga ada kewajiban moral.
INTER Page 2
A Cross-Fertilization between International & National Legislation
Bahwa seringkali ada hubungan yang menyuburkan antara hukum internasional
dengan hukum nasional. Banyak ketentuan hukum nasional muncul karena ada
inspirasi, dorongan, atau kebutuhan yang lahir karena adanya hukum internasional.
Misal: UU 32/2014 tentang Kelautan - Indonesia mengatur secara tegas batas
wilayah lautnya, karena adanya keharusan untuk berhadapan dengan hukum
internasional yang diterapkan masy inter dan harus dituangkan dalam hukum
nasional Indonesia.
Apabila tidak diatur oleh Indonesia, maka bisa jadi Indonesia akan dirugikan.
Misalnya ketika kapal berbendera Iran dan Panama yang masuk ke wilayah
Indonesia dan dikhawatirkan memperjualbelikan minyak atau senjata, jika
Indonesia tidak mempunyai aturan hukum yang tegas mengenai wilayah
lautnya mereka akan berdalih bahwa otoritas Indonesia tidak dapat
melakukan tindakan hukum pada kedua kapal itu.
INTER Page 3
Secara akademik juga, hukum internasional menjadi dasar bagi banyak hal yang
sekiranya ingin dipelajari lebih lanjut, misalkan Hukum Pidana Internasional, Hukum
Organisasi Internasional, dll (contoh lihat pada bagan)
Therefore,
• International law is neither a myth, nor a panacea (panacea: obat yang bisa
menyembuhkan segala macam penyakit - HI bukan penyelesaian segala
masalah) on the other; but just one institution among others which we can use for
the building of a better world (namun salah satu institusi untuk mewujudkan dunia
yang lebih baik)
• Louis Henkin (1979): "… almost all nations observe almost all principles of international
law and almost all of their obligations almost all the time."
○ "Pada hampir setiap waktu, hampir seluruh negara atau bangsa tunduk dan
patuh pada hukum internasional maupun kewajiban-kewajiban yang
terkandung di dalamnya."
Bab II
Sejarah perkembangan masyarakat & hukum internasional
Pendekatan mempelajari hukum internasional: memahami secara objektif,
menggunakannya dengan relevan, dan bersikap kritis terhadap informasi apapun.
Maka untuk mengetahui karakteristik hukum internasional kontemporer, harus
diketahui dulu sejarahnya.
Abad 17-19
• Memiliki paham Euro-Sentris (abad 17 - awal 19)
- Negara-negara di Eropa memperluas wilayah mereka (ekspansi) karena batas-
batas negara sudah ditetapkan di Westphalian Treaty. Ekspansi ini dilakukan
ke luar Eropa: Asia, Amerika, Afrika, Australia, China
- Akibatnya muncul kolonialisme / kolonisasi
• Ante XIX
- Euro Centris (selama abad 19): HI dibuat oleh dan untuk kepentingan orang
Eropa mendapatkan wilayah
- To justify and/or legalize occupation, colonialism to non-European, sehingga
akhirnya tindakan pendudukan ini adalah sah.
- Prinsip hukum internasional ketika itu = "Kalau kamu mau menguasai suatu
wilayah maka wilayah itu akan tetap menjadi wilayahmu selama kamu tidak
melepaskan"
• XIX: Law among Nations
- Terjadi sedikit perubahan, di mana negara menjadi pilar utama hukum
internasional (state-driven [bukan lagi euro-sentris])
- Nation-state sovereignty - mutual respect and peaceful co-existence - peace by
non-intervention and respect for sovereignty
- Adanya kerja sama antarnegara tapi masih dalam taraf minimum, tapi hanya
sesama negara Eropa
Abad 20
• Sovereignty as Pillar of International Law
INTER Page 5
• Sovereignty as Pillar of International Law
Kedaulatan sebagai Pilar Hukum Internasional
- Banyak negara yang merdeka (terutama setelah PD II)
- [Right to Self-Determination] atau hak menentukan nasib sendiri; negara yang
semula adalah koloni, kemudian memperoleh kemerdekaan) = adanya proses
dekolonisasi
- Munculnya organisasi internasional, seperti PBB
- [Prohibition on the Use of Force] atau pelarangan kolonisasi yang ditegaskan
Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB (tidak boleh menggunakan kekerasan, kekuasaan,
atau otoritasnya untuk menguasai negara lain)
- [Codification] Kodifikasi Hukum Internasional seperti Konvensi Wina (tahun
61-63-69), Konvensi Jenewa (1949, 1951), Konvensi Hukum Laut (1982) dll
- [Human Rights Law] Muncul Hak Asasi Manusia, sejak adanya Universal
Declaration of Human Rights (UDHR) tahun 1948
- [Individual Responsibility] Individu dianggap mempunyai tanggung jawab
menurut hukum internasional, maka ada International Military Tribunal
(setelah PD II), ICTY, ICTR, dan International Criminal Court (ICC)
berdasarkan Statuta Roma 1988
Abad 21
• Liberalisasi dan Globalisasi
- Hukum internasional telah menjadi International Law of Globalization
- [New Frontier of Intl Law] Munculnya garda baru hukum internasional, yaitu
hukum ekonomi internasional - dewasa ini semua hal yang dibahas dalam
hukum internasional adalah hubungan ekonomi antarnegara
- [Relative Sovereignty] Akibatnya kedaulatan menjadi sangat relatif, artinya
negara tidak bisa mengklaim ia memiliki kedaulatan yang absolut.
Misal: HAKI harus dibuat berdasarkan aturan WTO, karena jika
bertentangan bisa digugat dan dibatalkan dan harus dianulir
- [Law beyond Sovereignty] Hal yang diatur di hukum internasional bisa
mengalahkan kedaulatan negara, atau setidaknya kekuasaan DPR dan
pemerintah, dalam menyusun hukum nasionalnya sendiri.
• International Law of Integration & Globalization
- [Cosmopolitan] peningkatkan ambisi untuk kerja sama internasional sebagai
perwujudan dari kepentingan politik, ekonomi, dan persoalan-persoalan yang
sifatnya lintas-batas dari berbagai bangsa dan negara - dan persoalan itu
diselesaikan pula dengan cross-border, misalnya ada masalah lingkungan,
INTER Page 6
diselesaikan pula dengan cross-border, misalnya ada masalah lingkungan,
finansial, perubahan iklim, dll.
- Peningkatan perjanjian internasional = semua yang berkaitan mengenai
hubungan internasional harus dituangkan secara tertulis dalam treaties.
Akibatnya menggerus hukum kebiasaan internasional.
- Non-State Actors bisa lebih berpengaruh dari negara
Misalkan: Samsung jauh lebih banyak omzetnya dibanding APBN suatu
negara
Karakteristik HI Kontemporer
Tanya - Jawab:
Tantangan pemimpin negara dalam menghadapi hukum internasional yang
semakin bergerak ke arah liberalisme, adalah untuk menyeimbangkan tiga unsur
ini: liberalisasi - kedaulatan - globalisasi.
Dengan demikian, baru bisa melindungi kepentingan negaranya agar tidak
sampai hukum internasional melangkahi hak asasi warganya.
Bab IIi
Sumber hukum internasional
a. Definisi / Makna
Secara praktis, ketika memaknai sumber hukum akan terbayang tiga hal:
• [a body of rules The Court shall apply] Peraturan atau norma yang diterapkan
oleh Pengadilan dalam memutus peristiwa hukum.
• [where the rules should be find out?] Rujukan norma yang relevan dalam
keadaan apapun, tidak mesti ketika ia sedang bersengketa saja tetapi juga
dalam kehidupan sehari-hari
Misal: Jika ingin memperoleh SIM, maka Anda akan menemukan bahwa
kecakapan berlalu-lintas dapat ditemukan di UU Lalu Lintas
• [why such rules have binding character? / which rules have a binding
character?] Kekuatan atau karakteristik mengikat yang khas pada peraturan
b. Bentuk
INTER Page 7
b. Bentuk
Secara teoritik atau akademis, dibedakan menjadi:
1) Formal, yaitu sumber hukum memiliki kekuatan mengikat karena bentuknya,
atau karena diformalkan oleh pihak yang berwenang
2) Material, yaitu sumber hukum memiliki kekuatan mengikat karena isinya
mengandung norma atau standar sosial tertentu.
• Suatu sumber hukum material meskipun ia tidak diformalisasikan tetap
berlaku, berdasarkan keyakinan publik terhadap norma sosial yang
dikandungnya
• Contoh: Peraturan Rektor tentang Pencegahan Kekerasan Seksual,
misalnya belum dituangkan dalam bentuk formal, bukan berarti kekerasan
seksual diperbolehkan
• Contoh: sebelum adanya Konvensi Wina 1969 tentang Perjanjian
Internasional, negara-negara sudah melaksanakan prinsip seperti wakil-
wakil negara lain tidak boleh diganggu gugat dan tidak dikenai yurisdiksi.
Contoh: sebulan lalu, dua kapal berbendera Iran dan Panama berada di
wilayah perairan Indonesia, ditangkap sedang melakukan transfer
BBM dan rupanya memuat persenjataan militer. Mereka berargumen
bahwa Indonesia tidak bisa mengadili mereka, sebab kapal tersebut
tidak dalam yurisdiksi Indonesia karena berbendera asing.
INTER Page 8
tidak dalam yurisdiksi Indonesia karena berbendera asing.
Argumen kontra untuk menjustifikasi tindakan Indonesia: kutipan
dari Hukum Laut tersebut hanya berlaku di laut bebas, maka
mereka harus mengikuti yurisdiksi negara pantai (Indonesia) -
argumen ini berdasarkan pendapat pakar.
2) This provision shall not prejudice the power of the Court to decide a case ex aequo et bono, if the
parties agree thereto.
Hukum bisa saja memutuskan secara ex aeque et bono (berdasarkan
kelayakan dan kepantasan; tidak melulu berdasarkan bukti yang diserahkan
penggugat-tergugat)
Terjadi perluasan pada Konvensi Wina mengenai Hukum Perjanjian Antara Negara
dan Organisasi Internasional atau Antar-Organisasi Internasional (1986), yakni:
• Pasal 2 (a) "treaty means an international agreement governed by international law and concluded
in written form:
- (i) between one or more States and one or more international organizations; or
Artinya, ada penegasan bahwa Organisasi Internasional bisa menjadi subjek
dalam perjanjian internasional. Sehingga perjanjian internasional bentuknya:
negara-negara, negara-OI, dan OI-OI.
- (ii) between international organizations, whether that agreement is embodied in a single
instrument or two or more related instruments and whatever its particular designation."
INTER Page 9
"… in a single instrument or two or more related instruments and whatever its
particular designation." = perjanjian internasional bisa dibuat berapa saja
dengan pertimbangan perbedaan bahasa yang digunakan oleh pihak yang
membuat perjanjian. Selain itu namanya bisa berbeda-beda.
INTER Page 10
undang-undang manapun, melainkan pada teori Hans Kelsen (Stufenbau theorie)
Contoh-contoh general principles:
• The doctrines of necessity and self-defense = prinsip kebutuhan dalam melakukan
self-defense
• The principle of reparation = kewajiban untuk melakukan pemulihan bagi subjek
hukum yang melakukan tindakan hukum yang merugikan pihak lain. Misal: ketika
negara melakukan tindakan yang melanggar hukum inter dan merugikan negara
lain, maka ada kewajiban untuk melakukan perbaikan.
• The principle of a state's responsibility for all its agents
• Lex posterior derogat legi priori
• Lex specialis derogat legi generali
INTER Page 11
sama (sebagai norma pemaksa)
○ Erga Omnes = asas-asas hukum yang dikatakan sebagai hak dan kewajiban
terhadap sesama/semua - maka sering disamakan dengan ius cogens
Misal: Gross violation of Human Rights (Pelanggaran berat HAM), Crime
against Humanity (Kejahatan Melawan Kemanusiaan) - yang mana
menimbulkan kewajiban bagi semua bangsa untuk menghindari dan
memproses tindakan yang melanggar itu.
BAB IV:
Hubungan Hukum Internasional & Hukum Nasional
Q: Bagaimana relevansi hukum internasional bagi Indonesia?
Overview:
• International/Global Legal System
• The Relevance of International Law - Relevansi Hukum Internasional
• Relation between International Law and National Law - Hubungan HI-HN
• Theoretical Frameworks & Primacy - Pendekatan Teoretik
• Application of International Law within National Legal System - Penerapan Hi
dalam HN
3. Hubungan HI - HN
Ada beberapa aspek dari hukum internasional yang membentuk hukum nasional.
Misalkan national law mengadopsi aspek sbb:
• International Human Rights Law
• International Environmental Law
• International Economic Law
• International Criminal Law
• Laws of War / IHL
• International Health Law
• [All law as a single unity composed of binding legal rules, whether those
rules are obligatory on States, individuals, or an entities other than States]
Semua hukum, baik HI atau HN, merupakan bagian dari satu sistem. Meski
subyeknya berbeda-beda (HI = negara; HN = individu), tapi pada intinya
sama dan merupakan aturan mengenai hak dan kewajiban yang berlaku
bagi semua subyek hukum.
INTER Page 14
a. Kebiasaan Internasional (International Customary Law)
• Kebiasaan diaplikasikan ketika tidak ada peraturan berupa Perjanjian yang
mengatur, peraturan dalam Perjanjian itu tidak mengikat, atau sudah tidak
berlaku lagi.
• Ada dua cara pengaplikasian:
1) Direct Application (Langsung)
Adalah ketika negara langsung bisa mengaplikasikan dan menegakkan
hukum tersebut, sehingga menimbulkan hak dan kewajiban bagi
negara dan masyarakat.
• Penerapan secara langsung dapat melalui:
a) Negara: hak dan kewajiban dilakukan oleh negara, misal
kebiasaan internasional berupa hak imunitas yang dimiliki
diplomatic representation.
b) Individu: hak dan kewajiban langsung diaplikasikan melalui
individu dari sebuah negara, misal kebiasaan internasional
berupa ius cogens, seperti pelarangan genosida, crime against
humanity, serta torture.
2) Indirect Application (Tidak Langsung)
Adalah ketika kebiasaan internasional dilakukan untuk
menginterpretasi hukum nasional, ataupun untuk me-review hukum
suatu negara secara konstitusional.
• HI hanya sebagai rujukan.
INTER Page 15
Ayat (3) menyatakan bahwa apabila negara meratifikasi perjanjian ini, maka
perjanjian ini dapat langsung di-enforce di negara tersebut tanpa memerlukan
peraturan pelaksana.
• Selain dinyatakan secara eksplisit, tetap juga harus memenuhi syarat
berupa precise, clear, and concise.
Non Self-executing: UNCLOS pada bagian Hak dan Kewajiban Negara di ZEE
"… shall comply with the laws and regulations adopted by the coastal State in accordance with
the provisions of this Convention … as far as they are not incompatible with this part." - hak
dan kewajiban yang harus ditaati oleh negara lain dalam ZEE harus mengikuti
aturan yang diadopsi oleh negara pantai = maka negara pantai harus
membuat peraturan (NSE)
INTER Page 16
"… member States shall ensure that adequate and effective means exist to ensure compliance
with this Directive." - maka negara anggota diberikan kelonggaran untuk membuat
peraturan HN yang disesuaikan dengan Perjanjian Internasional ini.
Akan tetapi…
monisme dan Dualisme tidak dapat selalu dikaitkan dengan self-executing
dan non self-executing. Memang ada hubungannya, namun tidak secara
mutlak terkait, sebab tergantung dari hukum nasional masing-masing negara
dalam memandang validitas HI berupa perjanjian internasional tsb - it depends
on the domestic law legislation to determine the validity of treaties under its own municipal law.
Indonesia
• Dalam konstitusi UUD 1945 tidak ada penegasan & penjelasan tentang
hubungan HI dengan HN
• Indonesia tidak dapat dikategorikan sebagai negara dengan praktik
monisme atau dualisme. Oleh karenanya, praktik implementasi perjanjian
internasional dilakukan tidak konsisten.
• Hak imunitas diplomat dari Konvensi di Arab diberlakukan secara langsung
(SE), tapi di sisi lain Indonesia sering membuat aturan pelaksana atas
perjanjian internasional, misalnya tentang ZEE pada UNCLOS.
"Law derives its strength from acceptance by society that its rules are binding, not from its
enforceability." -H. L. A. Hart; to answer the question "is international law, really… a 'law'?"
BAB V:
Subyek hukum internasional
Subject of International Law is an entity capable of possessing international rights and
duties and having the capacity to maintain its rights by bringing international claims
(ICJ, 1949).
• Maka konteksnya antara lain:
a. Sistem hukum yang berlaku adalah sistem hukum internasional
b. Terdapat hak dan kewajiban yang memberikan mereka memiliki kapasitas
(mengajukan tuntutan secara internasional) untuk mempertahankan hak dan
kewajibannya itu dalam sistem hukum internasional
• Latar Belakang: pada tahun 1949 terdapat kasus pembunuhan terhadap anggota
PBB yang sedang bertugas di suatu negara, oleh karena itu PBB ingin mengajukan
tuntutan atau gugatan terhadap pihak yang terlibat namun ketika itu tidak bisa
karena PBB tidak memiliki legal standing.
○ Kemudian Mahkamah Internasional (ICJ) menyatakan bahwa PBB adalah
pihak yang berhak untuk mengajukan gugatan.
INTER Page 19
hanya berlaku antarnegara (subjeknya hanya negara).
• Negara merupakan subjek hukum internasional yang penuh bisa
mempertahankan kedaulatannya, mengirimkan pasukan, dsb.
b. Subjects with limited legal personality (Non-State Actors)
Sebab terdapat perluasan interpretasi dari subjek hukum internasional itu sendiri
akibat adanya keputusan Mahkamah Internasional tahun 1949. Sifat dari subjek
hukum ini adalah relatif-terbatas.
• Terdiri atas:
1. International Organizations
Secara tegas dinyatakan memiliki legal personality, misalnya United
Nations (UN), ASEAN, European Union (EU), World Trade Organizations
(WTO), dsb.
2. Other Subjects / Non State Entities
a. Holy See (Tahta Suci Vatikan)
Dianggap sebagai sebuah organisasi pemersatu agama Kristen Katolik
di seluruh dunia yang diketuai oleh Paus.
○ Bergabung di PBB sebagai observer.
○ Dapat melakukan hubungan dengan negara lain dan melakukan
administrasi seperti layaknya negara.
○ Negara-negara yang memiliki kepentingan untuk berhubungan
dengan Vatikan maka akan mengirimkan duta besar.
b. ICRC (International Committee Red Cross)
Pada Konferensi Jenewa, ICRC diberikan mandat untuk melakukan
intervensi berupa bantuan kemanusiaan. ICRC bertugas untuk
mempromosikan international humanity serta memberikan bantuan-
bantuan bagi banyak pihak,
○ ICRC juga dapat memiliki duta besar, bahkan ada kantor
diplomatnya di Jakarta.
c. De facto regimes
Yaitu pemerintahan yang secara faktual menjalankan kegiatan
pemerintahannya dan dapat melakukan hubungan dengan negara lain,
namun tidak mendapatkan pengakuan politik secara formal oleh pihak-
pihak tertentu. Misalnya Palestina yang tidak diakui oleh AS dan Israel
namun mereka mengadakan perjanjian internasional.
• Belligerent and insurgent = pihak yang sedang sengketa bersenjata
namun berkuasa atas suatu daerah dan secara faktual menjalankan
pemerintahan di daerah tsb.
□ Secara de facto mereka sudah berkuasa, tapi belum diakui oleh
pihak lainnya (e.g. Israel tidak diakui oleh negara-negara
muslim, sementara Palestina tidak diakui AS).
d. Multinational Corporation (MNC) dan Non-Governmental
Organizations (NGO)
Perkembangan abad 21 mendorong adanya urgensi untuk menjadikan
MNC dan NGO sebagai subjek hukum internasional. Sebab MNC bisa
saja bersengketa dengan negara lalu berhadapan di lembaga Arbitrase
Internasional.
• Misal: pemerintah Indonesia bersengketa dengan perusahaan
pertambangan multinasional sehingga berhadapan di arbitrase
internasional.
e. Individu
Individu memiliki hak dan kewajiban yang harus dilindungi, namun di
saat yang bersamaan ia juga bisa dimintai pertanggungjawaban atas
haknya dan dapat diberikan sanksi dari Mahkamah Internasional.
• Contoh: pemimpin Serbia-Bosnia yang melanggar hukum
internasional, khususnya gross violation of HR (pelanggaran HAM
INTER Page 20
internasional, khususnya gross violation of HR (pelanggaran HAM
berat).
□ Slobodan Milosevic, mantan presiden Yugoslavia, dianggap
melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap umat
manusia - sehingga diadili di International Criminal Tribunal for
former Yugoslavia (ICTY) - yaitu badan yang mengadili
kejahatan berat selama Perang Yugoslavia
• Dapat pula terjadi apabila individu bersengketa dengan negara lain,
lalu mereka saling menggugat.
• Terjadi apabila individu tsb melakukan pelanggaran yang termasuk
kejahatan internasional (kejahatan perang, kejahatan melawan
kemanusiaan, kejahatan melawan perdamaian, kejahatan HAM
berat)
□ Atau apabila sistem hukum nasionalnya unwilling dalam
mengadili.
INTER Page 21
• Administration of Territory - apabila belum mampu mengatur administrasi
wilayahnya secara mandiri maka akan diserahkan kepada Dewan Perwalian PBB
• Rights and inviolability of its missions
• Recognition of States
Bab VI
Eksistensi negara dalam masyarakat internasional
Negara sebagai Subyek Hukum Pertama dan Utama dalam HI
Terdapat suatu syarat suatu negara dalam HI yang disebut dengan statehood.
Studi Kasus:
7 Desember 1975, Indonesia melakukan invasi ke Timor Leste, suatu wilayah yang belum berpemerintahan
sendiri (non-self-governing territory). Selanjutnya pada 17 Juli 1976, Indonesia membuat Undang-Undang
yang menetapkan wilayah tersebut sebagai salah satu provinsinya. 30 Agustus 1999 dilakukan Referendum
dan sebanyak 78.5% suara menyatakan menolak untuk tetap menjadi bagian dari Indonesia dan memilih
untuk merdeka. 25 Oktober 1999, UN Security Council (Dewan Keamanan PBB) mengeluarkan resolusi 1272
yang membentuk The UN Transitional Administration of East Timor (UNTAET) dengan mandat untuk menjaga
perdamaian serta untuk "to exercise all legislative and executive authority" dalam administrasi Timor Timur.
15 September 2001 dibentuk Majelis Konstitusi dan berhasil menetapkan Konstitusi pada tanggal 22 Maret
2002. 20 Mei 2002, Timor Timur menyatakan kemerdekaannya.
• Kapankah Timor Timur memenuhi syarat sebagai negara? Apa dasarnya?
INTER Page 22
• Didukung pula oleh prinsip Ex Factis jus oritur atau fakta / keadaan
sesungguhnya mengakibatkan adanya hukum (the existence of facts creates
law).
□ Akan tetapi, dekolonisasi (right of self-determination) yang mendukung
kemerdekaan dan kedaulatan negara dipertahankan karena ada prinsip ex
injuria jus non oritur atau hukum tidak lahir dari ketidakadilan (law doesn’t
arise form injustice).
□ Maka kependudukan Indonesia di Timor Leste tidak pernah diakui oleh
dunia internasional, sebab "unjust acts cannot create law" atau
ketidakadilan tidak melahirkan hukum.
YurIsdIksi
• Negara dikatakan sebagai subjek hukum internasional yang utama dan pertama.
• [Sovereignty = "Independence"] Negara dalam HI adalah sebagai SH yang
independen / merdeka. Konsep merdeka ini sering dikaitkan dengan konsep
kedaulatan (sovereignty).
○ Kedaulatan (sovereignty) = penguasaan/otoritas yang sifatnya eksklusif
terhadap seluruh urusan yang dianggap sebagai urusan domestik negara itu
(exclusive control over own affairs).
□ Eksklusif = mengecualikan pihak manapun
○ Kedaulatan adalah hak untuk melaksanakan segala sesuatu di wilayah
nasional untuk menjalankan fungsi negara dan mengecualikan negara lain.
□ "The right to exercise (within a set of national territory), to the exclusion of
any other State, the functions of a state."
• [Sovereignty = Jurisdiction] Kedaulatan juga sering dikaitkan dengan yurisdiksi.
○ Sovereign and independent states should possess jurisdiction over all persons
and things within its territorial limits and in all causes civil and criminal arising
within these limits.
○ "manifestation/symbol/attribute of sovereignty" - artinya, yurisdiksi adalah
manifestasi, simbol, atau atribut dari kedaulatan itu.
Yurisdiksi
Dapat didefinisikan dengan dua pengertian:
a. Definisi sederhana: a formal acknowledgement by another state that an entity possesses the
qualification for statehood - Negara lain atau pihak manapun secara resmi mengakui
bahwa otoritas negara yang bersangkutan memiliki kualifikasi sebagai negara;
untuk menjalankan fungsi dan kewenangan serta kapasitas sebuah negara.
b. Definisi kompleks: the free act by which one or more States acknowledge the existence on a
definite territory of a human society politically organized, independent of any other existing State, and
capable of observing the obligations of international law, and by which they manifest therefore their
intention to consider it a member of the international community. (06:15)
• Merujuk kepada Konvensi Montevideo (customary law) terdapat beberapa
syarat suatu negara, yaitu "definite territory" atau wilayah yang pasti,
masyarakat yang terorganisir, merdeka, dan mampu menjalankan
kewajiban menurut hukum internasional - di mana hal itu diwujudkan
dengan pengakuan atas negara tsb sebagai masyarakat internasional.
• Ketika sudah memenuhi syarat Konvensi Montevideo, maka ia dikatakan
sudah memiliki yurisdiksi, sebab sudah memiliki kedaulatan.
○ Cakupan Yurisdiksi
Dibagi berdasarkan subyek maupun peristiwa hukum penyebab yurisdiksi itu
bisa dilakukan:
a) Yurisdiksi bersifat kriminal (criminal jurisdiction), yaitu ketika terjadi
peristiwa-peristiwa pelanggaran hukum (pidana) yang terjadi di wilayah
negara yang bersangkutan, maka negara itu memiliki kewenangan
(yurisdiksi) untuk memproses tindak pidana tsb.
b) Yurisdiksi keperdataan (civil jurisdiction), yaitu ketika diawali oleh peristiwa
berupa hubungan hukum antara orang/individu - yang sifatnya bukan
merupakan pelanggaran ketentuan hukum nasional suatu negara.
INTER Page 24
merupakan pelanggaran ketentuan hukum nasional suatu negara.
• Hukum perdata suatu negara bisa diterapkan selain pada konflik
keperdataan antara sesama WNI dapat pula diterapkan pada WNA
dalam yurisdiksi Indonesia.
• Sengketa keperdataan antara warga negara dengan hukum yang
berbeda mengakibatkan berlakunya hukum perdata internasional
(private international law).
INTER Page 25
dianggap membahayakan integritas nasional maupun kepentingan-
kepentingan vital negara ybs.
○ Under that principle a nation can adopt laws that make it a crime to engage in an act that
obstructs the function of government or threatens its security as a state without regard to
where or by whom the act is committed.
• Hak negara untuk melaksanakan yurisdiksinya thd perbuatan hukum
yang dianggap membahayakan integritas nasional maupun
kepentingan-kepentingan vital negara ybs - sehingga bukan
berdasarkan lokasi/orang.
• Misal: terorisme, perdagangan narkotika, perdagangan dan
penyelundupan orang
INTER Page 26
Contoh: pada kasus ICTY (2002) terdakwa yaitu mantan kepala negara Bosnia -
di mana mereka yang memegang kekuasaan dapat dilindungi dengan dalih
menjalankan tugas, padahal secara internasional hal tersebut termasuk
kejahatan. Maka negara sulit menegakkan keadilan.
• Akan tetapi, di lingkup internasional, penuntut umumnya (prosecutor)
ditunjuk dari Mahkamah Internasional, sehingga tidak akan segan dalam
mengadili dan lebih obyektif. Carlo del Ponte adalah kepala penuntut
umum ketika kasus ICTY.
Pengecualian Yurisdiksi
a. Kepala negara / kepala pemerintahan:
○ Asas "Par in Parem in habet imperium"
Yurisdiksi merupakan kedaulatan suatu negara sehingga negara lain tidak
boleh ikut campur. Pihak yang sama kedudukannya tidak mempunyai kuasa
atas pihak yang lainnya.
○ Asas "Reciprocity or comity"
Asas timbal balik yang berarti adanya hubungan timbal balik dan saling
menguntungkan antara negara atau yang mengadakan hubungan
○ Diperluas dan dipraktikkan pada pejabat yang mewakili
c. Organisasi Internasional
Berdasarkan Convention on the Privileges and Immunities of the United Nations
1946 dan UN Convention on the Safety of UN & Associated Personnel 1994, maka
diberikan pengecualian yurisdiksi kepada organisasi internasional diberikan dalam:
• Markas (Headquarters)
• Perwakilan OI di suatu negara
• Kegiatan/Operasi di Negara-Negara (anggota & non-anggota)
INTER Page 27
syarat tertentu terpenuhi.
• Misal: ketentuan navigasi, hak lintas kapal, dsb.
• Jika hal itu tidak dilaksanakan, maka yurisdiksi itu digugurkan dan negara
bisa menegakkan hukumnya di kapal tsb.
Bab VII
Pengakuan dan suksesi negara
(recognition & statehood)
Keempat syarat ini memiliki tujuan yaitu untuk menunjukkan adanya territorial
effectiveness / occupation, yaitu sebuah negara mampu berdiri sendiri dan bertindak
sebagai sebuah negara.
• Akan tetapi keempat syarat tsb tidak berpengaruh terhadap eksistensi atau
keberadaan negara tsb di masyarakat internasional, sehingga mereka belum
dapat berinteraksi dengan negara lain.
• Bagaimana suatu negara dapat mempunyai hak dan kewajiban dalam
masyarakat internasional sehingga bisa berinteraksi?
○ Dengan adanya p e n g a k u a n.
○ Maka pengakuan menjadi kriteria tambahan untuk dapat disebut negara.
• Sebagai subjek dari hukum internasional, terdapat dua kriteria tambahan suatu
negara, yaitu:
a. Self-determination = niat untuk merdeka dan mendirikan negaranya sendiri;
namun tidak dibahas terlalu dalam karena pada perkembangannya self-
determination hanya menjadi faktor ketika suatu bangsa masih dijajah.
b. Recognition = pengakuan dari negara-negara lain yang kemudian memberi
hak dan kewajiban bagi suatu negara.
Pengakuan (Recognition)
INTER Page 28
Pengakuan (Recognition)
Adalah sebuah cara (bagi negara) untuk menerima ataupun mengakui beberapa
fakta-fakta sebuah negara lain bahwa negara tersebut memiliki kriteria yang melekat
pada hak dan kewajiban.
• Kompleks: negara mengakui bahwa negara lain adalah independen dan sudah
menjadi subjek hukum internasional
• Sederhana: pernyataan formal di mana negara lain mengakui fakta bahwa suatu
entitas telah memenuhi kriteria negara (sesuai Konvensi Montevideo).
Is Recognition a Legal Act or Political Act? - Pengakuan itu Tindakan Hukum atau Politis?
Dalam praktiknya, masih belum ada kepastian sehingga masih ada perbedaan
pendapat apakah pengakuan dari negara lain merupakan tindakan hukum ataukah
tindakan politis - sehingga terserah kapan saja negara mau mengakui.
• Terlepas dari perdebatan itu, hal yang bisa diperhatikan hanyalah sudah pasti
pengakuan ini akan memberikan dampak hukum (legal effect) yang akan
memunculkan hak dan kewajiban sebagai masyarakat internasional.
Artinya… pengakuan adalah suatu tindakan politis untuk mengakui status suatu negara sebagai
subjek hukum, yang akan membawa akibat hukum (menentukan hak dan kewajiban di
masyarakat internasional).
INTER Page 29
sebelumnya
3. Establishment of new governments
Sistem pemerintahan yang baru membutuhkan pengakuan untuk dapat berdaulat
atas negara yang diperintahnya
4. Insurgencies and belligerence
Pengakuan juga dibutuhkan bagi pemberontak untuk menentukan
keberadaan/posisi mereka di dalam masyarakat internasional
Macam-Macam Pengakuan:
1. Recognition as a full sovereign state - pengakuan yang menghasilkan suatu
negara yang memiliki kedaulatan penuh
2. As the effective authority within a specific area - sebagai otoritas yang
berwenang atas suatu wilayah tertentu
3. As a subordinate authority to another state - sebagai kekuasaan bawahan/bagian
atas suatu negara
Contoh: Korea
Manakah teori yang lebih baik? - Tergantung kebutuhan negara masing-masing kapan ingin
memberikan pengakuan secara constitutive atau declaratory. Apabila suatu negara
"tidak menyukai" negara lain, maka ia bisa membantah keberadaan negara tsb secara
konstitutif (lebih strict), tapi jika biasa saja bisa diakui secara declaratory. (supaya
masih bisa berhubungan meski ngga suka).
• Bisa juga ketika kedua negara saling mendukung, maka akan diakui secara
constitutive sebagai bentuk dukungan kuat terhadap keberadaan negara tsb.
• Sehingga konteksnya masih sangat politis (tergantung kepentingannya).
INTER Page 30
○ Negara-negara yang mengakui Korut adalah negara-negara yang memiliki
orientasi atau pandangan yang sama (komunis), misalnya Rusia.
○ Sebaliknya Korsel diakui negara-negara yang menganut prinsip demokrasi,
misalnya Amerika Serikat.
○ Pada tahun 1991, barulah Korsel-Korut terpecah dan berdiri sendiri - ini didukung
pula oleh pengakuan negara-negara di dunia yang terpecah antara keduanya.
• Hal ini menunjukkan bahwa meskipun pengakuan merupakan suatu
tindakan yang sifatnya politis, tetap ia akan mempengaruhi status hukum
sebuah negara / membawa legal consequences.
3. Jerman
Negara-negara seperti AS dan Prancis mengintervensi Jerman yang terbagi atas
dua blok (Jerman Barat dan Timur), kemudian mereka membagi wilayah-wilayah
di Jerman misal porsi wilayah tertentu diatur oleh Amerika dan wilayah satunya
adalah oleh Prancis - inilah yang disebut dengan pengakuan "as the effective
authority within specific area".
Setelah melalui banyak perjanjian barulah Jerman berdiri secara independen
dan menjadi satu kesatuan.
Kesimpulan:
Pengakuan tidak mempengaruhi keberadaan suatu negara serta tidak mengakibatkan
kekosongan hukum - artinya, bukan berarti apabila suatu negara tidak diakui maka ia
tidak memiliki otoritas yang sah.
• Pengakuan lebih berpengaruh kepada binding nature dari statehood yang telah
dipenuhi suatu negara, sehingga menghasilkan hak dan kewajiban hukum bagi
negara tsb di masyarakat internasional.
Terlepas dari pengakuan tsb sebagai legal act ataukah political act, baik secara
constitutive maupun secara declaratory, pengakuan hanya akan mengakui state
political existence (keberadaan politik sebuah negara).
• Existence of the new state with all the legal effects connected with that existence is not affected by
the refusal of one or more states to recognize.
Keberadaan negara tidak akan hilang meski tidak diakui, hanya saja keberadaan
negara secara politik akan bergantung pada pengakuan tsb.
Hukum
Internasio...
INTER Page 31
Hukum
Internasio...
INTER Page 32