( KALIMANTAN SELATAN)
Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2013/2014
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dra. Rahayu Dewi, M.Si selaku pembimbing
dan dosen pengajar mata kuliah Pengolahan Hidangan Khusus, atas dukungan serta
bimbingan yang diberikan. Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang telah memberikan dukungan dan motivasi untuk tetap semangat dalam menyelesaikan
tugas ini.
Penyusunan tugas ini banyak sekali kekurangan,oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran agar dalam proses penyusunan tugas yang akan datang dapat diselesaikan
lebih baik lagi.
Akhirnya makalah ini dapat kami selesaikan.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dengan baik serta menjadi inspirasi untuk semua orang yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN
Demikian pula perkawinan adat orang banjar adalah satu aspek budaya banjar
yang harus dilestarikan kebudayaannya, karena prosesi perkawinan tersebut menjadi
identitas dan jati diri orang banjar. Berbagai tata cara adat istiadat yang berkaitan
dengan prosesi perkawinan yang berkembang di tengah-tengah masyarakat kecamatan
Banjarmasin Barat adalah menjadi wujud pelestarian budaya yang sangat bermanfaat
bagi generasi muda dewasa ini. Khususnya upaya mempelajari tata kehidupan adat
perkawinan masyarakat banjar sejak dulu sampai sekarang.
Mayoritas agama yang dipeluk oleh penduduk adalah agama Islam dan
selanjutnya adalah agama Kristen katholik. Adapun jumlah pemeluk agama tersebut
94,64 % Islam, 2,10 % katholik. Pemukiman penduduk dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu pemukiman di tepi sungai dan pemukiman di tepi jalan darat. Sedangkan ynag
bermukim di tepi sungai pada umunya sungai masih sangat berperan bagi sebagian
penduduk. Di samping dimanfaatkan sebagai MCK juga berfungsi sebagai transportasi.
Penduduk membuat rumah di tepi sungai bahkan akan menjorok di atas air. Sedangkan
2. TUJUAN
Tujuan umum :
Mengetahui adat pernikahan dari suku banjar
Tujuan khusus :
Mengetahui rangkaian adat pernikahan pada suku banjar, mulai dari acara lamaran,
pra-pernikahan dan saat pernikahan
Untuk mengetahui ragam dfan hidangan adat Banjar
Untuk mengetahui ragam sesaji adat Banjar
3. TINJAUAN PUSTAKA
Id.wikipedia.org, 4-12-2013
Dalam peristiwa itu selalu terjalin dengan harmonis ketentuan menurut agama
dan adat istiadat sebagai lembaga tak tertulis yang dipatuhi tanpa pertentangan –
pertentangan antara satu dengan yang lainnya dalam strata masyarakat adat. Suku
banjar sebagai salah satu suku bangsa Indonesia di Kalimantan Selatan yang juga
mempunyai tata cara keadatan tentang peristiwa perkawinan itu, meskipun keadatan
tersebut telah mengalami perubahan – perubahan secara evolusi. Adat istiadat yang
menurut kurun waktunya sangat menonjol adalah pada abad ke-18, suatu gambaran
yang dapat dinilai secara fisik maupun psikis adalah pembauran antara peninggalan
zaman Hindu, Islam dan pengaruh asing lainnya. Secara kronologis, maka peristiwa
perkawinan menurut adat suku Banjar dapat diuraikan sebagai berikut:
1. BASASULUH
Bilamana seseorang telah sampai saat ingin kawin lazimnya oleh keluarganya
yang terdekat diadakanlah apa yang yang dinamakan “Basasuluh”. Yakni ingin
2. BADATANG
Pihak keluarga pria pada saatnya yang diberitahukan sebelumnya, datang dengan
beberapa orang ke rumah calon isteri yang disebut dengan istilah “badatang”. Kedatang
ini diterima antara kedua keluarga calon suami isteri itu secara traditional biasanya
lahirlah dialog yang mempunyai versi prosa liris bahasa daerah Banjar yang umumnya
disebut Baturai Pantun, yakni berbalas pantun antara keluarga pihak calon.
Adat orang banjar tidak mengenal istilah Batunangan atau Bapacaran. Istilah
‘Balarangan’ tidak sama dengan istilah ‘Batunangan’, karena belarangan adalah suatu
perencanaan ancer – ancer para pihak orang tua masing – masing, ketika kedua anak
masih remaja.
Menurut adat seorang gadis yang akan kawin, maka untuk selama 40 hari
sebelumnya dia tidak diperkenankan keluar rumah. Selama itu dia harus membersihkan
diri, berlangsir mempercantik dirinya, yang disebut dengan istilah ‘bekasai’, sekaligus
dia diberi beberapa nasehat.
3. BATIMUNG
Bagi pengantin pria maupun wanita terutama menjelang hari persandingan dua
atau tiga hari sebelumnya, maka pada malam harinya harus melaksanakan mandi uap
yang dikenal dengan istilah ‘Batimung’. Diharapkan dengan batimung ini akan
menguras habis keringat tubuh, menyehatkan dan mengharumkan tubuh pengantin
4. MANDI – MANDI
Pada waktu pagi hari menjelang acara persandingan siang, pengantin wanita
melangsungkan acara mandi – mandi pengantin dengan air yang ditaburi macam –
macam bunga. Pada daerah Kuala kadang – kadang disebut dengan istilah ‘Badudus’
atau ‘Bapapai’ dengan mayang Pinang. Jumlah bunga – bunga yang dioerlukan lebih
banyak dan lebih berkesan sebagai salah satu upacara.
Acara mandi – mandi dilakukan oleh tiga orang wanita tua yang telah
berpengalaman, yang umumnya dipimpin oleh seorang bidan kampong atau wanita tua
lainnya. Selesai mandi, pengantin wanita disuruh menjejak telur ayam sampai pecah
dengan ujung tumit. Ketika itu juga pengantin wanita tersebut dicukur yaitu dengan
istilah ‘Belarap’, membikin cecantung pada kiri kanan wajahnya. Biasanya kemudian
diikuti acara selamatan kecil dengan nasi lamak (ketan) berinti gula merah dan pisang
mauli.
5. BATAPUNG TAWAR
Seiring dengan acara mandi – mandi tadi pada saat itu juga diadakan acara
‘batapung tawar’, dimaksudkan sebagai penebus atas berakhirnya masa perawan bagi
seorang wanita. Untuk itu disediakan apa yang dinamakan ‘piduduk’, yaitu seperangkat
keperluan pokok bahan makanan dalam wadah sasanggan (bokor kuning) yang terdiri
dari sagantang beras, sebiji nyiur, gula merah, seekor ayam betina hitam, telur ayam
tiga butir, lading, lilin, sebiji uang bahari (perak), jarum dengan benangnya, sesuap
sirih, rokok daun, dan rerempah dapur. Isi piduduk: beras melambangkan rezeki, nyiur
melambangkan lemak (kehidupan), gula merah lambing manis (kehidupan), ayam
lambing cangkal becari, telur ayam lambang sum-sum, lading makna semangat yang
keras, lilin lambang penerangan, uang lambang persediaan dalam hidup, jarum dan
benang lambang ikatan suami isteri, sesuap sirih lambang kesatuan, rokok daun
lambang kelaki-lakian, rerempah dapur lambang keterampilan kerja di dapur.
Selanjutnya seluruh isi piduduk ini diberikan kepada bidan kampong yang memimpin
acara mandi – mandi. Untuk yang hadir pada acara betapung tawar disuguhi air teh
manis atau kopi dengan kue, bubur habang bubur putih, cucur, wadai gincil, wadai
galang, dan lakatan ber-inti.
7. BATAMAT AL-QUR’AN
Baik pengantin pria maupun pengantin wanita pada waktu menjelang acara
persandingan biasanya melangsungkan acara betamat Qur’an yakni membaca kitab suci
Al-Qur’an sebanyak 22 surah yang dimulai dari surah ke 93 (Ad-Dhuha) sampai
dengan surah ke 114 (An-Nas) ditambah dengan beberapa ayat pada surah Al-Baqarah,
ditutup dengan do’a khatam Qur’an, pembaca do’a biasanya guru mengaji pengantin
tersebut.
Suatu kebiasaan yang unik dan lucu, ialah apabila pengantin telah sampai pada
bacaan surah ke 105 (Al-Fiil) biasanya ramailah anak-anak dan remaja di sekitar itu
memperebutkan telur masak sekaligus memakannya. Sebab menurut cerita konon yang
mendapatkan telur masak itu akan menjadi terang hatinya, cepat menjadi pandai
membaca kitab suci Al-Qur’an.
8. WALIMAH
Yang dimaksud dengan ‘walimah’ ialah suatu pesta perkawinan dalam rangkaian
acara-acara perkawinan tersebut. Besar kecilnya walimah ini trgnatung pada
kemampuan keluarga ‘ahli bait’ masing.
Menurut adat orang Banjar maka pohon (ahli bait atau tuan rumah) tidak aktif
untuk bekerja dalam persiapan itu. Justru tetangga lah yang akan melaksanakan semua
tugas-tugas, yang dibentuk semacam kepanitiaan yang disusun secara lisan saja.
Biasanya membagi-bagi tugas sebagai berikut:
1. Nang jadi kepala gawe (pimpinan kegiatan)
2. Nang meurus tajak sarubung (mendirikan tenda)
3. Nang meurus pengawahan (bagian masak nasi dan ikan)
4. Nang meurus karasmin (mengurus kesenian)
5. Nang besaruan lalakian (pengundang untuk pria)
6. Nang besaruan bebinian (pengundang untuk wanita)
7. Nang menerima saruan (penerima tamu)
9. PETATAIAN
Petataian (pelaminan) dibuat secara khusus yang merupakan ciri khas banjar yang
biasanya diletakkan tepat di ‘tawing halat’ (dinding batas tengah rumah) atau yang
lazim disebut balai kencana. Terdapat juga yang dibangun khusus yang disebut balai
warti yang terdiri dari tempat duduk untuk dua orang pengantin pria dan wanita yang
berlatar belakang air Gucci yang gemerlapan dan pada kiri kanannya agak kebelakang
tersusun bantal yang bersarung merah atau kuning bersulam benang emas, yang disebut
‘tetumpangan’. Di belakang tetumpangan terdapat pucuk tetumpangan yang berbentuk
segitiga sama kaki dengan ornamen yang serasi dengan tetumpangannya. Di situ
tersedia pula sesajian di atas piring kuningan besar yang diletakkan di atas bokor
sesanggan kuningan.
10. BATATAIAN
Merupakan puncak dari acara perkawinan menurut adat banjar ini adalah pada
upacara betataian (bersanding) pada tempat petataian. Acara ini yang dianggap paling
bahagia oleh kedua pengantin ataupun keluarga mereka.
a. Pengantin wanita.
Pengantin wanita dengan tat arias pengantin bak amar gelung pancar matahari,
baju lenagn pendek yang berendas epanjang pinggirannya, dikenal dengan nama
baju poko. Dipangkal kedua tangannya terpasang kilat bahu dan gelang tangan
jenis gelang tabu-tabu dilengkapi dengan menggunakan sepasang gelang kaki
emas berbentuk akar atau buku manisan.
b. Pengantin Pria
Pakaian pengantin pria mengenakan baju jas buka yang terdiri dari baju bagian
dalam warna putih, baju luar jas buka dengan warna yang sesuai dengan warna
celana. Tutup kepala disebut laung tutup yang mempunyai cirri khas banjar
tersendiri yaitu simpul laung dalam bentuk ‘lam djalalah’, memakai kalung
samban dengan bogam melati sebanyak tiga atau lima, membawa kembang
palimbaian menuju rumah pengantin wanita.
B. Ragam Hidangan
Ragam hidangan yang biasanya dihidangkan pada pernikahan suku banjar hampir
sama dengan daerah kutai. Namun, yang membedakan ialah tidak adanya ketan pada
hidangan kue pernikahn. Sedangkan untuk sajian yang sering dipakai untuk pernikahan
suku banjar ialah 40 macam kue nusantara seperti amparan tatak, apam, binka kentang,
binka telur, kue cincin dan sari muka. Sedangkan hidangannya ialah gulai, kari, soto
banjar, sate banjar, ayam masak habang banjar.
C. Ragam Sesaji
D. Menu/Nama Hidangan
Hidangan berupa:
Soto banjar dengan pelengkap, ketupat, su’un, perkedel kentang, seledri, kecap asin
dan irisan telur.
Gulai
Kare
Acar mentah, acar matang
Sate
Buras
Ayam masak habang banjar
40 aneka macam kue nusantara seperti amparan tatak, binka kentang, binka telur,
kue cincin, apam, sari muka dsb
Minuman : es nangka selasih.
Soto banjar
Bahan:
Air 3L
ayam kampung, potong 2 bagian 1 ekor (1 kg)
Bumbu, haluskan:
bawang merah haluskan, sisihkan 10 butir
bawang putih haluskan, sisihkan 5 siung
Jahe 3 cm
Merica 1 sdt
Pala 1 sdt
sdm garam 1½
Pelengkap:
Ketupat
suun kering, seduh air panas, tiriskan 100 g
Taburan:
bawang pre, iris tipis 1 batang
seledri, iris tipis 2 batang
Kecap manis
1. Panaskan air hingga mendidih. Masukkan bawang merah, garam dan bawang putih
yang sudah dihaluskan serta sedikit air asam. Masukkan ayam kampung hingga
empuk dan matang. Angkat sisihkan.
2. Didihkan air kaldunya dengan api kecil untuk menjadi kuah soto. Sisihkan.
3. Panaskan minyak, tumis bumbu halus, masukan separuh pada air rebusan ayam,
masukkan ayam, angkat ayam, masukkan sisa bumbu halus.
4. Atur bahan pelengkap dan ayam suwir dalam mangkuk saji. Siram dengan kuah soto
yang masih panas. Taburi bahan taburan, beri air jeruk nipis dan kecap, jika suka.
Sajikan.
Untuk 6 porsi
Bahan:
ayam 1 ekor
garam 1 sdm
gula merah (bisa diganti gula putih) 2 sdt
lombok merah kering (buang biji) 1 ons
air asam jawa 1 sdm
air 1.5 L
kayu manis 3 cm
minyak goreng untuk menumis bumbu 5 sdm
Bumbu halus :
bawang putih 4 siung
bawang merah 10 butir
jahe 2 cm
terasi 1 bks
Cara Membuat:
1. Bersihkan ayam, potong-potong, lumuri dengan air asam jawa dan sedikit garam,
goreng hingga matang dan agak kering. Sisihkan.
2. Rebus lombok merah kering sampai lembek, saring dan haluskan. T
3. umis bumbu halus sampai harum dan berubah warna, tambahkan lombok merah yang
sudah dihaluskan, garam, gula, dan kayu manis.
4. Setelah bumbu berubah warna dan harum, masukan ayam, aduk sampai bumbu
menyatu pada ayam.
5. Aduk sebentar, tambahkan air, masak sampai matang, dan kuah agak menyusut.
Sajikan.
Bahan
* sapi potong-potong 1 kg
* santan 400 ml
* serai, memarkan 1 batang
* daun jeruk 2 lbr
* lengkuas, memarkan 2 cm
* asam kandis 2 buah
* air 250 ml
* garam 1 sdt
*gula merah
*cabe merah segar
*kayu manis
* kelapa rendang
* Penyedap secukupnya
Bumbu halus :
Cara Mengolahnya :
1. Tumis bumbu halus, serai, daun jeruk dan lengkuas sampai harum
2. Masukan dagingn yang telah di bumbui air asam, aduk rata, lalu tambahkan air dan
santan,gula merah, kelapa rendang, cabe merah segar dan kayu manis aduk perlahan
daging masak, aduk perlahan supaya santannya tidak pecah.
3. Terakhir garam dan penyedap, jika sudah sampai mendidih angkat dan siap sajikan
Bahan Lapisan I:
Lapisan II:
Cara Membuat:
1. Campur tepung beras, santan, gula pasir, vanili, dan garam aduk sampai rata.
2. Masukkan potongan pisang aduk rata, tuang adonan dalam loyang persegi 20 cm yang
sudah dioles dengan minyak dan dialasi dengan plastik tahan panas.
3. Kukus dalam dandang panas selama 30 menit sampai adonan matang.
4. Campur semua lapisan II, tuang ke atas lapisan I, kukus kembali selama 45 menit atau
sampai kue matang.
Untuk 15 Potong
Nb:
Pilih pisang yang benar-benar manis. Bila waktu dipotong, lapisan kue terpisah berarti waktu
mengukus kue terlalu lama.
Bahan :
telur : 2 butir
santan : 500 cc
Cara membuat :
Campur tepung dengan santan, air kapur sirih, dan air garam, aduk rata. Tuang ke
dalam Loyang yang telah diolesi minyak, kukus hingga setengah matang, angkat
Kocok telur bersama gula merah, tambahkan 2 sdm tepung beras supaya kental.
Tuang di atas adonan kukus yang setengah matang tadi. Kukus seluruhnya hingga
matang benar
Es Nangka Selasih
Bahan :
- air kapur sirih : 1 sdt
- garam : 1/8 sdt
- jeruk lemon, peras airnya : 2 buah
- biji selasih siap paka i : 2 sdm
- gula pasir : 200 gram
- nangka matang, cuci bersih, potong bundar : 300 gram
- air : 500 cc
- es batu : secukupnya
Cara membuat :
Lampiran
budayaindonesia.com budayaindonesia.com
Kepustakaan
http://cupep.blogspot.com/2011/04/perkawinan-adat-banjar.html
http://kuliner.ilmci.com/resep/2011/12/sari-muka.aspx
http://masakan-indonesiakita.blogspot.com/2013/01/kue-ini-berasal-dari-kalimantan-
selatan.html
Wawancara Langsung dengan Ibu Rini, salah satu dosen jurusan Manajemen Pendidikan,
Unesa yang merupakan warga aseli Banjar.