Anda di halaman 1dari 14

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik. Tidak lupa
penulisucapkan terimakasih kepada Ibu Dosen Ni Nyoman Suastini, S.Ag.,M.Ag
selaku Dosen Pengampu mata kuliah Acara Agama Hindu .

Penulis sangat berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penulis selaku penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam


menyusun makalah ini. Karna terbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Denpasar, 16 Oktober 2023

Penulis.

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.......................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................2
1.3 TUJUAN MASALAH.......................................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................................................3
2.1 SEJARAH TRADISI MESURYAK DI DESA BONGAN..................................................................3
2.2 RANGKAIAN TRADISI MESURYAK DI DESA BONGAN...........................................................4
2.3 MAKNA DARI TRADISI MESURYAK DI DESA BONGAN.........................................................5
2.4 KEUNIKAN DARI TRADISI MESURYAK.......................................................................................6
BAB III...............................................................................................................................................................8
PENUTUP..........................................................................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................................................8
3.2 SARAN.....................................................................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUA

1.1 LATAR BELAKANG


Budaya lokal telah hidup ditengah masyarakat dan biasannya lahir dari dorongan spiritual
masyarakat dan ritus ritus lokal yang secara rohani sangat penting bagi kehidupan sosial suatu
lingkungan masyarakat di desa. Budaya lokal tersebut memiliki hubungan yang erat dengan
masyarakat di suatu lingkungan dengan seluruh kondisi alam di lingkungan tersebut. Budaya lokal
adalah salah satu komponen yang memberikan jati diri masyarakat sebagai hubungan komunitas
yang spesial, yang eksis diantara bangsa-bangsa di dunia ini. maka perlu menumbuhkan
kesadaran bagi generasi muda untuk lebih memahami budaya yang dimilikinya.
Budaya local akan lebih memiliki makna karena mampu mendorong semangat kecintaan pada
kehidupan manusia dalam semesta. Budaya local sebagaimana seni secara historis selalu memiliki
makna konstektual, dimana seni tidak bisa dilihat tanpa fungsi tertentu bagi sebagaian masyarakat
masing-masing budaya. salah satu budaya local yang terdapat dalam desa desa sendiri dimana
keberadaanya masih kental sampai sekarabg yaitu tradisi. Tradisi adalah kesamaaan benda
material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun masih ada hingga kini dan belum
dihancurkan atau dirusak. Tradisi dapat diartikan sebagai warisan yang benar atau warisan masa
lalu. Namun demikian tradisi yang terjadi berulang-ulang bukanlah dilakukan secara kebetulan
atau disengaja. Lebih khusu lagi, tradisi dapat melahirkan kebudayaan dalam masyarakat itu
sendiri. Kebudayaan yang merupakan hasil dari tradisi memiliki paling sedikit tiga wujud, yaitu
:
a. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma, peraturan ( ideas)
b. Wujud kiebudayaan sebagai kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat ( activities )
c. Wujud kebudayaan benda-benda hasil karya manusia ( artefact)

Salah satunya yaitu Tradisi Mesuryak di Desa Bongan. Tradisi Mesuryak ini merupakan
warisan dari nenek moyang / leluhur yang sudah ada sejak dahulu kala. Dimanaa tradisi ini
bertujuan untuk menhantarkan arwah leluhur agar kembali ketempat peristirahatannya sekaligus
symbol ucapan syukur masyarakat atas berkah yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi

1
Wasa

2
sehingga masyarakat membagikan sesuatu yang berharga ( seperti uang) untuk saling berbagi antar
sesama.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan membuat makalah yang bejudul “
Tradisi Mesuryak di Desa Bongan “ dengan tujuan untuk menambah pengetahuan penulis dan juga
pembaca agar mengetahui tradisi mesuryak tersebut.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1.2.1 Sejarah Tradisi Mesuryak di Desa Bongan


1.2.2 Bagaimana rangkaian Tradisi Mesuryak di Desa Bongan
1.2.3 Makna dari Tradisi Mesuryak di Desa Bongan
1.2.4 Keunikan dari Tradisi Mesuryak di Desa Bongan

1.3 TUJUAN MASALAH


Berdasarkan Rumusan Masalah yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan tujuan sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana sejarah dari Tradisi Mesuryak di Desa Bongan
1.3.2 Untuk mengetahui bagimana rangkaian dari Tradisi Mesuryak di Desa Bongan
1.3.3 Untuk mengetahui makna dari Tradisi Mesuryak di Desa Bongan
1.3.4 Untuk mengetahui keunikan dari Tradisi Mesuryak di Desa Bongan

3
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 SEJARAH TRADISI MESURYAK DI DESA BONGAN


Tradisi Mesuryak bermula di Kerajaan Tabanan. Kerajaan ini adalah salah satu
kerajaan yang menyatakan diri berdaulat penuh di Bali serta merupakan kerajaan paling maju
pada masanya. Kala itu, Desa Bongan merupakan salah satu kekuasaan Raja Tabanan yang
mengalami serangan hantu, lalu Raja Tabanan memerintahkan bawahannya untuk menghadapi
pengacau dengan senjata Tulup Empat. Utusan Raja Tabanan ini akhirnya berhasil
mengalahkan pengacau tersebut.
Desa Bongan saat berada di bawah pemerintahan Raja Tabanan memiliki kekayaan
alam hasil pertanian yang melimpah. Maka tak khayal bila harta Raja Tabanan kala itu tidak
ada habisnya. Meskipun begitu, sang raja terkenal akan kedermawannya dan sangat bijaksana
kepada seluruh rakyatnya.
Tradisi Mesuryak ini merupakan warisan dari nenek moyang / leluhur yang sudah ada
sejak dahulu kala. Dimana tradisi ini bertujuan untuk menghantarkan arwah leluhur agar
kembali ke tempat peristirahatannya sekaligus symbol ucapan syukur masyrakat atas berkah
yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa sehingga masyarakat membagikan sesuatu
yang berharga ( seperti uang ) untuk saling berbagi antar sesama.
Tradisi mesuryak ini merupakan sebuah rangkaian akhir dari hari raya galungan dan
kuningan, umat hindu percaya bahwasannya leluhur mereka akan turu kembali ke bumi dan
berada disamping mereka di hari Raya Galungan dan seterusnya berada bersama mereka hingga
penghujung hari raya galungan yaitu hari Raya Kuningan. Mesuryak dilakukan segera setelah
persembahyangan kuningan dilakukan. Selanjutnya yaitu mesuryak, dilakukaan dengan cara
melempar uang ke udara sambal bersorak ( mesuryak) dan memperebutkan uang tersebut.
Traidis ini bertujuan sebagai tanda terima kasih dan doa kepada leluhur yang kembali ke Swarga
loka, uang tersebut dipercaya sebagai bekal untuk para leluhur.
Tradisi mesuryak menjadi suatu tradisi sendiri bagi masyarakat Bongan. Tradisi ini
diadakan setiap 6 bulan sekali ( menurut kalender bali) yang pelaksanaanya pada hari raya
galungan – kuningan.

4
2.2 RANGKAIAN TRADISI MESURYAK DI DESA BONGAN
Tradisi mesuryak merupakan tradisi yang sangat sederhana pelaksanaanya. Tidak
memerlukan sarana yang sulit dan rangkaian acaranya pun mudah. Tradisi ini dilaksanakan
pada pukul 09.00 WITA- 12.00 WITA hal ini dikarenakan masyarakat setempat meyakini
bahwa leluhur telah kembali ke nirwana setelah jam 12.00 siang. Inti atau hal yang sangat utama
dalam tradisi ini adalah uang, dan banten tentunya. Banten yang digunakan dalam tradisi ini
juga sangat sederhana yaitu banten kuningan yang pada mulanya dihaturkan terlebih dahulu di
merajan dan dibawa serta dihaturkan kembali pada lebuh ( pintu masuk )

Banten kuningan yang dipakai sebenarnya tidak aa aturan yang pasti terkait apa saja
yang ada di dalamnya, karena setiap daerah memiliki aturan banten yang berbeda, namun untuk
banten umum yang biasa ada pada hari raya kuningan adalah gebogan, punjung, selanggi, dan
pelengkap lainnya. Banten yang menjadi ciri khas pada mesuryak ini adalah terdapat daksina
pengadeg dan rantasan, daksina pengadeg merupakan suatu simbolis untuk para leluhur dan
rantasan disebutkan sebagai pakaian mereka.

Selain banten yang sederhana rangkaian acara pada tradisi mesuryak ini pun sangat
sederhana, dimulai dengan pelaksanaan persembahyangan hari raya kuningan dengan
mengaturkan banten di merajan masing-masing. Selanjutnya, banten dibawa Bersama-sama ke
lebuh, daksina pengadeg biasanya berisi kancut/benang tersebut dibawa secara beriringan
seperti ekor. Setelah semua banten siap dan dijajakan dari lebuh, untuk kedua kalinya banten
disusun dan nantinya akan disembahyangkan, namun persembahyangan yang dilakukan bisa
diwakilkan. Sehari sebelum kuningan atau yang disebut penampahan kuningan uang yang
dipakai untuk mesuryak sebagai simbolis dikumpulkan dan ditempatkan pada kuangen di
daksina pengadeg saat dimerajan lalu dikumpulkan diatas rantasan saat sudah berada dilebuh.
5
Banten diaturkan kembali dengan mengucap rasa syukur dan doa kepada para leluhur
untuk berterima kasih serta memohon tuntunan dalam hidup. Kemudian saat setelah diaturkan
uang yang dikumpulkan diambil kembali oleh orang yang akan melempar pada prosesi
mesuryak, juga bisa ditambahkan sesuai kemampuan. Biasanya uang tersebut dilempar ke udara
lalu orang-orang akan berebut untuk mengambil uang sebanyak-banyaknya, namun didalam
tradisi ini tidak boleh timbul perselisihan dan perkelahian. Mesuryak bisa diikuti oleh semua
orang baik dari satu keluarga besar atau dari luar keluarga, hal yang penting untuk bisa megikuti
traidisi mesuryak adalah keberanian dan mental yang kuat untuk bersama-sama berebut untuk
mengambil uang yang dilemparkan,

2.3 MAKNA DARI TRADISI MESURYAK DI DESA BONGAN


Setiap budaya dan tradisi yang digelar tentu memiliki makna dan maksud tertentu,
sehingga mereka yang melaksanakan tradisi tersebut tidak berhenti dari waktu ke waktu dan
melakukanya, begitu juga halnya dengan Tradisi Mesuryak. Tujuan dan makna dari tradisi
Mesuryak di Desa Bongan Tabanan adalah untuk memberi bekal dan mengantarkan roh leluhur
kembali ke alam nirwana dengan rasa suka cita. Oleh umat Hindu para roh leluhur turun ke
dunia di saat hari Raya Galungan dan kembali ke surga di Hari Raya Kuningan, dan oleh warga
desa Bongan Tabanan diberikan perbekalan seperti beras dan juga uang sehingga dilakukan
tradisi Mesuryak.

Setelah sepuluh hari roh leluhur bersama keluarga di dunia, maka pada hari Raya
Kuningan diantarkan kembali dengan suka cita, bersorak beramai-ramai dalam tradisi
Mesuryak tersebut. Dalam tradisi tersebut warga melempar uang ke udara diperebutkan oleh
warga lainnya, sambil bersorak gembira dan beramai-ramai, pelaksanaannya secara bergiliran.
Sebelum acara puncak dari tradisi Mesuryak ini digelar, warga melakukan persembahyangan
di pura keluarga dan di pura Kahyangan Tiga desa setempat, selanjutnya setiap warga
melakukan persembahyangan di depan pintu masuk rumah bisa dipimpin oleh orang yang
dituakan atau oleh Pemangku. Sesaji depan rumah ini ditutup dengan Tradisi Mesuryak,
anggota keluarga memberi bekal kepada roh leluhur yang akan kembali ke alam nirwana,
perbekalan tersebut berupa uang kepeng, namun sekarang warga lebih cenderung memakai
uang logam recehan dan juga uang kertas, bahkan sampai uang pecahan 100-ribuan, semuanya
sesuai kemampuan dengan suka cita, tanpa paksaan. Uang-uang tersebut dilemparkan ke udara
kemudian diperebutkan oleh warga yang telah berkumpul di depan rumah dengan sorakan
dan
6
kegembiraan. Tradisi Mesuryak ini dilakukan mulai pagi hari jam 9.00 kemudian berakhir
berakhir jam 12 siang, dan setelah jam 12 siang ini leluhur diyakini telah kembali ke alam
surga.

Tradisi Mesuryak atau lempar uang ke udara ini dilakukan bergiliran dari rumah ke
rumah, sehingga setiap warga bisa berebut uang secara adil, bagi yang memiliki kemampuan
ekonomi lebih tinggi ada kemungkinan memberi bekal yang lebih banyak juga dan semua
dilakukan dengan keikhlasan dan tanpa paksaan. Dalam balutan kegembiraan setiap warga
antusias menyaksikan tradisi Mesuryak ini dan sebagian warga juga berebut hujan uang
tersebut. Jumlah yang didapatkanpun bervariasi oleh warga dan ini bukanlah tujuan utamaya,
yang menjadi inti, makna dan tujuan tradisi Mesuryak ini adalah rasa bahagia, suka cita
memberikan bekal pada leluhur agar kembali ke alam surga dengan damai dan tenang. Secara
Niskala bekal yang diberikan berupa persembahan atau sesajen, dan secara skala (nyata)
memberikan bekal uang. Diyakini juga oleh warga dengan memberi bekal kepada leluhur tentu
akan ada timbal baliknya juga seperti rejeki yang lebih muda. Saat tradisi Mesuryak digelar,
terpancar rasa kebersamaan dan keakraban antar warga. Tradisi yang sudah mendarah daging
ini juga menjadi sebuah atraksi wisata yang bisa dinikmati oleh para wisatawan, termasuk juga
para warga yang terlibat langsung dalam tradisi tersebut baik itu anak-anak, dewasa, orang tua,
laki-laki maupun perempuan, bercampur dan berbaur, berdesak-desakan, bersorak, penuh
suka cita dan kegembiraan.

2.4 KEUNIKAN DARI TRADISI MESURYAK


Mesuryak adalah salah satu tradisi unik di Bali yang hanya ada di Desa Bongan,
Kabupaten Tabanan. Mesuryak dapat diartikan sebagai bersorak atau bergembira. Jadi dalam
pelaksanaan tradisi ini masyarakat yang menjadi peserta tentunya akan sangat semangat
diimbangi dengan sorak sorainya. Tradisi ini bukan hanya sekedar seru-seruan belaka ton, ada
tujuan dan makna kenapa tradisi ini dilaksanakan secara terus menerus hingga saat ini.

Tujuan dari tradisi ini yakni memberikan rasa bahagia serta suka cita agar ketika
kembali ke surga dengan damai dan tenang. Sedangkan makna dari tradisi Mesuryak adalah
untuk memberikan bekal serta menghantarkan roh leluhur kembali ke alam nirwana dengan
rasa penuh suka cita. Umat Hindu meyakini bahwa roh leluhur akan turun ke dunia pada saat
Hari Raya Galungan dan kembali lagi ke surga di Hari Raya Kuningan. Bila Desa Munggu
Badung memiliki tradisi Mekotek, Desa Bongan punya tradisi Mesuryak saat Hari Raya

7
Kuningan.

8
Dibalik kegembiraan mendapatkan uang saat tradisi ini dilakukan, ada juga
kegembiraan lain yang dirasakan oleh masyarakat setelah melaksanakan tradisi ini. Dalam
tradisi ini, mungkin saja semeton melihat bahwa bekal yang diberikan kesannya bukan untuk
leluhur namun untuk keluarga serta masyarakat lainnya. Tapi hal yang harus semeton ketahui
adalah tradisi ini dilakukan secara skala dan juga niskala sehingga tujuan dan makna yang
diharapkan bisa benar-benar tercapai.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Tradisi mesuryak ini merupakan sebuah rangkaian akhir dari hari raya galungan dan
kuningan, umat hindu percaya bahwasannya leluhur mereka akan turu kembali ke bumi dan
berada disamping mereka di hari Raya Galungan dan seterusnya berada bersama mereka hingga
penghujung hari raya galungan yaitu hari Raya Kuningan. Mesuryak dilakukan segera setelah
persembahyangan kuningan dilakukan. Selanjutnya yaitu mesuryak, dilakukaan dengan cara
melempar uang ke udara sambal bersorak ( mesuryak) dan memperebutkan uang tersebut. Traidis
ini bertujuan sebagai tanda terima kasih dan doa kepada leluhur yang kembali ke Swarga loka,
uang tersebut dipercaya sebagai bekal untuk para leluhur. Tradisi mesuryak menjadi suatu tradisi
sendiri bagi masyarakat Bongan. Tradisi ini diadakan setiap 6 bulan sekali ( menurut kalender
bali) yang pelaksanaanya pada hari raya galungan – kuningan. . Tradisi Mesuryak ini dilakukan
mulai pagi hari jam 9.00 kemudian berakhir berakhir jam 12 siang, dan setelah jam 12 siang ini
leluhur diyakini telah kembali ke alam surga.

3.2 SARAN
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan
tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
Sehingga bisa menghasilkan makalah yang bermanfaat bagi banyak orang.

1
0
DAFTAR PUSTAKA

https://al-anshor.com/jenis/1/ekspresi-budaya-tradisional/30633/tradisi-
mesuryak#:~:text=Tradisi%20mesuryak%20ini%20merupakan%20sebuah,galungan
%20yaitu%20hari%20Raya%20Kuningan.

https://www.jalanmelali.com/tradisi-mesuryak-2/

https://bongan.desa.id/artikel/2020/1/18/tradisi-mesuryak-di-bongan

1
1

Anda mungkin juga menyukai