MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Sejarah Kebudayaan Islam Lokal”
Disusun oleh:
Dosen Pengampu :
Muh. Arief Budiman, S.EI., M.Sy
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan kita berbagai macam
kenikmatan, sehingga hidup yang kita jalani akan selalu membawa keberkahan, baik di kehidupan
dunia ini, lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang
ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuhmanfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta teman-teman
sekalian yang telah berpartisipasi sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan. Kami menyadari, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun isi makalah,untuk itu besar harapan
kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah
kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang
kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN........................................................................................... . 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN.............................................................................................. 2
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 8
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang Banjar ialah orang penduduk asli dari daerah sekitar kota Banjarmasin
yang mana daerahnya meluas hingga ke Kota Martapura, Kabupaten Banjar dan
wilayah disekitarnya. Adapun Bahasa yang dipakai oleh masyarakat banjar ialah
Bahasa Banjar yang mana sejatinya merupakan pecahan dari Bahasa Melayu, karena
diduga kuat bahwasanya nenek moyang masyarakat Banjar ini adalah berintikan
pecahan suku bangsa Melayu yang dikembangkan oleh suku bangsa yang mendiami
Sumatera dan Tanah Semenanjung Melayu.
Setelah berlalu masa yang sangat lama dan mulai lah adanya akulturasi antara
penduduk asli yang secara umum biasanya dinamakan suku Dayak dengan imigran
yang datang kemudian terbentuknya tiga sub suku yaitu Banjar Pahuluan, Banjar
Batang Banyu Banjar Kuala. Pada asasnya Orang pahuluan ialah penduduk daerah
lembah sungai-sungai yang berhulu ke pegunungan Meratus. Orang Batang Banyu
mendiami lembah sungai Negara, sedangkan orang Banjar Kuala mendiami daerah
sekitar Banjarmasin dan Martapura.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam hitungan historis, suku Banjar adalah hasil pembauran unik dari sejarah
sungai-sungai Bahau, Barito Martapura dan Tarebanio (Idwar Saleh: 1978). Adapun
masyarakat Banjar itu terdiri dari tiga golongan yaitu Banjar Muara (Kuala), Banjar
Hulu, dan juga Banjar Batang Banyu1. Dari tiga kelompok golongan ini dalam
perkebannya yang mana mengalami sebuah proses yang namanya akulturasi budaya
yang saling mengisi dan juga saling memperbaharui.
Pada proses pewarisan budaya Banjar tidak hanya terjadi secara turun
menurun, akan tetapi juga ada pengaruh dari kondisi yang lain berupa kesatuan
wilayah serta kesatuan agama, bahkan adanya pembaharuan yang unik antara
penduduk asli. Dalam rentetan sejarah berikutnya kebudayaan Banjar dimulai sebagai
pencampuran kebudayaan Melayu, Banjar dan kebudayaan Maanyan sebagai
kebudayaan inti yang membentuk kerajaan Tanjungpura dengan menganut agama
Buddha.2
Ada banyak sekali budaya lokal yang masih sampai saat ini sering dilakukan
di daerah Kalimantan selatan yaitu Banjarmasin dan sekitarnya baik yang mana
budaya tersebut dilakukan secara periodik serta memiliki sifat yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat salah satu contoh diantaranya ialah hari al-Syura beserta bubur
al-Syura, bemaulidan, baayun maulid, betampung tawar, bapalas bidan.
3
katanya, bahan yang digunakan untuk mrmbuat bubur ini berjumlah lebih dari 40
macam. Biasanya bubur al-Syura terbuat dari beras yang dimasak dengan Santan
dan akan dicampurkan dengan segala sayur-sayuran.3
Adapun kebiasaan dari masyarakat Banjar memulai unuk memasak bubur al-
Syura ini Ketika siang hari dan mulai dibagikan kepada masyarakat luar pada sore
hari guna dijadikan hidangan untuk berbuka puasa. Hikmah yang dapat diambil
dalam pembuatan bubur ini ialah dapat dijadikan syiar Islam dan juga dapat
mempererat tali silaturahmi antar tetangga, masyarakat sekitar dan lainnya.
2. Bemaulidan
Maulidan berasal dari bahasa Arab yaitu maulid yang telah dibanjarkan untuk
menunjukkan pada suatu acara perayaan yang telah dikenal sebagai maulid Nabi
yang mana acara ini memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAWy yang
jatuh pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Adapun dalam perayaan ini umat Islam
banyak cara untuk merayakannya dengan cara yan berbeda-beda, yang sesuai
dengan pola kebudayaan masing-masing dengan contoh didaerah D.I Yogyakarta
yang mana diadakan acara Grebek dengan dilengkapi acara adat Jawa seperti
mengarak benda besejarah milik sultan, mengarak makanan hingga ke masjid
agung dan selanjutnya makanan itupun akan diperebutkan masyarakat.
3
Hasan, “ISLAM DAN BUDAYA BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN”, Jurnal Ittihad, Vol. 14 No.25 (April, 2016)
hlm. 82
4
Ibid, hlm 83
4
3. Baayun Maulid
Kata baayun ini dari bahasa banjar yang berarti mengayun. Baayun maulid ini
dilaksanakan Ketika pembacaan maulid Nabi pada saat bacaan yang dibaca saat
keadaan berdiri. Waktu itulah anak akan diayun-ayun guna mengharap barokah
dari Nabi SAW. Berdasarkan tradisi asalnya, ada tata cara maayun anak dalam
kegiatan ini yaitu bapalas bidan sebagai tradisi yang berlandakan kepada
kepercayaan Kaharingan dan saat agama Hindu berkembang pada wilayah itu
maka berkembang lah pula budaya yang serupa dengan baayun anak ini yaitu
baayun wayang (diawali oleh pementasan wayang), baayun topeng (diawali oleh
pementasan topeng), serta baayun madihin (mengun sambil menadakan syair
madihin).5
Adapun ayunan yang dipakai itu dibuat tiga lapis, pada lapis pertama
menggunakan kain sarigading (sasirangan), lapisan kedua menggunakan kain
kuning dan pada lapisan ketiga yaitu kain bahalai (sarung panjang tanpa
sambungan). Para orang tua yang akan melaksanakan baayun ini diharapkan
menyiapkan piduduk (makanan) yang berupa beras, gula merah, kelapa, telor
ayam, benang, jarum, dan garam serta uang receh. Pada makanan ini sebagai
lambang filosofis.
4. Bahaulan
5
Ibid, hlm 84
5
e. Ke seratus (manyaratus)