Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PERKAWINAN, KEHAMILAN, PERSALINAN

NIFAS DAN BBL SUKU MADURA

Dosen Pengampu:
Yeti Trisnawati, SST, M.K.M

Disusun Oleh:
Refilizika (121017)

AKADEMI KEBIDANAN ANUGERAH BINTAN


TAHUN AKADEMIK
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyusun Makalah “Perkawinan Suku Madura”, sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Perkawinan Suku Madura. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diperlukan guna tersusunnya makalah yang lebih baik lagi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaaat bagib penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Tanjungpinang, 26 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................i

DAFTAR ISI........................................................................ii

LATAR BELAKANG..............................................................1

PEMBAHASAN...................................................................2

KESIMPULAN.....................................................................3
LATAR BELAKANG

Perkawinan merupakan masalah yang esensial bagin kehidupan manusia, kerena disamping
perkawinan sebagai sarana untuk membentuk keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur
hubungan manusia dengan manusia, tetapi juga menyangkut hubungan keperdataan.

Perkawinan juga memuat unsur sakralitas yaitu hubungan manusia dengan tuhannya. Karena itulah
untuk melakukan sebuah perkawinan harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa
perkawinan harus di catat di Pegawai Pencatatan Perkawinan untuk mendapatkan kepastian hukum.
PEMBAHASAN

1. Adat Perkawinan Suku Madura

Setelah hari dan tanggal pernikahan telah ditentukan, sang calon pengantin perempuan
akan melakukan persiapan kecantikan di rumahnya. Petsiapan kecantikan tubuh dalam adat
Madura dilakukan 40 hari sebelum waktu pesta pernikahan. Selama 40 hari sang calon pengantin
perempuan dipingit dirumah.

Resepsi pernikahan adat Madura dilakukan selama tiga malam berturut-turut. Pada resepsi
malam pertama, keduaa mempelai pengantin datang ke tempat resepsi dengan diringi para
perias dan para kerabat yang dituakan. Setelah kedua mempelai tiba, deselenggarakan upacara
muter dulang yaitu upacara ketika pengantin perempuan duduk bersila diatas sebuah baki, yaitu
tempat untuk menyajikan makanan yanbg besar. Setelah itu pengantin laki-laki datang dengan
jalan jongkok menuju ke arah pengantin perempuan. Pengantin laki-laki kemudian memutar baki
yang diduduki oleh pengantin perempuan.

Upacara memutar baki ini melambangkan kesiapan pengantin laki-laki untuk memutar roda
kehidupan rumah tangga. Setelah memutar baki yang diduduki oleh pengantin perempuan,
pengantin laki-laki memegang kepala sang perempuan dengan mengucapkan kalimat, “Aku
adalah suamimu dan engkau adalah istriku”. Kemudian pengantin laki-laki mengajak pengantin
oerempuan berjalan menuju pelaminan. Pada resepsi malam pertama ini kedua pengantin
mengenakan busana pengantin tradisional yang disebut lega.

Pada resepsi malam yang kedua pengantin mengenakan busana pengantin yang disebut
kaputra. Pada malam kedua ini para tamu yang datang ke pesta hanya terdiri dari para kerabat
yang dituakan dan kerabat dekat. Pada resepsio malam ketiga, kedua pengantin mengenakan
riasan khusus yang disebut rias lilin dengan kebaya putih dan hiasan melati sebagai symbol
kesucian. Setelah resepsi malam ketiga selesai, keesokan hari nya kedua pengantin melakukan
kunjungan kerumah keluarga dan kerabat. Pada setiap kunjungannya, pengantin perempuan
akan diberi ontalan yaitu kalimat ucapan “selamat menempuh hidup baru”.

Untuk melakukan tradisi pernikahan tersebut harus mengeluarkan kocek berkisar 75-150
juta rupiah. Biaya ini biasanya dihabiskan untuk biaya hiburan yang menjadi ciri jkhas dari tradisi
pengantin Jeren, seperti biaya penyewaan kuda dan musik karawitan, menampilakan wayang /
ludruk sebagai hiburan untuk para tamu, untuk suguhan biasanya menyediakan 2-3 ekor sapi
dalam sekali perayaan dan faktanya seluruh biaya tersebut akan dilimpahkan kepada keluarga
perempuan.

Para warga sangat antusias datang kedalam pesta tersebut, tak jarang mereka menggunakan
semua perhiasan yang mereka miliki seperti misalnya menggunakan 3 kalung bertumpuk,
dengan gelang yang bertumpuk hingga sikut tangan, jumlah cincin yang dikenakan hamper
disemua jari.
2. Pantangan Menjelang Pernikahan Suku Madura

Tarjha, adalah satu sebutan, dimana pernikahan terjadi, pernikahan dari laki-laki dan
perempuan bersaudara, dengan laki-laki dan perempuan bersaudara juga. Dengan kata lain
merupakan pernikahan silang. Model pernikahan seperti ini amat dijauhi oleh warga suku
madura. Pernikahan salep Tarjha merupakan istilah yang diberikan pleh Bangaseppo
(sespuh/nenek moyang) warga Madura.

Sebuah aturan tak tertulis, dikatakan pernikahan Salep Tarjha apabila orang yang
menikah adalah seorang laki-laki dan seorang perempuan seorang saudara kandung yang
kemudian keduanya dinikahkan secara silang dengan dua orang yang saudara kadnung juga.

Selain salep Tarjha, yang masuk digolongan pernikahan yang dilarang adalah Robbhu
Bhata, ysitu pernikahan dari dua orang laki-laki bersaudara, menikah dua perempuan
bersaudara. Dan satunya adalah Mapak Balli merupakan pernikahan, karena ayah dari kedua
mempelai bersaudara. Kedua bentuk pernikahan ini memang dilarang oleh agama islam.

Sesepuh Madura mengaggap bahwa pernikahan Salep Tarjha merupakan larangan dalam
adatb istiadat Madura. Para sesepuh menanamkan aturan ini kepada keturunan mereka. Mereka
dilarang keras untuk tidak mengikuti pernikahan Salep Tarjha ini yang akan mengakibatkan
kepada masa depan mereka nantinya.
3. Mitos-Mitos Pernikahan Suku Madura

Madura merupakan salah satu suku masyarakat di Indonesia yang dianggap sebagai
salah satu masyarakat yang ada di Nusantara. Tentu setiap masyarakat adat memiliki kearifan
local yang khas. Dalam kearifan lokal masyarakat adat, tentu didalamnya menyangkut tentang
pemahaman masyarakat, bagaimana adat kebiasaan tentang maniusia, alam, dan yang ghaib.
Seluruh kearifan lokal tersebut dihayati, dipraktikan, diajarkan dan diwariskan dari satu generasi
lain yang sekaligus membentuk pola perilaku manusia sehari-hari.

Salah satu kearifan lokal yang ada dimadura terutama di Kecamatan Pragaan,
masyarakatnya masih mempercayai salah satu mitos tentang sangkal bagi anak perempuan.
Mitos tako’ sangkal ini dimaksudkan biasanya jika ada seorang laki-laki yang datang untuk
melamar anak perempuannya maka lamaran tersebut harus diterima, karena penolakan
terhadap sebuah lamaran dapat menyebabkan anak perempuan tidak akan laku lagi. Fenomena
ini di kecamatan Pragaan, tidak hanya terjadi disuatu desa saja, namun dari 14 desa yang ada,
hamper semua masyarakatnya mempercayai adanya mitos tersebut, walaupun dari masing-
masing desa, tidak sama tingkat kepercayaannya.

Dengan demikian, berarti sebuah mitos bagi masyarakat Pragaan masih menjadi salah
satu pilar kepercayaan yang masih bertahan kuat di benak kehidupan mereka. Bagi mereka,
mitos adalah struktur pengetahuan manusia yang terdapat didalamnya ajaran-ajaran moral.
Untuk itu di yakini oleh oleh mereka bahwa mitos merupakan satu bagian dari struktur dalam
budaya yang kemudian dijadikan salah satu dasar bagi perilaku interaksi melakukan hal-hal yang
dijadikan dasar walaupun sebenarnya mitos itu sendiri dasarnya adalah tradisi yang sudah lama
ada dan kemungkinan tradisi itu berasal dari satu kejadian yang dilembagakan.
4. Pantangan Wanita Hamil Bagi Suku Madura

Pasangan yang sudah menikah biasanya sangat menanti sebuah perjalanan berupa kehamilan.
Sebab dengan kehamilan, menjadi tanda bahwa keduanya akan segera memiliki keturunan. Mitos yang
berlaku bagi wanita hamil ialah seebagai berikut:

 Bila Dua Bersaudara Hamil Bersamaan, Harus Makan di Luar-Dalam Pintu


Ketika dua bersaudara hamil secara bersamaan, keduanya harus makan bersama. Yang satu
makan di luar pintu, yang satunya makan di dalam pintu. Bila hal ini tidak dilaksanakan,
sebagian masyarakat Madura percaya kalau salah satunya akan mengalami kesulitan bahkan
musibah.

 Suami Si Wanita Hamil Tidak Boleh Membunuh Ular


Ketika sang istri sedang mengandung, suami tidak boleh membunuh hewan sembarangan,
khususnya ular. Bila larangan inin dilanggar, anak yang dilahirkan kelak, lidanya dipercaya
akan menjilat-jilat ke luar seperti lidah ular.

 Harus Melewati Ritual “Pelet Betteng”


Pelet Betteng merupakan salah satu ritual bagi ibu hamil yang sampai saat ini masih
dipertahankan. Pellet betteng seharusnya dilaksanakan pada usia kehamilan bulan ke-7.
Namun sebagian oang melaksanakan pada usia kehamilan bulan ke-4. Pelaksanaan pellet
betteng ialah dengan memandikan si ibu hamil dengan air kembang sambil membawa ayam
jantan muda, kelapa dan telur. Telur dipegang oleh dukun beranak yang mendampingi.
Setelah ritual mandi selesai, ayam jantan diserahkan ke dukun, dan kelapa digulirkan begitu
saja ke tanah. Si ibu hamil selanjutnya berlari pelan menujun tempat mandi.

5. Pantangan Persalinan Bagi Suku Madura

Kehamilan merupakan yang sangat penting bagi kehidupan ibu dan bayi. Pada tahap ini,
status gizi ibu mendapatkan perhatian karena berdampak pada kesehatan ibu dan anak. Rendahnya
status gizi ibu selama masa kehamilan dapat meningkatkan resiko kelahiran premature, bayi lahir dengan
berat badan rendah. Sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak kurang optimal. Ibu hamil memiliki
kebutuhan gizi yang lebh tinggi khususnya energi, protein, vitamin A, folat, kalsium, zat besi, dan iodin.
Faktor budaya seperti kepercayaan, nilai, makanan tabu, makanan anjuran, kebiasaan dan praktik yang
berhubungan dengan konsumsi pangan ibu hamil serta kondisi social ekonomi dapat berpengaruh
terhadap status gizi ibu. Makanan tabu masih banyak dipercaya dan dihidari oleh masyarakat khususnya
ibu hamil. Etnis Madura pada umumnya masih memepercayai mitos yang berkaitan denga ibu hamil.

Pantangan persalinan bagi wanita di Madura:


1. Berhubungan seksual
2. Lalai menjaga kebersihan vagina
3. Mengangkat barang yang terlalu berat
4. Langsung die ketat
5. Langsung olahraga berat
6. Mengonsumsi makanan yang tidak sehat
7. Menyimpan semua kesulitan sendiri
6. Pantangan Ibu Nifas Bagi Suku Madura
Pola nutrisi dan mobilisasi masa nifas menurut budaya Madura.

Pola nutrisi dan mobilisasi yang baik saat nifas dapat mempengaruhi produksi ASI dan
pengeluaran Iochea pada ibu nifas. Bila status gizi ibu nifas norml, emungkinan besar akan
mempengaruhi bayi karena ASI yang cukup. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola nutrisi
dan mobilisasi ibu nifas. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif
(deskriptif kualitatif) informan peneliti adalah 5 orang ibu nifas, 5 orang ibu mertua ibu nifas, 2 orang
dukun/sesepuh masyarakat Prenduan.

Hasil penelitian didapatkan, masih ada yang percaya tentang budaya pantangan makanan saat
nifas yaitu dilarang makan ikan dilaut, terasi, toge dan kecambah, udang, cumi, ayam, telur dan sayur
kelor. Diharapkan petugas kesehatan dapat memeberikan informasi, edukasi (KIE) tentang gizi yang baik
untuk ibu, suami, ibu kandug / mertua dalam rangka mencegah pola nutrisi dan mobilisasi masa nifas
yang salah dan merugukan kesehatan ibu dan bayi

7. Pantangan BBL Bagi Suku Madura

Adapun pantangan bayi di Madura adalah sebagai berikut:

 Mauritania: Meludahi Bayi

Orang-orang wolof di Mauritania percaya bahwa air liur manusia dapat mempertahankan kata-
kata. Sehigga mereka meludahi bayi yang baru lahir untuk menambah berkat pada bayi tersebut.
Ketika bayi lahir, wanita meludahi pipi bayi dan laki-laki meludahi telinga bayi. Kemudian,
menggosok air liur tersebut diseluruh kepalanya.

 Guatemala: Merendam Bayi di Air Es

Orang-orang suku maya punya budaya merendam bayi dalam air es. Di Negara-negara panas
seperti Guatemala, mereka berfikir bahwa mandi es merupakan cara terbaik untuk melawan
panas. Bayi-bayi umumnya menangis ketika mandi air es. Tapi, para ibu tetap tidak khawatir.
Mereka mengaku, bayi akan tertidur setelah mandi air es.

 Irlandia: Mengoleskan Kude di Kepala Bayi

Beberapa pasangan di Irlandia menyimpan sedikit kue pernikahan mereka. Setelah bayi lahir,
mereka akan menggunakan itu untuk pembabtisan. Kepala bayi di usapkan dengan kue
pernikahan kedua orang tua nya itu.
KESIMPULAN

Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun
daam prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayi bahkan
dapat menyebabkan kematian. Setiap kehamilan dapat menimbulkan resiko kematian ibu, pemantauan
dan perawatan kesehatan yang yang memadai selama kehamilan sampai nifas sangat penting untuk
kelangsungan hidup ibu dan bayinya.

Anda mungkin juga menyukai