Anda di halaman 1dari 11

PERKAWINAN ADAT BALI

Di Susun Guna Memenuhi Tugas Hukum Perdata

Dosen pengampu Ibu Rosa Kumalasari., S.H.,M.H

Disusun oleh :
Ihya Lutfi Musfiroh (2019070043)

HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN ( UNSIQ )

JAWA TENGAH DI WONOSOBO 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta kemudahan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW., yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah pada mata kuliah Hukum Perdata dengan judul “Perkawinan Adat Bali”
dengan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, guna memperbaiki makalah ini dan
dapat membuat makalah yang lebih baik setelahnya. Apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Wonosobo, 24 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover

Kata Pengantar...............................................................................................

Daftar Isi.........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................

Latar Belakang.............................................................................................
Rumusan Masalah........................................................................................
Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................

Pengertian Perkawinan Menurut Adat Bali.................................................


Jenis-jenis Perkawinan Menurut Adat Bali.................................................
Peosesi Adat Dalam Perkawinan Adat Bali................................................
Peralatan Upacara perkawinan adat Bali.....................................................
BAB III PENUTUP........................................................................................

Kesimpulan..................................................................................................
Saran............................................................................................................
Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkawinan menurut adat Bali merupakan suatu yang suci dan sakral, perkawinan
ditentukan oleh seorang resi, yang mampu melihat secara jelas, melebihi penglihatan
rohani, pasangan yang akan dikawinkan. Dengan pandangan seorang resi ahli atau
brahmana sista, cocok atau tidak cocoknya suatu pasangan pengantin akan dapat dilihat
dengan jelas.

Menurut adat Hindu Bali, pernikahan dilakukan di rumah calon pengantin laki-laki pada
hari yang dianggap baik oleh pendeta Hindu Bali. Biasanya pengantin baru tinggal
bersama keluarga laki-laki dalam satu pekarangan rumah. Ada dua macam pernikahan,
yaitu kawin lari, dan kawin ngidih. Kawin lari (cara kuno di Bali bagian Timur), di
mana perempuan meninggalkan rumahnya untuk menikah tanpa pengetahuan
orangtuanya, sudah jarang dilakukan. Cara pernikahan yang umum dilaksanakan adalah
kawin ngidih, di mana pihak laki-laki meminta kepada orangtua pihak
perempuan.Upacara perkawinan dilakukan di rumah Suami karena masyarakat Bali
memberlakukan sistem patriarki, sehingga dalam pelaksanan upacara perkawinan semua
biaya yang dikeluarkan untuk perkawinan tersebut menjadi tanggung jawab pihak
keluarga laki-laki.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian perkawinan menurut adat Bali?

2. Jenis-jenis perkawinan menurut adat Bali?

3. Bagaimana prosesi adat dalam perkawinan adat Bali?

4. Apa saja peralatan Upacara yang digunakan dalam perkawinan adat Bali?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perkawinan adat Bali
2. Untuk mengetahui jenis-jenis perkerkawinan yang ada di bali
3. Untuk mengetahui prosesi adat dalam perkawinan adat Bali
4. Untuk mengetahui peralatan upacara yang digunakan dalam perkawinan adat
Bali

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkawinan Menurut Adat Bali

Perkawinan di Bali dikenal dengan nama Pawiwahan yang dapat berarti "Patemining
purusa pradana, malarapan patunggalan kayun suka-cita, kadulurin upasaksi sekala-
niskala. Pawiwahan dari kata wiwaha yang merupakan bahasa Kawi artinya pesta
ketemuning pinanganten.

Sesuai hukum adat Bali, perkawinan itu bukan urusan pribadi dari orang yang menikah,
tetapi juga menjadi urusan keluarga dan adat di Bali sehingga perkawinan di Bali
disertai dengan upacara-upacara adat. Upacara yang umumnya biasa disebut Mekala-
kalaan (natab banten beten) atau ada yang menyebut mebyakaon. Dimana Pelaksaan
upacara ini dipimpin oleh seorang pemangku yang diadakan di halaman rumah sebagai
titik sentral kekuatan KalaBhucari yang dipercaya sebagai penguasa wilayah madyaning
mandala perumahan, upacara ini adalah sebagai pengesahan perkawinan antara kedua
mempelai dan sekaligus penyucian benih yang terkandung di dalam diri kedua
mempelai. Hal ini disebabkan perkawinan (wiwaha) adat Bali sangat diwarnai dengan
pengagungan kepada Tuhan sang pencipta.

B. Jenis-jenis Perkawinan Adat Bali

Didalam Hukum Adat Bali ada 4 sistem perkawinan :

1. Sistim Mapadik/Meminang/Meminta

Pihak calon suami meminta datang kerumah calon istri untuk mengadakan
perkawinan.

2. Sistim Ngerorod/Rangkat (kawin lari)

Bentuk perkawinan cinta sama cinta berjalan berdua/beserta keluarga laki secara
resmi tak diketahui keluarga perempuan.

3. Sistim Nyentana/Nyeburin (selarian)

Bentuk perkawinan berdasarkan perubahan status sebagai purusa dari pihak


wanita dan sebagai pradana dari pihak laki.

4. Sistim Melegandang/secara paksa tanpa rasa cinta

Bentuk perkawinan secara paksa tidak didasarkan cinta sama cinta.

C. Berikut ini prosesi adat yang dilakukan oleh masyarakat bali

1. Menentukan hari baik


Warga yang akan melakukan upacara pernikahan ini memilih hari baik sesuai
dengan kalender Hindu, hari baik dipilih mulai dari calon mempelai pria datang
untuk nyedek (memberitahukan) dan hari melangsungkan pernikahan sesuai hari
yang disepakati oleh kedua belah pihak keluarga. Pemilihan hari baik diyakini
akan mempengaruhi kelancaran melakukan upacara tersebut dan juga kehidupan
mereka sebagai suami istri saat berumah tangga nantinya.
2. Ngekeb
Dalam pernikahan tradisional adat Bali, proses upacara ngekeb adalah untuk
mempersiapkan calon pengantin wanita, seperti melakukan luluran pada tubuh
dari bahan-bahan seperti kunyit beras, kenangan dan daun merak yang sudah
ditumbuk halus. Persiapan ini untuk menyambut datangnya calon pengantin pria
esok harinya. Setelah masuk kamar, calon pengantin wanita tidak boleh keluar
kamar lagi sampai calon mempelai pria dan keluarganya datang untuk
menjemput. Upacara Ngekeb ini bertujuan selain untuk mempersiapkan mental
calon pengantin dan berdoa kepada kepada Ida Sang Hyang Widi agar
dianugrahkan kebahagiaan lahir dan batin.
3. Penjemputan Calon Mempelai Wanita
Seperti tradisi upacara pernikahan adat yang biasa dan lazim dilakukan di
kediaman keluarga laki-laki, sehingga pihak keluarga mempelai pria menjemput
calon dari mempelai calon wanita. Saat penjemputan, calon mempelai wanita
sudah siap dengan menggunakan pakaian tradisional adat Bali diselimuti kain
kuning tipis dari ujung rambut sampai ujung kaki, kain tersebut dikenakan
mengandung filosofi kalau calon mempelai ini sudah siap untuk meninggalkan
masa lajangnya, mengubur masa lalunya untuk proses menyongsong kehidupan
baru, yaitu kehidupan berumah tangga.
4. Mungkah Lawang
Dalam proses upacara adat pernikahan berikutnya adalah acara mungkah lawang
(buka pintu). Utusan dari calon mempelai laki-laki datang untuk mengetok pintu
kamar calon pengantin wanita, di saat tersebut juga dibarengi tembang-tembang
Bali yang mengisyaratkan akan kedatangan pihak laki-laki, meminta agar
dibukakan pintu. Dan selanjutnya calon mempelai wanita di bawa kerumah
kediaman mempelai laki-laki tanpa dikuti oleh keluarga perempuan, dengan cara
digendong dan dibawa menggunakan tandu.
5. Mesegeh Agung
Sebelum memasuki pekarangan rumah mempelai laki-laki, kedua mempelai
menghadapi prosesi mesegeh Agung. Kain kuning yang menutupi tubuh
mempelai wanita akan dibuka oleh calon ibu mertuanya ditukar dengan uang
kepeng satakan, pertanda menyambut dunia baru dan mengubur segala masa
lalu, dan sebagai ungkapan selamat datang pada mempelai wanita
6. Medengen-dengenan (mekala-kalaan)
Dalam upacara adat pernikahan di Bali, prosesi ini akan dipimpin oleh seorang
pemimpin agama seperti pendeta ataupun pemangku adat sesuai dengan adat dan
budaya masing-masing daerah, upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri
kedua mempelai disertai dengan sejumlah prosesi seperti Menyentuhkan Kaki
pada Kala Sepetan, Jual Beli antara mempelai wanita dan pria, Menusuk Tikeh
Dadakan yang dilakukan oleh mempelai pria sebagai simbol kekuatan Lingga
dan Yoni dan terakhir Memutuskan Benang yang terentang pada batang pohon
dadap yang menganalogikan kedua mempelai siap memasuki dunia baru dengan
kehidupan berkeluarga.
7. Mewidhi Widana
Prosesi upacara adat pernikahan yang wajib dilalui adalah Mewidhi Widana,
pada saat ini prosesi dipimpin oleh seorang pendeta atapun sulinggih, bunyi
genta mengiringi prosesi ini untuk menyempurnakan upacara pernikahan,
membersihkan diri kedua mempelai setelah upacara-upacara sebelumnya. Pada
saat ini keduanya menuju sanggah atau pura merajan di pekarangan rumah,
memberitahukan akan hadirnya keluarga baru kepada leluhur, memohon ijin dan
restu agar kehidupan berkeluarga keduanya dilanggengkan, bahagian dan
memiliki keturunan yang baik. Pada saat tersebut kedua mempelai memakai
pakaian kebesaran pengantin bahkan bisa juga dengan pakaian adat biasa sesuai
kemampuan

8. Mejauman Ngabe Tipat Bantal


Pernikahan di Bali, pada saat ini identik juga dengan “ngabe tipat bantal” atau
membawa tipat bantal beberapa daerah menyebutnya sebagai upacara “meserah”.
Saat ini wanita yang mengikuti sang suami datang kembali ke keluarga wanita
didampingi oleh keluarga besar, kerabat dan tetangga dari keluarga pria.
Melakukan upacara mepamit di sanggah pekarangan ataupun merajan, mepamit
(mohon ijin meninggalkan) secara niskala kepada leluhur keluarga wanita. Pada
saat tersebut kedatangan keluarga pria membawa juga panganan tradisional yang
utama adalah tipat dan bantal sebagai simbol kekuatan Lingga dan Yoni atau
purusa pradana berikut panganan lainnya seperti ketan kukus merah dan putih,
sumping, apem dan lainnya.

Namun dalam perkembangan jaman yang semakin berubah ataupun dengan pengaruh
adat dan budaya ataupun berkaitan dengan tempat,waktu,keadaan ada beberapa hal
terkadang tidak dilakukan seperti prosesi Ngekeb, menggendong calon mempelai wanita
dan mungkah lawang. Namun prosesi lainnya tetap dilakukan.

D. Peralatan upacara pernikahan adat bali

Peralatan Upacara Mekala-kalaan

1. Sanggah Surya

Semara Ratih, dewa kecantikan serta kebijaksanaan symbol pengantin wanita. Di


sebelah kanan digantungkan biyu lalung dan di sebelah kiri sanggah digantungkan
sebuah kulkul berisi berem. Sanggah Surya merupakan niyasa(simbol) stana Sang
Hyang Widhi Wasa, dalam hal ini merupakan stananya Dewa Sang dan Sang Hyang
Semara Jaya dan Sang Hyang Semara Ratih.
Biyu lalung adalah symbol kekuatan purusa dari Sang Hyang Widhi dan Sang
Hyang Purusa ini bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Jaya, sebagai dewa
kebajikan. Ketampanan, kebijaksanaan symbol pengantin pria.

Kulkul berisi berem symbol kekuatan prakertinya Sang Hyang Widhi dan
bermanifestasi sebagai Sang Hyang

2. Kelabang Kala Nareswari (Kala Badeg)

Simbol calon pengantin, yang diletakkan sebagai alas upacara mekala-kalaan serta
diduduki oleh calon pengantin.

3. Tikeh Dadakan (tikar kecil)

Tikeh dadakan diduduki oleh pengantin wanita sebagai symbol selaput dara(hymen)
dari wanita. Kalau dipandang dari sudut spiritual, tikeh dadakan adalah sebagai
symbol kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni).

4. Keris

Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria.
Biasanya nyungklit keris, dipandang dari sisi spiritualnya sebagai lambing
kepurusan dari pengantin pria.

5. Benang Putih

Dalam mekala-kalaan dibuatkan benang putih sepanjang setengah meter, terdiri dari
12 bilahan benang menjadi satu, serta pada kedua ujung benang masing-masing
dikaitkan pada cabang pohon dapdap setinggi 30 cm.

Angka 12 berarti symbol dari sebel 12 hari, yang diambil dari cerita dihukumnya
Pandawa oleh Kurawa selama 12 tahun. Dengan upacara mekala-kalaan otomatis
sebel pengantin yang disebut sebel kandalan menjadi sirna dengan upacara
penyucian tersebut.

Dari segi spiritual benang ini sebagai symbol dari lapisan kehidupan, berarti sang
pengantin telah siap untuk meningkatkan alam kehidupannya dari Brahmacari
Asrama menuju alam Grhasta Asrama.

6. Tegen – tegenan

Makna tegen-tegenan merupakan symbol dari pengambil alihan tanggung jawab


sekala dan niskala.

Perangkat tegen-tegenan :
 Batang tebu berarti hidup pengantin artinya bisa hidup bertahap seperti hal
tebu ruas demi ruas, secara manis

 Cangkul sebagai symbol Ardha Candra. Cangkul sebagai alat bekerja,


berkarma berdasarkan Dharma

 Periuk symbol windhu

 Buah kelapa symbol Brahman (Sang Hyang Widhi)

 Seekor yuyu symbol bahasa isyarat memohon keturunan dan kerahayuan.

7. Suwun-suwunan (sarana jinjingan)

Berupa bakul yang dijinjing mempelai wanita, yang berisi talas, kunir, beras dan
bumbu-bumbuan melambangkan tugas wanita atau istri mengambangkan benih yang
diberikan suami, diharapkan seperti pohon kunir dan talas berasal drai bibit yang
kecil berkembang menjadi besar.

8. Dagang – dagangan

Melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk membangun rumah tangga dan
siap menanggung segala Resiko yang timbul akibat perkawinan tersebut seperti
kesepakatan antar penjual dan pembeli dalam transaksi dagang.

9. Sapu lidi (3 lebih)

Simbol kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir telor bebek, kemudian dicakup
kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri datu). Serabut kelapa
berbelah tiga symbol dari Triguna (satwam, rajas, tamas). Benang tridatu symbol
dari Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) mengisyaratkan kesucian.

Telor bebek symbol manik. Mempelai saling tending serabut kelapa (metanjung
sambuk) sebanyak tiga kali, setelah itu secara simbolis diduduki oleh pengantin
wanita. Apabila mengalami perselisihan agar bisa saling mengalah, serta secara
cepat di masing-masing individu menyadari langsung. Selalu ingat dengan
penyucian diri, agar kekuatan triguna dapat terkendali. Selesai upacara serabut
kelapa ini diletakkan di bawah tempat tidur mempelai.

10. Tetimpug

Bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh yang bertujuan memohon
penyupatan dari Sang Hyang Brahma.
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

Semua tahapan perkawinan adat Bali dilakukan di rumah pengantin pria. Baru
setelah beberapa hari resmi menikah, pengantin wanita akan diantarkan kembali pulang
ke rumahnya untuk meminta izin kepada orang tua agar bisa tinggal bersama suami.

Perkawinan bagi masyarakat Bali menjadi bagian dalam sebuah persembahan suci
kepada Tuhan. Budaya Bali juga mengenal jenis perkawinan ngerorod / merangkat /
ngelayas yang merupakan cerminan kebebasan wanita Bali untuk memilih dan
menentukan jodohnya. Masyarakat Bali juga memberlakukan sistem patriarki, karena
dalam pelaksanan upacara perkawinan semua biaya yang dikeluarkan untuk hajatan
tersebut menjadi tanggung jawab pihak keluarga laki – laki.

Disamping itu, masyarakat Bali juga masih mengenal sistem kasta dimana mereka
yang berasal dari kasta yang lebih tinggi biasanya akan tetap menjaga anak gadis atau
anak jejakanya agar jangan sampai menikah denagnkasta yang lebih rendah.
Dalam pelaksanaan perkawinan, setelah hari baik, termasuk jam baik yang cocok
dengan hari itu, ditentukan untuk melangsungkan tahapan upacara, kedua pihak
keluarga yang punya hajat menikahkan anak mereka bersiap melakukan sejumlah
serangkaian tahapan adat perkawinan.

B. Saran

Demikianlah makalah ini kami buat, apabila ada kesalahan dalam penulisan dan
penyusunan kalimat, kami mohon maaf. Untuk itu kami sangat membutuhkan kritik dan
saran untuk memperbaiki makalah kami selanjutnya, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.balitoursclub.net/pernikahan-adat-di-bali/

Dikutip pada Senin, 23 November 2020 pukul 13.00

https://mantenparty.co.id/70/peralatan-upacara-pernikahan-adat-bali/

Dikutip pada Selasa, 24 November 2020 pukul 16.00

Anda mungkin juga menyukai