Anda di halaman 1dari 16

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN 22/23

MAKALAH HUKUM ADAT


Kajian Hukum Kekeluargaan Adat secara Komprehensif

DISUSUN OLEH :
1. Angella Octavianna 2251061
2. Disawati 2251079
3. Sherly Tan 2251046
4. Weyni Andilsim 2251016

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM
KOTA BATAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, makalah Hukum Kekeluargaan Adat ini dapat disusun
dengan lancar tanpa kendala tepat pada waktunya. Dalam proses penulisan makalah
ini, kami tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Dosen Pembimbing kami Emiliya Febriyani, S.H., M.H yang telah membantu
kami untuk menyusun makalah ini. Makalah ini disusun dengan tujuan utama untuk
membantu menjelaskan apa dan bagaimana sistem hukum kekeluargaan adat
diberlakukan di Indonesia.

Sesuai dengan namanya, hukum kekeluargaan adat mengatur tentang bagaimana


kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota keluarga, kedudukan anak terhadap
orang tua dan sebaliknya, kedudukan anak terhadap kerabat dan sebaliknya, dan
masalah perwalian anak. Kehadiran hukum kekeluargaan adat di Indonesia akan
dibahas lebih rinci di salah satu bab makalah ini untuk memperjelas dan
memperdalam pemahaman pembaca.

Kami juga menyadari bahwa tidak ada yang sempurna didunia ini, sama hal nya
dengan penulisan makalah ini yang masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam
penulisan maupun penggunaan kata. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun, agar kami dapat melakukan pengembangan lagi. Besar
harapan kami agar makalah ini dapat membantu berbagai pihak yang membutuhkan
informasi pada makalah ini.

Batam, 25 Oktober 2022

Ketua Kelompok

Angella Octavianna

NIM. 2251061
ABSTRACT

Customary law until now is a dynamic law, which is a law that continues to
change along with the times and cannot be codified as well as not having the
principle of legality. Customary law is a rule that is made from human behaviours
and habits that grow and develop into rules that are obeyed both in written and
unwritten terms related to customs in their respective territories or regions that are
maintained through the self-awareness of society community members. Customary
laws cover a variety of basic principles that are recognized and enforced in
Indonesia. One of them is the customary family law, the customary law of family is a
law that regulates over how a person's degree as a member of relatives (family), the
degree of the child towards the parents and vice versa, the degree of the child towards
the relative and vice versa, and the guardianship of the child.

Keywords: Custom, Law, Descendants, Rules, Family.

ABSTRAK

Hukum adat hingga kini merupakan hukum yang bersifat dinamis, yaitu hukum
yang terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman serta tidak
bisa dikodifikasi dan tidak memiliki asas legalitas. Hukum adat merupakan aturan
yang dibuat dari tingkah laku dan kebiasaan manusia yang tumbuh serta berkembang
menjadi peraturan yang ditaati baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang
berhubungan dengan adat di wilayah atau daerah masing-masing yang
dipertahankan melalui kesadaran diri anggota masyarakat. Hukum adat mencakup
berbagai asas pokok yang diakui dan diberlakukan di Indonesia. Salah satunya
adalah hukum kekeluargaan adat, hukum adat kekeluargaan adat merupakan hukum
yang mengatur tentang bagaimana derajat seseorang sebagai anggota kerabat
(keluarga), derajat anak terhadap orang tua dan sebaliknya, derajat anak terhadap
kerabat dan sebaliknya, dan perwalian anak.

Kata Kunci: Adat, Hukum, Keturunan, Aturan, Keluarga.


DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara maritim yang telah diakui oleh seluruh


penjuru di dunia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdapat
17.508 pulau terdiri dari Sabang hingga Merauke. Hal tersebut pun
mengakibatkan terlahirnya banyak suku bangsa di tanah air yang telah tersebar
di berbagai wilayah di Indonesia. Hasil dari keberagaman suku bangsa pun
menyebabkan penerapan norma dan nilai-nilai yang berbeda di setiap suku,
masing-masing suku memiliki norma dan nilai yang telah melekat dan ditaati
oleh setiap anggota masyarakat. Karena norma merupakan aturan tidak tertulis
yang telah disepakati bersama oleh kelompok sosial sebagai acuan atau standar
perilaku seseorang dalam lingkungan bermasyarakat.

Perilaku anggota masyarakat yang kerap menaati aturan tidak tertulis


menunjukkan bahwa telah terbentuknya sebuah sistem hukum di kalangan
masyarakat, yang dapat juga disebut sebagai hukum adat. Hukum adat adalah
aturan yang dibuat dari tingkah laku atau kebiasaan manusia yang tumbuh dan
berkembang sehingga menjadi sebuah hukum yang ditaati secara tertulis
maupun tidak tertulis yang berhubungan dengan adat di wilayah masing-
masing yang dipertahankan melalui kesadaran anggota masyarakat.

Sebelum disebut sebagai hukum adat, dulu dikenal dengan istilah Adat Recht
yang berasal dari bahasa Belanda. Istilah Adat Recht pertama kali dikemukakan
oleh Prof. Snouck Hurgronje yang merupakan seorang ahli sastra dan penasihat
urusan pribumi untuk pemerintahan kolonial Hindia Belanda dalam bukunya
yang berjudul De Atjehers pada tahun 1893. Prof. Snouck Hurgronje
mengartikan Adat Recht atau hukum adat sebagai “Adats die rechts gevolgen
hebben” (Adat yang memiliki akibat hukum). Hukum adat yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat memiliki konsekuensi tersendiri yaitu sanksi bagi
yang dianggap melanggar. Sanksi adat dapat berupa pemberian persembahan,
melakukan ritual tertentu, atau membayar denda adat.

Istilah Adat Recht kemudian dikutip dan digunakan oleh Van Vollenhoven
sebagai istilah teknis yuridis, yaitu untuk menunjukkan kepada apa yang
sebelumnya disebut dengan Undang-Undang agama, lembaga rakyat,
kebiasaan, dan sebagainya.

Hukum adat bersifat dinamis, yang berarti hukum adat adalah hukum yang
terus mengalami pertumbuhan seiring dengan mengikuti perkembangan zaman
dan kebutuhan manusia sehingga hukum adat juga bersifat plastis, fleksibel,
elastis dan dapat menyesuaikan diri. Selain dari itu salah satu bentuk dari
hukum adat yaitu tidak dikodifikasikan, sehingga tidak memiliki asas legalitas.
Keberadaan hukum adat tidak akan dapat dihapus, digeser maupun dihilangkan
dari proses untuk membangun hukum nasional. Hal tersebut dapat dilihat dari
pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang mana menyebutkan “Negara mengakui dan
menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak
tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan
masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur
dalam undang-undang”.

Hukum adat dapat berasal dari berbagai sumber-sumber, salah satunya adalah
yurisprudensi adat. Yang dimaksud dengan yurisprudensi adat adalah
keputusan-keputusan hakim sebelumnya terhadap satu masalah yang sama,
yang kemudian memunculkan suatu pola atau motif yang valid. Hasil-hasil
penelitian dahulu tentang hukum adat, doktrin terhadap hukum adat, serta
kitab-kitab hukum yang pernah dikeluarkan oleh raja-raja di masa lalu juga
dapat disebut sebagai sumber-sumber hukum adat.

Terdapat berbagai wilayah di Indonesia yang memberlakukan hukum adat yang


masing-masing memiliki perbedaan atau corak tersendiri. Ada beragam istilah
yang dapat digunakan untuk menamai hukum adat di masing-masing daerah
lokal di Indonesia. Seperti awig-awig yang ditaati oleh suku Bali, tulau yang
ditaati oleh suku Mentawai, segulaha yang ditaati oleh suku Ternate, dan masih
banyak lagi.

Lebih lanjut ke pembahasan terkait hukum adat, terdapat berbagai asas pokok
hukum adat yang diakui dan diberlakukan di Indonesia seperti hukum
perorangan, hukum kekeluargaan, hukum perkawinan adat, hukum adat waris,
dan lain-lain. Yang dimana dalam makalah ini akan menjelaskan secara rinci
apa yang dimaksud dengan hukum kekeluargaan adat.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, antara lain:

 Apa yang dimaksud hukum kekeluargaan adat?


 Bagaimanakah sistem hukum kekeluargaan adat di Indonesia?
 Apa sajakah contoh hukum kekeluargaan adat?

1.3 Tujuan Masalah

Adapun tujuan masalah dalam makalah ini, antara lain:

 Memahami apa yang dimaksud dengan hukum kekeluargaan adat.


 Mengetahui bagaimana sistem hukum kekeluargaan adat di Indonesia.
 Mengetahui contoh-contoh hukum kekeluargaan adat.

1.4 Manfaat Penulisan

Menurut pandangan teoritis, manfaat mempelajari dan memahami


hukum adat adalah untuk kepentingan ilmu hukum adat itu sendiri. Dengan
kata lain yaitu ilmu untuk ilmu. Hukum adat merupakan hukum asli bangsa
serta merupakan sumber materi berpotensial untuk pembentukan hukum positif
dan pembangunan tata hukum di Indonesia, sehingga memahami pengertian
dari hukum adat akan melahirkan banyak manfaat untuk warga negara.

Hukum kekeluargaan adat juga masih kerap digunakan di lapangan perdata,


terutama perkara waris. Selain itu secara faktual juga masih banyak terdapat
eksistensi Indigenous People di pelosok pedalaman di Indonesia, hal itu
mengakibatkan dengan mempelajari ilmu hukum kekeluargaan adat secara
lebih detail akan membuat masyarakat umum mengenal lebih dalam terkait
pemberlakuan hukum-hukum kekeluargaan di berbagai wilayah di Indonesia,
khususnya pada kehidupan sehari-hari yang dimana ketaatan dan
pemberlakuan hukum kekeluargaan masih sangat tinggi.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian

Keluarga adalah sekumpulan orang yang bersatu dengan adanya ikatan


perkawinan, darah, dan adopsi yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga
memiliki peran utama yang penting sebagai pembimbing anggota-anggota
keluarga agar dapat beradaptasi di lingkungan bermasyarakat. Dalam hukum
adat ada juga yang disebut hukum kekeluargaan adat. Istilah hukum
kekeluargaan adat tidak hanya terdiri atas satu sebagai kesatuan, melainkan
terdapat berbagai istilah yang dapat digunakan untuk pemakaian istilah hukum
kekeluargaan adat. Seperti pemakaian istilah Hukum Keluarga oleh Soerjono
Soekanto, istilah Hukum Kekeluargaan oleh Djaren Saragih dan Soerojo
Wignyodipuro. Secara umum pengertian yang terdapat dalam hukum
kekeluargaan adat menurut para ahli, yakni:

Hukum kekeluargaan adat juga memiliki pengertian menurut para ahli, yaitu:

1. Menurut Prof. Soedirman Kartohadiprodjo, S.H,. Hukum keluarga ialah


kesemuanya kaidah-kaidah hukum yang menentukan syarat-syarat dan caranya
mengadakan hubungan abadi serta seluruh akibatnya.
2. Menurut Prof. Mr. Dr. L. Van Apeldoorn, Hukum keluarga (familierecht) ialah
peraturan hubungan hukum yang timbul dari hubungan keluarga.
3. Menurut Djaren Saragih, Hukum keluarga ialah sekumpulan kaidah-kaidah
hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum yang ditimbulkan oleh
hubungan biologis. (Djaren Saragih,1980, h.123)
4. Menurut Prof.Ali Afandi,SH., Hukum keluarga ialah keseluruhan ketentuan
yang mengenai hubungan hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan
sedarah dan kekeluargaan perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang tua,
perwalian, pengampuan, keadaan tidak hadir).
5. Menurut Salim HS, Hukum keluarga adalah keseluruhan dari kaidah (norma)
hukum (baik tertulis maupun tidak tertulis) yang mengatur mengenai hubungan
hukum atas pernikahan, perceraian, harta benda di dalam pernikahan,
kekuasaan orang tua, perwalian dan pengampun.
6. Menurut Tahir Mahmood, Hukum keluarga ialah prinsip-prinsip hukum yang
diterapkan atas dasar ketaatan beragama, berkaitan dengan hal-hal yang secara
umum diyakini memiliki aspek religius menyangkut peraturan keluarga,
pernikahan, perceraian, hubungan di dalam keluarga, kewajiban di dalam
rumah tangga, pemberian mas kawin, warisan, perwalian, dan lain-lain.
7. Menurut Ensiklopedia Indonesia, Algra menuliskan bahwa hukum keluarga
ialah mengatur hubungan hukum yang timbul dari ikatan keluarga.

Kesimpulan pengertian hukum kekeluargaan adat yang dapat ditarik dari


pendapat-pendapat ahli diatas adalah hukum kekeluargaan adat merupakan
hukum yang mengatur tentang bagaimana derajat seseorang sebagai anggota
kerabat (keluarga), derajat anak terhadap orang tua dan sebaliknya, derajat anak
terhadap kerabat dan sebaliknya, dan perwalian anak. Akibat hukum yang
ditimbulkan dari adanya hubungan biologis atau hubungan darah antara pria
dan wanita yang menyebabkan terciptanya ikatan perkawinan antara orang
seorang dengan orang lain.

2.2 Sistem Kekeluargaan di Indonesia

Untuk memahami sistem kekeluargaan yang berlaku di Indonesia, kita


perlu dulu mengetahui dan memahami apa saja sistem kekeluargaan umum
yang berlaku di negara Indonesia.

Sistem kekeluargaan perlu dipahami oleh setiap orang sebab sistem


kekeluargaan merupakan solusi untuk dapat mengerti permasalahan-
permasalahan yang kelak akan muncul, yaitu antara lain sejauh mana adanya
ikatan atau hubungan hukum dan hubungan kekeluargaan antara satu orang ke
orang lain. Sehingga dengan lebih dahulu memahami hubungan-hubungan
yang ada akan dapat membantu dalam mengetahui apakah ada halangan atau
larangan apabila diantara kedua orang tersebut ada pihak yang ingin melakukan
perkawinan, serta agar dapat mengetahui apakah kedua orang tersebut memiliki
kewenangan atau tidak untuk diakui sebagai ahli waris.

Pada dasarnya di Indonesia terdapat 3 (tiga) sistem kekeluargaan, yaitu


merupakan suatu cara untuk melihat atau menarik keturunan sehingga dapat
mengetahui identitas seorang individu dan posisinya sebagai bagian dari suatu
hubungan kekerabatan masyarakat tertentu. Apakah mereka merupakan
hubungan sedarah, tidak sedarah, atau memiliki ikatan tertentu?

2.3 Hubungan Keturunan dalam Hukum Kekeluargaan

Istilah hukum kekeluargaan tidak akan pernah lepas dari kata keturunan.
Makna dari keturunan sendiri adalah penerus garis keturunan orang tua, atau
yang dapat disebut sebagai anak. Maka dalam masyarakat hukum adat
keturunan merupakan salah satu aspek yang sangat penting kedudukannya
dalam hukum kekeluargaan, oleh karena itu terdapat berbagai golongan-
golongan atau jenis-jenis hubungan keturunan atau anak. Berikut adalah
contoh-contoh hubungan keturunan dalam hukum kekeluargaan, yaitu:

a.) Hubungan anak dengan orang tuanya.


Anak memiliki peranan yang sangat penting dalam tatanan kedudukan
keluarga, keberadaan seorang anak dapat membuat keluarga terasa lebih
lengkap. Seorang anak harus menghargai, menghormati, dan berbakti kepada
orang tuanya. Orang tua akan melakukan yang terbaik untuk membahagiakan
dan mensukseskan anak nya. Sebab menurut orang tua, anak bukan hanya
sebagai generasi penerus tetapi juga sebagai pelindung orang tua di masa yang
akan datang.
Anak kandung adalah anak yang lahir dari benih dan kandungan sendiri hasil
dari perkawinan sah seorang pria dan seorang wanita yang kelak akan menjadi
ayah dan ibu dari anak tersebut. Hal ini merupakan peristiwa yang sudah biasa
terjadi di masyarakat. Perkawinan yang sah menurut hukum adat maupun
dalam aturan yang telah diatur dalam Undang Undang No.1 Tahun 1974 yaitu
apabila perkawinan tersebut telah dilangsungkan menurut hukum agama dan
kepercayaannya seperti yang telah dicantum dalam Pasal 2 Ayat 1 UU
Perkawinan. Namun di dalam masyarakat, tidak semua pasangan melakukan
perkawinan yang sah sehingga menyebabkan hal-hal yang tidak tidak lazim.
Hal-hal tersebut menimbulkan beberapa akibat, seperti anak yang lahir di luar
perkawinan dan anak yang lahir karena perbuatan zinah.

b.) Hubungan anak dengan kerabatnya.


Hubungan hukum adat dengan kerabatnya atau sebaliknya tidak diatur dalam
Undang Undang, tetapi hak dan kewajiban anak tetap berlaku untuk diterapkan
masyarakat hukum adat dalam lingkungan adatnya masing-masing. Hukum
adat mengatur tentang hubungan anak dengan kerabatnya yang sesuai dengan
keadaan sosial dalam masyarakat dimana yang bersangkutan berdasarkan dari
sistem keturunannya. Yaitu garis keturunan ibu dan bapak (Parental), garis
keturunan ibu (Matrilineal), dan garis keturunan bapak (Patrilineal).

 Dalam lingkungan masyarakat adat patrilineal.


Patrilineal berasal dari dua kata yaitu pater dalam bahasa Latin yang berarti
“bapak” dan linea yang berarti garis. Kekerabatan patrilineal adalah sistem
kekerabatan yang garis keturunan dari pihak ayah atau dari pihak laki-laki,
seperti anak tidak hanya harus menghormat kepada ibu dan bapak tetapi juga
kepada para paman. Semua paman atau saudara juga ikut bertanggung jawab
penuh untuk pengurusan terhadap kemenakan yakni kerabat lelaki dari ayah.

 Dalam lingkungan masyarakat adat matrilineal.


Secara etimologis, Matrilineal berasal dari dua kata yaitu, Matri dalam bahasa
Latin yang berarti “Ibu” dan linea yang berarti garis. Kekerabatan matrilineal
yakni sistem kekerabatan garis keturunan dari pihak perempuan. Hubungan
antara anak dengan keluarga dari pihak ibu adalah jauh lebih erat dan jauh
dianggap lebih penting daripada hubungan antara anak dengan keluarga pihak
dari bapak. Tetapi hal tersebut juga tidak melupakan kerabat dari pihak bapak,
seperti di Minangkabau keluarga pihak bapak yang disebut “bako kaki” dalam
upacara-upacara selalu turut hadir, bahkan pada saat tertentu pihak bapak ikut
memberi bantuan dalam merawat anak.

 Dalam lingkungan masyarakat adat parental atau bilateral.


Secara etimologis, kata bilateral berasal dari kata parens dalam bahasa Latin
yang berarti orang tua. Kekerabatan parental adalah garis kekerabatan yang
menarik garis keturunan dari orang tua baik dari pihak perempuan ataupun
pihak laki-laki secara bersama-sama. Seperti seorang anak akan terikat dengan
kedua orangtuanya sekaligus kerabat ayah-ibunya secara bilateral. Dampak
sistem kekerabatan bilateral ini ialah berlakunya peraturan yang sama
mengenai perkawinan, penghormatan, pewarisan, dan lain-lain. Penganut
sistem ini hanya berlaku pada masyarakat suku Jawa, suku Makassar, suku
Sunda, suku Madura, suku Bugis, dan lain-lain.

c.) Pemeliharaan anak yatim piatu


Apabila kedua pihak orang tua anak telah meninggal dunia ketika anak belum
dewasa, maka anak akan dirawat dan menjadi tanggung jawab dari kerabat
ayah atau ibu terdekat dengan anak tersebut hingga ketika sang anak tersebut
telah dewasa dan dapat hidup secara mandiri. Jika pihak ayah yang meninggal
dunia ketika sang anak belum dewasa, maka dalam masyarakat patrilineal sang
ibu yang akan mendidik dan merawat anak tersebut. Tetapi ibu beserta anak
akan menjadi tanggung jawab dan tetap berdomisili di sekitar lingkungan
kerabat mendiang suaminya. Sistem ini dianut seperti dalam suku Batak dan
suku Bali.

d.) Pengangkatan anak (adopsi).


Anak atau keturunan dalam suatu keluarga sangat dibutuhkan untuk
meneruskan kekerabatannya. Jika suatu keluarga tidak memiliki keturunan,
keluarga tersebut dapat mengadopsi anak. Pengangkatan anak atau
pengadopsian anak tidak hanya boleh dilakukan apabila suatu keluarga tidak
memiliki keturunan, apabila suatu keluarga tidak memiliki anak laki-laki
(patrilineal) atau anak perempuan (matrilineal) untuk meneruskan
kekerabatannya maka boleh melakukan pengangkatan anak.

Jika sudah mengadopsi anak, maka sang anak secara legal telah menjadi anak
kandung yang mengadopsi dan anak tersebut tidak boleh kembali ke orang tua
kandungnya. Untuk mengangkat anak, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
yaitu :

1. Calon orang tua angkat berusia minimal 30 tahun dan maksimal 55


tahun.
2. Calon orang tua angkat harus seagama dengan anak angkat.
3. Calon orang tua angkat mampu dalam hal ekonomi.
4. Menyerahkan surat sehat jasmani dan rohani.
5. Bukti pernikahan yang sah minimal 5 tahun menikah.

2.4 Bidang-bidang dalam Hukum Kekeluargaan

Secara umum, hukum kekeluargaan adat juga mencakup berbagai bidang-bidang


sebagai titik tolak dan ruang lingkup nya, yaitu:

a. Hukum Perkawinan
Pembahasan mengenai subjek hukum perkawinan pada dasarnya
membicarakan perkawinan yang boleh dilaksanakan siapa dengan siapa. Kosa
kata siapa mengandung pengertian bahwa yang dapat melaksanakan
perkawinan hanya subjek hukum yang dinamakan pribadi kodrati. Contohnya
pada masyarakat Batak, Minangkabau, Lampung, Jawa, Bugis (Makassar),
Minahasa, Kalimantan Tengah, Timor, dan Bali.

b. Keturunan
Perkawinan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keturunan. Begitu
pentingnya hal keturunan, sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah
misalnya karena tidak adanya keturunan (anak) yang dapat menyebabkan
perceraian, poligami, pengadopsian anak, dan lainnya.

c. Kekuasaan orang tua


Dalam ikatan perkawinan atau adopsi (pengangkatan anak) akan menghasilkan
keturunan. Hal tersebut menimbulkan adanya kekuasaan yang dimiliki oleh
orang tua sebagai wali anak, yang dimana dalam hukum adat kekuasaan
tersebut bersifat timbal balik antara orang tua dengan anak.

d. Perwalian
Perwalian adalah wakil terhadap anak dibawah umur yang orang tuanya tidak
berada dalam kekuasaan/tanggung jawab dari anak tersebut, serta menguruskan
benda atau kekayaan dari anak tersebut sebagaimana diatur oleh undang-
undang.
Biasanya anak yang memerlukan perwalian tersebut anak yang ditinggal mati
oleh orang tua, bercerai, dan pencabutan dari kekuasaan orang tua.

Berdasarkan sifat dan kedudukannya, keturunan dibagi menjadi dua menurut Prof.
Bushar Muhammad, yaitu:

1. Lurus. Maksudnya adalah apabila seseorang merupakan keturunan langsung


yang rangkaiannya dilihat dari bawah ke atas, misalnya dari anak, bapak,
hingga kakek. Sedangkan sebaliknya apabila rangkaian keturunannya dilihat
dari atas ke bawah, misalnya dari kakek, bapak, hingga anak. Maka dapat
disebut sebagai rangkaian keturunan yang dilihat dari atas ke bawah.

2. Menyimpang atau Bercabang. Maksudnya adalah apabila antara kedua orang


atau lebih terdapat adanya ketunggalan leluhur, misalnya yang disebut sebagai
“sepupu”, yang bapak ibunya sama (saudara kandung), ataupun yang kakek
neneknya sama, dan lain sebagainya. (Bushar Muhammad; 2006, hal:4).

3. Adanya hubungan sedarah antara seseorang dengan orang lain.


BAB 3
KESIMPULAN

Hukum kekeluargaan adat adalah hukum yang mengatur tentang bagaimana derajat
seseorang sebagai anggota kerabat (keluarga), derajat anak terhadap orang tua dan
sebaliknya, derajat anak terhadap kerabat dan sebaliknya, dan perwalian anak. Makna
dari keturunan sendiri adalah penerus garis keturunan orang tua, atau yang dapat
disebut sebagai anak. Maka dalam masyarakat hukum adat keturunan merupakan
salah satu aspek yang sangat penting kedudukannya dalam hukum kekeluargaan, oleh
karena itu terdapat berbagai golongan-golongan atau jenis-jenis hubungan keturunan
atau anak yakni, hubungan anak dengan orangtuanya, hubungan anak dengan
kerabatnya, pemeliharaan anak yatim piatu, pengangkatan anak (adopsi). Pada
dasarnya di Indonesia terdapat 3 (tiga) sistem kekeluargaan, yaitu garis patrilineal,
garis matrilineal, dan garis parental.Secara umum, hukum kekeluargaan adat juga
mencakup berbagai bidang-bidang sebagai titik tolak dan ruang lingkup yang terdiri
atas, hukum perkawinan, keturunan, kekuasaan orang tua, perwalian.

Hubungan hukum adat dengan kerabatnya atau sebaliknya tidak diatur dalam undang-
undang, tetapi hak dan kewajiban anak tetap berlaku untuk di terapkan masyarakat
hukum adat dalam lingkungan adatnya masing-masing. Hukum adat mengatur tentang
hubungan anak dengan kerabat nya yang sesuai dengan keadaan sosial dalam
masyarakat dimana yang bersangkutan berdasarkan dari sistem keturunannya.
Berdasarkan sifat dan kedudukannya, keturunan dibagi menjadi dua menurut Prof.
Bushar Muhammad, yaitu lurus dan menyimpang atau bercabang.
DAFTAR PUSAKA
BIODATA KETUA PELAKSANA

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap Angella Octavianna

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Program Studi Ilmu Hukum

4 NPM 2251061

5 Tempat dan Tanggal Lahir Tanjung Pinang, 17 oktober 2004

6 Alamat E-mail 2251061.angella@uib.edu

7 Nomor Telepon 0811 6911 710

B. Kegiatan Kemahasiswaan yang Sedang/Pernah Diikuti

Status dalam Waktu dan


No Jenis Kegiatan
Kegiatan Tempat

C. Penghargaan yang Pernah Diterima

Pihak Pemberi
No Jenis Penghargaan Tahun
Penghargaan

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan karya tulis ini.

Batam, 25 Oktober
2022
Ketua Kelompok
Angella Octavianna

NIM. 2251061

Anda mungkin juga menyukai