Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan Makalah


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Suku Banjar


Suku Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) adalah suku bangsa yang
menempatiwilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan Tengah
dan sebagianKalimantan Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah besar juga dapat
ditemuidi wilayah Riau, Jambi, Sumatera Utara dan Semenanjung Malaysia karenamigrasi
Orang Banjar pada abad ke-19 ke Kepulauan Melayu.
Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa. Sekitar2,7
juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang Banjar tinggaldi wilayah
Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar lainnya tinggal di luar Kalimantan.
Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan pembauran masyarakat
beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS Bahan, DAS Barito, DAS Martapura dan DAS
Tabanio. Dari daerah pusat budayanya ini suku Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak
melakukan migrasi secara sentrifugal atau secaralompat katak. Secara genetika suku Banjar
kuno sudah terbentuk ribuan tahun yanglalu dan telah melakukan migrasi keluar pulau
Kalimantan sekitar 1.200 tahunyang lalu menuju Madagasikara alias Madagaskar dan ke
wilayah lainnya.
Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar menerima dan memeluk Islam maka
diikutiseluruh kalangan suku Banjar untuk melakukan konversi massal ke agama
Islam,sehingga kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini bukan hanyasebagai
konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan agamis. Kelompok masyarakat yang
telah menganut Islam ini disebut Oloh Masih dalam bahasa Dayak Ngaju atau Ulun Hakey
dalam bahasa Dayak Maanyan.
Pada jaman dahulu, suku Banjar termasuk masyarakat bahari atau berjiwakemaritiman.
Perjanjian tanggal 18 Mei 1747 antara Sultan Banjar Tamjidillah Idengan VOC-Belanda
tentang monopoli perdagangan oleh VOC-Belanda di Kesultanan Banjar diantaranya mengatur
bahwa orang Banjar tidak boleh berlayarke sebelah timur sampai ke Bali, Sumbawa, Lombok,
batas ke sebelah barat tidak boleh melewati Palembang, Johor, Malaka dan Belitung.
Sejak itu wilayah pelayaran orang Banjar mulai menyempit, namun sisa-sisa
jiwakebaharian orang Banjar masih terlihat jejaknya pada kehidupan masyarakat Banjar di
daerah perairan Kalimantan Selatan.Tradisi lisan oleh Suku Banjarsangat dipengaruhi oleh
budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi lisan Banjar(yang kemudian hari menjadi sebuah
kesenian) berkembang sekitar abad ke-18yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut.
Madihin berasal dari bahasa Arab,yakni madah yang artinya pujian. Madihin merupakan puisi
rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa
Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental tertentu sesuai dengan konvensi yang
berlakusecara khusus dalam khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut
adalahsebuah tradisi berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan,sosial
dan budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanyamenggunakan bahasa
Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh pedagang-pedagang Cina, maka
bahasanya disesuaikan menjadi bahasa Banjar.

B. Geografi
Kota Banjarmasin terletak pada 3°15' sampai 3°22' Lintang Selatan dan 114°32' Bujur
Timur atau 114 19’’ 33’’ BT-116 33’ 28 BT dan 1 21’ 49’’ LS 1 10’’ 14’’ LS, dengan luas
wilayah 37.377,53 km2 atau hanya 6,98 persen dari luas pulau Kalimantan.

Kalimantan Selatan secara geografi terletak di sebelah selatan pulau Kalimantan dengan
luas wilayah 37.530,52 km2 atau 3.753.052 ha. Sampai dengan tahun 2004 membawahi
kabupaten/kota sebanyak 11 kabupaten/kota dan pada tahun 2005 menjadi 13 kabupaten/kota
sebagai akibat dari adanya pemekaran wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara dengan
Kabupaten Balangan dan Kabupaten Kotabaru dengan Kabupaten Tanah Bumbu.

Kota Banjarmasin beriklim tropis dimana angin muson barat bertiup dari Benua Asia
melewati Samudera Hindia menimbulkan musim hujan, sedangkan angin dari Benua Australia
adalah angin kering yang berakibat adanya musim kemarau.

C. Persebaran Suku Banjar di Pulau Kalimantan.

D. Kepercayaan Suku Banjar

Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan


Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam. Pengakuan bahwa religi sebagai
suatu sistem, telah dikondisikan pada makna religi yang terdiri dari bagian-bagian yang
behubungan satu sama lain dimana masing-masing bagiannya merupakan satu sistem yang
tersendiri. Misalnya saja tentang sistem kepercayaan, maka yang dimaksud ialah seluruh
kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh seseorang atau kesatuan sosial.
Kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam bukanlah satu-satunya kepercayaan religius
yang dianut masyarakat Banjar, sistem ritual dan sistem upacara yang diajarkan Islam bukanlah
satu-satunya sistem upacara yang dilakukan.Keseluruhan kepercayaan yang dianut orang
Banjar menurut beberapa Sejarawan Banjar telah dibedakan menjadi tiga kategori.Yang
pertama ialah kepercayaan yang bersumber dari ajaran Islam.Isi kepercayaan ini tergambar dari
rukun iman yang ke enam.Kedua, kepercayaan yang berkaitan dengan struktur masyarakat
Banjar pada zaman dahulu, yaitu pada masa sultan-sultan dan sebelumnya.Orang-orang Banjar
pada waktu itu hidup dalam lingkungan keluarga luas, yang dinamakan bubuhan dan juga
bertempat tinggal dalam lingkungan, bubuhan pula.Kepercayaan demikian ini selalu disertai
dengan keharusan bubuhan melakukan upacara tahunan, yang biasa dinamakan sebagai aruh
tahunan.Ketiga, kepercayaan yang berhubungan dengan beragam tafsiran dari masyarakat atas
alam lingkungan sekitarnya, yang mungkin adakalanya berkaitan pula dengan kategori
kedua.kepercayaan.Untuk kategori pertama mungkin lebih baik dinamakan kepercayaan Islam,
kategori kedua kepercayaan bubuhan dan kategori ketiga kepercayaan lingkungan.

E. Pembagian Suku Banjar

Sebutan Orang Banjar mulai digunakan sesudah tahun 1526 sejalan dengan proses
islamisasi di wilayah inti Kesultanan Banjar sehingga terbentuklah 3 kelompok suku Banjar
berdasarkan persfektif historisnya dengan melihat kawasan teritorialnya dan unsur
pembentuknya maka suku Banjar dibagi menjadi :

 Banjar Pahuluan adalah campuran Melayu dan Bukit (Bukit sebagai ciri
kelompok)
 Banjar Batang Banyu adalah campuran Melayu, Maanyan, Lawangan, Bukit dan
Jawa (Maanyan sebagai ciri kelompok)
 Banjar Kuala adalah campuran Melayu, Ngaju, Barangas, Bakumpai, Maanyan,
Lawangan, Bukit dan Jawa (Ngaju sebagai ciri kelompok)

Dengan mengambil pendapat Idwar Saleh tentang inti suku Banjar, maka percampuran
suku Banjar dengan suku Dayak Ngaju/suku serumpunnya yang berada di sebelah barat
Banjarmasin (Kalimantan Tengah) dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Kuala juga.
Di sebelah utara Kalimantan Selatan terjadi percampuran suku Banjar dengan suku
Maanyan/suku serumpunnya seperti Dusun, Lawangan, dan suku Pasir di Kalimantan
Timur yang juga berbahasa Lawangan, dapat kita asumsikan sebagai kelompok Banjar Batang
Banyu. Percampuran suku Banjar di tenggara Kalimantan yang banyak terdapat suku Bukit
kita asumsikan sebagai Banjar Pahuluan.

F. Bahasa

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, bahasa banjar adalah bahasa daerah kalimantan
selatan yang dipergunakan oleh suku banjar. Beberapa kata-kata dalam bahasa banjar untuk
kata ganti orang berdasarkan tingkatannya:

1. Halus
Ulun : Saya
Piyan / Dika : Kamu
2. Netral / Sepadan
Aku, diyaku : Aku
Ikam, Kawu : Kamu
3. Agak Kasar
Unda / Sorang : Aku
Nyawa : Kamu

G. Sistem Kekerabatan

Seperti sistem kekerabatan umumnya, masyarakat Banjar mengenal istilah-istilah


tertentu sebagai panggilan dalam keluarga. Skema di atas berpusat dari ULUN sebagai
penyebutnya. Bagi ULUN juga terdapat panggilan untuk saudara dari ayah atau ibu, saudara
tertua disebut Julak, saudara kedua disebut Gulu, saudara berikutnya disebut Tuha, saudara
tengah dari ayah dan ibu disebut Angah, dan yang lainnya biasa disebut Pakacil (paman) dan
Makacil (bibi), sedangkan termuda disebut Busu. Untuk memanggil saudara dari kai dan nini
sama saja, begitu pula untuk saudara datu.

Disamping istilah di atas masih ada pula sebutan lainnya, yaitu:


 minantu (suami / isteri dari anak ULUN)
 pawarangan (ayah / ibu dari minantu)
 mintuha (ayah / ibu dari suami / isteri ULUN)
 mintuha lambung (saudara mintuha dari ULUN)
 mamarina (sebutan umum untuk saudara ayah/ibu dari ULUN)
 kamanakan (anaknya kakak / adik dari ULUN)
 sapupu sakali (anak mamarina dari ULUN)
 ipar (saudara dari isteri / suami dari ULUN)
 panjulaknya (saudara tertua dari ULUN)
 pambusunya (saudara terkecil dari ULUN)
 badangsanak (saudara kandung)

H. Obat dan Ramuan Suku Banjar


1. Demam panas karena pengaruh cuaca, maka untuk penurunan atau penyembuhan bisa
mengosumsi "banyu kinca" (air santan segar campur gula merah/aren), dan air
bercampur daun "raja babangun/turus dingin" yang diremas dengan mengusap-usapkan
ke badan atau kepala.

2. Deman panas karena pengaruh cuaca dan mengeluarkan "karumut" (sejenis campak)
pada muka serta bagian tubuh, untuk penyembuhan pada umumnya cukup memandikan
"banyu nyiur" (air kelapa) dengan cara tertentu.

3. Sakit gigi jika tidak berlubang atau sekedar pengaruh peradangan gusi, dapat berkumur-
kumur dengan air rebusan daun sirih, baik sirih biasa maupun sirih merah. Namun bila
gigi yang sakit berlubang dapat mengumur-kumurkan air rebusan kulit batang "ketapi"
(ketapi sp) dan kulit batang bunga tanjung. Selain itu, mengumur-kumurkan air
rendaman tempurung (batok) kelapa yang dibakar. Pengobatan ini pada umumnya cepat
sembuh, tetapi berisiko atau berdampak terhadap percepatan pengeroposan gigi.

4. Luka kecil atau tidak terlalu besar untuk mengurangi atau menghentikan darah keluar
dan sekaligus buat penyembuhan, cukup mengoleskan getah batang keladi (talas),
menutup dengan remesan daun sengkong, pucuk pisang dan daun jambu "karantukal"
(jambu biji/jambu klotok). Sementara jika mata luka agak besar misalnya kena bacok,
untuk menghentikan darah keluar bisa menggunakan daun ambaratan (ambaratan sp)
yang disebut juga daun maling. Mengapa disebut duan maling? Karena pada umum
maling kena bacok untuk sementara menggunakan daun ambaratan agar tidak ada
ceceran darah guna menghilangkan jejak. Ambaratan sejenis tumbuhan hutan Meratus.
Sesudah dengan daun ambaratan tersebut, kemudian baru pengobatan yang lebih
intensif lagi, karena penyembuhan luka itu hanya pada kulit/bagian luar.

5. Mimisan atau darah keluar dari lubang hidung, urang Banjar Kalsel menyebutnya
"rastung" atau memesan, untuk menghentikannya cukup dengan "manyumpalkan"
(menyumbat) lubang hidup dengan daun sirih.

6. "Bahiraan" (sering buang air besar) jika belum terlalu parah, untuk pengobatan cukup
mengonsumsi pucuk daun jambu karantukal/jambu biji, air rendaman kerak nasi yang
hangus, "tangkung" jagung (tempat tempelan beras jagung) yang dibakar.

7. Berak darah karena gangguan/infeksi usus atau saluran pencernaan bila belum parah,
serta keluar "tumbung" (zubur/ambean), untuk pengobatan bisa mengonsumsi pisang
nyaru, "manisan habang" (tebu merah), buah ulur-ulur (ulur-ulur sp). Ulur-ulur sejenis
buahan dari pedalaman Meratus, dan umumnya komunitas masyarakat terasing yang
banyak menggunakan obat tradisional itu.
Bentuk buah ulur-ulur seperti buah markisa, termasuk tanaman menjalar, kalau
direndam airnya berwarna agak kemerah-merahan dan terasa kalat (sepat).

8. Sakit perut biasa, untuk penyembuhan bisa menggunakan tumbuhan jenis gulma atau
kategori rumput-rumputan yang oleh urang Banjar Kalsel menyebutnya "pulut-pulut
tahi bayi" (pulut = sejenis lem, tahi = kotoran, bayi = babi). Daun tanaman tersebut
diremas-remas dengan kapur sirih, kemudian diuleskan di perut. Alternatif lain,
mengoleskan minyak gas/minyak tanah yang sudah terpakai lampu teplok bercampur
bawang merah ke perut yang sakit tersebut, serta "urat bayang" (urat yang ada pada
belakang kaki/betis bagian bawah).

9. "Kebabagusan" atau salah tidur dan ada pula yang menyebut "balawa" yaitu berupa
bengkak pada bagian leher, untuk penyembuhan bisa menggunakan beberapa obat
tradisional, seperti menguleskan cairan nila (balau). Alternatif lain biji "kalangkala"
(kalangkala sp) dan atau biji "sangkuang" (sangkuang sp) dibakar, kemudian campur
minyak "lemak" (terbuat dari kelapa) dan uleskan ke leher yang sakit. Kalangkala
pepohonan berdaun agak lebar yang bisa tumbuh di dataran rendah dan tinggi, bentuk
buahnya bulat kalau masak berwarna merah dan isi menyerupai adpokat. Bagi urang
Banjar Kalsel bisa menjadikan kalangkala sebagai pendamping lauk makan.
Sedangkan sangkuang pepohonan berdaun agak kecil seperti daun pohon lengkeng, dan
buahnya pun bulat sebagaimana lengkeng. Namun rasa berbeda, yaitu kalau lengkeng
manis, tetapi sangkuang kalau masak terasa asam manis. Pada umumnya sangkuang
tumbuh di pinggir-pinggir sungai.

10. "Tampihaan" yaitu sakit/bengkak pada selangkang (antara paha dengan kemaluan),
penyembuhan dapat menggunakan pucuk daun "lombok parawit" (cabai rawit) yang
diremas bercampur kapur sirih, kemudian diuleskan pada bagian yang sakit.

11. Kurap-sejenis penyakit kulit, selagi belum parah untuk penyembuhan bisa
menggunakan daun "gulinggang" (daun tapak babi) dengan menggosok-gosokan ke
kulit tersebut secara rutin minimal satu kali dalam sehari, akan lebih baik bila sering
atau jika ada kesempatan guna percepatan pulih kembali.

12. Kayap, sejenis penyakit kulit basah dan terasa perih. Penyembuhan bisa menggunakan
tahi (kotoran) cacing. Tetapi alternatif yang cukup bagus yaitu buah jagung mentan
yang diparut, kemudian "kasaikan" (uleskan) ke kulit yang kena kayap tersebut. Insya
Allah proses penyembuhannya cepat.

13. Gula darah atau kencing manis, kalau pendekatan ilmu medis mungkin untuk
pengobatan minum rebusan isolen. Tetapi obat tradisional urang Banjar Kalsel pada
umumnya, antara lain daun bungur, daun kopi dan kulit pohon tandui. Kesemua obat
atau ramuan tradisional itu cara penggunaan direbus terlebih dahulu baru diminum.
Meminum harus rutin setiap hari dengan lama tergantung tingkat keparahan. Misalnya
kalau belum parah atau sebatas baru indikasi, mungkin cukup sekali sehari sebanyak
300 ml dengan tempo tidak sampai satu tahun. Pohon tandui (tandui sp) termasuk
tumbuhan hutan Meratus yang belakangan tergolong langka dan terancam punah.
Bentuk dan daging buahnya seperti mangga, tetapi masak sekali pun rasanya tetap
asam, tak ada rasa manis kecuali dikasih gula merah.

14. Sakit pinggang biasa, bukan karena terjatuh atau keseleo, untuk penyembuhan bisa
mengonsumsi sayur umbut "walatung" (rotan ukuran besar). Gangan (gulai) walatung
salah satu kuliner khas masyarakat Kalimantan Tengah (Kalteng). Selain itu, meminum
rebusan kulit kayu alaban, termasuk tumbuhan Meratus. Sebagaimana orang-orang
Banjar daerah hulu sungai Kalsel dalam berladang selalu meminum rebusan kulit kayu
alaban sehingga terhindar dari penyakit pinggang.

15. Batuk, kalau belum parah atau masih batuk ringan, penyembuhan antara lain, cukup
minum jeruk nipis campur madu atau kecap asin, minum asam kamal/asam jawa campu
sedikit garam, minum bunga belimbing tunjung (belimbing buluh/sayur). Selain itu,
uleskan "limau amas" (jeruk emas) di leher hingga dekat dada. Limau amas pohonnya
berduri dan buahnya bentuk kecil berdiameter sekitar lima milimeter, bila masak
berwarna merah.

16. Maag, yang kono karena kebanyak asam lambung yang menjadi penyebab. Untuk
pengobatan tradisional cukup sederhan, antara lain dengan mengonsumsi pisang awa,
baik yang mentah maupun masak. Bisa pula dengan mengonsumsi pisang manggala.
Pisang ini penuh biji sehingga untuk dimakan kurang enak, karena juga rasa kalat
(sepat), kecuali untuk campurang rujak serta gangan keladi. Fungsi pisang manggala
bisa menghilangkan rasa gatal keladi yang disayur.

17. Kena penyakit kuning atau gejala liver, pencegahan atau pengobatan dengan memimun
seduhan "janar" (kunyit), temulawak, dan kayu kuning. Kayu kuning tumbuhan hutan
yang berambat.

18. Bisul: supaya cepat pecah dan buat pengobatannya secara tradisional urang Banjar
Kalsel tempo dulu menggunakan getah pohon lua. Fungsi getah lua seperti etiol. Pohan
lua umumnya tumbuh dan berkembang di tepi-tepi sungai, buah seperti buah tin (buah
tin = buah timur tengah, dan diabadikan dalam Al Qur`an).

19. Minyak kayu " ulin" (kayu besi bisa untuk menumbuhkan dan penyubur rambut. Ulin
merupakan primadona kayu-kayuan/pepohonan kawasan Meratus.

20. Daun jarak (jarak pagar) dapat membantu percepatan buang angin "keluar angin" bagi
orang yang baru operasi. Kan ketentuan kedokteran tempo dulu, seseorang sehabis
operasi tidak boleh makan minum, kecuali sudah kentut. Sedangkan masa tunggu untuk
keluar kentut itu relatif lama sehingga cukup membosankan bagi pasien. Cara
penggunaan, daun jarang itu "dihaling" (dipanaskan) ke api (bisa lilin dan lampu
teplok), kemudian letakan di punggung sebanyak tiga kali. Insya Allah tidak sampai
satu jam bisa buang angin alias kentut.

J. Seni Tari Banjar

 Baksa Dadap
 Baksa Hupak
 Baksa Kambang
 Baksa Kantar
 Baksa Kupu-Kupu Atarung
 Baksa Lilin
 Baksa Panah
 Baksa Tameng
 Baksa Tumbak
 Balatik
 Baleha
 Batarasulan
 Bogam
 Dara Manginang
 Garah Rahwana
 Hantak Sisit
 Hanoman
 Japin Batuah
 Japin Bujang Marindu
 Japin Dua Saudara
 Japin Hadrah
 Japin Kuala
 Japin Pasanggrahan
 Japin Rantauan
 Japin Sisit
 Kuda Gepang
 Ladon
 Maayam Tikar
 Ning Tak Ning Gung
 Paris Tangkawang
 Radap Rahayu
 Rudat
 Sinoman Hadrah
 Tantayungan
 Tanggui
 Tameng Cakrawati
 Tirik Kuala
 Tirik Lalan
 Topeng Kelana
 Topeng Wayang
 Topeng

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR ISI
https://id.wikipedia.org/wiki/Penyebaran_suku_bangsa_Banjar

Anda mungkin juga menyukai