Anda di halaman 1dari 8

Nama :

NIM : 19.1.1.0
Kelas : AS 6 B
Mata Kuliah : Kajian Fatwa Munakahat

Penelitian mengenai Adat Pernikahan (Adat Molearu) di Daerah Bolaang Mongondow


Utara (BOLMUT), Kec. Bolangitang Barat, Desa Bolangitang Satu (I)

DESKRIPSI ADAT MOLEARU


Adat pernikahan yang dilakukan di daerah Bolaang Mongondow Utara dinamakan
dengan adat Molearu. Adat Molearu adalah suatu kebiasaan masyarakat Bolaang
Mongondow Utara sejak jaman kerajaan Kaidipang, Bolangitang dan Bintauna dalam prosesi
adat pernikahan yang dilaksanakan kepada kedua calon mempelai yang belum melanggar
adat, yaitu:
1.) Sang calon pengantin perempuan belum hamil diluar nikah.
2.) Kedua mempelai pengantin kawin lari (Nohotangagu) dikarenakan tidak ada restu dari
kedua orang tua.

Pelaksanaan adat molearu dilaksanakan sehari sebelum dilangsungkan ijab qabul.


Adat molearu merupakan adat yang sakral bagi kedua calon pengantin yang akan melepaskan
masa mudanya menuju kejenjang perkawinan yaitu dalam ikatan keluarga yang Sakinah
Mawaddah Warahmah dengan balutan adat yang kental dan mengandung makna kehidupan
yang akan dilalui metreka, di Ridhoi oleh Allah SWT. harmonis, berbudaya serta memiliki
keturunan anak yang sholeh dan sholehah, rukun sampai akhir hayat.

Alat dan Proses Molearu


1.) Alat perlengkapan Molearu yang disiapkan pihak mempelai perempuan
a. Kakapurang
b. Seiendang
c. Payung
d. Seperangkat Kabila (Kapur Makan, Sirih, Pinang)
e. Piring putih satu buah
f. 2 gelas air putih
g. Payung adat
h. Kebokan (tempat cuci tangan)
i. Doduea (tempat air kumuran)
j. Selembar kain batik dipakai oleh calon pengantin perempuan
k. Batu qiqir
2.) Alat perlengkapan Molearu disiapkan pihak mempelai laki-laki
a. Dila-dila (mayang pinang yang belum mekar) diablut dengan kain ptuih dan
disisipkan uang seberapa keikhlasan keluarga mempelai laki-laki.
(maknanya uang tersebut adalah roh kehidupan dari kedua mempelai)
b. Sepasang ayam jantan dan perempuan.

Proses Molearu

Setelah selesai prosesi adat penyerahan harta mahar oleh pelaku adat dari pihak
keluarga laki-laki ke keluarga mempelai perempuan, disaksikan oleh pemangku adat, pelaku
adat pihak mempelai perempuan dan para undangan, dilanjutkan dengan permohonan
keluarga pihak mempelai laki-laki melalui pembicara adat untuk memhongo (bermohon)
pelaksanaan molearu pada kedua calon pengantin. Disambut oleh pelaku adat dari pihak
mempelai perempuan dan disilahkan untuk membawa adat perlengkapan learu di ruang atau
kamar pengantin perempuan. Kemudian keluarga orang tua kedua mempelai bersama-sama
dengan pelaku adat menyaksikan prosesi molearu.

Pelaku adat molearu sudah bersiap-siap lalu mempersilahkan kedua mempelai


mendekati tempat molearu. Calon mempelai perempuan didahulukan dan berbaring di Dila-
dila (mayang pinang yang belum mekar) dan dibangun tidurkan 3 kali oleh orang tua
perempuan dari pihak calon pengantin laki-laki dan dibawah payung adat, sesudah itu pelaku
adat mengambil batu qiqir diusapkan kepada calon pengantin perempuan yang sedang
berbaring di dila-dila dari wajah pelipis sampai di dagu sebanyak 3 kali dengan membaca doa
sebagai berikut:

“Bismillah Batu Alumina” proses gosok qiqir gigi berjalan sambil


membaca/mengucapkan:

1) Assalamu’alaikum Nurumata, Nuru Paja, Raja Sawali, Akupun Tawar Bisa, Aku
Mobisa-Bisa.
2) Assalamu’alaikum Besikum, Besi Minggir.
Artinya : Melalui tatapan mata cara berpakaian mempesona dan kharismatik
walaupun banyak persoalan yang dihadapi mereka bisa menyelesaikannya.

Sesudah selesai mengikir gigi, calon pengantin perempuan bangun berkumur


membuang air ludah di wadah Doduea. Kemudian calon pengantin laki-laki dibaringkan tapi
tidak memakai dila-dila lagi dan prosesnya seperti pelaksanaannya qiqir gigi pada calon
mempelai perempuan. Calon mempelai laki-laki bangun dan berkumur sambil membuang air
ludah di wadah Doduea.

Selanjutnya mereka disuguhkan kapur sirih umtuk dimakan lalu membuang air ludah
di wadah Doduea.

Selesai makan pinang dilanjutkan dengan pemberian tanda darah ayam betina untuk
calon pengantin perempuan dan ayam jantan untuk calon pengantin laki-laki sambil duduk
berdekatan. Dila-dila diambil oleh pelaku adat molearu diperlihatkan kepada keluarga
mempelai laki-laki untuk di tepuk dan di ambil inti ekor mayang pinang diciumkan ke calon
mempelai laki-laki dan dibasuhkan diwajah sambil dibacakan shalawat oleh pelaku adat
molearu dengan bacaan “Allahuma Shali Ala Syaidinah Muhammad Wa’Ali Sayidinah
Muhammad” kemudian calon pengantin laki-laki meletakan tangan kanannya diatas perut
perempuan sambil mengucapkan do’a “Rabbana Hablana Min Azwaajina Wadzurri-
yaatina Qurrata A’yunin Waaj’alna Lilmuttaqiina Imaaman”.

Artinya: “Ya Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami, dan keturunan
kami sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang
bertaqwa (Qs. Alfurqan 74)”.

Selesai sudah prosesi adat molearu pihak orang tua perempuan dan calon mempelai
laki-laki berjabat tangan satu sama lain, lalu menyerahkan sedekah kepada pelaku adat
molearu bersamaan penyerahan sepasang ayam yang dipakai dalam proses adat molearu.

NILAI FILOSOFIS MOLEARU

1. Molearu : Mengikir gigi atas dan bawah diratakan dengan menggunakan batu khusus
yang sudah menjadi penetapan adat molearu.
Makna yang terkandung : Agar sifat buruk yang ada pada kedua calon pengantin akan
dihilangkan sehingga dalam memulai kehidupan rumah tangga yang baru mereka
saling menghargai dan bersikap adil, kharismatik, mempesona, mampu
menyelesaikan persoalan dalam rumah tangga.
2. Payung Adat : Pada saat pengantin perempuan tidur di dila-dila dalam proses
molearu dinaungi dengan payung adat dan kakapuran.
Dengan makna yang terkandung : Calon pengantin kelak menjadi suami istri yang
terlindung dari bahaya dan mendapat keturunan yang sholeh dan sholehah dalam
keluarga yang dibingkai dengan adat istiadat dan turun-temurun.
3. Dila-Dila (Mayang Pinang Yang Belum Mekar) : Sebagai sarana bagi calon
pengantin perempuan untuk pembaringan dalam proses molearu.
Kandungan makna : Ketika kedua pasangan sudah resmi menjadi suami istri,
pengantin perempuan memberikan keturunan yang banyak sholeh dan sholehah, suci
bersih dan sehat seperti bakal buah yang ada di dalam dila-dila (mayang pinang yang
belum mekar).
Pepatah leluhur menyatakan “Banyak Anak Banyak Rezeki”
4. Pinang : adalah tumbuhan monokitil berbiji tunggal mempunyai batang yang lurus,
berdiri tegak tidak bercabang, berbuah lebat serta kaya akan manfaat. Pinang tidak
menganggu tanaman yang ada disekitarnya.
Makna yang terkandung : Seorang istri selalu setia kepada suami dan taat kepada sang
penciptanya Allah SWT.
5. Momama/Monilo : Setelah selesai prosesi mengikir gigi kedua mempelai disilahkan
umtuk makan pinang dan sirih.
Dengan makna : Prosesi molearu sudah selesai dengan baik, kedua keluarga
mempelai menerima dengan senang hati dan bahagia.
6. Dugua (Penggunaan Darah Ayam) : Setelah selesai prosesi molearu (Mengikir
Gigi), kedua calon pengantin diberikan tanda darah ayam di jidat antara dua alis.
Dengan makna : Dalam mencapai kehidupan rumah tangga yang sakinnah mawaddah
warahmah. Kedua pasangan pengantin baru ini hidup damai, rukun, sampai akhir
hayat.

PANDANGAN ISLAM DALAM ADAT MOLEARU (MENGIKIR GIGI)

Hukum Mengikir Gigi

Mengikir gigi secara sar’i (jelas) Melalui Sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa Allah
melaknat wanita-wanita yang mengikir gigi agar lebih cantik dan wanita-wanuita mengubah
ciptaan Allah” (HR Bukhari Muslim). Tentu saja yang dimaksudkan bukan hanya wanita
saja. Dan tentu bukan hanya tindakan mengikir gigi yang diharamkan melainkan seluruh
tindakan yang bertujuan mengubah ciptaan Allah SWT.

Dalam hadits shahih larangan mengikir gigi tersebut jelas tujuannya untuk mengubah
ciptaan Allah SWT. Mukallaf (pelaku) diistilahkan dengan wanita sebagai isyarat bahwa
tindakan tersebut bertujuan untuk kecantikan, jadi rumusnya perbuatan yang mengubah organ
tubuh dengan alasan untuk cantik adalah HARAM.

Namun dalam memandang permasalahan ini, perubahan lebih mengedepankan


(NARASI) syari’ah (tujuan yang melatarbelakangi perbuatan tersebut). Berdasarkan kaidah
Fiqih ”AL-AMURUH BIMA QASHIDIHA” suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia
dinilai dari TUJUAN melakukannya.

Adapun jika ada tujuan-tujuan lain yang disebabkan uzur syar’i seperti pengobatan
menutupi aib/cacat, maka hal ini diperbolehkan. Hal ini berdalil dari hadits yang di
riwayatkan Abdurahman Bin Tharafa, bahwa kakenya mengalami cacat dihidungnya ketika
mengikuti perang Nabi Muhammad yang memerintah untuk menutupi hidupnya dengan emas
(H.R. Abu Daud).

Berdasarkan dalil tersebut diatas, maka pelaksanaan ADAT MOLEARU bukanlah


suatu perbuatan yang melanggar hukum agama dengan maksud mempercantik diri namun
mengandung makna :

Prosesi molearu adalah suatu adat turun temurun dari masyarakat Bolmut pada
pelaksanaan pesta perkawinan dengan tujuan : Kedua calon mempelai dalam
mengarungi bahtera rumah tangga yang memiliki landasan adat budaya dan agama
yang kokoh dengan keyakinan bahwa kehidupan dalam keluarga akan bahagia
terpelihara, terbina dan mendapatkan keturunan anak-anak yang sholeh dan sholehah,
sehat jasmani dan rohani menuju keluarga yang Sakinnah Mawaddah Warahmah.
Aamiin.
FOTO BERSAMA TOKOH ADAT DAN TOKOH AGAMA
BPK RAHMAT ANTOGIA
BPK MUSTAFA KAPISO
BPK HIROCI S. HANAPI
PROS
ES WAWANCARA DENGAN TOKOH ADAT DAN TOKOH AGAMA
WAWANCARA DENGAN SANGADI (KEPALA DESA BOLANGITANG 1)
BAPAK AZIZ PONTOH

Anda mungkin juga menyukai