DISUSUN OLEH :
1. Angella Octavianna 2251061
2. Disawati 2251079
3. Sherly Tan 2251046
4. Weyni Andilsim 2251016
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM
KOTA BATAM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, makalah Hukum Kekeluargaan Adat ini dapat disusun
dengan lancar tanpa kendala tepat pada waktunya. Dalam proses penulisan makalah
ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pembimbing kami Emiliya Febriyani, S.H., M.H yang telah membantu
kami untuk menyusun makalah ini. Makalah ini disusun dengan tujuan utama untuk
membantu menjelaskan apa dan bagaimana sistem hukum kekeluargaan adat
diberlakukan di Indonesia.
Kami juga menyadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini, sama hal nya
dengan penulisan makalah ini yang masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam
penulisan maupun penggunaan kata. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, agar kami dapat melakukan pengembangan lagi. Besar
harapan kami agar makalah ini dapat membantu berbagai pihak yang membutuhkan
informasi pada makalah ini.
Ketua Kelompok
Angella Octavianna
NIM. 2251061
ABSTRACT
Customary law until now is a dynamic law, which is a law that continues to
change along with the times and cannot be codified as well as not having the
principle of legality. Customary law is a rule that is made from human behaviours
and habits that grow and develop into rules that are obeyed both in written and
unwritten terms related to customs in their respective territories or regions that are
maintained through the self-awareness of society community members. Customary
laws cover a variety of basic principles that are recognized and enforced in
Indonesia. One of them is the customary family law, the customary law of family is a
law that regulates over how a person's degree as a member of relatives (family), the
degree of the child towards the parents and vice versa, the degree of the child towards
the relative and vice versa, and the guardianship of the child.
ABSTRAK
Hukum adat hingga kini merupakan hukum yang bersifat dinamis, yaitu hukum
yang terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman serta tidak
bisa dikodifikasi dan tidak memiliki asas legalitas. Hukum adat merupakan aturan
yang dibuat dari tingkah laku dan kebiasaan manusia yang tumbuh serta berkembang
menjadi peraturan yang ditaati baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang
berhubungan dengan adat di wilayah atau daerah masing-masing yang
dipertahankan melalui kesadaran diri anggota masyarakat. Hukum adat mencakup
berbagai asas pokok yang diakui dan diberlakukan di Indonesia. Salah satunya
adalah hukum kekeluargaan adat, hukum adat kekeluargaan adat merupakan hukum
yang mengatur tentang bagaimana derajat seseorang sebagai anggota kerabat
(keluarga), derajat anak terhadap orang tua dan sebaliknya, derajat anak terhadap
kerabat dan sebaliknya, dan perwalian anak.
Sebelum disebut sebagai hukum adat, dulu dikenal dengan istilah Adat Recht
yang berasal dari bahasa Belanda. Istilah Adat Recht pertama kali dikemukakan
oleh Prof. Snouck Hurgronje yang merupakan seorang ahli sastra dan penasihat
urusan pribumi untuk pemerintahan kolonial Hindia Belanda dalam bukunya
yang berjudul De Atjehers pada tahun 1893. Prof. Snouck Hurgronje
mengartikan Adat Recht atau hukum adat sebagai “Adats die rechts gevolgen
hebben” (Adat yang memiliki akibat hukum). Hukum adat yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat memiliki konsekuensi tersendiri yaitu sanksi bagi
yang dianggap melanggar. Sanksi adat dapat berupa pemberian persembahan,
melakukan ritual tertentu, atau membayar denda adat.
Istilah Adat Recht kemudian dikutip dan digunakan oleh Van Vollenhoven
sebagai istilah teknis yuridis, yaitu untuk menunjukkan kepada apa yang
sebelumnya disebut dengan Undang-Undang agama, lembaga rakyat,
kebiasaan, dan sebagainya.
Hukum adat bersifat dinamis, yang berarti hukum adat adalah hukum yang
terus mengalami pertumbuhan seiring dengan mengikuti perkembangan zaman
dan kebutuhan manusia sehingga hukum adat juga bersifat plastis, fleksibel,
elastis dan dapat menyesuaikan diri. Selain dari itu salah satu bentuk dari
hukum adat yaitu tidak dikodifikasikan, sehingga tidak memiliki asas legalitas.
Keberadaan hukum adat tidak akan dapat dihapus, digeser maupun dihilangkan
dari proses untuk membangun hukum nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari
pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang mana menyebutkan “Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
dalam undang-undang”.
Hukum adat dapat berasal dari berbagai sumber-sumber, salah satunya adalah
yurisprudensi adat. Yang dimaksud dengan yurisprudensi adat adalah
keputusan-keputusan hakim sebelumnya terhadap satu masalah yang sama,
yang kemudian memunculkan suatu pola atau motif yang valid. Hasil-hasil
penelitian dahulu tentang hukum adat, doktrin terhadap hukum adat, serta
kitab-kitab hukum yang pernah dikeluarkan oleh raja-raja di masa lalu juga
dapat disebut sebagai sumber-sumber hukum adat.
Lebih lanjut ke pembahasan terkait hukum adat, terdapat berbagai asas pokok
hukum adat yang diakui dan diberlakukan di Indonesia seperti hukum
perorangan, hukum kekeluargaan, hukum perkawinan adat, hukum adat waris,
dan lain-lain. Yang dimana dalam makalah ini akan menjelaskan secara rinci
apa yang dimaksud dengan hukum kekeluargaan adat.
1.2 Rumusan Masalah
Hukum kekeluargaan adat juga memiliki pengertian menurut para ahli, yaitu:
Istilah hukum kekeluargaan tidak akan pernah lepas dari kata keturunan.
Makna dari keturunan sendiri adalah penerus garis keturunan orang tua, atau
yang dapat disebut sebagai anak. Maka dalam masyarakat hukum adat
keturunan merupakan salah satu aspek yang sangat penting kedudukannya
dalam hukum kekeluargaan, oleh karena itu terdapat berbagai golongan-
golongan atau jenis-jenis hubungan keturunan atau anak. Berikut adalah
contoh-contoh hubungan keturunan dalam hukum kekeluargaan, yaitu:
Jika sudah mengadopsi anak, maka sang anak secara legal telah menjadi anak
kandung yang mengadopsi dan anak tersebut tidak boleh kembali ke orang tua
kandungnya. Untuk mengangkat anak, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
yaitu :
a. Hukum Perkawinan
Pembahasan mengenai subjek hukum perkawinan pada dasarnya
membicarakan perkawinan yang boleh dilaksanakan siapa dengan siapa. Kosa
kata siapa mengandung pengertian bahwa yang dapat melaksanakan
perkawinan hanya subjek hukum yang dinamakan pribadi kodrati. Contohnya
pada masyarakat Batak, Minangkabau, Lampung, Jawa, Bugis (Makassar),
Minahasa, Kalimantan Tengah, Timor, dan Bali.
b. Keturunan
Perkawinan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keturunan. Begitu
pentingnya hal keturunan, sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah
misalnya karena tidak adanya keturunan (anak) yang dapat menyebabkan
perceraian, poligami, pengadopsian anak, dan lainnya.
d. Perwalian
Perwalian adalah wakil terhadap anak dibawah umur yang orang tuanya tidak
berada dalam kekuasaan/tanggung jawab dari anak tersebut, serta menguruskan
benda atau kekayaan dari anak tersebut sebagaimana diatur oleh undang-
undang.
Biasanya anak yang memerlukan perwalian tersebut anak yang ditinggal mati
oleh orang tua, bercerai, dan pencabutan dari kekuasaan orang tua.
Berdasarkan sifat dan kedudukannya, keturunan dibagi menjadi dua menurut Prof.
Bushar Muhammad, yaitu:
Hukum kekeluargaan adat adalah hukum yang mengatur tentang bagaimana derajat
seseorang sebagai anggota kerabat (keluarga), derajat anak terhadap orang tua dan
sebaliknya, derajat anak terhadap kerabat dan sebaliknya, dan perwalian anak. Makna
dari keturunan sendiri adalah penerus garis keturunan orang tua, atau yang dapat
disebut sebagai anak. Maka dalam masyarakat hukum adat keturunan merupakan
salah satu aspek yang sangat penting kedudukannya dalam hukum kekeluargaan, oleh
karena itu terdapat berbagai golongan-golongan atau jenis-jenis hubungan keturunan
atau anak yakni, hubungan anak dengan orangtuanya, hubungan anak dengan
kerabatnya, pemeliharaan anak yatim piatu, pengangkatan anak (adopsi). Pada
dasarnya di Indonesia terdapat 3 (tiga) sistem kekeluargaan, yaitu garis patrilineal,
garis matrilineal, dan garis parental.Secara umum, hukum kekeluargaan adat juga
mencakup berbagai bidang-bidang sebagai titik tolak dan ruang lingkup yang terdiri
atas, hukum perkawinan, keturunan, kekuasaan orang tua, perwalian.
Hubungan hukum adat dengan kerabatnya atau sebaliknya tidak diatur dalam undang-
undang, tetapi hak dan kewajiban anak tetap berlaku untuk di terapkan masyarakat
hukum adat dalam lingkungan adatnya masing-masing. Hukum adat mengatur tentang
hubungan anak dengan kerabat nya yang sesuai dengan keadaan sosial dalam
masyarakat dimana yang bersangkutan berdasarkan dari sistem keturunannya.
Berdasarkan sifat dan kedudukannya, keturunan dibagi menjadi dua menurut Prof.
Bushar Muhammad, yaitu lurus dan menyimpang atau bercabang.
DAFTAR PUSAKA
BIODATA KETUA PELAKSANA
A. Identitas Diri
4 NPM 2251061
Pihak Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan karya tulis ini.
Batam, 25 Oktober
2022
Ketua Kelompok
Angella Octavianna
NIM. 2251061