Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ANTROPOLOGI MASYARAKAT DESA

MENGENALI ADAT MALUKU UPACARA FANGNEA KIDABELA


SUKU MALUKU
Dosen Pengampu : Drs. Adbul Amin, M.psi.

Disusun oleh :
Rozana Berlianti Ramadhani
(202269110015)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS YUDHARTA PASURUAN
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah mata kuliah
"Kimia Dasar".
S elawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad saw. yang telah
memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur'an dan sunah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan satu di antara tugas mata kuliah Antropologi masyarakat desa di program
studi Psikologi Fakultas Psikologi pada Universitas Yudharta Pasuruan
. Makalah yang berjudul "Mengenali Adat Maluku Upacara Fangnea Kidabela" disusun
dalam rangka memenuhi satu di antara tugas mata pelajaran Antropologi masyarakat desa yang
diampu oleh Bapak adbul Amin, M.psi
Makalah ini berisi tentang Menegnali adat istiadat upacara yang berada di salah satu suku
yaitu suku malaku yang disebut dengan upacara fangnea kidabela. Dan juga ada beberapa
rangkaian-rangkaian acara yang terdapat pada upacara fangnea kidabela yang unik.
Meski telah disusun secara maksimal, penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.
Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat dalam
memahami adat istiadat daerah setempat dansaling menghargai, yakni Pancasila dan arti
pentingnya dalam saling menghargai sesama suku, agama, ras dan juga budaya.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
karya ini.

Pasuruan, 22 Januari 2024

Rozana Berlianti Ramadhani


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................1

BAB I ………………………………………………………………………………………....2

PENDAHULUAN.....................................................................................................................2

A. LATAR BELAKANG …………………………………………………………...……...2


B. RUMUSAN MASALAH ………………………………………………………………..3
C. TUJUAN PENULISAN …………………………………………………………………3

BAB II ………………………………………………………………………………………..4

UPACARA YADNYA KASADA SUKU TENGGER

A. Pengertian upacara FANEA KIDABELA


…………………………………......................5

BAB III ……………………………………………………………………………………….6

UPACARA YADNYA KARO SUKU TENGGER

A. Mengenal Upacara Karo Suku Tengger ……………………………………………...6

BAB IV ……………………………………………………………………………………....8

KESIMPULAN ………………………………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
upacara fangnea kidabela yang dalam perspektif budaya Tanimbar merupakan
salah satu wujud kearifan lokal yang mengandung makna penguatan/ pengerasan
terhadap ikatan persaudaraan dan persahabatan antara seluruh penduduk dari dua
kampung atau lebih berdasarkan adat yang bertujuan untuk mempersatukan dan
memperkokoh serta memperkuat masyarakat kidabela/ keselibur/awai dalam wadah
persekutuan yang tidak mudah pecah atau rusak.
Masyarakat Tanimbar mengimplementasikan upacara fangnea kidabela
tersebut dalam bentuk pentasan seni tari kebesaran Tanimbar yaitu tnabar ila 'a untuk
mengisahkan kembali sejarah asal mula dibentuknya persekutuan
kidabela/keselibur/awai antar dua karnpung masyarakat atau lebih. Jadi penuturan
kisah tersebut sebagai bagian dari upacara itu agar seluruh mengetahui dan
memahami karya para leluhur yang telah meletakan dasar persahabatan dan
kekerabatan masyarakat Tanimbar.
Perlu ditegaskan bahwa hingga kini bentuk kekerabatan kidabela/
keselibur/awai sebagai pranata sosial masyarakat Tanimbar masih hidup/ada karena
pada waktu tertentu karnpung-kampung yang berkidabela/berkeselibur/berawai
mengadakan upacara fangnea (rnefanas) atau panas kidabela/keselibur/awai dalam
rangka menghidupkan ingatan/ memori terhadap karya nenek moyang yang bersifat
kolektif di masa lampau sekaligus rnembaharui dan mensakralkan kembali hubungan
itu sebagai sumber kekuatan inspirasi dan aspirasi serta motivasi bagi generasi kini
dan sekarang dalam menjaga, memelihara dan melestarikan warisan budaya tersebut.
Upacara Fangnea Kidabela juga mengandung makna sebagai pemanasan,
pengerasan, dan pemantapan (fangnea) terhadap persahabatan, persaudaraan
(itawatan) dan keakraban M(kidabela) di antara sesama sebagai suatu persekutuan
wilayah teritorial Kampung Sulung di pulau Enus yang terletak di Selaru bagian
selatan pulau Yamdena.
2. RUMUSAN MASALAH
a. Apa yang di maksud dengan upacara fengnea kidabela ?
b. Pada saat apa masyarakat maluku melaksanakan adat upacara fengnea kidabela ?
c. Nilai apa yang bisa di ambil dari adat istiadat upacara fengnea kidabela ?

3. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui adat istiadat suku maluku tentang upacara fengnea kidabela
b. Untuk memberikan nilai nilai kepada masyarakat setempat agar bisa menghargai
sesama suku dan budaya adat istiadat.
c. Untuk mengembangkan dan tetap melestarikan adat istiadat suku maluku agar bisa
berkembang pesat.
BAB II
UPACARA FANGNEA KIDABELA
Upacara adat Fangnea Kidabela digelar oleh masyarakat Kepulauan Tanimbar,
Maluku, sebagai sarana memperkokoh hubungan sosial antarwarga.

Dilansir dari Wikipedia, masyarakat di Kepulauan Tanimbar, Maluku, memiliki


kebudayaan yang mengatur persaudaraan dan kehidupan sosial masyarakat dalam bentuk
Duan Lolat dan Kidabela. Duan Lolat mengatur hubungan sosial masyarakat antara dua desa
atau lebih. Hubungan tersebut diwujudkan dalam bentuk Kidabela.

Upacara Fangnea Kidabela menjadi sarana untuk memperkukuh persatuan dan


kesatuan hidup masyarakat Tanimbar, baik internal maupun eksternal dalam setiap situasi.
Fungsinya sama dengan upacara Panas Pela di Ambon, Lease, dan Maluku Tengah. Upacara
ini menciptakan suasana hidup bermasyarakat yang kokoh dan kuat untuk mencegah konflik
dan perpecahan warga.

Upacara Fangnea Kidabela mengandung makna pemanasan, pengerasan, dan


pemantapan (fangnea) persahabatan, persaudaraan (itawatan), dan keakraban (kidabela) di
antara sesama warga sebagai suatu persekutuan wilayah teritorial Kampung Sulung di Pulau
Enus yang terletak di Selaru bagian selatan Pulau Yamdena.

Masyarakat Tanimbar mengimplementasikan upacara Fangnea Kidabela dalam


bentuk gelaran seni tari kebesaran Tanimbar, yaitu Tari Tnabar Ilaa untuk mengisahkan
kembali sejarah asal mula dibentuknya persekutuan kidabela/keselibur/awai antara dua
kampung atau lebih.

Dengan penuturan kisah tersebut diharapkan seluruh warga mengetahui dan


memahami karya para leluhur yang telah meletakkan dasar persahabatan dan kekerabatan
masyarakat Tanimbar.

Masyarakat Maluku merupakan masyarakat yang majemuk, termasuk dalam hal


agama dan keyakinan1 suku, ras, etnik yang begitu ragam tradisinya. terciptanya atau
terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala
isih alam raya ini. 2 Sama halnya dengan beragamnya tradisi dalam masyarakat, yang
merupakan adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam
masyarakat.

Pada era modern ini, masih banyak tradisi yang tetap dipertahankan secara turun
temurun dari nenek moyang hingga ke anak cucu pada suatu masyarakat. Demikian juga yang
terjadi di Desa Pantai Timur Kecamatan Teor Kabupaten Seram Bagian Timur. Tradisi yang
kemudian diatur dan ditata oleh masyarakat, sesuai dengan tujuan dan harapan yang
didambakannya.

“Suatu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem tradisi fatresin
tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama”.3 Sungguh luar
biasa keanekaragaman tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, termasuk di dalamnya. ada
sistem religi maupun sistem kepercayaan yang hidup dan dihayati oleh masyarakat di setiap
suku bangsa. Selain merupakan salah satu akar bagi tumbuh kembangnya tradisi Indonesia,
kepercayaan masyarakat juga memberi ciri kebudayaan daerah setempat, yang lebih hakiki
lagi, dan memberikan kepercayaan-kepercayaan kepada masyarakat yang mengandung
makna dan nilai-nilai yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

4 Tradisi adalah kebiasaan yang turun temurun dalam suatu masyarakat. Tradisi
merupakan mekanisme yang dapat membantu untuk memperlancar perkembangan pribadi
anggota masyarakat, misalnya dalam membimbing anak menuju kedewasaan. Tradisi juga
penting sebagai pembimbing pergaulan bersama di dalam masyarakat. Jika tradisi mulai
absolut bukan lagi sebagai pembimbing, melainkan merupakan penghalang kemajuan. Oleh
karena itu, tradisi yang kita terima perlu kita renungkan kembali dan kita sesuaikan dengan
zamannya.

Tradisi adalah kebiasaan, suatu aktivitas turun temurun dari leluhur kita, yang
biasanya dilakukan warga masyarakat dengan melakukan semacam ritual. Sesuatu yang telah
dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan, karena tanpa
adanya ini suatu tradisi akan punah.

Tradisi juga berarti segala sesuatu yang disalurkan atau diwariskan dari masa lalu ke
masa kini.5 Tidak terlepas dari maluku yang merupakan daera kepulauan yang di dalamnya
terdapat berbagai macam tradisi yang di pegang erat ole masyarakat setempat, misalnya
Budaya Kalwedo berasal dari masyarakat Maluku Barat Daya (MBD), Budaya Hawear
bersumber dari sejarah yang dipercaya keberadaanya oleh masyarakat kepulauan Kei secara
turun temurun.

Upacara Fangnea Kidabela berasal dari masyarakat kepulauan Tanimbar atau yang
sekarang disebut dengan Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Arumbae adalah simbol dari
budaya orangorang Maluku yang senang berlayar karena sebagian besar masyarakatnya
berprofesi sebagai nelayan.

Makan Patita adalah kebudayaan yang sampai saat ini masih dilestarikan dengan baik
oleh Masyarakt Maluku, Tradisi Pukul Sapu (Manyapu) adalah sebuh tradisi yang diadakan
setiap tahun oleh masyarakat Mamala dan Morela.6 Sedang tradisi fatresin berasal dari
Tradisi Teor dan terletak di teor.
Selain itu Tradisi Fatresin merupakan salah satu tradisi dari sekian banyak
keanekaragaman tradisi di Indonesia khususuya di maluku. Tradisi Fatresin merupakan
tradisi yang dilaksanakan di Pantai Timur Kecamatan Teor Kabupaten Seram Bagian Timur.
Dalam masyarakat Maluku Desa Pantai Timur, tradisi Fatresin masih dipertahankan,
dilestarikan, diyakini, dan dikembangkan,benar-benar dapat memberikan pengaruh terhadap
sikap, pandangan, dan pola pemikiran bagi masyarakat yang menganutnya.

Salah satunya, Tradisi Fatarisin yang sudah berlangsung sejak lama. Tradisi Fatresin
dalam bahasan tanah masyarakat pantai timur kecamatan Teor Kabupaten Seram Bagian
Timur diartikan sebagai, diatas batu atau batu keramat. Tradisi Fatresin dilaksanakan satu
tahun sekali dan dihadiri oleh beberapa desa tetangga untuk melaksanakan tradisi Fatresin.
Tradisi fataresin dimaknai sebagai proses pernikahan antara Bapa raja yang berasal
dari marga rumakelrat dengan batu keramat atau Fatresin, yang sering di lakukan pada
setahun satu kali sesudah lebaran idul fitri. Dari Latar Belakang Tersebut penulis tertarik
untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Tradisi Fatresin di Desa Pantai Timur
Kecamatan Teor Kabupaten Seram Bagian Timur”.
BAB III
UPACARA FENGNEA KIDABELA
A. PENGARUH UPACARA ADAT BAGI MASYARAKAT
Upacara Fangnea Kidabela menjadi sarana untuk memperkukuh persatuan dan
kesatuan hidup masyarakat Tanimbar, baik internal maupun eksternal dalam setiap
situasi. Fungsinya sama dengan upacara Panas Pela di Ambon, Lease, dan Maluku
Tengah. Upacara ini menciptakan suasana hidup bermasyarakat yang kokoh dan kuat
untuk mencegah konflik dan perpecahan warga.

Upacara Fangnea Kidabela mengandung makna pemanasan, pengerasan, dan


pemantapan (fangnea) persahabatan, persaudaraan (itawatan), dan keakraban (kidabela)
di antara sesama warga sebagai suatu persekutuan wilayah teritorial Kampung Sulung di
Pulau Enus yang terletak di Selaru bagian selatan Pulau Yamdena.

Masyarakat Tanimbar mengimplementasikan upacara Fangnea Kidabela dalam


bentuk gelaran seni tari kebesaran Tanimbar, yaitu Tari Tnabar Ilaa untuk mengisahkan
kembali sejarah asal mula dibentuknya persekutuan kidabela/keselibur/awai antara dua
kampung atau lebih.
BAB IV
KESIMPULAN
upacara fangnea kidabela yang dalam perspektif budaya Tanimbar merupakan
salah satu wujud kearifan lokal yang mengandung makna penguatan/ pengerasan
terhadap ikatan persaudaraan dan persahabatan antara seluruh penduduk dari dua
kampung atau lebih berdasarkan adat yang bertujuan untuk mempersatukan dan
memperkokoh serta memperkuat masyarakat kidabela/ keselibur/awai dalam wadah
persekutuan yang tidak mudah pecah atau rusak.
Upacara Fangnea Kidabela menjadi sarana untuk memperkukuh persatuan dan
kesatuan hidup masyarakat Tanimbar, baik internal maupun eksternal dalam setiap
situasi. Fungsinya sama dengan upacara Panas Pela di Ambon, Lease, dan Maluku
Tengah. Upacara ini menciptakan suasana hidup bermasyarakat yang kokoh dan kuat
untuk mencegah konflik dan perpecahan warga.

Upacara Fangnea Kidabela mengandung makna pemanasan, pengerasan, dan


pemantapan (fangnea) persahabatan, persaudaraan (itawatan), dan keakraban
(kidabela) di antara sesama warga sebagai suatu persekutuan wilayah teritorial
Kampung Sulung di Pulau Enus yang terletak di Selaru bagian selatan Pulau
Yamdena
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai