Anda di halaman 1dari 117

HUKUM

INTERNASIONAL
Oleh : Adrian Nugraha, S.H., M.H., Ph.D.

Bagian Hukum Internasional


Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
2022
Curriculum Vitae
Personal Information
• Name: Adrian Nugraha
• Personal Contact: (+62)82178069662
• E-mail: adriannugraha@fh.unsri.ac.id.
• Instagram: adrian_nugraha

Occupation
Educational background • Law Lecturer and Researcher,
 S.H. / Bachelor of Law: Gadjah International Law Department,
Mada University / Indonesia. Faculty of Law, Sriwijaya University,
 M.H./ Master of Law : Gadjah Mada Indonesia
University / Indonesia.
 Ph.D : Institute of The Law of The Subject Courses:
Sea, National Taiwan Ocean • International Law
University/ Taiwan (Taiwan Minister • International Law of the Sea
• Indonesian Maritime Law
of Education Scholarship Awardee
• International Economic and Trade Law
2017-2021) • International Law of Contract
• Environmental Law
 Menurut Mochtar Kusumaatmadja, Hukum
internasional (publik)  keseluruhan kaidah
dan asas hukum yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas negara.
 Hukum perdata internasional  keseluruhan
kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur
hubungan perdata yang melintasi batas
negara
ISTILAH YANG DIGUNAKAN:
 International law
 Public international law
 Law of nations
 Inter state law
 Transnational law  istilah ini digunakan
oleh pakar yang tidak setuju pada pembagian
hukum internasional public dan hukum
internasional perdata. Yaitu prinsip dan
kaidah yang mengatur hubungan hukum
antara subjek-subjek hukum dan bersifat
lintas batas negara.
SIFAT HUKUM INTERNASIONAL
 Sifatnya koordinatif bukan sub-ordinatif
 Hubungan internasional yang diatur oleh
hukum internasional dilandasi oleh
persamaan kedudukan antar anggota
masyarakat bangsa-bangsa.
 Tidak ada badan supranasional ataupun
pemerintahan dunia (world government)
yang memiliki kewenangan membuat dan
memaksakan berlakunya aturan
internasional.
ORGANISASI INTERNASIONAL
PBB
Organisasi Mengurus masalah
terbesar dengan politik, ekonomi,
anggota hampir keamanan &
200 negara hukum

Memiliki
Dipimpin oleh
Mahkamah
SEKJEN
Internasional

International Law
Commission (ILC)
PERWUJUDAN HUKUM
INTERNASIONAL
bilateral

universal trilateral

multilatera
regional
l
EKSISTENSI HUKUM
INTERNASIONAL
 Austin :
- bukan hukum sesungguhnya
- menurutnya utk dikatakan sebagai hukum
harus memenuhi dua unsur :
> badan legislatif
> aturan yang dipaksakan
- positive morality
 Oppenheim :
- menurutnya, really law memenuhi tiga
syarat: adanya aturan hukum, adanya
masyarakat internsional, adanya jaminan
pelaksanaan dari luar (external power).
- menurutnya hukum internasional adalah
hukum yang lemah (weak law)
 Para pakar HI modern menyatakan bahwa
hukum internasional adalah hukum yang
sesungguhnya bukan sekedar positive
morality.

Bilamana HI merupakan kaidah moral 


tidak ada external power  kesadaran
subjek hukum.
PENGAKUAN MASY. INTERNASIONAL
TRHADAP HI SBG HUKUM
 Dari pendapat Dixon:
1. HI bnyk dipraktekkan oleh pejabat2 LN,
foreign offices, pengadilan nasional dan
organisasi internasional
2. negara2 yg melanggar HI dlm praktek tdk
mengatakan bhw mrk melanggar hukum krn
HI tdk mengikat mrk.
3. Mayoritas negara mematuhi HI
4. Adanya lembaga2 penyelesaian hukum sprt
arbritase dan berbagai pengadilan
internasional yg menggunakan argumentasi2
hukum dlm penyelesaian sengketa yg
ditanganinya
5. Dlm praktek HI dpt diterima kedalam hukum
nasional negara2. tidak ada satu negarapun
dlm membuat hukum nasionalnya tanpa
melihat kaidah HI yg ada.
HUKUM INTERNASIONAL, NEGARA
MAJU, DAN NEGARA BERKEMBANG
 HI meskipun mengalami perkembangan
namun masih etnosentris, berpihak pada
kepentingan negara-negara barat dan
negara-negara maju.
 Hukum bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak
tertentu sbg alat untuk mencapai suatu
kepentingan.
PEMANFAATAN HI SBG INSTRUMEN
POLITIK MENRT. HIKMAHANTO :

Sarana
Pengubah Intervensi
Alat penekan
konsep urusan
domestik
SUMBER-SUMBER
HUKUM
INTERNASIONAL
Adrian Nugraha, S.H., M.H., Ph.D
 Dalam HI ada 2 pasal yg mencantumkan sec
tertulis sumber hukum dlm arti formil :
1. konvensi Den Haag XII tgl 18 okt 1907
 mendirikan Makamah Internsn Perampasan
kapal di laut (Internasional Prize Court).
2. pasal 38 Piagam Mahkamah Internasnl
Permanen tgl 16 des 1920 yg kmd diterima
berlakunya piagam PBB tgl 26 jun 1945
Pasal 38 ayat 1 : dlm mengadili perkara
yg diajukan, Mahkamah Internasional
akn mempergunakan:

Prinsip Hukum Keputusan


Kebiasaan
Perjanjian Umum Sumber badan
Internasional
Internasional (General hukum organisasi dan
(Internasional
(treaty) Principles of tambahan lembaga
Custom)
Law) internasional
TREATY
 Menurut Konvensi wina Pasal 2 1969,
Perjanjian Internasional (treaty)
didefinisikan sebagai:
“Suatu Persetujuan yang dibuat antara
negara dalam bentuk tertulis, dan diatur
oleh hukum internasional, apakah terdiri dari
satu instrumen atau lebih dan apapun nama
yang diberikan.”
 Konvensi Wina 1969  dapat digunakan
trhdp sengketa mengenai perjanjian yg
dibentuk negara dg negara dan bentuknya
tertulis.

 Konvensi Wina 1986  utk sengketa yg


pihaknya bukan negara melainkan organisasi
internasional.
INTERNATIONAL CUSTOMARY LAW
(HUKUM KEBIASAAN INTERNASIONAL)
 Men. Dixon: hukum yang berkembang dari
praktek/ kebiasaan negara-negara.

 Merupakan sumber hukum tertua dalam HI

 HI tumbuh dan berkembang melalui


kebiasaan negara-negara.
 Hukum kebiasaan internasional berbeda
dengan hukum adat istidat (usage) atau
kesopanan internasional (international
community) ataupun persahabatan
(friendship)

 Praktek negara-negara yang tidak diterima


sebagai hukum kebiasaan mrp kesopanan
internasional
PRAKTEK SUATU NEGARA MRP HUKUM
KEBIASAAN / KESOPANAN / ADAT ?
1. Memenuhi dua unsur hukum kebiasaan
intenasional secara kumulatif
a. Unsur faktual  adanya praktek umum
negara, berulang-ulang dan dlm jangka
waktu lama
b. Unsur psikologis  bersifat abstrak dan
subjektif
2. Perubahan hukum kebiasaan internasional

 Suatu hukum kebiasaan baru (new


customary law) dapat menggantikan hukum
kebiasaan lama  bila ada praktik negara
yang bertentangan dg hukum kebiasaan yg
sudah ada  di dukung oleh opinio jurist
3. Hubungan antara hukum kebiasaan dengan
perjanjian internasional
HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM
NASIONAL

Oleh: Adrian Nugraha, S.H., M.H., Ph.D


HI-HN MERUPAKAN SATU KESATUAN HUKUM/TERPISAH SATU
SAMA LAIN?

• Aliran monisme primat HI


Aliran • Aliran monisme primat HN
monisme
• Dua sistem hukum yg
Aliran berbeda antara satu dg yg
Dualisme lain.
MEN. ALIRAN MONISME:
 HI dan HN merupakan dua kesatuan hukum dari satu
sistem hukum yg lebih besar yaitu hukum pada
umumnya.

 Kemungkinan terjadinya konflik antar keduanya sangat


besar sekali karena terletak dalam satu sistem hukum

 Muncul persoalan hirarki antara HN-HI yg melahirkan


beberapa sudut pandang yang berbeda
PANDANGAN MONISME DG PRIMAT HN:

 Aliran ini pernah kuat di Jerman dg nama


madzhab Bonn yg diikuti oleh Max Wenzel

 HI merupakan lanjutan HN

 Pd hakikatnya HI bersumber pd HN oleh karena


itu HN kedudukannya lebih tinggi dr pd HI
PANDANGAN MONISME DG PRIMAT HI:
 HN bersumber pada HI  men. Pandangannya mrp
suatu perangkat ketentuan hukum yang hirarkis lebih
tinggi

 Kekuatan mengikatnya HI thdp HN berdasarkan


suatu pendelegasian wewenang dari HI

 Paham ini dikembangkan oleh madzhab Vienna dan


didukung oleh aliran yg berpengaruh di Perancis
 Kelemahan-kelemahan:
1. ada pandangan bhw HN bergantung pd HI. Hal
itu bertentangan dg sejarah bhw HN telah ada
sebelum adanya HI
2. wewenang suatu negara sepenuhnya adalah
wewenang HN
 Kesimpulan : pada hakikatnya HI mrp suatu
perangkat hukum yg mengatur kehidupan antar
negara dan tunduknya negara pd HI mrp
persoalan hubungan subordinasi dalam arti
struktural organis.
ALIRAN DUALISME
 Pernah berpengaruh di Jerman dan Italia
 Pemuka aliran ini: Triepel dan Anzilotti
 Aliran ini mengemukakan bhw antara HI-HN mrp
dua sistem hukum yg berbeda, perbedaanny pada:
-sumber
-subjek
-HN memiliki integritas yg lebih sempurna
dibandingkan dg HI
PRAKTEK HN DI DEPAN PENGADILAN INTERNASIONAL:

 Suatu negara tidak dapat menggunakan HN nya


yg bertentangan dg HI sbg alasan utk
menjustifikasi pelanggaran HI yg dilakukan pada
pihak lain

 Suatu negara tidak dapat menggunakan alasan


ketiadaan HN-nya utk menjustifikasi pelanggaran
HI yg dilakukan pada pihak lain
 Tanggung jawab internasional timbul hanya ketika
negara gagal utk memenuhi kewajiban internasional

 HN dpt diajukan di Pengadilan Internasional apabila


tidak bertentangan dg HI  teori oposabilitas

 HN dpt diajukan di Pengadilan Internasional sbg


bukti adanya praktek hukum kebiasaan internasional
 Pengadilan Internasional dpt memberikan
putusan bahwa suatu HN tdk cukup memenuhi
kewajiban HI. Demikian pula pengadilan
internasional tidak berhak menyatakan bahwa
HN mrp negara valid atau invalid krn
menyangkut urusan domestik negara yg
bersangkutan.
HUKUM INTERNASIONAL DI DEPAN PENGADILAN NASIONAL

 Status dan perlakuan terhadap HI berbeda-beda


dalam praktek antara satu negara dg yg lain.
Mayoritas negara memiliki konstitusi tertulis atau
document sbg ketentuan yg fundamental bgmn
HI di depan pengadilan nasional
ADA DUA PRAKTEK YG DIIKUTI OLEH BANYAK NEGARA:

• HI berlaku otomatis mjd bagian


Doctrine of HN tanpa adopsi sebelumnya
• Perjanjian yg sdh diratifikasi akn
incorporation mengikat lgsg pd warga negara

• HI menjadi HN setelah
Doctrine of diimplementasikan dlm HN lebih
dahulu
transformation
EKSISTENSI HI TERHADAP HN:
1. HI akan lebih efektif bila ditransformasikan ke dalam HN
2. HI akan menjembatani HN ketika tidak dapat diterapkan
di wilayah negara lain
3. HI akan mengharmonisasikan perbedaan-perbedaan
dalam HN
4. HI banyak tumbuh dari praktek HN negara-negara
5. Prescription Jurisdiction  negara memiliki kewenangan
membuat aturan perundang2an dlm HN-ny namun tidak
bisa lepas dari aturan HI
WILAYAH

Oleh: Adrian Nugraha, S.H., M.H., Ph.D


 Wilayah merupakan atribut yg sangat penting bagi
eksistensi suatu negara.

 Negara memiliki hak-hak untuk melaksanakan


kedaulatan atas orang, benda juga peristiwa atau
perbuatan hukum yang terjadi di wilayahnya.
 Negara wajib mengatur wilayahnya sendiri. Di atas
wilayahnya, negara wajib untuk tidak menggunakan
tindakan-tindakan yang merugikan negara lain serta
tidak membahayakan perdamaian dan keamanan
internasional (pasal 7 Draft Deklarasi PBB tentang hak-
hak dan kewajiban negara 1949).
UU NO.43 TH. 2008 MENGATUR
WILAYAH NEGARA INDONESIA
DG TUJUAN:
1. Menjamin keutuhan wilayah negara, kedaulatan
negara dan ketertiban di kawasan perbatasan demi
kepentingan kesejahteraan segenap bangsa
2. Menegakkan kedaulatan dan hak-hak berdaulat
3. Mengatur pengelolaan dan pemanfaatan wilayah negara
dan kawasan perbatasan, termasuk pengawasan batas-
batasnya.
 UU No. 43 menetapkan bahwa wilayah negara Indonesia
meliputi wilayah darat, wilayah perairan, dasar laut dan
tanah di bawahnya serta ruang udara di atasnya termasuk
wilayah sumber kekayaan yang terkandung di dalamnya.
Darat (bagian
wilayah yang
Daratan suatu kering)
negara terdiri Sungai
dari:
Perairan daratan

Danau
DARATAN SUATU NEGARA
 Merupakan daratan awal suatu negara atau wilayah
tambahan negara tersebut
 Luas daratan awal ditentukan oleh tindakan atau
pernyataan sepihak suatu negara ketika
memproklamirkan kemerdekaannya
 Atau ditentukan oleh perkembangan setelah negara itu
terbentuk sbgmn terjadi pada Israel dan Polandia yg
wilayah daratan awalnya belum pasti saat merdeka.
 Perjanjian internasional pada umumnya di buat oleh
negara untuk mengatur masalah perbatasan wilayahnya
di darat.

 Indonesia memiliki perbatasan wilayah darat dg tiga


negara, yaitu Malaysia, Timor Leste dan Papua Nugini.
Disamping daratan awal, dalam
Hukum Internasional dikenal
adanya wilayah tambahan yang
berdasarkan teori-teori hukum
internasional klasik yg dapat
diperoleh suatu negara dg cara-
cara berikut :
1. OKUPASI ATAU PENDUDUKAN
 Merupakan perolehan atau penegakan kedaulatan atas
wilayah yang terra nulius

 Yaitu wilayah yang sebelumya belum pernah diletakkan


di bawah kedaulatan suatu negara.
Unsur-unsur yg harus terpenuhi oleh
tindakan okupasi:

Adanya kehendak
dari negara yg
Harus di wujudkan
Adanya penemuan menemukan
dalam tindakan-
terhadap wilayah wilayah baru utk
tindakan yg efektif
terra nulius ditempatkan di
(prinsip efektivitas)
bawah
kedaulatannya
 Unsur penemuan  unsur objektif.

 Unsur kehendak yang diwujudkan dengan tidakan-


tindakan nyata  unsur subjektif.

 Terpenuhinya unsur penemuan merupakan unsur


pendahuluan bagi keabsahan tindakan (enchoate title ).
 Tindakan-tindakan efektif dalam okupasi tampak dari
beberapa putusan pengadilan Internasional seperti
Palman Case, Clipperton Island Case Eastern Greenland
Case, juga Sipadan Ligitan.
Bagaimana kriteria tindakan-tindakan
dalam pelaksanaan prinsip
evektifitas ?
 Tindakan efektivitas dalam klaim okupasi adalah
tindakan administrasi bukan tindakan kekerasan.

 Okupasi berasal dari bahasa Romawi Occupatio yang


artinya administrasi.

 Bukan okupasi dari kata Occupation (bahasa Inggris)


yang mengandung arti pendudukan yang di dalamanya
ada unsur kekerasan militer.
Sulit tidaknya
Besar kecilnya
medan yg hrs
pulau
ditempuh

Banyak tidaknya
Jauh tidaknya
kekayaan alam di
pulau yg diklaim Tindakan yg pulau tsb.
dilakukan
negara utk
mengklaim
hak okupasi:
2. ANEKSASI ATAU PENAKLUKAN
  penggabungan suatu wilayah negara lain dg
kekerasan atau paksaan ke dalam wilayah negara yg
mengaksesasi.

 Syarat atau unsur terjadinya perolehan wilayah dg


aneksasi  wilayah benar-benar telah ditaklukkan serta
adanya pernyataan kehendak secara formal oleh negara
penakluk utk menganeksasinya.
ANEKSASI MRP TINDAKAN YG BERTENTANGAN
DG HI. HAL INI DI SEBUTKAN OLEH:
 Kellog Briand Pact 1928  yg melarang peran sebagai
instrumen kebijakan suatu negara.

 Pasal 2 (4) Piagam PBB  melarang tindakan


mengancam / menggunakan kekerasan terhadap
integritas wilayah atau kemerdekaan politik negara lain
 Deklarasi prinsip-prinsip HI tentang hubungan baik
dan kerjasama antar negara 1974  wilayah suatu
negara tidak bisa dijadikan objek perolehan oleh negara
lain dg cara ancaman / penggunaan kekuatan.
3. AKRESI
 Merupakan cara perolehan wilayah baru dg proses alam
(geografis) terhadap wilayah yg sudah ada di bawah
kedaulatan suatu negara.

 Proses atau kejadian alam terjadi perlahan-lahan,


bertahap seperti endapan-endapan lumpur yg membentuk
daratan, ataupun mendadak seperti pemindahan tanah.
 Perolehan wilayah atas alas hak akresi tidak memerlukan
tindaan resmi atau formal seperti pernyataan resmi dari
negara yg bersangkutan.
4. PRESKRIPSI
  perolehan wilayah oleh suatu negara akibat
pelaksanaan secara damai kedaulatan de facto dalam
jangka waktu yang lama atas wilayah yg sebenarnya de
jure masuk wilayah negara lain.
BEBERAPA SYARAT PRESKRIPSI MEN. FAUCHILLE &
JOHNSON YG DIKUTIP OLEH IAN BROWNLIE SBB:
 Kepemilikan harus memperlihatkan suatu kewenangan /
kekuasaan negara dan wilayah tsb, tidak ada negara lain
yg mengklaimnya.

 Kepemilikan hrs berlangsung secara terus menerus dan


damai, juga tdk ada negara lain yg mengklaimnya.

 Kepemilikan hrs bersifat publik  hrs diumumkan dan


diketahui oleh pihak lain.
5. CESSIE

  cara perolehan tambahan wilayah melalui proses


peralihan hak dari suatu negaraa ke negara lain.

 Cessie dapat dilakukan dg sukarela maupun dg


kekerasan

 Pada umumnya kekerasan dilakukan akibat kalah perang.


Pihak yg kalah dipaksa untuk menyerahkan sebagian
wilayahnya kepada pihak pemenang melalui perjanjian
Internasional.
CESSIE DAPAT DILAKUKAN DG CARA:
 Jual beli  penjualan Alaska oleh Rusia pada AS th 1867.
Denmark menjual bbrp daerahnya di West Indies pd Amerika
pd th 1916.

 Tukar menukar  penukaran Helgoland dg Zanzibar oleh


Jerman dan Inggris tahun 1890.

 Penyewaan  penyewaan oleh Cina pada Inggris selama 99 th


(1898-1997)

 Penyerahan  penyerahan Elsace-Lorraine pada 1871 oleh


Perancis pada Jerman akibat kalah perang yg kmd
dikembalikan pd th 1919.
 Pada cessie beralih semua hak-hak berdaulat yg
terkandung dlm wilayah yg diserahkan. Dan suatu
negara yg melakukan penyerahan wilayah tidak dpt
mengalihkan lebih dr pd wilayah di mana ia telah
melaksanakan kedaulatannya.
6. REFERENDUM
 Cara ini mrp cara perolehan tambahan wilayah yang
modern.

 Referendum (pemungutan suara) mrp implementasi atau


tindak lanjut dari keberadaan hak menentukan nasib
sendiri (self determination right) dalam HI.
 Proses referendum yg sah dilakukan secara langsung one
man one vote dg dipantau lembaga internasional yg sah.

 Proses jajag pendapat yg dilakukan oleh Timor timur


1999 untuk memintai pendapat rakyat apakah mau
merdeka ataukah tetap berintegrasi dg Indonesia?
Kasusnya dikawal oleh UNTAET.
HUKUM LAUT
Oleh: Adrian Nugraha, S.H., M.H., Ph.D
 Wilayah laut adalah laut beserta tanah yg
ada di bawahnya.
 Tanah di bawah laut terdiri dari dasar laut &
tanah di bawah dasar laut
 Wilayah laut terbagi atas wilayah yg dikuasai
oleh negara (negara pantai) dg laut yg tdk
dikuasai oleh negara.
 Konvensi PBB tentang hukum laut 1982
(UNCLOS 1982) melahirkan delapan zonasi
pengaturan (regime) hukum laut, yaitu:
1. PERAIRAN PEDALAMAN
 Perairan yg berada pada sisi darat (dalam) dari
garis pangkal yg dipakai utk menetapkan laut
teritorial suatu negara.
 Di kawasan ini negara memiliki kedaulatan
mutlak seperti kedaulatan negara di daratan
tanpa adanya pembatasan oleh HI dlm bentuk
kwjbn utk memberikan jaminan hak lintas
damai bg kapal asing
 Pada prinsipnya tidak ada hak lintas damai di
kawasan ini, kecuali kawasan perairan
pedalaman yg terbentuk krn penarikan garis
dasar lurus.
 Batas terluar dari perairan pedalaman bg
suatu negara pantai biasa adlh garis pangkal.

 Sedangkan bagi negara kepulauan berlaku


suatu ketentuan khusus bhw perairan
pedalaman dpt ditetapkan dg menarik suatu
grs penutup pd mulut sungai, teluk,
pelabuhan yg berada pd perairan
kepulauannya.
2. LAUT TERITORIAL
 Laut yg terletak pada sisi luar dari garis
pangkal dan tidak melebihi dari 12 mil laut.
 Di kawasan ini kedaulatan negara penuh
trmsk atas ruang udara di atasnya.
 Hak lintas damai diakui bagi kapal-kapal
asing yg melintas
 Hak lintas damai adalah menurut konvensi
Hukum Laut 1982  hak untuk melintas
secepat-cepatnya tanpa berhenti dan
bersifat damai tidak mengganggu keamanan
dan ketertiban negara pantai.
YG HARUS DIPERHATIKAN DALAM
PELAKSANAAN HAK LINTAS DAMAI:
Tidak menggunakan
Tidak melakukan
kekerasan yg
kegiatan Kegiatan penelitian
melanggar integritas
penangkapan ikan
wilayah

Tdk melakukan
Tidak melakukan Kegiatan yg
aktifitas yg
latihan militer tanpa mengganggu sistem
menimbulkan
seizin negara pantai komunikasi
pencemaran

Tidak melakukan
Tidak melakukan bongkar muat Kapal-kapal selam hrs
kegiatan yg komoditas, tampak dari
melanggar keamanan penumpang, mata permukaan serta
ketertiban negara uang yg melanggar menunjukkan
pantai aturan customs, fiscal bendera negaranya
& immigration

Tidak melakukan Tidak melakukan


tindakan propaganda peluncuran dan
melanggar keamanan pendaratan dari atas
ketertiban negara kapal tms kapal
pantai militer
 Selama kurang lebih setengah abad lebar laut
teritorial mjd objek pertentangan antara
negara, dg variasi tuntutan antara 3 sampai
dg 200 mil laut.

 Batas terluar laut teritorial akan disesuaikan


dg lebar laut teritorial yg dipilih oleh
masing2 negara.
 Adanya perubahan lebar laut teritorial dari 3
mjd 12 mil sbgian besar dari selat yg biasa
digunakan utk pelayaran internasional
berubah statusnya mjd bagian laut teritorial
bahkan ada yg mjd bag dari perairan
pedalaman.
3. ZONA TAMBAHAN
 Di luar laut teritorial, suatu jalur / zona yg
berbatasan dgnya disebut jalur / zona
tambahan.

 Laut yg terletak pada sisi luar dari garis pangkal


dan tidak melebihi batas 24 mil laut dari garis
pangkal.

 Negara pantai dpt melaksanakan pengawasan yg


diperlukan utk mencegah pelanggaran peraturan
perundang-undangannya di bidang bea cukai,
fiskal, imigrasi dan perikanan.
4. LANDAS KONTINEN
 Meliputi dasar laut dan tanah di bawahnya
(seabed and subsoil) dari area di bawah
permukaan laut yg terletak di luar laut
teritorial – hingga jarak 200 mil laut dari
garis pangkal dari mana lebar laut teritorial
diukur.

 Negara pantai mpy hak-hak berdaulat utk


melakukan kegiatan2 eksplorasi dan
eksploitasi dari kekayaan alam yg terkandung
di dalamnya.
5. ZONA EKONOMI EKSKLUSIF
 Batas terluar ZEE tidak boleh melebihi 200 mil
laut, diukur dr garis pangkal yg sama yg dipakai
utk mengukur lebar laut teritorial.

 Di zona ini negara memiliki hak-hak berdaulat yg


eksklusif utk keperluan eksplorasi dan eksploitasi
sumber kekayaan alam serta yurisdiksi terhadap:
- pembuatan dan pemakaian pulau buatan,
instalasi dan bangunan
- riset imiah kelautan
- perlindungan & pelestarian lingkungan laut.
 Pasal 55 konvensi hukum laut 1982
menetapkan bhw pd suatu jalur laut yg
terletak di luar dan berdampingan dg laut
teritorialnya yg dinamakan zona ekonomi
eksklusif, suatu negara mpy hak2 berdaulat
dan yurisdiksi khusus utk memanfaatkan
kekayaan alam yg berada pd jalur tsb tms pd
dasar laut dan tanah dibawahnya.
 Setiap neg pantai memiliki hak2 berdaulat
utk eksplorasi dan eksploitasi, konservasi dan
pengelolaan sumber daya alam baik hayati
maupun non hayati yg terkandung dlm zona
ekonomi eksklusif yg terletak di luar dan
berbatasan dg laut teritorial.

 Di ZEE negara2 lain tetap memiliki kebebasan


utk berlayar dan terbang di atasnya, serta
utk memasang kabel dan pipa di dasar
lautnya.
6. LAUT LEPAS
 Tidak dapat diletakkan di bawah kedaulatan yg
dikuasai oleh suatu negara manapun

 Kawasan laut lepas berlaku sbg prinsip kebebasan


dalam batas-batas HI. Di laut lepas, setiap negara
biak neg pantai/neg tdk berpantai dpt menikmati
kebebasan2 di laut lepas (freedom of the high seas)

 Seperti kebebasan berlayar, penerbangan,


memasang kabel dan pipa, pembuatan pulau
buatan, kebebasan menangkap ikan dan penelitian
ilmiah.
 Kebebasan utk menangkap ikan di bag laut
lepas dihapuskan sampai dg batas 200 mil
laut dr garis pangkal yg skrg diberi status sbg
zona ekonom eksklusif.
7. DASAR LAUT SAMUDRA
DALAM (SEA BED AREA)
  kawasan dasar laut yang tidak terletak di
dalam yurisdiksi negara manapun.

 Satu kemajuan yang sangat berarti di peroleh


oleh negara-negara berkembang di kawasan
ini karena diakuinya prinsip warisan bersama
umat manusia (common heritage of mankind)
serta terbentuknya badan otorita hukum laut
internasional sbg tindak lanjutnya
SUBJEK HUKUM
INTERNASIONAL
Oleh: Adrian Nugraha, S.H., M.H., Ph.D
 Subjek-subjek HI seharusnya memiliki
kecakapan-kecakapan hukum internasional
utama untuk mewujudkan kepribadian hukum
internasionalnya
Kecakapan hukum dalam HI:
 1. mampu menuntut hak-haknya didepan pengadilan
internasional (dan nasional)

 2. menjadi subjek dari beberapa atau semua kewajiban yg


diberikan oleh HI

 3. mampu membuat perjanjian internasional yg sah dan


mengikat dlm HI

 4. menikmati imunitas dari yurisdiksi pengadilan


domestik
Macam-macam subjek HI
- Negara-
  subjek HI dlm arti yg klasik dan telah ada
sejak lahirnya HI

 Hingga skrg msh ada anggapan bhw HI pd


hakikatnya adlh hukum antarnegara.
Karakteristik negara
 1) a defined territory
 2) a permanent population
 3) government
 4) capacity to enter into relations with other
states
Defined teritory
 Suatu wilayah yg pasti (fixed teritory) mrp
persyaratan mendasar.
 Tidak ada persyaratan dlm HI bahwa semua
perbatasan sdh final dan tdk memiliki sengketa
perbatasan lg dg negara-negara tetangga baik
pd wkt memproklamirkan diri sbg negara baru.
 HI tdk mensyaratkan batas minimum maupun
maksimum wilyh negara.
Permanent population
 Negara tdk akn exist tanpa pnddk.
 Tidak ada persyaratan jumlah minimum
penduduk yg hrs dimiliki suatu negara
 HI tdk mensyaratkan penduduknya hrs
homogeneus.
 Persyaratan utk permanent population
dimaksudkan utk stable community
 Kriterianya  merujuk pd kelompok individu
yg hidup di wilayah negara ttt.
government
  pemerintah yg berdaulat, mampu menguasai
organ2 pemerintahan sec efektif, memelihara
ketertiban dan stabiitas dlm negeri.

 Pengertian bedaulat tdk dpt ditafsirkan bhw


pemerintah yg bersangkutan tdk pernah
diintervensi pihak manapun dlm menentukan
kebijakan.
Kemampuan utk melakukan hub dg neg lain.
 Suatu negara dikatakan merdeka jika
wilayahnya tdk berada dibawah otoritas
berdaulat yg sah dr neg lain.
 kemampuan utk melakukan hub dg neg lain
adlh kemampuan dlm pengertian yuridis baik
berdasarkan hukum nasional maupun internsnl
bukan kemampuan sec fisik.
Bentuk- bentuk negara
 1) Negara Kesatuan
 2) Negara Federasi
 3) Negara Konfederasi
 4) Negara Persemakmuran (Commonwealth Nations)
 5) Negara Mikro
 6) Negara netral ( Netralized State)
 7) Negara Protektorat
 8) Condominium
 9) Wilayah Perwalian (trust)
Tahta suci (vatikan)
 Mrp peninggalan atau kelanjutan sejarah jaman
dahulu ktk paus bukan hanyan mrp kepala gereja
Roma ttp memiliki kekuasaan duniawi.

 Suatu subjek hukum yg keduduakannya sejajar dg


negara.

 disebut sbg suatu entitas yg bernama “Order of the


Knights of Malta”. Entitas ini diakui sbg subjek HI
oleh bbrp negara sj.
 Hingga skrg tahta suci mpy perwakilan diplomatik
d bnyk ibu kota terpenting di dunia yg sejajar
kedudukannya dg wakil diplomatik neg2 lain.

 Hal ini tjd stlh diadakan perjanjian antara Italia dan


Tahta Suci pd tgl 11 febr 1929 yg mengembalikan
sebidang tanah di Roma kpd Tahta Suci dan
memungkinkan didirikannya vatikan.
Palang merah internasiona
 Orgnss ini sbg suatu subjek hukum yg lahir krn
sejarah namun kedudukannya diperkuat dlm
perjanjian
 konvensi palang merah skrg mjd konvensi
Jenewa th 1949 ttg Perlindungan Korban
Perang
 Hingga kini PMI diakui sbg organisasi
internasional yg memiliki kddkn sbg subjek HI
wlpn dg ruang lingkup yg sngt trbts.
Organisasi internasional
 Kedudukan Orgnss Intrnsnl sbg subjek HI tdk
diragukn lg mskpn pd mulanya blm ada
kepastian mengenai ha ini.

 Orgnss Intrnsnl sprti PBB dan ILO mpy hak


dan kwjbn yg ditetapkan dlm konvensi2
intensnl yg mrp semacam anggaran dasarnya.
individu
 Individu sdh lama dianggap sbbg subjek HI, antara lain trdpt:
a. Perjanjian Versailles th 1919 yg mengakhiri perang dunia I
antara Jerman dg Inggris dan Perancis yg didlmny trdpt pasal-
pasal yg memungknkan individu mengajukan perkara ke
Mahkamah Arbitrase Internasional.
b. perjanjian antara Jerman & Polandia th 1922 mengenai
Upper Silesia.
c. Keputusan Mahkamah Internasional Permanen dlm perkara
yg menyangkut pegawai kereta api Danzig
d. Keptsn organisasiregional dan transnasional sprt PBB, ILO
dll.
 Berdsrkan peradilan Nurenberg dan Tokyo
1946, individu dpt dianggap lgsg
bertanggungjwb sbg individu bg kejahatan
terhadap perdamaian, kejahatan perang dan
kejahatan trhdp perikemanusiaan.
Pemberontak & pihak dlm sengketa
(belligerent)
 Pemberontak men. hukum perang dpt
memperoleh kedudukan dan hak sbg pihak yg
bersengketa (belligerent) dlm bbrp keadaan ttt.
PENGAKUAN INTERNASIONAL
 Munculnya teori “pengakuan” memberikan
dorongan kpd bangsa2 terjajah utk
memperjuangkan haknya
 Eksistensi suatu negara berkenaan dg
kemampuannya utk menyelenggarakan
hubungan internasional meskipun kepastian
batas wilayah blm ditentukan.
 Pengakuan thdp neg baru adlh suatu
pernyataan/sikap dr suatu pihak utkn
mengakui eksistensi entitas politik baru sbg
neg baru, subjek HI dg hak2 dan kwjbn,
dimana dg pengakuan berarti bhw pihak yg
mengakui bersedia mlkkn hub dg pihak yg
diakui.
 Men. J.G. Starke dlm bukunya terdapat dua teori
mengenai hakikat dan fungsi dari “pengakuan”
1. teori konstitutif : hanya tindakan pengakuan
yg menciptakan status kenegaraan atau
melengkapi pemerintah baru dg otoritasnya di
lingkungan internasional
2. teori deklaratif : status kenegaraan tdk
tergantung pd pengakuan semata, pengakuan
hny pengumuman resmi semata trhdp fakta yg
ada
Sarjana HI lain berpendapat bhw:

“Pengakuan harus dilihat sifatnya, apakah


bersifat membentuk  menganggap
pengakuan mrp unsur penting berkenaan dg
status negara dlm pergaulan internasional

Atau bersifat menyatakan  hny


mempertegas existensi negara tsb dlm
pergaulan internasional.
Bantahan trhdp kedua teori tsb.

 Teori konstitutif : mslh pengakuan bkn mrp


kewajiban, tdk adanya ketentuan yg
mengatur jumlah min. Negara yg mmbri
pengakuan.

 Teori deklaratif : pengakuan hny bersifat


formalitas. Existensi negara tdk ditentukan
oleh ada/tdknya pengakuan dr neg lain.
Contoh: negara Transkey di Afrika bag selatan
 Kedua teori tsb bnyk mengandung
kelemahan praktis terutama dlm kaitannya
antara neg baru dg neg yg menolak memberi
pengakuan  teori jalan tengah
 Teori jalan tengah hendaknya membedakan
antara negara sbg pribadi internasioanal pd
satu pihak dan kemampuan negara sbg
pribadi internasional dlm melaksanakan hak
dan kewajiban internasional.
Praktek negara dlm memberi “pengakuan”

Dilakukan sec tegas (express recognition)

Sec diam-diam atau tersirat (implied


recognition)

Sec bersyarat

Secara kolektif
Pengakuan sec. tegas

 Adanya pengakuan lewat public statement,


perjanjian bilateral, nota diplomatik atau
pembukaan kedutaan besar di suatu negara
Pengakuan sec diam-diam

  didasarkan tindakan pihak yg


bersangkutan, shg terdpt “niat” utk memberi
pengakuan
Pengakuan bersyarat

 Adanya kwjbn yg hrs dipenuhi oleh negara yg


diakui
 Akibatnya: apabila kwjbn tdk dipenuhi tdk
akn menghapus pengakuan ttp kemungkinan
neg yg mengakui memutuskn hub diplomatik
sbg sanksi
Pengakuan sec. kolektif

  pemberian pengakuan yg diberikan


sekelompok neg kpd satu neg.
 Contoh:
- Liga Arab memberi pengakuan thdp
kemerdekaan RI th. 1947
- masyrkt Eropa (kongres Belrin) mengakui
Bulgaria
Konskuensi adanya pengakuan

 Status negara yg diakui sec. de jure mpy hak


penuh dlm keanggotaan di masyarakat
internasional. Shg neg tsb dpt menjalin
hubungan diplomatik dg neg lain.

 Sejak pengakuan diberikan, kedua belah


pihak memikul beban hak dan kewajiban huk
internasional.
Pengakuan thdp pemerintah
baru
  suatu sikap, pernyataan ata kebijakan utk
menerima suatu pemerintah sbg wakil yg sah
dari suatu negara dan pihak yg mengakui siap
melakukan hub internasional dgnya.

 Teori-teori yg menjelaskan pengakuan thdp


pemerintah baru:
1. Teori legitimasi
(Oppenheim)
 Pengakuan hny suatu formalitas atau
kesopanan dlm hub internasional
 Teori ini bs diterapkan dlm kasus pergantian
pemerintah yg konstitusional
 Di dlm praktek, teori ini tdk bs diterapkan dg
mudah ktk pergantian yg trjd sec
inkonstitusional, shg pemerintah yg baru
sering mengalami kesulitan manakala neg neg
lain menolak utk mengetahui eksistensinya
2. Teori Defacstoism

 Banyaknya kudeta yg trjd di negara2 khususnya


kwsn Amerika Latin, Afrika dan Asia, Thomas
Jefferson mencoba utk memberikan penilaian
yg obyektif thdp kriteria pemerintah yg lahir
sec inkonstitusional utk layak diakui.
 Parameternya:
- menguasai sec efektif organ2 pemerintahan
yg ada
- mendpt dukungan dr rakyat
3. Teori Legitimasi
Konstitutif
 Men. Tobar  ktk trjd pergantian pemerintah
sec inkonstitusional sebaiknya pengakuan
diberikan stlh pemerintah baru mndpt
legitimasi konstitusional dlm huk Nas Neg
stmpt.
4. Teori Stimson

 Men Stimson: pengakuan tdk perlu diberikan


trhdp pemerinth baru yg lahir dr kudeta
 Teori ini mencegah tjd nya kudeta suatu negara
krn akn menimbulkan ketidakadilan pemerintah
yg berkuasa yg memiliki sifat otoriter, kejam
dan membuat rakyat menderita.
 Tdk ada cara demokratis yg dpt digunakan
rakyat utk menggulingkan rezim otoriter tsb
kecuali dg kudeta.

Anda mungkin juga menyukai