Disusun Oleh:
EMI FITRIA
NIM.121007
Laporan kasus dengan judul “Praktik Kebidanan Dasar Pada Tn. S Usia 32 Tahun dengan
Bekas TB dd/TB Kambuh Dengan Pemberian Terapi Nebulizer Di Ruang Dahlia RSUD RAT
KEPULAUAN RIAU” telah diketahui dan disetujui untuk diajukan sebagai salah satu syarat
untuk melengkapi tugas praktek kebidanan dasar.
Menyetujui
Direktur
Akademi Kebidanan
(Nining Sulistyowati,S.Si,T,M.Kes)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami hanturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Taala, atas rahmat dan karunia-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan laporan Praktik Kebidanan Dasar (PKD)
yang berisi mengenai kasus pada Tn.S Usia 32 Tahun Dengan Bekas TB dd/TB Kambuh
Dengan Pemberian Terapi Nebulizer Diruangan Dahlia RSUD RAT Provinsi Kepulauan Riau.
Halangan dan rintangan tak mampu saya hadapi tanpa ada dukungan dan bantuan. Maka,
dalam kesempatan ini saya mengucapkan banyak terimakasih kepada:
Selaku penyusun, saya mohon maaf apabila masih terdapat kesalahan pada laporan ini.
Meski demi, semoga laporan ini bias bermanfaat sebagaimana mestinya. Maka dari itu
diperlukan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang.
iii
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................1
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus Bekas TB atau Pasca TB juga merupakan masalah yang kerap kali timbul dimasyarakat,
terutama di negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi, terdapat sejumlah besar penderita
yang sembuh setelah menjalani pengobatan TB yang lengkap, namun pada sebagian penderita,
secara klinis timbul gejala sesak napas terutama pada saat beraktivitas, radiologi menunjukkan
gambaran bekas TB berupa fibrotik dan kalsifikasi yang minimal, dan uji faal paru yang
menunjukkan gambaran obstruksi jalan napas yang reversibel. Kelompok penderita ini
dimasukkan kedalam kategori penyakit sindrom obstruksi pasca TB (SOPT) dengan gejala dan
tanda mirip dengan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Hal ini sering dikaitkan dengan kebiasaan merokok (Ramos et al, 2010).
Asap rokok ini juga mengaktifkan sel epitel di saluran pernapasan untuk mengaktifkan T limfosit
khususnya yang dapat langsung membuat kerusakan pada dinding alveoli dan juga dengan
mengeluarkan berbagai macam mediator inflamasi, salah satunya TNFα. Sel epitel yang terpajan
asap rokok akan menyebabkan pembentukan fibroblas meningkat sehingga menyebabkan
terjadinya fibrosis. Mekanisme obstruksi saluran napas adalah obstruksi oleh sekret pada saluran
napas akibat produksi sekret yang berlebihan disertai penebalan kelenjar-kelenjar, submukosa
yang secara potensial merupakan komponen obstruksi saluran napas yang reversibel. Reaksi
oksidasi stress dari asap rokok atau dari sel inflamasi memiliki efek antara lain : meningkatkan
produksi TNFα, meningkatkan isoprotanase yang berperan dalam bronkokontriksi dan kebocoran
plasma dan efek langsung terhadap saluran napas yaitu bronkokontriksi (GOLD, 2016).
B. Tujuan
1. Tujuan Umun
1
2. Tujuan Khusus
6. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn. S Usia 32 Tahun Dengan Bekas
TB dd/tb Kambuh Dengan Pemberian Terapi Nebulizer.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN TB PARU
B. ETIOLOGI TB PARU
Tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang merupakan basil tahan asam dan alkohol. M. tuberculosis adalah bakteri
yang bersifat aerobik obligat, fakultatif, dan intraseluler. Kandungan lipid yang tinggi
pada dinding sel M. tuberculosis menyebabkan bakteri ini dapat resisten terhadap
beberapa jenis antibiotik dan sulit diwarnai dengan pewarnaan Gram atau pewarnaan
lainnya. M.tuberculosis dapat bertahan dalam kondisi asam dan basa yang ekstrem,
kondisi rendah oksigen, dan kondisi intraseluler. Bakteri ini umumnya menginfeksi paru-
paru tetapi dapat juga menginfeksi organ lain, seperti tulang, otak, hati, ginjal, dan saluran
pencernaan. Manusia merupakan satu-satunya host Mycobacterium tuberculosis.
Bakteri ini menyebar dari orang ke orang melalui partikel droplet aerosol. Ukuran droplet
infeksius dari pasien tuberkulosis paru bervariasi dari 0,65 µm hingga >7,0 µm. Partikel
aerosol yang berukuran kecil dapat melewati nasofaring hingga trakea dan bronkus, lalu
terkumpul di saluran napas distal.
3
Faktor Risiko
Beberapa faktor seperti jumlah bakteri yang dikeluarkan melalui droplet, lamanya paparan
dengan udara yang terkontaminasi, serta kondisi imun tubuh individu yang terpapar dapat
memengaruhi tingkat penularan TB. Seluruh kelompok usia memiliki risiko untuk
terinfeksi TB paru. Individu dengan HIV dilaporkan 18 kali lebih berisiko untuk terinfeksi
TB aktif. Risiko infeksi TB lebih tinggi pada individu-individu dengan gangguan sistem
imun tubuh atau individu dengan pengobatan imunosupresi jangka panjang.
Selain itu, individu yang memiliki malnutrisi, kebiasaan merokok, diabetes mellitus,
kebiasaan mengonsumsi alkohol, gangguan ginjal, dan keganasan hematologi juga
berisiko tinggi terkena TB paru. Tuberkulosis paru umum terjadi di negara berkembang
karena faktor sosioekonomi seperti kemiskinan dan malnutrisi.
1. Kesulitan bernafas
2. Nyeri dada
3. Batuk (biasanya dengan lender
4. Batuk darah
5. Keringat berlebihan, terutama di malam hari
6. Kelelahan
7. Demam
8. Penurunan berat badan
9. Desah
10. Perubahan bentuk ujung jari (clubbing finger)
11. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher atau area lain
12. Produksi cairan di sekitar paru-paru meningkat (efusi pleura)
13. Suara nafas yang tidak biasa (ronkhi) biasanya pada lapang paru bagian atas
Tanda dan gejala tidak selalu muncul jika Anda terinfeksi bakteri M. tuberculosis. Di
antara 2,5 miliar orang yang terinfeksi bakteri TB, sebagian besar memiliki TB laten.
Orang dengan TB laten tidak menular dan tidak memiliki gejala apapun, karena sistem
kekebalan tubuh melindungi mereka dari sakit. Tetapi TB laten dapat berkembang
menjadi TB aktif.
Mungkin sulit untuk mencegah penularan TB, terutama jika Anda bekerja di lingkungan
dengan prevalensi TB yang tinggi atau jika Anda tinggal serumah dengan anggota
keluarga yang menderita TB.
4
Berikut adalah beberapa tip untuk mengurangi risiko terinfeksi TB paru:
Jika Anda memiliki gejala-gejala yang khas seperti gejala pada tuberkulosis paru atau
Anda tinggal di lingkungan yang rentan terinfeksi bakteri tuberkulosis, ada baiknya Anda
segera melakukan pemeriksaan untuk memastikan jika Anda tidak terinfeksi. Beberapa
pemeriksaan yang mungkin dilakukan meliputi :
• Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau
gagal tumbuh.
• Demam tanpa sebab jelas, terutama jika berlanjut sampai 2 minggu.
• Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze (suara nafas mengi).
• Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
Pengobatan TB paru
Sangat penting untuk mendapatkan pengobatan untuk TB, baik TB dengan gejala maupun
tanpa gejala. Jika Anda menderita TB paru, dokter mungkin akan meresepkan beberapa
obat. Anda harus minum obat ini selama enam bulan atau lebih untuk mendapatkan hasil
terbaik.
5
Obat TB kategori satu adalah:
• isoniazid
• Pirazinamid
• Etambutol
• rifampin
Pemberian obat TB harus diawasi oleh petugas puskesmas atau pusat layanan kesehatan
untuk memastikan penderita TB menjalani pengobatan sampai selesai. Rencana
pengobatan dapat berubah sesuai dengan respon pasien (efek samping) dan respon
penyakit yang diderita pasien. Jika Anda menderita TB paru, Anda harus rutin kontrol ke
dokter untuk memantau perkembangan penyakit anda.
D. PATOFISIOLOGIS TB PARU
Patofisiologi tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis yang menular melalui aerosol dari membran mukosa
paru-paru individu yang telah terinfeksi. Ketika seseorang dengan TB paru yang aktif
batuk, bersin, atau meludah, droplet akan keluar ke udara bebas. Ketika terinhalasi oleh
individu lain, droplet infeksius akan terkumpul di paru-paru dan organisme akan
berkembang dalam waktu 2–12 minggu.
Kontak pertama bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan host dapat menyebabkan
infeksi tuberkulosis primer yang umumnya membentuk lesi tipikal TB, yaitu kompleks
Ghon. Kompleks Ghon merupakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa di
bagian tengahnya. Lesi ini paling umum ditemukan dalam makrofag alveolar dari bagian
subpleura paru-paru.
Lesi inisial dapat sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi laten. Fibrosis terjadi
bila enzim hidrolitik melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh kapsul fibrosis.
Nodul fibrokaseosa ini sering kali mengandung mycobacteria dan berpotensi
reaktivasi. Ketika host tidak dapat menekan infeksi inisial, infeksi primer TB dapat
berkembang lebih lanjut, terutama di lobus tengah dan bawah dari paru-paru. Eksudat
yang purulen dan mengandung basil tahan asam (BTA) dapat ditemukan di sputum dan
jaringan paru. Namun, bila infeksi tuberkulosis dapat ditekan atau dilawan oleh sistem
imun, infeksi tuberkulosis dapat menjadi infeksi laten. Individu dengan infeksi
tuberkulosis laten tidak dapat menularkan bakteri tetapi infeksi laten dapat teraktivasi
bila host mengalami imunosupresi. Setelah itu, infeksi akan menjadi infeksi tuberkulosis
sekunder. Lesi tuberkulosis sekunder umumnya berada di apeks paru-paru.
6
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tuberkulosis paru atau TBC paru dilakukan dengan pemberian
obat antituberkulosis atau OAT, misalnya isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol. Kombinasi obat-obat ini dikonsumsi secara teratur dan diberikan dalam jangka
waktu yang tepat meliputi tahap awal dan tahap lanjutan. Artikel ini akan membahas
penatalaksanaan tuberkulosis pada orang dewasa. Terapi tuberkulosis untuk anak-anak
dapat ditinjau di artikel tuberkulosis paru anak.
Pada tahap awal (fase intensif), obat diberikan tiap hari selama 2 bulan, yakni
berupa kombinasi isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol. Lalu, pada tahap
lanjutan, obat diberikan tiap hari selama 4 bulan, yakni berupa isoniazid dan rifampisin.
Pengobatan fase lanjutan juga dapat diberikan dalam waktu 7 bulan, terutama untuk
kelompok pasien dengan TB paru resisten obat, pasien dengan kultur sputum yang tetap
positif setelah pengobatan fase intensif 2 bulan, dan pasien dengan HIV yang tidak
mendapatkan obat antiretroviral (ARV). Vitamin B6 juga umum diberikan bersama
dengan isoniazid untuk mencegah kerusakan saraf (neuropati). Streptomisin merupakan
antibiotik bakterisidal yang memengaruhi sintesis polipeptida. Streptomisin sering kali
tidak termasuk dalam regimen obat TB paru lini pertama dikarenakan tingkat
resistensinya yang cukup tinggi. Dosis OAT lini pertama untuk dewasa adalah isoniazid
5 mg/kgBB (dosis maksimal 300 mg/hari), rifampisin 10 mg/kgBB (dosis maksimal 600
mg), pirazinamid 25 mg/kgBB, dan etambutol 15 mg/kgBB. Streptomisin juga dapat
diberikan dengan dosis sebesar 15 mg/kgBB.[1,2,8,15,17,18].
7
Medikamentosa Tuberkulosis Paru yang Resisten
TB paru yang resisten obat disebabkan oleh bakteri tuberkulosis yang resisten
terhadap minimal satu regimen obat lini pertama tuberkulosis. Multidrug-resistant TB
(MDR-TB) adalah kasus TB yang resisten terhadap >1 OAT, yang meliputi isoniazid dan
rifampisin. Extensively drug-resistant TB (XDR-TB) adalah tipe MDR-TB yang ditandai
dengan resistensi terhadap isoniazid dan rifampisin, fluorokuinolon apa pun, dan minimal
satu dari tiga obat injeksi lini kedua (amikacin, kanamisin, dan lainnya).
Durasi total pengobatan dapat dilakukan dalam waktu 9–11 bulan, di mana durasi tahap
intensif adalah 4–6 bulan dan durasi tahap lanjutan adalah 5 bulan. TB paru yang resisten
terhadap isoniazid (dengan atau tanpa resistensi streptomisin) dapat diterapi dengan
rifampisin, pirazinamid, dan etambutol selama 6 bulan. Terapi dapat diperpanjang hingga
9 bulan bila kultur sputum tetap positif setelah 2 bulan.nTB paru yang resisten terhadap
rifampisin dapat diberikan isoniazid, flurokuinolon, dan etambutol selama 12–18 bulan,
yang disertai dengan pirazinamid selama 2 bulan pertama.
Pasien dalam terapi TB paru perlu menjalani evaluasi berkala untuk menilai
respons terhadap terapi OAT. Pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA) dilakukan
pada akhir fase intensif. Sputum BTA yang positif pada akhir fase intensif dapat
mengindikasikan dosis OAT yang kurang, kepatuhan minum obat yang buruk, adanya
komorbiditas, atau adanya resistensi terhadap obat lini pertama. Pemeriksaan sputum
BTA dilakukan kembali pada akhir pengobatan TB. Jika sputum menunjukkan hasil
positif, pengobatan bisa dikatakan gagal dan pemeriksaan resistensi obat perlu dilakukan.
Pada pasien dengan sputum BTA negatif di akhir fase pengobatan intensif dan akhir fase
lanjutan, pemantauan sputum lebih lanjut tidak diperlukan.
WHO menyarankan terapi profilaksis pada penderita tuberkulosis laten. Regimen yang
direkomendasikan adalah:
• 6H atau 9H: isoniazid tiap hari selama 6 bulan atau 9 bulan
• 3HP: isoniazid dengan rifapentin tiap minggu selama 3 bulan
• 3HR: isoniazid dengan rifampisin tiap hari selama 3 bulan
• 4R: rifampisin tiap hari selama 4 bulan
• 1HP: isoniazid dengan rifapentin tiap hari selama 1 bulan
• H+B6+CPT: isoniazid, vitamin B6, dan kotrimoksazol tiap hari selama 6 bulan
khusus untuk orang dengan HIV/AI
8
II. KONSEP BERSIHAN JALAN NAFAS
1. Terapi uap
Cara membersihkan paru-paru yang pertama adalah melakukan terapi uap secara
rutin. Terapi uap umumnya melibatkan penghirupan uap untuk membuka saluran
udara dan membantu paru-paru mengeluarkan lendir. Uap berguna untuk menambah
kehangatan dan kelembapan pada udara, sehingga dapat meningkatkan pernapasan
serta membantu mengencerkan lendir di saluran napas. Menghirup uap air atau dari
difuser memberikan kelegaan langsung dan membantu bernapas menjadi lebih
mudah.
Batuk adalah cara tubuh mengeluarkan racun secara alami yang terperangkap di
dalam lendir. Bantuk yang terkendali dapat membantu mengencerkan lendir berlebih
di paru-paru dan mengirimkannya melalui saluran udara.
Biasanya, dokter akan menganjurkan penderita penyakit paru obstruktif kronis atau
PPOK melakukan latihan ini. Beberapa langkah yang bisa diikuti, yakni duduk di
kursi dengan bahu rileks, lipat lengan di atas perut, tarik napas perlahan melalui
hidung. Condongkan tubuh ke depan, lalu batuk 2 sampai 3 kali sambil mengeluarkan
napas.
3. Olahraga teratur
Olahraga teratur bisa juga menjadi cara membersihkan paru-paru dengan aman dan
mudah. Rutin berolahraga dapat meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta
9
menurunkan risiko berbagai penyakit serius seperti stroke dan jantung. Latihan fisik
memaksa otot untuk bekerja lebih keras sehingga meningkatkan laju tubuh dan
menghasilkan suplai oksigen yang lebih besar. Meskipun olahraga mungkin sulit
dilakukan beberapa orang dengan kondisi paru-paru kronis, namun terdapat berbagai
manfaat lebih yang bisa diperoleh.
Cara membersihkan paru-paru dapat pula dilakukan dengan teratur mengonsumsi teh
hijau. Teh hijau banyak mengandung antioksidan yang dapat membantu mengurangi
peradangan pada paru-paru. Senyawa ini bahkan bisa melindungi jaringan paru-paru
dari efek berbahaya akibat menghirup asap. Sebuah studi baru-baru ini yang
melibatkan lebih dari 1.000 orang dewasa di Korea melaporkan jika minum
setidaknya 2 cangkir teh hijau bisa memiliki fungsi paru-paru yang lebih baik. Maka
dari itu, pastikan untuk mengonsumsi teh hijau untuk membantu membersihkan paru-
paru.
Radang saluran nafas bisa membuat sulit bernapas dan menyebabkan dada terasa
berat serta sesak. Untuk itu, sangat disarankan untuk mengonsumsi makanan anti-
inflamasi untuk membantu mengurangi peradangan dan meredakan gejala akibat
paru-paru yang kotor. Beberapa makanan yang bisa membantu melawan peradangan
antara lain kunyit, sayuran berdaun hijau, ceri, blueberry, zaitun, kenari, dan kacang-
kacangan. Konsumsilah beberapa makanan ini secara rutin agar memiliki paru-paru
yang sehat dan bebas dari polutan.
Pola makan yang sehat dapat memengaruhi kesehatan paru-paru sehingga harus
dijaga dengan baik. Salah satu sumber nutrisi yang bisa dikonsumsi untuk membantu
memperbaiki kesehatan paru-paru adalah vitamin D.
10
III. KONSEP NEBULIZER
Jika muncul keluhan pusing, dada berdebar, atau gelisah saat menggunakan obat,
hentikan pengobatan sejenak. Setelah 5 menit, gunakan kembali nebulizer, tetapi cobalah
untuk bernapas lebih perlahan. Bila keluhan masih juga muncul, hentikan penggunaan
nebulizer dan segera konsultasikan ke dokter.
Copot cangkir nebulizer dan corong mulut, lalu bersihkan dengan air hangat yang
telah dicampur detergen atau sabun.
Selang penyambung kompresor dengan nebulizer tidak perlu dicuci. Biasanya,
dokter akan menganjurkan untuk mengganti selang tersebut secara rutin.
Keringkan alat yang telah dicuci dan letakkan di tempat yang bersih.
Sebelum disimpan, pastikan nebulizer sudah kering sepenuhnya.
11
Selain itu, nebulizer juga perlu disterilkan setiap seminggu sekali. Cara mensterilkan
nebulizer, yaitu:
12
BAB III
TATA LAKSANA KASUS
Umur : 32 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Nelayan
Agama : Islam
Keluhan utama : Pasien mengeluh batuk dahak dan nafas sesak 3 hari.
Kesadaran : Composmetris
Bronkovesikular +/+, ronki
basah kasar +/+ , wheezing,
ekspirasi memanjang (+)
Tekanan Darah :104/73mhg
Suhu : 36,4’c
Nadi : 101x/m
Pernafasan : 24x/m
13
C. Analisis
1. Diagnosa
Tn. S usia 32 tahun dengan bersihan jalan nafas tidak efektif yang berhubungan
dengan BD.
2. Kebutuhan
- Combivent 2x1
3. Fisioterapi dada
3. Intervensi
1. Monitor TTV dan KU pasien
2. Monitor saturasi oksigen
3. Atur semi fowler
4. Beri O2 sesuai kebutuhan
5. Anjurkan minum air putih hangat
6. Lakukan fisioterapi
7. Kolaborasi nebulize
14
D. Implementasi
1. Memberi oksigen 3ml/menit (nasal kanul)
2. Memberi inhalasi/nebulizer ventolin 4x1 dan combivent 2x1
3. Mengatur fisioterapi dada
4. Memberi minum air hangat
5. Melakukan ttv dan ku kepada pasien
6. Mengatur monitor saturasi oksigen
7. Mengatur semi fowler
8. Memberi O2 sesuai kebutuhan
9. Menganjurkan minum air putih hangat
10. Melakukan fisioterapi
11. Mengkolaborasi nebulizer
E. Evaluasi
S : Pasien datang dengan keluhan sesak nafas (+)
O : Kesadaran umum : lemah
Kesadaran : cmposmetris
Bronkovesikular +/+,
ronki basah kasar +/+ ,
wheezing, ekspirasi
memanjang (+)
TekananDarah:104/73mh
Suhu : 36,4’c
Nadi : 101x/m
Pernafasan : 24x/m
15
BAB IV
PEMBAHASAN
Tuberkulosis (TB) Paru Definisi TB Paru Tuberkulosis (TB) merupakan infeksi yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang merupakan bakteri aerob berbentuk batang dan
tidak berbentuk spora (Knechel, 2009). Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan
oleh M. Tuberculosis, suatu bakteri aerob yang tahan asam (acid-fast bacillus). TB merupakan
infeksi melalui udara dan umumnya didapatkan dengan inhalasi partikel kecil (diameter 1 hingga 5
mm) yang mencapai alveolus. Transmisi TB paru Mycobacterium tuberculosis menyebar melalui
droplet di udara, yang disebut nukleus droplet, disebabkan oleh batuk, bersin, berbicara atau
nyanyian dari orang dengan tuberkulosis paru atau laring. Droplet yang sangat kecil tinggal di udara
selama beberapa menit hingga jam setelah meludah. Jumlah basil pada droplet, virulensi basil,
terpaparnya basil pada sinar ultraviolet, dan derajat ventilasi mempengaruhi transmisi. Masuknya M
tuberculosis ke paru memicu infeksi sistem pernafasan; meskipun organisme dapat menyebar ke
organ lain, seperti limpa.
Patofisiologi 6 Sekali dihirup, droplet infeksius diam di sepanjang jalan nafas. Sebagian
besar basil tertahan di bagian atas jalan nafas dimana terdapat sel goblet yang mensekresi mukus.
Mukus yang dihasilkan menangkap substansi asing, dan silia pada permukaan sel secara terus
menerus mendorong partikel yang terjebak untuk berpindah. Sistem ini menyebabkan tubuh
mengeluarkan pertahanan fisik awal yang mencegah infeksi pada sebagian besar orang yang terkena
tuberkulosis. Bakteri pada droplet yang melewati sistem mukosiliari dan mencapai alveoli dengan
cepat dikelilingi dan ditelan oleh makrofag alveolar, sel efektor imunitas yang paling banyak di
rongga alveolar. Makrofag ini, garis pertahanan host berikutnya, adalah bagian dari sistem imunitas
bawaan dan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk merusak mycobakteria yang masuk dan
mencegah infeksi. Makrofag memiliki sel fagosit yang melawan banyak patogen tanpa
membutuhkan pajanan terhadap patogen sebelumnya. Beberapa mekanisme dan reseptor makrofag
terlibat dalam penangkapan mycobacteria. Lipoarabinomannan mycobacterial adalah kunci untuk
reseptor makrofag. Sistem tambahan juga memainkan peranan dalam fagositosis bakteri. Protein C3
terikat pada dinding sel dan meningkatkan pengenalan makrofag terhadap mycobakteri.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Berdasarkan hasil saat melakukan kegiatan praktik klinik dasar, saya sedikit
memberikan saran agar para mahasiswa mempersiapkan diri lebih lanjut. Hal ini
dapat dilakukan dengan menguasai pelajaran yang diterapkan di dalam kampus.
Dengan begitu, praktik klinik dasar dalam sebuah rumah sakit nanti akan lebih
mudah.
Tidak hanya itu saja, saya juga ingin memberi saran khususnya kepada pihak
rumah sakit yang sudah menerima kami untuk dapat melaksanakan kegiatan praktik
klinik dasar dengan lancar dan baik.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://id.123dok.com/article/latar-belakang-perbedaan-kadar-pasien-pasca-riwayat- l
https://search.yahoo.com/search?fr=mcafee&type=E211US885G0&p=Latar+belakang
https://www.alomedika.com/penyakit/pulmonologi/tuberkulosis-paru/etiologi
https://search.yahoo.com/search?fr=mcafee&type=E211US885G0&p=TANDA+DAN+G
EJALA+TB+PARU
https://search.yahoo.com/search;_ylt=AwrjalMBMSRjlSQF3SVXNyoA;_ylc=X1MDMj
c2NjY3OQRfcgMyBGZyA21jYWZlZQRmcjIDc2ItdG9wBGdwcmlkA0hYZUt6LmRzV
FhhNVJ6eFQ0Z1lreUEEbl9yc2x0AzAEbl9zdWdnAzEwBG9yaWdpbgNzZWFyY2gue
WFob28uY29tBHBvcwMwBHBxc3RyAwRwcXN0cmwDMARxc3RybAMyMgRxdWV
yeQNQQVRPRklTSU9MT0dJUyUyMFRCJTIwUEFSVQR0X3N0bXADMTY2MzMx
NjI0MA
https://search.yahoo.com/search;_ylt=AwrjRwwAPCRjw6wEBApXNyoA;_ylc=X1MD
Mjc2NjY3OQRfcgMyBGZyA21jYWZlZQRmcjIDc2EtZ3Atc2VhcmNoBGdwcmlkA091
QVhicUxVU3FPWl85SVhvc1ZIVEEEbl9yc2x0AzAEbl9zdWdnAzIEb3JpZ2luA3NlYX
JjaC55YWhvby5jb20EcG9zAzEEcHFzdHIDa29uc2VwIG1lbWJlcnNpaGthbiBqYWxh
biBuYWZhcyB0YiBwYQRwcXN0cmwDMzcEcXN0cmwDMzkEcXVlcnkDa29uc2VwJ
TIwbWVtYmVyc2loa2FuJTIwamFsYW4lMjBuYWZhcyUyMHRiJTIwcGFydQR0X3N
0bXADMTY2MzMxOTEyMQR1c2VfY2FzZQM-?p=konsep+
18