Anda di halaman 1dari 9

ISLAM DAN BUDAYA LOKAL DI KALIMANTAN SELATAN

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Sejarah Kebudayaan Islam Lokal”

Disusun oleh:

Muhamad Dzulfikar Hidayat : 190105010511


Muhammad Hamdan : 190105010500
Muhammad Rifky : 190105010517

Dosen Pengampu :
Muh. Arief Budiman, S.EI., M.Sy

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI BANJARMASIN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PRODI EKONOMI SYARIAH
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita berbagai macam
kenikmatan, sehingga hidup yang kita jalani akan selalu membawa keberkahan, baik di kehidupan
dunia ini, lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang
ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuhmanfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah berpartisipasi sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan. Kami menyadari, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun isi makalah,untuk itu besar harapan
kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah
kami dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain.

Banjarmasin, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................... . 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2

C. Tujuan Masalah.....................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................................. 2

A. Hubungan Islam dengan Budaya di Kalimantan Selatan..................................... 2

B. Pola Interaksi Masyarakat Banjar dengan Agama Islam...................................... 4

BAB III : PENUTUP ..................................................................................................... 7

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 8

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orang Banjar ialah orang penduduk asli dari daerah sekitar kota Banjarmasin
yang mana daerahnya meluas hingga ke Kota Martapura, Kabupaten Banjar dan
wilayah disekitarnya. Adapun Bahasa yang dipakai oleh masyarakat banjar ialah
Bahasa Banjar yang mana sejatinya merupakan pecahan dari Bahasa Melayu, karena
diduga kuat bahwasanya nenek moyang masyarakat Banjar ini adalah berintikan
pecahan suku bangsa Melayu yang dikembangkan oleh suku bangsa yang mendiami
Sumatera dan Tanah Semenanjung Melayu.

Sebelum masuknya Islam ke pulau Kalimantan, rata-rata agama penduduknya


ialah Hindu-Buddha bisa juga memeluk agama kepercayaan yaitu Kaharingan yang
tentu saja sangat berbeda dengan ajaran Islam. Walaupun suatu proses Islamisasi
masyarakat Kalimantan hingga kini terus berjalan melalui berdakwah dan melalui
Pendidikan akan tetapi sisa-sisa kepercayaan maupun budaya agama terdahulunya,
tidak sepenuhnya dikikis sehingga beberapa bagian masih ada yang berpengarih
terhadap keberagaman dan kebudayaan umat Islam hingga saat ini.

Setelah berlalu masa yang sangat lama dan mulai lah adanya akulturasi antara
penduduk asli yang secara umum biasanya dinamakan suku Dayak dengan imigran
yang datang kemudian terbentuknya tiga sub suku yaitu Banjar Pahuluan, Banjar
Batang Banyu Banjar Kuala. Pada asasnya Orang pahuluan ialah penduduk daerah
lembah sungai-sungai yang berhulu ke pegunungan Meratus. Orang Batang Banyu
mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar Kuala mendiami daerah
sekitar Banjarmasin dan Martapura.

Dari berbagai rentetan maupun persentuhan dari berbagai budaya, maka


budaya Banjar seakan-akan tenggelam dan kehilangan keaslian atau orisinalitasnya
karena Banjar sangat terbuka terhadap datangnya budaya dari luar. Terlebih ketika
daerah pesisir menjadi basis dan pusat kerajaan yan menbuat budaya Banjar lebih
terbuka lagi. Maka dapt dilihat bahwa budaya banjar punya watak demokratis yang
mana hal ini ditandai dengan sangat terbukanya dan sedemikian lenturnya budaya
Banjar dalam menerima berbagai budaya yang ada pada mulanya asing.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan Islam dengan budaya di Kalimantan Selatan?

2. Bagaimana pola interaksi masyarakat Banjar dengan Agama Islam?

C. Tujuan Masalah

1. Guna mengetahui hubungan Islam dengan budaya di Kalimantan Selatan

2. Untuk mengetahui pola-pola interaksi dalam Masyarakat Banjar dengan Agama


Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Islam Dengan Budaya di Kalimantan Selatan

Dalam hitungan historis, suku Banjar adalah hasil pembauran unik dari sejarah
sungai-sungai Bahau, Barito Martapura dan Tarebanio (Idwar Saleh: 1978). Adapun
masyarakat Banjar itu terdiri dari tiga golongan yaitu Banjar Muara (Kuala), Banjar
Hulu, dan juga Banjar Batang Banyu1. Dari tiga kelompok golongan ini dalam
perkebannya yang mana mengalami sebuah proses yang namanya akulturasi budaya
yang saling mengisi dan juga saling memperbaharui.

Pada proses pewarisan budaya Banjar tidak hanya terjadi secara turun
menurun, akan tetapi juga ada pengaruh dari kondisi yang lain berupa kesatuan
wilayah serta kesatuan agama, bahkan adanya pembaharuan yang unik antara
penduduk asli. Dalam rentetan sejarah berikutnya kebudayaan Banjar dimulai sebagai
pencampuran kebudayaan Melayu, Banjar dan kebudayaan Maanyan sebagai
kebudayaan inti yang membentuk kerajaan Tanjungpura dengan menganut agama
Buddha.2

Ada banyak sekali budaya lokal yang masih sampai saat ini sering dilakukan
di daerah Kalimantan selatan yaitu Banjarmasin dan sekitarnya baik yang mana
budaya tersebut dilakukan secara periodik serta memiliki sifat yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat salah satu contoh diantaranya ialah hari al-Syura beserta bubur
al-Syura, bemaulidan, baayun maulid, betampung tawar, bapalas bidan.

1. Hari al-Syura (10 Muharram) dan Bubur al-Syura


Hari Muharram adalah bulan pertama dalam tahun Islam. Sebelum Rasulullah
SAW hijrah dari Mekkah menuju Yatsrib, yang mana penaman bulan dibuat
mengikuti tahun Masehi. Dalam masyarakat Banjar, masih banyak terdapat
pembuatan bubur al-Syura yang mana kegiatan tersebut bertepatan pada tanggal
10 Muharram tiap tahunnya. Mengapa dinamakan dengan bubur al-Syura,
dikarenakan pada hari itulah masyarakat Banjar bersama-sama gotong royong
untuk membuat bubur itu. Adapun keistimewaan dari bubur al-Syura masyarakat
Banjar ini ialah bahan-bahan yang digunakan untuk membuat bubur ini . Konon
1
Pongsibanne. H Lebba Kadorre, ISLAM DAN BUDAYA LOKAL (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2017) hlm 47
2
Ibid, hlm 47

3
katanya, bahan yang digunakan untuk mrmbuat bubur ini berjumlah lebih dari 40
macam. Biasanya bubur al-Syura terbuat dari beras yang dimasak dengan Santan
dan akan dicampurkan dengan segala sayur-sayuran.3

Adapun kebiasaan dari masyarakat Banjar memulai unuk memasak bubur al-
Syura ini Ketika siang hari dan mulai dibagikan kepada masyarakat luar pada sore
hari guna dijadikan hidangan untuk berbuka puasa. Hikmah yang dapat diambil
dalam pembuatan bubur ini ialah dapat dijadikan syiar Islam dan juga dapat
mempererat tali silaturahmi antar tetangga, masyarakat sekitar dan lainnya.

2. Bemaulidan

Maulidan berasal dari bahasa Arab yaitu maulid yang telah dibanjarkan untuk
menunjukkan pada suatu acara perayaan yang telah dikenal sebagai maulid Nabi
yang mana acara ini memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAWy yang
jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Adapun dalam perayaan ini umat Islam
banyak cara untuk merayakannya dengan cara yan berbeda-beda, yang sesuai
dengan pola kebudayaan masing-masing dengan contoh didaerah D.I Yogyakarta
yang mana diadakan acara Grebek dengan dilengkapi acara adat Jawa seperti
mengarak benda besejarah milik sultan, mengarak makanan hingga ke masjid
agung dan selanjutnya makanan itupun akan diperebutkan masyarakat.

Di daerah Kalimantan Selatan khususnya daerah Hulu Sungai (dari


Kabupaten Tapin hingga Kabupaten Tabalong) ada kegiatan yang sangat menarik
yaitu melaksanakan perayaan maulid ini satu bulan penuh yang dibagi nantinya
perkampung, supaya tidak terjadi dalam satu hari bersamaan maulid dalam
kampung itu. Keunikannya pula adalah perayaan maulid dalam satu kampung
yang dipusatkan di masjid raya ataupun masjid agung. 4 Adapun keuangan yang
digunakan untuk acara maulid biasanya berasal dari dana hibah, sumbangan dari
masyarakat setempat yang sudah dikumpulkan jauh-jauh hari. Nantinya akan
dibentuk suatu kepengurusan guna lancarnya acara maulid ini ada yang menjadi
pelola keuangan, konsumsi, dokumentasi, dan lain hal sebagainya.

3
Hasan, “ISLAM DAN BUDAYA BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN”, Jurnal Ittihad, Vol. 14 No.25 (April, 2016)
hlm. 82
4
Ibid, hlm 83

4
3. Baayun Maulid

Kata baayun ini dari bahasa banjar yang berarti mengayun. Baayun maulid ini
dilaksanakan Ketika pembacaan maulid Nabi pada saat bacaan yang dibaca saat
keadaan berdiri. Waktu itulah anak akan diayun-ayun guna mengharap barokah
dari Nabi SAW. Berdasarkan tradisi asalnya, ada tata cara maayun anak dalam
kegiatan ini yaitu bapalas bidan sebagai tradisi yang berlandakan kepada
kepercayaan Kaharingan dan saat agama Hindu berkembang pada wilayah itu
maka berkembang lah pula budaya yang serupa dengan baayun anak ini yaitu
baayun wayang (diawali oleh pementasan wayang), baayun topeng (diawali oleh
pementasan topeng), serta baayun madihin (mengun sambil menadakan syair
madihin).5

Adapun ayunan yang dipakai itu dibuat tiga lapis, pada lapis pertama
menggunakan kain sarigading (sasirangan), lapisan kedua menggunakan kain
kuning dan pada lapisan ketiga yaitu kain bahalai (sarung panjang tanpa
sambungan). Para orang tua yang akan melaksanakan baayun ini diharapkan
menyiapkan piduduk (makanan) yang berupa beras, gula merah, kelapa, telor
ayam, benang, jarum, dan garam serta uang receh. Pada makanan ini sebagai
lambang filosofis.

Di kota Banjarmasin sendiri acara baayun maulid ini diadakan di komplek


Makam Sultan Suriansyah, Walaupun acaranya tidak sebesar yang ada di Masjid
al-Karamah desa Banua Halat Kabupaten Tapin.

4. Bahaulan

Kalangan masyarakat Banjar, peristiwa duka seperti kematian umumnya tidak


selesai hingga dikuburkannya mayat. Ada yang diiringi dengan berbagai acara
selamatan atau aruh. Adapun sebutan-sebutan namanya sebagai berikut:

a. Hari Pertama (manurun tanah)

b. Hari Ketiga (maniga hari)

c. Kedua puluh lima (manyalawi)

d. Keempat puluh (maampatpuluh hari)

5
Ibid, hlm 84

5
e. Ke seratus (manyaratus)

f. Sesudah dan setiap tahun (bahaulan)

Adapun rangkaian kegiatan bahaulan ini yaiu pembacaan al-Qur’an kepada


Nabi serta tahlil yang mana itu akan dihadiahkan kepada mayyit yang
bersangkutan dan diakhir dengan membaca do’a haul ataupun do’a arwah yang
berisi permohonan kepada Allah SWT agar apa yang dibaca berupa bacaan Al-
Qur’an, shalawat atas Nabi dan juga tahlil diberikan pahala yang besar, dan
menghadiahkan pahala tersebut kepada Nabi Muhammad SAW.

Anda mungkin juga menyukai