Disusun oleh :
Ihya Lutfi Musfiroh (2019070043)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta kemudahan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW., yang kita nanti-natikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah pada mata kuliah Hukum Perdata dengan judul Perkawinan Adat Bali
dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, guna memperbaiki makalah ini dan
dapat membuat makalah yang lebih baik setelahnya. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
Latar Belakang.............................................................................................
Rumusan Masalah........................................................................................
Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................
Kesimpulan..................................................................................................
Saran............................................................................................................
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan menurut adat Bali merupakan suatu yang suci dan sakral, perkawinan
ditentukan oleh seorang resi, yang mampu melihat secara jelas, melebihi penglihatan
rohani, pasangan yang akan dikawinkan. Dengan pandangan seorang resi ahli atau
brahmana sista, cocok atau tidak cocoknya suatu pasangan pengantin akan dapat dilihat
dengan jelas.
Menurut adat Hindu Bali, pernikahan dilakukan di rumah calon pengantin laki-laki pada
hari yang dianggap baik oleh pendeta Hindu Bali. Biasanya pengantin baru tinggal
bersama keluarga laki-laki dalam satu pekarangan rumah. Ada dua macam pernikahan,
yaitu kawin lari, dan kawin ngidih. Kawin lari (cara kuno di Bali bagian Timur), di
mana perempuan meninggalkan rumahnya untuk menikah tanpa pengetahuan
orangtuanya, sudah jarang dilakukan. Cara pernikahan yang umum dilaksanakan adalah
kawin ngidih, di mana pihak laki-laki meminta kepada orangtua pihak
perempuan.Upacara perkawinan dilakukan di rumah Suami karena masyarakat Bali
memberlakukan sistem patriarki, sehingga dalam pelaksanan upacara perkawinan semua
biaya yang dikeluarkan untuk perkawinan tersebut menjadi tanggung jawab pihak
keluarga laki-laki.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkawinan menurut adat Bali?
4. Apa saja peralatan Upacara yang digunakan dalam perkawinan adat Bali?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perkawinan adat Bali
2. Untuk mengetahui jenis-jenis perkerkawinan yang ada di bali
3. Untuk mengetahui prosesi adat dalam perkawinan adat Bali
4. Untuk mengetahui peralatan upacara yang digunakan dalam perkawinan adat
Bali
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkawinan Menurut Adat Bali
Perkawinan di Bali dikenal dengan nama Pawiwahan yang dapat berarti "Patemining
purusa pradana, malarapan patunggalan kayun suka-cita, kadulurin upasaksi sekala-
niskala. Pawiwahan dari kata wiwaha yang merupakan bahasa Kawi artinya pesta
ketemuning pinanganten.
Sesuai hukum adat Bali, perkawinan itu bukan urusan pribadi dari orang yang menikah,
tetapi juga menjadi urusan keluarga dan adat di Bali sehingga perkawinan di Bali
disertai dengan upacara-upacara adat. Upacara yang umumnya biasa disebut Mekala-
kalaan (natab banten beten) atau ada yang menyebut mebyakaon. Dimana Pelaksaan
upacara ini dipimpin oleh seorang pemangku yang diadakan di halaman rumah sebagai
titik sentral kekuatan KalaBhucari yang dipercaya sebagai penguasa wilayah madyaning
mandala perumahan, upacara ini adalah sebagai pengesahan perkawinan antara kedua
mempelai dan sekaligus penyucian benih yang terkandung di dalam diri kedua
mempelai. Hal ini disebabkan perkawinan (wiwaha) adat Bali sangat diwarnai dengan
pengagungan kepada Tuhan sang pencipta.
1. Sistim Mapadik/Meminang/Meminta
Pihak calon suami meminta datang kerumah calon istri untuk mengadakan
perkawinan.
Bentuk perkawinan cinta sama cinta berjalan berdua/beserta keluarga laki secara
resmi tak diketahui keluarga perempuan.
Namun dalam perkembangan jaman yang semakin berubah ataupun dengan pengaruh
adat dan budaya ataupun berkaitan dengan tempat,waktu,keadaan ada beberapa hal
terkadang tidak dilakukan seperti prosesi Ngekeb, menggendong calon mempelai wanita
dan mungkah lawang. Namun prosesi lainnya tetap dilakukan.
1. Sanggah Surya
Kulkul berisi berem symbol kekuatan prakertinya Sang Hyang Widhi dan
bermanifestasi sebagai Sang Hyang
Simbol calon pengantin, yang diletakkan sebagai alas upacara mekala-kalaan serta
diduduki oleh calon pengantin.
Tikeh dadakan diduduki oleh pengantin wanita sebagai symbol selaput dara(hymen)
dari wanita. Kalau dipandang dari sudut spiritual, tikeh dadakan adalah sebagai
symbol kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni).
4. Keris
Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria.
Biasanya nyungklit keris, dipandang dari sisi spiritualnya sebagai lambing
kepurusan dari pengantin pria.
5. Benang Putih
Dalam mekala-kalaan dibuatkan benang putih sepanjang setengah meter, terdiri dari
12 bilahan benang menjadi satu, serta pada kedua ujung benang masing-masing
dikaitkan pada cabang pohon dapdap setinggi 30 cm.
Angka 12 berarti symbol dari sebel 12 hari, yang diambil dari cerita dihukumnya
Pandawa oleh Kurawa selama 12 tahun. Dengan upacara mekala-kalaan otomatis
sebel pengantin yang disebut sebel kandalan menjadi sirna dengan upacara
penyucian tersebut.
Dari segi spiritual benang ini sebagai symbol dari lapisan kehidupan, berarti sang
pengantin telah siap untuk meningkatkan alam kehidupannya dari Brahmacari
Asrama menuju alam Grhasta Asrama.
6. Tegen tegenan
Perangkat tegen-tegenan :
Batang tebu berarti hidup pengantin artinya bisa hidup bertahap seperti hal
tebu ruas demi ruas, secara manis
Berupa bakul yang dijinjing mempelai wanita, yang berisi talas, kunir, beras dan
bumbu-bumbuan melambangkan tugas wanita atau istri mengambangkan benih yang
diberikan suami, diharapkan seperti pohon kunir dan talas berasal drai bibit yang
kecil berkembang menjadi besar.
8. Dagang dagangan
Melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk membangun rumah tangga dan
siap menanggung segala Resiko yang timbul akibat perkawinan tersebut seperti
kesepakatan antar penjual dan pembeli dalam transaksi dagang.
Simbol kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir telor bebek, kemudian dicakup
kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri datu). Serabut kelapa
berbelah tiga symbol dari Triguna (satwam, rajas, tamas). Benang tridatu symbol
dari Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) mengisyaratkan kesucian.
Telor bebek symbol manik. Mempelai saling tending serabut kelapa (metanjung
sambuk) sebanyak tiga kali, setelah itu secara simbolis diduduki oleh pengantin
wanita. Apabila mengalami perselisihan agar bisa saling mengalah, serta secara
cepat di masing-masing individu menyadari langsung. Selalu ingat dengan
penyucian diri, agar kekuatan triguna dapat terkendali. Selesai upacara serabut
kelapa ini diletakkan di bawah tempat tidur mempelai.
10. Tetimpug
Bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh yang bertujuan memohon
penyupatan dari Sang Hyang Brahma.
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Semua tahapan perkawinan adat Bali dilakukan di rumah pengantin pria. Baru
setelah beberapa hari resmi menikah, pengantin wanita akan diantarkan kembali pulang
ke rumahnya untuk meminta izin kepada orang tua agar bisa tinggal bersama suami.
Perkawinan bagi masyarakat Bali menjadi bagian dalam sebuah persembahan suci
kepada Tuhan. Budaya Bali juga mengenal jenis perkawinan ngerorod / merangkat /
ngelayas yang merupakan cerminan kebebasan wanita Bali untuk memilih dan
menentukan jodohnya. Masyarakat Bali juga memberlakukan sistem patriarki, karena
dalam pelaksanan upacara perkawinan semua biaya yang dikeluarkan untuk hajatan
tersebut menjadi tanggung jawab pihak keluarga laki laki.
Disamping itu, masyarakat Bali juga masih mengenal sistem kasta dimana mereka
yang berasal dari kasta yang lebih tinggi biasanya akan tetap menjaga anak gadis atau
anak jejakanya agar jangan sampai menikah denagnkasta yang lebih rendah.
Dalam pelaksanaan perkawinan, setelah hari baik, termasuk jam baik yang cocok
dengan hari itu, ditentukan untuk melangsungkan tahapan upacara, kedua pihak
keluarga yang punya hajat menikahkan anak mereka bersiap melakukan sejumlah
serangkaian tahapan adat perkawinan.
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan dan
penyusunan kalimat, kami mohon maaf. Untuk itu kami sangat membutuhkan kritik dan
saran untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.balitoursclub.net/pernikahan-adat-di-bali/
https://mantenparty.co.id/70/peralatan-upacara-pernikahan-adat-bali/