Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH MAKNA KETUHANAN YANG MAHA ESA BAGI

MASYARAKAT INDONESIA

Dosen pengampu Rizki Reza Ansardi, SH,MH

KELOMPOK 1

KETUHANAN YANG MAHAESA

DISUSUN OLEH:

 MURNI
 VIRA RAUDA
 YOLA ANGGITA SARI
 ROFIFAH TAQQIAH
 RAHMATIA RIZKI WARDAHNI
 EMELDA ANGGREANI
 LARASATI DEWI

AKADMI KEBIDANAN ANUGERAH BINTAN


TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat allah swt.yang telah


memberi nikmat dan hidayah kepada kita semua sehingga kita dapat
menyelesaikan tugas makalah ini.shalawat dan salam tidak lupa kami hanturkan
kepada nabi Muhammad saw yang telah membawa kita dari aman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang. Dan tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar besarnya kepada bapak rizki reza Ansardi SH.MH telah
membimbing kami dalam mata kuliah pancasila pendidikan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Pancasila Sila Pertama Ketuhanan Yang
Maha Esa, makalah ini dibuat agar dapat mengetahui tentang pengertian belajar
faktor yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar.

Tanjungpinang, 25 oktober 2021

penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR..................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah...............................................................2
D. Manfaat Penulisan Makalah.............................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Sila Ketuhanan Yang Maha Esa....................................3


B. Makna dan Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa............................4
C. Inti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa................................................6
D. Butir-butir Sila Pertama................................................................. 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................7
B. Saran................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pancasila yang merupakan dasar negara dan juga pandangan hidup bangsa
indonesia, memiliki peran penting bagi kelangsungan hidup negara kesatuan
republik indonesia. Ideologi bangsa ini tidak pernah habis dimakan waktu, karena
nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-silanya masih relevan hingga saat ini.
Nilai-nilai yang terkandung tersebut mengikuti perkembangan jaman, sehingga
pancasila disebut sebagai ideologi terbuka. Di era yang serba modern ini,
manusia ditutunt untuk berpikir inovatif dan kreatif agar bisa mengikuti
perkembangan jaman yang ada. Jika kita tidak mampu mengimbangi
perkembangan jaman yang semakin pesat, kita akan dianggap tertinggal oleh
masyarakat dunia. Apalagi dengan adanya globalisasi dimana batas-batas wilayah
seolah sudah tidak lagi tampak. Globalisasi mempunyai dua sisi yang bertolak
belakang. Satu sisi membawa dampak positif bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia. Sedangkan sisi yang lain membawa dampak negatif. Hal
ini tentu wajar, karena segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang sempurna. Pasti
ada baik dan buruk dalam setiap halnya. Sebagai bangsa yang menganut
pancasila sebagai pandangan hidup, bangsa Indonesia tentu harus lebih selektif
dalam menentukan budaya-budaya apa saja yang baik atau buruk sebagai
dampak dari globalisasi. Pancasila, terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa,
berperan penting sebagai penyaring dalam menyeleksi baik buruknya budaya
yang dibawa arus globalisasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ?
2. Makna dan Arti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ?
3. Inti Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ?
4. Butir-butir Sila Pertama ?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH

Mengetahui makna dari sila pertama ketuhanan yang maha esa bahwasanya
kita dapat mengaplikasikan makna yang terkandung dari sila tersebut untuk
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta mempunyai sikap toleransi yang
tinggi antar umat beragama.

D. MANFAAT PENULISAN MAKALAH

Kami percaya terhadap adanya tuhan yang maha esa sebagai pencipta
segala sesuatu dalam sifat-sifat yang sempurna, maha adil dan maha
bijaksana.
Meningkatkan potensi yang telah diberkan kepada tuhan yang maha esa.
Kami mampu menghargai antar umat beragama, serta adat istiadatnya.
Mepererat tali persaudaraan antar umat agama yang lain.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Sila ini adalah “Sumber Rohani” yang mengandung arti dan makna
perlunya diberlakukan Kewajiban Asasi Manusia Saling Asih, Saling Asah, Saling
Asuh, karena Tuhan Yang Maha Esa itu bersifat Maha Belas Kasih. Sila ini
menghendaki agar para agamawan bersatu dalam wadah/lembaga untuk
menebarkan dan mensuburkan watak berbelas kasih satu sama lain antara
semua warga Republik Indonesia secara menyeluruh dan mereata, oleh karena
Tuhan menurunkan Agama-agama itu walaupun berlain-lain coraknya semua
agama itu bertitik-temu pada ajarannya “Berbelas kasihanlah antara sesama
manusia” yang berasal dari satu Bapak (Adam) dan satu Ibu (Hawa) BHINEKA
(beraneka-rupa), tetapi TUNGGAL IKA (sama seajaran). Sila pertama dari dasar
negara Indonesia berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sila tersebut merupakan sila yang paling mendasar bagi sila-sila lainnya.
Masalah ketuhanan dan kepercayaan seseorang tidak dapat diganggu gugat
karena merupakan hal yang paling hakiki yang dimiliki manusia. Ketuhanan dan
kepercayaan adalah sesuatu yang sangat sakral dan memiliki makna yang sangat
mendalam. Setiap manusia pasti memiliki kepercayaannya masing-masing, yang
jika dia memiliki iman atau keyakinan yang kuat atas apa yang dipercayainya
maka akan tetap ia pertahankan apa pun yang terjadi. Sehingga, tidak pantas jika
kita menganggu atau mengusik kepercayaan orang lain. Kita wajib menghormati
dan menghargai kepercayaan orang lain sehingga orang lain pun akan
mnghormati dan menghargai kepercayaan yang yang kita anut. Dengan adanya
sikap saling menghormati dan menghargai kepercayaan masing-masing tersebut,
maka akan tercipta kedamaian dan ketentraman. Dengan saling menghormati
tidak akan terjadi perpecahan yang hanya akan membawa keburukan bagi semua.
Sikap saling menghormati dan menghargai sesama inilah yang seharusnya kita
kembangkan agar tidak terjadi perpecahan dan kerusuhan yang berakibat
pada kondisi keamanan negara. Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila
sebagai pandangan hidup, sudah seharusnya kita menghayati dengan sungguh-
sungguh dan mengamalkan sila pertama Pancasila tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan mengamalkannya, kita akan menyadari bahwa setiap manusia
berhak memiliki kepercayaannya masing-masing dan kita tidak boleh
memaksakan keyakinan kita pada orang lain.
Kerukunan beragama jangan hanya semboyan yang kosong, tetapi kaum
agamawan mesti bersatu sebagai tenaga-tenaga ahli yang berfungsi menghidup
suburkan moral warga negara untuk saling mengasihi (asih), saling membimbing
dan mendidik (asah) dan saling melayani dan melindungi (asuh). Jangan seperti
sekarang, ikut adu-domba kekuatan dengan menebarkan “Kebencian” dan
“Permusuhan”. Tidak satu agama pun yang tidak mengajarkan moral belas kasih-
sayang manusia kepada sesama manusia. Adapun dalam hal hubungan dengan
tuhan, masing-masing menurut caranya sendiri-sendiri, itulah hak asasinya. Tetapi
kewajiban asasi manusia terhadap manusia tidak boleh tidak, mesti saling asih,
saling asah, saling asuh, dalam kebersamaan hidup sepersamaan. Begitulah
mestinya sila “ketuhanan yang maha esa” diwujudkan.Sebagai ajaran filsafat,
pancasila mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat
indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang
Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan yang kemudiaan juga
dijadikan fundamental kenegaraan yaitu negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa.

B. MAKNA DAN ARTI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

ü Makna sila ini adalah:


1. Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama
dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab.
2. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.

ü Arti sila ini adalah :

1. Mengandung arti pengakuan adanya kuasa prima (sebab pertama) yaitu


Tuhan yang Maha Esa
2. Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agamanya.
3. Tidak memaksa warga negara untuk beragama.
4. Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama.
5. Bertoleransi dalam beragama, dalam hal ini toleransi ditekankan dalam
beribadah menurut agamanya masing-masing.
6. Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman
warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

Secara filosofis Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung dalam sila pertama
Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar filsafat negara Indonesia, sehingga
sila pertama tersebut sebagai dasar filosofis bagi kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan dalam hal hubungan negara dengan agama. Dalam peraturan
perundang-undangan Indonesia bukan mengatur ruang akidah umat beragama
melainkan mengatur ruang publik warga negara dalam hubungan antar manusia.
Sebagai contoh berbagai produk peraturan perundangan dalam hukum positif
Islam, misalnya UU RI No. 41 tentang Wakaf, UU RI No. 38 tentang Pengelolaan
Zakat, ini mengatur tentang wakaf dan zakat pada domein kemasyarakatan dan
kenegaraan. Secara filosofis relasi ideal antara negara dengan agama, prinsip
dasar negara berdasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berarti setiap warga
negara bebas berkeyakinan atau memeluk agama sesuai dengan keyakinan dan
kepercayaannya. Kebebasan dalam pengertian ini berarti bahwa keputusan
beragama dan beribadah diletakkan pada domain privat atau pada tingkat
individu. Dapat juga dikatakan bahwa agama perupakan persoalan individu dan
bukan persoalan negara. Negara dalam hubungan ini cukup menjamin secara
yuridis dan memfasilitasi agar warga negara dapat menjalakan agama dan
beribadah dengan rasa aman, tenteram dan damai. Akan tetapi bagaimanapun
juga manusia membentuk negara tetap harus ada regulasi negara khususnya
dalam kehidupan beragama. Regulasi tersebut diperlukan dalam rangka
memberikan perlindungan kepada warga negara. Regulasi tersebut berkaitan
dengan upaya-upaya melindungi keselamatan masyarakat (public savety),
ketertiban masyarakat (public order), etik dan moral masyarakat (moral public),
kesehatan masyarakat (public healt) dan melindungi hak dan kebebasan mendasar
orang lain (the fundamental right and freedom orders). Regulasi yang dilakukan
oleh negara terhadap kebebasan warga negara dalam memeluk agama, nampaknya
masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Misalnya dalam KUHAP, hanya
dimuat dalam beberapa pasal saja misalnya Pasal 156 yang mengatur tentang
kebencian dan penghinaan pada suatu agama,

C. INTI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi menjiwai


keempat sila lainnya. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai
bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengenjawantahan tujuan manusia
sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu segala hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral
negara, moral penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintahan negara,
hukum dan peraturan perundang-undanganan negara, kebebasan dan hak asasi
warga negara harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal tersebut
berdasarkan pada hakikat bahwa pendukung pokok negara adalah manusia,
karena negara adalah sebagai lembaga hidup bersama sebagai lembaga
kemanusian dan manusia adalah sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
adanya manusia sebagai akibat adanya Tuhan Yang Maha Esa sebagai kuasa
prima. Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, adanya Tuhan adalah
mutlak, sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas serta pula sebagai
pengatur tata tertib alam.

D. BUTIR-BUTIR SILA PERTAMA

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing
menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila yang paling mendasar bagi
sila-sila lainnya dalam pancasila. Ketuhanan yang berkaitan dengan kepercayaan
merupakan hal yang paling hakiki dan tidak bisa diganggu gugat. Sebagai
mahkluk tuhan, kita wajib menghargai dan menghormati kepercayaan orang lain
agar tercipta kedamaian antar umat beragama, terutama di negara kita tercinta,
Indonesia. Dengan adanya filter tersebut diharapkan budaya-budaya yang tidak
sesuai dengan jati diri bangsa tidak akan meracuni generasi yang ada
dimasyarakat.

B. SARAN

1. Sebagai manusia Indonesia yang berpedoman pada Pancasila, kita


harus saling menghargai agama dan kepercayaan masing-masing agar
tidak memicu perpecahan dan menciptakan suasana yang damai antar
umat beragama.
2. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sudah seharusnya kita
mempertebal keimanan kita agar tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal
baru dari berbagai belahan dunia.
DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi

Ir. Soekarno. 2006. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno.

Sunoto. 1984. Mengenal Filsafat Pancasila Pendekatan Melalui Sejarah dan


Pelaksanaannya.

Anda mungkin juga menyukai