Anda di halaman 1dari 2

Tips Sukses Berbicara Dengan Orang Baru Dikenal

Nov 21st, 2008 | By admin | Category: Tips Hubungan


Kebanyakan dari kita pasti akan malu atau paling tidak gugup memulai suatu pembicaraan dengan
seseorang yang sama sekali baru dikenal. Hal-hal yang perlu Anda tanamkan dalam hati Anda saat itu
adalah: 1) Ingatlah bahwa orang yang Anda ajak bicara akan menikmati percakapan jika mereka tahu
Anda juga tengah menikmatinya 2) Ingatlah bahwa kebanyakan orang yang Anda ajak bicara sama
malunya dengan Anda 3) Ingatlah bahwa apabila Anda benar-benar ingin mengenal orang tersebut,
maka sekaranglah saatnya dan kesempatan tidak akan datang dua kali. Setelah Anda mencamkan
dalam-dalam hal tersebut, Anda bisa memulainya dengan tips berikut ini:
1. Membuka Percakapan. Untuk membuka sebuah percakapan, Anda harus mengawalinya dengan
pertanyaan. Untuk menyampaikan sebuah pertanyaan Anda harus melihat lingkungan sekitarnya, baik
lingkungan sekitar Anda bertemu, lingkungan lawan bicara Anda (sedang sibukah, berpakaian
formilkah, berpakaian kuliahkan, berapa kisaran usianyakah, dsb). Pertanyaan awala yang bisa Anda
ajukan dapat berupa sapaan santun (“Siang..”, “Malam..”, “Hai” ) untuk kemudian dilanjutkan
dengan pertanyaan spesifik atau pertanyaan ringan yang bersifat menebak-nebak - yang disesuikan
dengan lingkungan berdasarkan pengamatan Anda - misalnya “Turun Dimana Pak?”, “Tunggu
jemputan Nih?”, dsb
2. Hindari Pertanyaan Ya/Tidak. Setelah pertanyaan-pertanyaan ringan tersebut, cobalah untuk
menyampaikan pertanyaan yang tidak berjawab Ya/Tidak. Karena pertanyaan Ya/Tidak merupakan
musuh percakapan yang hangat. Misalnya: “Maaf, Ke Slipi, enaknya lewat mana ya?”, “Hm..nonton
James Bond juga ya Mbak? Kanapa bukan Laskar Pelangi?”
3. Hukum Pertama Percakapan. Hukum pertama percakapan adalah kesediaan untuk mendengarkan.
Hal ini sangat berguna untuk menyambung materi pembicaraan - yang kadang habis dan mengering di
tengah percakapan hangat. Simak baik-baik keita dia berbicara, tangkap kesamaan-kesamaan yang
Anda ketahui lalu sambung dengan pertanyaan atau pernyataan konfirmasi. Hal ini membuktikan anda
mengapresiasi percakapannya dengan baik. Misalnya dia menyampaikan, “Saya sudah nonton Laskar
Pelangi kemaren”. Anda bisa menyambungnya dengan, “Oh ya? Hm..menurut kamu daya tarik paling
kuat film itu apa sih?”, dsb
4. Bahasa Tubuh. Respon lawan bicara bisa dinilai dengan bahasa tubuhnya. Misalkan anda
menyilangkan kaki saat berbicara = Anda kelihatan bohong/tidak terus terang; Anda menyilangkan
tangan = Anda Kikuk; Anda menguap saat mendengarkan = Anda Bosan; Anda mengernyitkan dahi
dan bersidekap = Anda sangat serius/tertarik dengan topik pembicaraan; Tangan Anda masuk ke dalam
saku celana = Anda berkesan lebih superior dari lawan bicara Anda, dsb;
5. Kontak Mata. Apabila Anda merasa kesulitan dengan makna bahasa tubuh, ada satu bahasa tubuh
yang wajib Anda ketahui dan kenal baik-baik, yaiut : buatlah kontak mata. Mempertahankan kontak
mata yang baik - tidak sekedar di awal dan akhir kata, namun selama Anda berbicara dan
mendengarkan. Hal ini menunjukan bahwa Anda benar-benar memperhatikan lawan bicara Anda.
Meskipun membuat kontak mata adalah penting, namun anda tidak terus menerus menatap mata orang.
Sebagian orang akan merasa tak enak. Hal ini dapat diantisipasi dengan : ketika Anda berbicara,
sesekali palingkan pandangan kesamping kanan atau kiri sekejap (seakan-akan berfikir), namun jangan
ke atas (ke awang-awang). Latihlah manjadi sealami mungkin. Untuk lawan bicara yang lebih tua,
budaya timur membuat kita akan lebih banyak menatap ke bawah dan sesekali saja menatap lawan
bicara ketika kita tengan mendengarkan percakapan.
4. Pertanyaan Yang Harus Dihindari. Hal-hal tabu yang perlu Anda hindari adalah penggunaan kata-
kata kasar/umpatan, pertanyaan yang berbau SARA (“Agama kamu apa?”,”Kamu suku mana sih?”,
“Berapa Gaji Anda Sekarang?”, dsb)
5. Lelucon Ringan. Lelucon kadang dapat mencairkan suasana dan semakin menghangatkan
pembicaraan apabila disampaikan pada saat dan orang yang tepat. Misalnya, “Wah tadi sebelum saya
sampai disini saya melihat korban tabrak lari, kasihan ga ada seorangpun yang menolong, mereka
cuma sebatas melihat saja”, lawan bicara mungkin akan terpancing untuk menanyakan “kanapa?”
atau bahkan “Kamu juga ga berhenti untuk menolong?”. Anda bisa menjawab, “Yah, bagaimana dong,
korbannya kan tikus yang ketabrak motor”, dsb

Anda mungkin juga menyukai