Anda di halaman 1dari 7

Berikut ini adalah 

langkah-langkah menulis paragraf persuasif.


1. Menentukan topik dan tujuan
2. Membuat kerangka karangan

3. Mengumpulkan bahan yang dibutuhkan

4. Membuat kesimpulan

5. Menuliskan penutup paragraf

PEMBAHASAN
Paragraf persuasif adalah salah satu jenis paragraf yang digunakan untuk
mengimbau atau mengajak orang lain melakukan atau memercayai suatu hal.
Arti kata persuasif sendiri ialah bersifat merayu atau membujuk. Langkah-
langkah untuk membuatnya adalah sebagai berikut.
1. Menentukan topik dan tujuan. Pada langkah ini, penulis menuliskan
tujuan penulisannya. Penulis juga dapat memberitahukan topik yang
sedang dibahas.
2. Membuat kerangka karangan. Paragraf persuasif memiliki kerangka
yang disusun secara sebab-akibat. Hal tersebut bertujuan untuk
membawa pembaca pada masalah yang dibahas.

3. Mengumpulkan bahan yang dibutuhkan. Bahan yang dimaksud di


sini ialah sumber-sumber dari berbagai argumen dan fakta yang
ditampilkan pada paragraf ini. Sumbernya bisa berupa wawancara,
pengamatan, dsb.

4. Membuat kesimpulan. Dari segala argumen dan fakta yang


ditampilkan, semua itu tersebut tentu memiliki inti yang serupa. Dari inti
yang serupa itulah ditarik kesimpulannya.

5. Menuliskan penutup paragraf. Bagian ini berisi ajakan atau imbauan


yang asalnya dari kesimpulan yang telah ditarik oleh penulis.
1. Pengenalan Isu

Pengenalan isu berupa pengantar atau awalan pada teks yang mengenalkan isu atau
permasalahan yang akan dibahas pada teks.

2. Rangkaian Argumen

Rangkaian argumen berupa pendapat-pendapat dari penulis mengenai isu yang dikemukakan
sebelumnya. Pada bagian ini juga dikemukakan mengenai data atau fakta yang mendukung
argumen tersebut.

3. Pernyataan Ajakan

Pernyataan ajakan berupa kalimat-kalimat dorongan kepada para pembaca untuk melakukan
sesuatu. Pernyataan ajakan dapat berupa tersirat maupun tersurat pada teks.

Contoh:

Rokok atau sigaret adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm
(bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau kering
yang telah dicacah. Rokok mengandung banyak bahan kimia, yang dapat membuat perokok tak hanya
merasa rileks tetapi juga kecanduan. Sebut saja nikotin, tar, sianida dan banyak lagi.

Banyak orang berpendapat bahwa rokok bisa membuat mood menjadi lebih baik, bisa membuat
pikiran lebih konsentrasi, dan sebagainya. Padahal, ini semua hanya ‘kesenangan’ sesaat. Apalagi
mengingat bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh rokok. Sejak beberapa tahun terakhir, di setiap
bungkusan rokok bahkan telah disertai pesan kesehatan yang memeringatkan perokok akan bahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, seperti jantung koroner, kanker paru, penyakit paru
obstruktif dan lainnya. Walaupun imbauan tersebut lebih sering diabaikan.

Tapi, tidak pernah ada kata terlambat untuk membuat hidup lebih baik. Oleh karena dampak
negatifnya yang amat besar, dan tentunya bisa merugikan tak hanya diri sendiri tetapi juga orang lain,
maka sebaiknya kita menghindari rokok.

Sayangi tidak hanya diri Anda sendiri tetapi juga orang-orang di sekitar Anda. Percayalah bahwa
merokok tidak akan pernah membuat hidup Anda lebih sehat. Jangan sampai berbagai penyakit seperti
jantung koroner, paru-paru, dan lainnya menggerogoti badan Anda pelan-pelan. Ayo berhenti merokok!
Bab 1 :   Bicara Satu Lawan Satu
Sebesar  apapun bakat alami kita, sehebat apapun bakat alami yang diberikan oleh Tuhan, kita
masih harus melatihnya agar kemampuan alami tersebut berkembang dengan sempurna. Apalagi
jika bakat tersebut baru benar-benar diasah, kita harus berani melawan ketakutan akan kegagalan
yang menghantui kita.

Menurut Larry King, ada 4 dasar yang dapat membuat percakapan menjadi berhasil, yaitu
kejujuran, sikap yang benar, minat terhadap orang lain, dan keterbukaan terhadap diri sendiri.

Dalam dunia penyiaran atau bidang-bidang bicara apapun, biarkan para pendengar dan penonton
merasakan pengalaman dan perasaaan kita. Selain itu, kita juga harus menjadikan pemirsa atau
penonton menjadi bagian dari pengalaman kita dengan kejujuran tersebut.

Kemauan untuk berbicara, merupakan unsure dasar lain untuk menjadi pembicara yang baik.
Larry King pernah mengalami demam mic, dan sejak saat itu ia membuat komitmen bagi diri
sendiri bahwa ia akan tetap berbicara, serta akan meningkatkan kemampuan berbicaranya dengan
melatih kemampuan tersebut dengan serius. Kita dapat melakukan latihan sebagai pembicara
dengan buku-buku petunjuk, video-video pembicara, bahkan dengan berbicara sendiri di seputar
tempat tinggal kita. Bahkan Larry King menganjurkan kita untuk berlatih berbicara dengan
hewan piaraan! Karena kita jadi tidak perlu khawatir akan dibantah atau diinterupsi. Selain
kemauan, kita juga memerlukan perhatian yang dalam kepada orang lain, dan keterbukaan diri
kepada orang lain. Perlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan oleh mereka. Kita
juga senantiasa harus mengingat bawa setiap orang adalah ahli dalam suatu hal. Hargailah
keahlian itu.

Bab 2 :   Memecah Kebekuan


Cara terbaik untuk mengatasi rasa malu adalah dengan mengingatkan diri sendiri bahwa kita
semua adalah manusia, dan karena itu kita tidak perlu gugup ketika berbicara dengan siapapun.
Orang yang kita ajak bicara akan semakin menikmati percakapan jika mereka tahu bahwa kita
juga menikmati percakapan tersebut. Kita dapat menjadi pembicara yang baik jika kita mampu
mengatasi kekhawatiran diri kita sendiri dan menjadi terbiasa dengan suara kita sendiri. Cara
memecah kebekuan dengan orang yang pertama kali kita ajak bicara ialah dengan membuat
mereka merasa nyaman.
Cara membuka percakapan dengan orang lain ialah dengan membicarakan topic yang diketahui
oleh orang lain tersebut. Cobalah membuka dengan topik yang sedang hangat di masyarakat,
atau bahkan mengenai hewan peliharaan, atau anak-anak.

Hindari pertanyaan ya atau tidak karena itu sama saja dengan mencari jalan buntu.

Hukum pertama percakapan ialah jika Anda ingin belajar banyak hari ini, Anda harus
melakukannya dengan mendengarkan. Dan jangan pernah menanyakan kabar seseorang jika
Anda tidak benar-benar peduli dengan jawabannya. Perhatikanlah jawaban orang lain. Orang
yang kita ajak bicara selalu lebih memperhatikan diri mereka sendiri dibandingkan diri kita.

Bahasa tubuh sama halnya dengan bahasa lisan. Jika terjadi secara alami, bahasa tubuh akan
menjadi bentuk komunikasi yang sangat efektif. Jika dibuat-buat, akan tampak palsu.

Buatlah dan pertahankan kontak mata yang baik akan membuat kita menjadi pembicara yang
hebat di mana pun. Tapi jangan terus-terusan karena banyak orang yang merasa kurang nyaman
jika terus-terusan. Perliharalah kontak mata jika teman bicara kita sedang berbicara atau ketika
kita menajukan pertanyaan. Jangan pernah memalikngkan mata ke awing-awang, melewati
punggungnya,jelalatan, seakan mencari orang lain.

Bab 3 :   Pembicaraan Sosial


 Bersikaplah terbuka. Cari minat yang sama dalam diri rekan bicara. Dan, dengarkanlah
selalu.
 Dalam pesta koktail, berbaur lah dengar yang lain. Jangan terpaku pada tempat yang
sama dalam waktu yang lama
 Ajukanlah pertanyaan ‘mengapa?’
 Cara menghentikan percakapan: tunggu lawan bicara selesai berbicara dan katakana
sesuatu dengan wajar
 Dalam makan malam kecil: arahkan pembicaraan dengan melibatkan orang lain
 Cara menggiring percakapan: pilihlah topik yang dapat melibatkan semua orang,
mintalah pendapat, bantulah orang yang paling pemalu dalam kelompok, jangan
memonopoli percakapan, jangan menginterogasi teman, pancinglah pendapat
 Perhatikan bentuk setting! Buatlah setting yang nyaman, tidak harus mewah atau
dramatis
 Berbicaar dengan lawan jenis: berterus terang lah
 Jika kita berbicara di pemakaman, jangan terlalu berlebihan, bicarakan diri kita sendiri
dengan singkat, bersikap simpatik, tapi tidak muram. Bicaralah tentang mendiang
almarhum .
 Berbicara dengan selebriti: jangan menganggap mereka tidak tahu apa pun tentang hal-
hal lain di luar profesi mereka

Bab 4 :           Delapan Hal yang Dimiliki Pembicara


Terbaik
 Harry Truman adalah pembicara yang baik dalam urusan politik. Ia tidak retoris, tetapi
mampu meluncurkan gagasan-gagasannya dalam bahasa Inggris yang jelas dan langsung.
 Martin Luther King Jr. merupakan pembicara publik yang luar biasa. Ia adalah ahli pidato
yang dapat menggetarkan seluruh negeri dengan kemampuan berbicaranya yang tak
tertandingi di depan mikrofon
 Cirri-ciri pembicara terbaik: pandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, memiliki
cakrawala yang luas, antusias, tidak pernah membicarakan diri mereka sendiri, sangat
ingin tahu, menunjukkan empati, mempunyai selera humor, punya gaya bicara sendiri,
dan jadi diri sendiri.
 Ada saatnya di mana kita lebih baik diam. Bila insting kita menyuruh untuk diam,
perhatikanlah.

Bab 5 :           Percakapan Trendi dan Ketepatan


Bahasa Politis
 Gunakanlah kata-kata yang tepat, dapat dipahami dan dimengerti oleh pendengar kita.
 Minimalkan penggunaan kata-kata klise dan trendi
 Kata-kata tanpa arti seperti ‘Anda tahu’, ‘hopefully’, ‘whatever’ terkadang memang
membantu kita bila kebingungan mencari kata yang tepat. Cobalah hindari kata-kata
tersebut
 Latihlah kedisiplinan untuk menghilangkan kebiasaan buruk dalam berpidato dengan
cara: dengarkan diri kita sendiri berbicara, pikirkan apa yang akan kita katakana, carilah
seorang ‘pemantau pidato’ untuk mendengar dan mengingatkan kita
 Cara kita mengatakan sesuatu sama pentingnya dengan apa yang kita katakan.
 Kita harus memperhatikan perubahan pilihan kata dalam penggunaan berbagai istilah
 Jangan terlalu khawatir akan dianggap menyerang orang lain, sampai kita kehilangan
kemampuan membedakan antara hormat dan paranoid.

Bab 6 :           Pembicaraan Bisnis


 Hal-hal mendasar: Langsung dan terbuka, dan jadilah pedengar yang baik. Bicaralah
dengan jelas, lihat siapa lawan bicara kita, apakah mereka mengerti atau tidak apa yang
kita ucapkan. Jangan sia-siakan waktu, jangan bertele-tele. Jangan mencoba menjadi
pusat perhatian dalam pertemuan itu dengan ngomong sendiri.
 Seni menjual: ketahuilah apa yang sedang kita jual dan tutuplah negosiasi penjualan kita-
jangan terus menjual.
 Menjual diri sendiri: Jadilah kelebihan kita! Persiapkan hal-hal pokok yang ingin kita
sampaikan mengenai diri kita. Bertanyalah!
 Karakteristik yang kita cari dalam diri pelamar kerja: sikap terbuka, antusias, perhaian,
dan bersedia bertanya.
 Cara bicara dengan atasan: tidak perlu bersikap berlebihan, sampai merendahkan diri atau
menjilat. Dekatilah atasan kita dengan sikap terbuka.

 Cara bicara dengan bawahan: beri instruksi-instruksi yang jelas, pastikan mereka
memahaminya dan tentukanlah batas waktu yang jelas. Dorong mereka untuk bertanya
agar kita yakin mereka memahami apa yang harus mereka lakukan dan kapan harus
diselesaikan
 Jangan mempermainkan anggota stag kita dengan mengunkapkan kekecewaan kita
kepada seorang bawahan lain dan menggunakan mereka untuk menyampaikan pesan kita.

 Bantuan dari asisten: tunjukkanlah horat dan penghargaan terhadap kompetensi dan
pengetahuan seorang asisten.

 Berbicara dalam negosiasi: jika kita pria, kenakanlah setelan abu-abu. Jika kita wanita,
kenakanlah gaun konservatif. Pakailah arloji emas mahal dan kunci Phi Beta Kappa jika
kita bisa meminjamnya. Penampilan dan bahasa tubuh kita harus menampilkan
keberhasilan, bukan keputusasaan.

 Bicaralah dengan integritas, profesionalisme, dan humor.

 Dalam rapat: jika sebagai peserta, semakin sedikit bicara akan semakin baik. Jangan
menjatuhkan orang lain. Bersedialah menanyakan pertanyaan ‘bodoh’. Jangan bicara
tanpa persiapan. Jangan takut menggunakan humor.

 Jika kita mengadakan pertemuan, mulailah tepat waktu, berani memutuskan, dan bersikap
tegas.
 Dalam presentasi: slide sangat membantu untuk menambah apa yang kita katakana
dengan apa yang kita lihat oleh audiens. Berlatihlah jauh-jauh hari sebelumnya.

 Seni mengelak: “bicara banyak tapi tidak ada isinya” jika ingin menghindari pertanyaan
atau membuat bingung si penanya.

Bab 7 :   Tamu Terbaik dan Terburuk Saya Serta


Alasannya
 Tamu yang berkualitas: minat besar pada pekerjaannya, meiliki kemampuan untuk
menjelaskan pekerjaan tersebut, mudah tersinggung, dan memiliki selera humor terutama
kepada diri sendiri.
 Banyak petinggi-petinggi yang tidak pernah menganggapa diri terlalu serius dan tidak
akan terlalu lama serius tentang sesuatu.

 Tamu terburuk: mengatakan hal-hal yang sama berulang kali, terlalu terobsesi pada
sesuatu, terlalu melawak, hanya menjawab pertanyaan ya/tidak.

Anda mungkin juga menyukai