Anda di halaman 1dari 13

(14) KONSEP BERBICARA

DI DEPAN UMUM
DI SUSUN OLEH :
1. DEWI FATIMAH 212120001 PBI A
2. FAIZ SATRIANTO 212120008 PBI A
3. HAFIDZ TEGAR W 212120013 PBI A
4. SETYA ESTI S 212120026 PBI A
5. DESI SUKMAWATI 212120038 PBI A
PENGERTIAN

 Kegiatan Berbicara adalah


kegiatan mengekspresikan ide,
gagasan, pikiran, melalui lambang-
lambang lisan sehingga orang lain
mudah mencerna dan memahami
apa yang diungkapkan oleh sang
pembicara.
Macam-Macam Kegiatan Berbicara Di
Depan Umum
 Berdasarkan lingkup situasinya ada dua macam kegiatan berbicara di depan umum, yakni:
a. Lingkup Resmi: adalah lingkup dinas yang memiliki kelayakan dan
formalitas tertentu. Dalam lingkup ini ada aturan tertentu yang relative lebih
ketat, misalnya pakaian, situasi, tema, kosa kata, dan gaya berbicara
dikemas dalam lingkup resmi.
Contoh: Berpidato
b. Lingkup Non Resmi: adalah lingkup di mana kegiatan berbicara lebih
banyak kelonggarannya. Situasinya lebih familier, bahasanya bebas,
pakaiannya tidak diatur, demikian pula format dan gaya pembicaraannya.
Contoh: Ceramah
Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Oleh
Pembicara
 Baik penceramah maupun orator (ahli pidato), yang ingin sukses dalam kegiatan berbicara harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Faktor Internal :
Vokal : 1. Tidak monoton,
2. Jelas bervariasi,
3. Sesuai dengan karakter materi.

Penampilan : 1. Menarik simpati pendengar


2. Membina kontak mata dengan pendengar,
3. Mimiek, ekspresi yang tidak berlebihan,
4. Gerakan anggota tubuh yang sesuai

Materi : 1. Menguasai materi,


2. Sesuai dengan tingkat pendengar,
3. Penyampaian harus sistematis,
4. Disertai dengan contoh yang “segar”.
2. Faktor Eksternal :

 Menganalisa Pendengar:
1. Usia pendengar,
2. Tingkat pendidikan pendengar,
3. Gender (jika diperlukan),
4. Latar budaya.

 Situasi Pembicaraan:
1. Formal atau nonformal,
2. Waktu : pagi, siang, sore, malam.
3. Tempat : in door, out door.
Langkah-Langkah Yang Harus
Dipersiapkan Oleh Pembicara:
Sebelum kegiatan berbicara di depan umum dilaksanakan, ada beberapa pedoman yang harus
dipertimbangkan:
1. Tentukan tema pembicaraan,
Tema harus menarik, membangkitkan rasa ingin tahu, original, kekinian/ tidak
usang.
2. Mencari dan mempersiapkan materi / literature pemandu untuk menambah
bobot pembicaraan. Jangan pernah membicarakan hal-hal yang Anda sendiri
tidak memahaminya, karena Anda akan terlihat ‘bodoh’ dan kurang wawasan.
3. Siapkan draf dan kisi-kisi pembicaraan secara sistematis.
Ini akan mencerminkan pola pikir Anda yang teratur.
4. Susun naskah pembicaraan yang lengkap.
5. Latihanlah dengan cara membaca dan berimprovisasi secara berulang-ulang.
6. Mintalah masukan/ pendapat dari teman tentang latihan penampilan Anda.
7. Anda siap menjadi pembicara yang ‘handal’.
Berbicara di muka umum, entah itu berkhotbah, mengajar, berpidato atau memberi
sambutan, sering mendatangkan stress bagi orang mendapat mandat itu. Sedapat
mungkin kita biasanya berusaha menghindar.
Namun pada saat tertentu kita akan tidak bisa mengelak lagi. Sesungguhnya,
berbicara di depan umum itu TIDAK HARUS MEMBUAT ANDA STRESS!
Rahasianya adalah jika Anda mengetahui penyebab stress ini, dan jika Anda
menerapkan beberapa prinsip-prinsip ini, maka Anda justru akan menikmati ketika
berbicara di depan umum.
Prinsip (1) Kecemasan Berbicara di Muka
Umum BUKAN Berasal dari Dalam
Kebanyakan kita percaya bahwa seluruh hidup ini patut dicemaskan. Untuk mengatasi
kecemasan ini secara efektif, Anda mesti menyadari bahwa Anda tidak perlu mencemaskan
hidup Anda, termasuk juga dalam berbicara di depan umum.
Ribuan orang telah belajar untuk berbicara di depan umum tanpa rasa cemas (kalaupun
ada hanya sedikit sekali). Pada mulanya, mereka ini juga sangat cemas. Lutut mereka
gemetaran, suara mereka bergetar, pikiran menjadi kacau . . . selanjutnya Anda tahu sendiri.
Tapi akhirnya mereka berhasil menghapus kecemasan itu.
Sebagai manusia biasa, Anda pun juga tidak berbeda dengan mereka. Jika mereka mampu
mengatasi kecemasan itu, berarti Anda pun bias. Anda hanya perlu mendapat pedoman,
pengertian dan rencana aksi yang tepat untuk mewujudkan hal itu. Percayalah, sudah banyak
berhasil, termasuk saya.  Tetapi ingat juga, keberhasilan ini tidak bisa diraih dalam
semalam. Ada proses yang harus dilalui.
Prinsip (2) Anda tidak Harus Cerdas dan
Sempurna
Ketika melihat seorang sedang berkhotbah, kita lalu bergumam,
Wow, saya tidak mungkin bisa secerdas, setenang, selucu dan semenarik dia.
Sesungguhnya, Anda tidak harus cerdas, lucu atau menarik.
Saya mengatakan ini dengan serius.
Walaupun Anda hanya memiliki kemampuan rata-rata, bahkan di bawah rata-rata, Anda masih bisa
menjadi pembicara sukses.
Itu tergantung bagaimana Anda mendefinisikan kata sukses itu sendiri.
Percayalah, hadirin itu tidak mengharapkan Anda tampil sempurna.
Inti dari berbicara di depan umum adalah: memberikan sesuatu yang bernilai dan bermakna bagi hadirin.
Jika hadirin itu pulang sambil membawa sesuatu yang bermanfaat, maka mereka akan menilai Anda telah
sukses.
Jika mereka pulang dengan perasaan yang lega atau merasa mendapat manfaat untuk pekerjaannya, maka
mereka akan menganggap bahwa tidak sia-sia meluangkan waktu untuk mendengarkan paparan Anda.
Bahkan sekalipun lidah Anda terpeleset atau mengucapkan kata-kata yang khilaf . . . mereka tidak peduli.
Yang penting mereka mendapat manfaat lain (Bahkan sekalipun Anda mengkritik mereka dan membuat
gusar, Anda pun tetap berhasil karena membuat mereka lebih baik lagi.)
Prinsip (3) Anda hanya Butuh Dua atau
Tiga Pokok Utama
Anda tidak perlu menyuguhkan segunung fakta pada hadirin. Banyak penelitian
menunjukkan bahwa hanya sedikit sekali yang mampu diingat hadirin (kecuali jika mereka
mencatat, tentu saja). Pilihlah dua atau tiga point utama saja.
Yang diinginkan hadirin sebenarnya adalah mereka bisa membawa pulang dua atau tiga
hal yang bermanfaat. Jika Anda bisa memasukkan hal ini dalam materi Anda, Anda bisa
menghindari kompleksitas yang tidak perlu.
Ini berarti juga membuat tugas Anda sebagai pembicara jadi lebih ringan, dan lebih
menyenangkan juga.
Prinsip (4) Anda Punya Tujuan yang Tepat

Prinsip ini sangat penting . . . jadi simaklah baik-baik.


Kesalahan besar yang sering dilakukan oleh orang yang berbicara di depan umum adalah
mereka tidak punya tujuan yang tepat. Inilah yang secara tidak mereka sadari menyebabkan
kecemasan dan stress. 
Seorang pembicara mengisahkan pengalamannya,
Dulu, saya pikir tujuan utama berpidato adalah membuat semua orang yang hadir setuju
dengan pendapat saya. Karena itu, dia berusaha keras untuk meyakinkan semua hadirin.
Jika ada satu orang saja yang tidak setuju, dia langsung meradang.  Jika ada orang yang
pulang duluan, jatuh tertidur, atau kelihatan tidak tertarik, orang ini merasa telah gagal.
Tetapi kemudian dia menyadari hawa ambisi seperti ini terlihat menggelikan.
 Apakah ada pembicara yang bisa meyakinkan 100%  orang yang mendengarnya?
 Jawabannya: tidak ada! Sesungguhnya, sekeras apapun upaya Anda. . . selalu saja ada
orang yang tidak sepakat dengan Anda.  Tetapi tidak apa-apa.  Ini hal yang biasa.
Di dalam kumpulan orang banyak selalu ada perbedaan pendapat, penilaian dan
tanggapan. Ada yang positif, ada pula yang negatif. Tidak ada yang pasti dalam hal ini.
Jika lamban menyelesaikan pekerjaan Anda, ada yang bersimpati pada Anda, ada pula
yang mengkritik Anda dengan tajam. Jika Anda menuntaskan pekerjaan Anda dengan
baik, ada yang memuji kemampuan Anda, ada pula yang sangsi bahwa Anda bisa
mengerjakannya sendirian.
Orang yang pulang duluan, mungkin bukannya tidak tertarik pada uraian Anda
melainkan mungkin karena ada keperluan mendesak. Yang tertidur, mungkin
semalaman begadang karena anaknya sakit.
Ingat, inti dari berbicara di depan umum adalah memberi nilai atau makna tertentu
pada hadirin.  Kata kuncinya adalah MEMBERI, bukan MENDAPAT.
Dengan kata lain, tujuannya bukan mendapat sesuatu (persetujuan, ketenaran,
penghormatan, pengikut dsb) dari pendengar Anda, melainkan memberikan sesuatu
yang bermanfaat.
Prinsip (5) Kunci Sukses adalah Tidak Menganggap Diri
Anda Seorang
Pembicara!
Prinsip ini tampak paradoks. Kebanyakan orang telah terpengaruh oleh pembicara yang
sukses. Kemudian agar sukses, kita berusaha sekuat tenaga memperlihatkan kualitas tertentu
yang sebenarnya tidak kita miliki. Akibatnya kita menjadi putus asa ketika gagal meniru
karakteristik dari orang terkenal, yang kita anggap sebagai kunci suksesnya.
Jelasnya, alih-alih menjadi diri sendiri, kita sering berusaha menjadi seperti orang lain.
Padahal sebagian besar pembicara yang sukses itu melakukan hal yang sebaliknya. Mereka
tidak berusaha menjadi orang lain, tetapi menjadi diri mereka sendiri. Dan mereka pun
terkejut sendiri karena mereka bisa menikmati tugas yang bayak dicemaskan orang
ini.  Rahasianya, karena mereka tidak berusaha menjadi pembicara tetapi menjadi diri
mereka sendiri! Kita bisa melakukan hal yang sama. Apapun jenis kepribadian Anda, ataupun
ketrampilan dan talenta yang Anda miliki, Anda pasti mampu berdiri di muka umum dan
menjadi diri Anda sendiri.

Anda mungkin juga menyukai