Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-
Nyalah, makalah yang berjudul “Interelasi Nilai Banjar dan Islam pada aspek Kepercayaan dan
Ritual” dapat terselesaikan sesuai waktu yang disediakan. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas yang diberikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen Pengajar
2. Teman-teman yang telah mendukung terselesaikannya penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis
mengharapkan adanya masukan baik itu saran ataupun kritik yang bersifat membangun, serta
bimbingan lebih lanjut yang sifatnya membangun dari semua pihak demi sempurnanya makalah
ini.
Akhir kata, penulis mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan
baik itu penulisan maupun penyusunan yang telah penulis lakukan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................
B. Tujuan......................................................................................
C. Rumusan Masalah...................................................................

2. PEMBAHASAN
A. Islam dan Banjar................................ ……………………….
B. Interelasi Nilai Banjar dan Islam pada aspek Kepercayaan dan Ritual

3. PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................
B. Saran.......................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada Agama Islam masuk ke Kalimantan Selatan berlangsung secara perlahan tanpa
paksaan dan tidak melalui proses peperangan, melainkan secara damai dimulai sekitar abad ke 14
M, sebelum berdiri kerajaan Banjar. Islam disebarkan melalui jalur perdagangan/ekonomi,
mubaligh/ulama, politik dan tasawuf. Sarjana Belanda J. Mallinckrodt dalam bukunya yang
berjudul ”Het adatrecht van Bornoe”( Hukum Adat di Kalimantan) jilid II diterbitkan di Leiden
tahun 1928 menyebutkan bahwa di Kerajaan Banjar, pengislaman itu terjadi ditahun 1540, pada
masa Pangeran Samudera (Sultan Suriansyah) berkuasa. Keterangan tersebut didapatnya dari
Hageman dalam TBG tahun 1857 halaman 239 dan dari Mayer dalam Indische tahun 1899 jilid I
halaman 280.1

B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh
Dosen pengajar. Selain itu pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan dan
ilmu serta pengetahuan tentang Sejarah, Islam dan Budaya Banjar serta Interelasinya.

C. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini diantaranya ialah :
1. Islam dan Banjar
2. Interelasi Nilai Banjar dan Islam pada aspek Kepercayaan dan Ritual

1
Ahmad Basuni, Nur Islam di Kalimantan Selatan: Sejarah Masuknya Islam di Kalimantan (Surabaya: PT. Bina Ilmu,
1986), Cet.ke- 1, 10.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Islam dan Banjar


Pertama, secara umum masyarakat suku banjar sangat identik dengan islam, seperti
menurut Prof. Dr. Alfani Daud,” Islam menjadi identitas urang Banjar sejak berabad-
abad, bahkan,dalam beberapa kasus orang-orang Dayak yang memeluk agama Islam
dikatakan sebagai “menjadi orang Banjar”2. Jadi apabila kita berbicara tentang
keterpaduan Islam dan Budaya orang Banjar, maka akan sangat memiliki hubungan yang
sangat erat satu dengan yang lainnya.
Dalam sejarah Kalimantan Selatan jauh sebelum identitas Banjar itu ada, seperti pada
masyarakat Kerajaan Negara Dipa maupun Negara Daha dimana Islam pada periode itu
besar kemungkinan belum menjadi agama mayoritas yang dianut sebagian besar
masyarakatnya, namun kemudian setelah masyarakat Kalimantan Selatan mengalami
transisi dimana terjadi peristiwa besar mengenai raja pertama kerajaan Banjar yaitu
Pangeran Samudera (Sultan Surianyah) memeluk agama Islam dan di ikuti oleh pembesar
kerajaan yang lainnya, juga diikuti migrasinya masyarakat muslim lain ke daerah Banjar,
seperti menurut H. Gt. Abdul Muis, Agama Islam masuk ke daerah Kalimantan Selatan
sekitar permulaan abad ke 16 Masehi dibawa oleh para pedagang dan mubaligh
lewat pantai utara Jawa Timur3 kemudian secara bertahap Islam dianut oleh masyarakat
Banjar secara luas. Disini bisa dilihat adanya penetrasi yang baik antara ajaran Islam
dengan masyarakat serta kebudayaan Banjar itu sendiri, dimana dahulunya kemungkinan
besar memeluk kepercayaan selain Agama Islam. Hal ini pun kemudian berpengaruh
kepada sistem pemerintahan Kerajaan, masyarakat dan kebudaayaan Banjar itu sendiri.

2
Alfani Daud, Islam dan Masyarakat Banjar Diskripsi dan Analisa Kebudayaan Banjar, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997), h.5

3
Analiansyah dkk., Aspirasi Pendidikan..., h. 8.
B. Interelasi Nilai Banjar dan Islam pada aspek Kepercayaan dan Ritual
Budaya yang merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia bisa
berbentuk pisikmaterial dan bisa berbentuk spiritual. Oleh karena itu,kita mengenal
budaya material dan budaya spiritual. Sementara esensi budaya adalah nilai-nilai,
yakni sesuatu yang dianggap berharga oleh manusia dan masyarakatnya. Nilai-nilai
tersebut tidak terlepas dari keyakinan yang dianut mereka. Masyarakat Banjar yang
memiliki karakteristik muslim, maka dengan meyakini terhadap Islam sebagai
ajaran, akan banyak mempengaruhi nilai-nilai yang dihargai mereka, dan tentu saja
berpengaruh terhadap budaya mereka4. Pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan
dalam kehidupan budaya Banjar yang hampir selalu identik dengan Islam, terutama sekali
dengan pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam
kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, yaitu Hindu dan Budha5.
Dalam aspek kepercayaan dan ritual, masyarakat Banjar seperti yang sudah
disebutkan, pandangan serta pengaruh Islam lebih dominan hadir sehingga dalam ritual
budaya yang diwariskan pada zaman hindu-budha pun unsur islam tetap hadir membaur
didalamnya.
Budaya spiritual merasuk dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Banjar,
sebagai contoh, bahwa rumah panggung dibangun oleh urang bahari menggunakan
konsep-konsep budaya Banjar yang religius dan sarat makna serta filosofi6.
Lihat saja tentang filosofi religi dan budaya pada pembangunan rumah bubungan
tinggi menjulang kelangit merupakan tanda ikrar pengakuan terhadap Allah swt.
bagian atas bangunan rumah Banjar tersebut bersudut lima merupakan manifestasi
rukun Islam yang berjumlah lima. Unsur hitungan panjang, lebar dan tinggi harus
ganjil karena sesuai dengan sifat dan nama Allah swt.yang berjumlah ganjil, dan Allah
menyukai bilangan ganjil. Belum lagi pada ornamen-ornamen rumah panggung yang

4
Kamrani Buseri, Kesultanan Banjar Dan Kepentingan Dakwah Islam (2012), H.223

5
Ahmad Ananda Alim Pratama, Budaya di Kalimantan Selatan (2013), H.7

6
Tri Hayat AW dalalmM Rifhan, Harian Media Kalimantan, 28 Nopember 2011.
kaya akan makna dan simbol keseimbangan hubungan antara manusia, alam dan
Sang Pencipta7
Berkenaan dengan budaya spiritual ini juga tampak pada siklus kehidupan masyarakat
Banjar semenjak kelahiran hingga kematian. Ada beberapa diantaranya yang dari
hari kehari telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan ajaran Islam, sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan keislaman masyarakat saat ini, sehingga lebih
menonjol aspek Islamnya bukan lagi budayanya. Namun demikian beberapa bagian
tertentu yang dianggap tidak bertentangan dengan hukum agama dan syarat akan makna
filosofisnya maka dibiarkan berkembang hingga saat ini, contohnya mandi tujuh bulan
kehamilan, batampung tawar, batumbang, dan baayun maulid.
Seperti adat Batapung tawar, dimana batampung tawar adalah sebuah acara ritual
dalam masyarakat Banjar, semacam selamatan untuk menyambut kelahiran seorang
anak. Upacara Tepung Tawar sebagaimana dikenal masyarakat Indonesia dan Malaysia
diadopsi dari ritual agama Hindu yang sudah lebih dulu dianut masyarakatnya.
Ketika para pedagang dari Gujarat dan Hadralmaut membawa ajaran Islam ke kawasan
ini sejak abad ke-7 Masehi, mereka berhadapan dengan kebiasaan animisme
(kepercayaan pada kehidupan roh) dan dinamisme (kepercayaan pada kekuatan ghaib
benda-benda) yang direstui agama Hindu sangat kuat di setiap lapisan masyarakat. Salah
satunya adalah upacara Tepung Tawar (disebut juga Tepuk Tepung Tawar). Upacara
ini menyertai berbagai peristiwa penting dalam masyarakat, seperti kelahiran,
perkawinan, pindah rumah, pembukaan lahan baru, jemput semangat bagi orang
yang baruluput dari mara bahaya, dan sebagainya. Dalam perkawinan, misalnya, Tepung
Tawar adalah simbol pemberian do’a dan restu bagi kesejahteraan kedua pengantin,
di samping sebagai penolakan terhadap bala dan gangguan, para pembawa Islam yang
terdahulu berusaha memasukkan nilai-nilai Islami ke dalamnya. Misalnya, acara
Tepung Tawar diisi dengan pembacaan do’a kepada Allah Swt. 8
Selain ritual adat budaya, masyarakat banjar juga masih percaya adanya hal-hal yang
berhubungan dengan mahluk ghaib, penunggu pusaka, hantu penunggu hutan, jimat dan
benda lainnya, namun untuk menyikapi hal tersebut masyarakat Banjar meemiliki

7
Kamrani Buseri, Kesultanan Banjar Dan Kepentingan Dakwah Islam (2012), H.224

8
Hasan, Islam Dan Budaya Banjar di Kalimantan Selatan, (2016), H.86
pandangan yang beragam, contohnya didalam masyarakat Banjar tempo dulu masih
sangat kental dengan kepercayaan mitos-mitos, mahluk mitologi, tak jarang pula sampai
hari ini masyarakat banjar masih meyakini tentang kekuatan yang ada pada zimat
(misalnya:babatsal), mamang/kata-mangata/mantra sebagai sarana dan perantara untuk
memperoleh kekuatan adikodrati, namun dengan demikian masyarakat banjar juga tidak
jarang menyertakan sandaran hukum Islam dalam menyikapinya.
Dengan hadirnya Islam menjadi bagian dari budaya Banjar, lantas kepercayaan
dahulu tidak lenyap begitu saja walau masyarakat daerah ini dipandang sudah maju baik
dari segi keberagamaan, pendidikan, ataupun ekonomi. Kehidupan masyarakat ini tidak
terlepas dari pengaruh budaya atau adat-istiadat yang sudah melekat sebelum kedatangan
Islam. Asimilasi dan akulturasi budaya tak terhindarkan pada Islam Banjar, sehingga
tradisi yang mereka lakukan seakan-akan semua berasal dari Islam.
Pada budaya Banjar dulu sangat harmonis hubungan antara manusia, alam dan
Tuhan. Budaya Banjar masa kini hendaknya menyimak hal ini untuk kembali melakukan
harmonisasi hubungan ketiganya tentu melalui modifikasi sesuai dengan
perkembangan pemikiran dan pengetahuan masyarakat saat ini.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Interelasi Nilai Banjar dan
Islam pada aspek Kepercayaan dan Ritual sangatlah berjalan dinamis, kehidupan masyarakat
tidak terlepas dari pengaruh budaya atau adat-istiadat yang sudah melekat sebelum kedatangan
Islam. Maka dari itu asimilasi dan akulturasi budaya tak terhindarkan pada Islam Banjar baik itu
dalam aspek kepercayaan maupun aspek ritual.

B. Saran
Setelah beberapa paparan dan kesimpulan yang kami jabarkan, saran yang dapat penulis
sampaikan yaitu semoga dengan mengetahui tentang Interelasi Nilai Banjar dan Islam pada
aspek Kepercayaan dan Ritual kita bisa lebih memaklumi dan mencitai segala dinamika dalam
hubungan Islam dan budaya Banjar.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai