Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pneumonia merupakan penyebab utama kematian balita di
dunia.Pneumonia menyebabkan kematian lebih dari 2 juta balita setiap
tahunnya.Kasus kematian tersebut umumnya terjadi di negara miskin.Sedangkan
di negara berkembang, diketahui bahwa 1 dari 5 balita meninggal karena penyakit
tersebut.Walaupun demikian, perhatian yang diberikan untuk mengatasi masalah
kesehatan tersebut dirasa masih kurang (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab utama kematian bayi (0 -
11 bulan) sebesar 23,80% dan sebagai penyebab kedua kematian balita (1 – 4
tahun) yaitu 15,50% menempati urutan kedua setelah diare dari 10 besar
kematian. Rata-rata setiap 83 balita meninggal setiap hari akibat pneumonia.Hal
ini menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah
kesehatan masyarakat utama yang berkontribusi terhadap tingginya angka
kematian balita di Indonesia (Riskesdas RI, 2013).Pneumonia menjadi salah satu
penyakit menular sebagai faktor penyebab kematian pada anak. Pneumonia
menjadi target dalam Millenium DevelopmentGoals (MDGs), sebagai upaya
untuk mengurangi angka kematian anak. Berdasarkan data WHO pada tahun 2013
terdapat 6,3 juta kematian anak di dunia, dan sebesar 935.000 (15%) kematian
anak disebabkan oleh pneumonia. Sedangkan di Indonesia kasus pneumonia
mencapai 22.000 jiwa menduduki peringkat ke delapan sedunia (WHO,
2014).Jumlah kasus pneumonia di Provinsi Jawa Tengah tahun 2013 tercatat
sebanyak 55.932 kasus (67 kematian). Jumlah kematian anak pada kelompok
umur <1 tahun sebanyak 36 anak dengan CaseFatality Rate (CFR) 0,18% dan
pada kelompok umur 1-4 tahun sebanyak 31 anak dengan CFR = 0,09%
(Kemenkes RI, 2014).
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli)
dan mempunyai gejala batuk, sesak nafas, ronki, dan infiltrat pada foto rontgen.
Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya proses
infeksi akut (Sugihartono, 2012). Pneumonia adalah penyakit peradangan
parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme bakteri, virus, jamur,
parasit, namun pneumonia juga disebabkan oleh bahan kimia ataupun karena
paparan fisik seperti suhu dan radiasi.Berdasarkan lokasi anatominya, pneumonia
dapat terbatas segmen, lobus, atau menyebar.Jika hanya melibatkan lobulus,
pneumonia sering mengenai bronkus dan bronkiolus sehingga sering disebut
dengan bronkopneumonia (Djojodibroto, 2012).Pneumonia ditandai dengan
gejala batuk dan atau kesulitan bernapas seperti napas cepat, dan tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam (Kemenkes RI, 2012).Upaya yang penting dalam
penyembuhan dengan perawatan yang tepat merupakan tindakan utama dalam
menghadapi pasien pneumonia untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan
diharapkan pasien dapat segera sembuh kembali.Intervensi keperawatan utama
adalah mencegah ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Agar perawatan berjalan
dengan lancar maka diperlukan kerja sama yang baik dengan tim kesehatan yang
lainnya, serta dengan melibatkan pasien dan keluarganya. Berhubungan dengan
hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dalam
memberikan Asuhan Keperawatan pada anak dengan pneumonia di Ruang Melati
RSUD Dr. Soedirman Kebumen.
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu Pneumonia?
b. Apasaja etiologi dari Pneumonia?
c. Apasaja patofisiologi dariPneumonia?
d. Apa saja tanda dan gejala Pneumonia
e. Bagaimana penanganan Medis/Keperawatan Pneumonia?
f. Bagaimanapemeriksaan diagnosis Pneumonia?
g. Bagaimanakonsep asuhan keperawatan Pneumonia?
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui pengertian pneumonia.
b. Untuk mengetahui etiologi pneumonia.
c. Untuk mengetahui patofisiologi pneumonia.
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala pneumonia.
e. Untuk mengetahui penanganan medis/keperawatan pneumonia.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnosis pneumonia.
g. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pneumonia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PNEUMONIA

Pneumonia adalah peradangan akut pada parenkim paru, bronkiolus respiratorius dan
alveoli, menimbulkan konsolidasi jaringan paru sehingga dapat mengganggu
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di paru-paru.3 Pada perkembangannya ,
berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia, yaitu
pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia/CAP), apabila infeksinya
terjadi di masyarakat; dan pneumonia-RS atau pneumonia nosokomial (hospital-
acquired pneumonia/HAP), bila infeksinya didapat di rumah sakit.2 Pneumonia-
masyarakat (community-acquired pneumonia) adalah pneumonia yang terjadi akibat
infeksi diluar rumah sakit , sedangkan pneumonia nosokomial adalah pneumonia yang
terjadi >48 jam atau lebih setelah dirawat di rumah sakit, baik di ruang rawat umum
ataupun di ICU tetapi tidak sedang menggunakan ventilator. Pneumonia berhubungan
dengan penggunaan ventilator (ventilator-acquired pneumonia/VAP) adalah
pneumonia yang terjadi setelah 48- 72 jam atau lebih setelah intubasi tracheal.
Pneumonia yang didapat di pusat perawatan kesehatan (healthcare-associated
pneumonia) adalah pasien yang 9 dirawat oleh perawatan akut di rumah sakit selama 2
hari atau lebih dalam waktu 90 hari dari proses infeksi, tinggal dirumah perawatan
(nursing home atau longterm care facility), mendapatkan antibiotik intravena,
kemoterapi, atau perawatan luka dalam waktu 30 hari proses infeksi ataupun datang ke
klinik rumah sakit atau klinik hemodialisa.

2.2 ETIOLOGI PNEUMONIA

a. Bakteri

Pneumonia bakterial dibagi menjadi dua bakteri penyebabnya yaitu

1. Typical organisme Penyebab pneumonia berasal dari gram positif berupa :

- Streptococcus pneumonia : merupakan bakteri anaerob facultatif. Bakteri


patogen ini di temukan pneumonia komunitas
rawat inap di luar ICU sebanyak 20-60%,
sedangkan pada pneumonia komunitas rawat
inap di ICU sebanyak 33%.

- Staphylococcus aureus : bakteri anaerob fakultatif. Pada pasien yang diberikan


obat secara intravena (intravena drug abusers)
memungkan infeksi kuman ini menyebar secara
hematogen dari kontaminasi injeksi awal menuju ke
paru-paru. 7 Kuman ini memiliki daya taman paling
kuat, apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini
akan timbul tanda khas, yaitu peradangan, nekrosis
dan pembentukan abses.8 Methicillin-resistant S.
Aureus (MRSA) memiliki dampak yang besar dalam
pemilihan 10 antibiotik dimana kuman ini resisten
terhadap beberapa antibiotik.

- Enterococcus (E. faecalis, E faecium) : organisme streptococcus grup D yang


merupakan flora normal usus.
Penyebab pneumonia berasal dari gram negatif sering menyerang pada pasien
defisiensi imun (immunocompromised) atau pasien yang di rawat di rumah
sakit, di rawat di rumah sakit dalam waktu yang lama dan dilakukan
pemasangan endotracheal tube. Contoh akteri gram negatif dibawah adalah :

- Pseudomonas aeruginosa : bakteri anaerob, bentuk batang dan memiliki bau


yang sangat khas.

- Klebsiella pneumonia : bakteri anaerob fakultatif, bentuk batang tidak


berkapsul. Pada pasien alkoholisme kronik,
diabetes atau PPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Kronik) dapat meningkatkan resiko terserang
kuman ini.

- Haemophilus influenza : bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul


atau tidak berkapsul. Jenis kuman ini yang memiliki
virulensi tinggu yaitu encapsulated type B (HiB).

2. Atipikal organisme

Bakteri yang termasuk atipikal ada alah Mycoplasma sp. , chlamedia sp. ,
Legionella sp.

b. Virus

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui droplet9 , biasanya


menyerang pada pasien dengan imunodefisiensi.7 Diduga virus penyebabnya adalah
cytomegalivirus9 , herpes simplex virus, varicella zooster virus.

c. Fungi

Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik,


dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang
menyerang adalah Candida sp. , Aspergillus sp. , Cryptococcus neoformans
2.3 PATOFISIOLOGI PNEUMONIA

Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring,
kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen yang
mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu
pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada saluran
nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU.
Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan tidak
adanya pertahanan terhadap kuman patogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan
menyebabkan infeksi.Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas
bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan
mekanik ( epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen)
dan seluler (leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi menyebabkan
peradangan membran paru ( bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma
dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi
menurun, saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-
paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh
untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru menurun
akan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadi sianosis, asidosis respiratorik dan
kematian.

2.4 TANDA DAN GEJALA PNEUMONIA

1. Demam

Sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5oC-40,5oC bahkan
dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang
euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan
yang tidak biasa.
2. Miningitismus

Tanda-tanda meningeal tanpa infeksi meninges. Terjadi dengan awitan


demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri dan kekakuan pada
punggung dan leher, adanya tanda kennig dan brudzinski, dan akan berkurang
saat suhu turun.

3. Anoriksia

4. Muntah

5. Diare

6. Nyeri abdomen

7. Sumbatan nasal

8. Keluaran nasal

9. Batuk

10. Bunyi pernafasan

11. Sakit Tenggorokan

12. Keadaan berat pada bayi

13. Disamping batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat napas cepat saja

- Pada anak umur 2 bulan-11 bulan: > 50 kali/menit

- Pada anak umur 1 tahun-5 tahun: > 40 kali/menit

2.5 PENANGANAN MEDIS/KEPERAWATAN PNEUMONIA


Terapi pada pneumonia Community Acquired Pneumonia (CAP) dapat dilaksanakan
secara rawat jalan. Dalam mengobati penderita pneumonia perlu diperhatikan keadaan
klinisnya, bila keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat dapat diobati di rumah
dan juga diperhatikan ada tidaknya faktor modifikasi yaitu keadaan yang dapat
meningkatkan resiko infeksi dengan mikroorganisme patogen yang spesifik misalnya S.
pneumoniae yang resisten terhadap penisilin (PDPI, 2003b). Namun pada kasus yang
berat pasien dirawat di Rumah Sakit dan mendapat antibiotik parenteral. Sedangkan
untuk kasus pneumonia nosokomial pemilihan antibiotik diperlukan kejelian, karena
sangat dipengaruhi pola resistensi antibiotik di rumah sakit (Depkes RI, 2005).
Penatalaksanaan terapi pneumonia yang disebabkan bakteri sama seperti infeksi pada
umumnya yaitu dengan memberikan antibiotik yang dimulai secara empiris dengan
antibiotik spektrum luas sambil menunggu hasil hasil kultur. Setelah bakteri penyebab
diketahui pemberian antibiotik diubah menjadi antibiotik spektrum sempit sesuai
bakteri penyebab (Depkes RI, 2005).

1). Terapi antibiotik pada pneumonia anak

a. Antibiotik oral yang menjadi pilihan pertama pada anak <5 tahun adalah

amoksisilin. Alternatif lainnya adalah co-amoxiclav, sefaklor, eritromisin,

klaritromisin dan azitromisin.

b. Antibiotik intravena yang dianjurkan adalah ampisilin dan kloramfenikol,


coamoxiclav, ceftriakson, cefuroksim dan cefotaksim.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSIS PNEUMONIA

Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberian terapi


yaitu dengan cara mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit, dan
perkiraan jenis kuman penyebeb infeksi (Sudoyo et al., 2007). Secara klinis, diagnosis
pneumonia didasarkan atas tanda-tanda kelainan fisis dan adanya gambaran
konsolidasi pada foto dada. Namun diagnosis lengkap haruslah mencakup diagnosis
etiologi dan anatomi (Dahlan, 2004). Diagnosis studi: 1. Chest X-ray: teridentifikasi
adanya penyebaran (misal: lobus dan bronkhial); dapat juga menunjukkan multipel
abses/infiltrat, empiema (staphilococcus); penyebaran atau lokasi infiltrasi (bakterial) 2.
Analisis gas darah: abnormalitas mungkin timbul tergantung dari luasnya kerusakan
paru-paru. 3. Pemeriksaan darah lengkap: leukositosis biasanya timbul, meskipun nilai
pemeriksaan darah putih rendah pada infeksi. Penilaian derajat keparahan pneumonia
pada anak dan dewasa dengan cara yang berbeda. 1). Pneumonia Anak Penilaian
derajat keparahan pneumonia pada anak dapat dilihat dari gejala dan tanda yang
timbul. Gejala penyakit pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas
atas akut selama beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh naik
dapat mencapai 40˚C, sesak napas, nyeri dada dan batuk dengan dahak kental,
terkadang dapat berwarna kuning hingga hijau. Pada sebagian penderita juga ditemui
gejala lain seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala (Misnadiarly,
2008). Tanda-tanda penyakit pneumonia pada balita antara lain : batuk nonproduktif,
ingus (nasal discharge), suara napas lemah, penggunaan otot bantu napas, demam,
cyanosis (kebiru-biruan), photo thorax menunjukkan infiltrasi melebar, sakit kepala,
kekakuan dan nyeri otot, sesak napas, menggigil, berkeringat, lelah, terkadang kulit
menjadi lembab, mual dan muntah (Misnadiarly, 2008). 6 Hal yang penting untuk
diperhatikan adalah apabila seorang anak batuk dan sulit untuk bernafas, untuk
mencegah menjadi berat dan kematian, anak tersebut harus segera mendapatkan
pertolongan sesuai dengan pedoman tatalaksana. Pneumonia pada anak
diklasifikasikan sebagai pneumonia sangat berat, pneumonia berat, pneumonia dan
bukan pneumonia, berdasarkan ada tidaknya tanda bahaya, tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam dan frekuensi napas, dan dengan pengobatan yang spesifik
untuk masing-masing derajat penyakit (WHO, 2009).

2.7 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA


Tanggal masuk : 10 Juli 2017 Jam : 23.00 WIB Tanggal
pengkajian : 11 Juli 2017 Jam : 08.00 WIB Nama pengkaji :
Surya Partiwi Ruang : Melati

I. DATA SUBYEKTIF A.
Identitas Klien Nama/Nama
panggilan : An. A Tempat tgl lahir
: 10 Mei 2017 Umur : 2
bulan Jenis kelamin :
Laki-laki BB : 5,4 kg
PB/TB : 58 cm
Alamat : Muktisari
Agama : Islam
Pendidikan :-
Suku bangsa : Jawa No. RM
: 350885 Diagnosa medik
: Bronkopneumonia

B. Identitas Penanggung Jawab Nama


: Tn. K Umur
: 27 tahun Jenis kelamin :
Laki-laki Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Muktisari Hubungan
dg klien : Ayah Kandung

C. Keluhan utama Keluarga


mengatakan klien mengalami batuk

D. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang Klien
datang ke IGD RSUD Dr. Soedirman Kebumen pada tanggal 10 Juli 2017 jam
23.00 WIB dengan keluhan panas sejak pagi dan tak kunjung turun, klien
riwayat imunisasi di Bidan, sebelumnya klien mengalami batuk dan pilek ± 1
minggu, batuk grok-grok, sebelumnya sudah minum obat dari Bidan tetapi
batuk tidak mereda. Saat di IGD dilakukan pemeriksaan TTV nadi: 120x/
menit, RR: 64x/ menit, suhu: 38,9 C, auskultasi paru ronkhi, telah diberikan
IVFD D5 ¼ NS 30 tpm, injeksi Paracetamol 60 mg, Nebulizer Combivent 0,5
mg Inhalasi, Oksigen 1 liter per menit, kemudian dibawa ke Ruang Melati
pada tanggal 11 Juli 2017 jam 01.15 WIB untuk mendapat perawatan lebih
lanjut. Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 Juli 2017 jam 08.00 WIB,
Ibu klien mengatakan klien masih batuk dan pilek, batuk grok-grok, auskultasi
paru ronkhi, irama nafas cepat, akral hangat, terpasang IVFD D5 ¼ NS 30
tpm, terpasang Oksigen 1 liter per menit, telah diberikan injeksi Paracetamol
60 mg pada jam 06.00 WIB, dan didapatkan hasil TTV nadi: 116x/ menit, RR:
62x/ menit, suhu: 38,5OC.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu Ibu


klien mengatakan klien belum pernah mengalami batuk pilek sebelumnya

3. Riwayat Kesehatan Keluarga Ibu


klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang sedang mengalami
batuk, tidak ada riwayat penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, HIV/AIDS,
dan lain-lain. Ayah dan Nenek klien mempunyai riwayat Hipertensi, tidak ada
riwayat penyakit menurun lainnya seperti Asma, Jantung, DM dan lain-lain.
Ayah klien seorang perokok.

4. Riwayat kehamilan Klien anak


laki-laki dari P1 A0, Ibu klien mengatakan selama hamil klien tidak ada
keluhan apapun, hanya mual muntah biasa pada trimester pertama, selama
hamil Ibu klien rutin memeriksakan kehamilannya ke Bidan setempat. Ibu
klien tidak mengkonsumsi obat apapun selama hamil dan juga tidak
mengkonsumsi jamu tradisional apapun.

5. Riwayat Persalinan Ibu


klien mengatakan klien lahir secara spontan dibantu oleh Bidan di Puskesmas,
tidak ada masalah selama proses persalinan, klien lahir pada usia kehamilan 37
minggu, saat lahir klien langsung menangis, BBL 3000 gram dan PBL 45 cm,
Ibu klien juga mengatakan klien sering tersedak saat minum ASI.

6. Riwayat imunisasi
Ibu klien mengatakan anaknya mendapatkan imunisasi lengkap dari lahir
hingga 2 bulan ini, yaitu imunisasi Hepatitis B, BCG, dan Polio I.

7. Riwayat tumbuh kembang Ibu


klien mengatakan klien sudah mulai bisa merespon dan mengamati jika
dipanggil, klien sudah bisa berdehem dan tersenyum, klien sudah mampu
menumpu badan.

8. Genogram

Keterangan : :
laki-laki :
perempuan : meninggal : menikah

: keturunan : klien --------- : tinggal 1 rumah

Ibu klien mengatakan Ayah klien anak ke 5 dari 6 bersaudara, kedua orang
tuanya masih ada dalam keadaan sehat, Ibu kien anak ke 5 dari 5 bersaudara,
Ayah dari Ibu sudah meninggal karena sudah tua, Ibu masih ada dalam
keadaan sehat. Klien merupakan anak pertama, klien tinggal 1 rumah dengan
Ayah, Ibu dan Nenek dari Ibunya.

9. Kebutuhan cairan Kebutuhan


cairan klien =100 cc/
kgBB /hari =100 cc
x 5,4 kg = 540 cc. Kenaikan suhu
IWL =200 cc x (suhu badan
sekarang – 36, 8 C) = 200 cc x (38,5-36,8) =
200 cc x 1,7 = 340 cc. Jadi kebutuhan cairan klien adalah 540
cc + 340 cc = 880 cc/ hari.

10. Kebutuhan kalori Kebutuhan


kalori klien, usia 0-6 bulan 100 Kkal/ kgBB/ hari = 100 Kkal x 5,4 kg =
540 Kkal/ hari.

11. Pola Pengkajian menurut Gordon

a. Pola persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan Ibu


klien mengatakan kesehatan sangat penting sehingga jika ada anggota
keluarga yang sakit segera dibawa ke dokter atau Puskesmas, begitu juga saat
anaknya sakit keluarga segera memeriksakannya ke Bidan terdekat. Ibu klien
selalu menjaga kebersihan rumah dan peralatan yang digunakan terutama
untuk anaknya.

b. Pola nutrisi/metabolik
Sebelum sakit : Ibu klien mengatakan klien minum ASI tanpa tambahan susu
formula, klien minum ASI 2 jam sekali sekitar 1520 menit, reflek hisap kuat
ASI lancar.
Saat dikaji : Ibu klien mengatakan klien mengalami perubahan saat minum
ASI, menyusu 2 jam sekali sekitar 10 menit, reflek hisap lemah. Ibu klien
mengatakan klien sering tersedak saat minum ASI.

c. Pola eliminasi Ibu


klien mengatakan klien menggunakan diapers, dan diganti jika penuh yaitu
sekitar 4 jam sekali, klien BAB 1x dengan konsistensi kuning lembek dan
berbau khas pada pagi hari tadi.

d. Pola aktivitas/latihan Ibu


klien mengatakan klien beraktivitas seperti biasa yaitu berdehem dan tertawa,
hanya saja selalu rewel saat badannya panas.

e. Pola istirahat dan tidur Ibu


klien mengatakan sebelum maupun sesaat sakit klien lebih sering tidur, hanya
saja klien lebih sering terbangun saat batuk, klien tidur sekitar 15 jam sehari

f. Pola perseptif/kognitif Ibu


klien mengatakan belum mengetahui sakit yang diderita anaknya, yang ibu
tahu hanya batuk pilek biasa.

g. Pola koping/toleransi stress Ibu klien


mengatakan klien selalu rewel saat badannya panas, sehingga ibu mengompres
dahinya dengan air hangat.

h. Pola konsep diri Ibu


klien mengatakan sangat khawatir dan sedih, ibu klien sering bertanya kondisi
anaknya dan bertanya apakah anaknya akan lama dirawat di RS.

i. Pola seksual dan reproduksi Klien


berjenis kelamin laki-laki dan tidak ada kelainan kongenital.

j. Pola peran atau hubungan Klien


tampak tenang dan nyaman saat tidur setelah minum ASI.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Ibu klien selalu berdoa untuk kesembuhan anaknya.

B. DATA OBYEKTIF

Pemeriksaan Fisik

1. TTV
Nadi : 116x/menit
Suhu : 38,5oC RR
: 62x/menit

2. Antropometri
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar lengan atas : 13 cm
Lingkar dada : 42 cm
BB : 5,4 cm
PB/TB : 58 cm

3. Kepala Bentuk
kepala mesocephal, tidak ada benjolan maupun edema, ubun-ubun
belom menyatu, rambut tipis bersih.

4. Mata
Konjungtiva an anemis, sklera an ikterik, reflek pupil an isokor.

5. Hidung
Terdapat sekresi berwarna putih kekuningan, terdapat pernafasan
cuping hidung.

6. Mulut
Mukosa bibir lembab, mulut bersih, belum tumbuh gigi.
7. Telinga
Bersih, tidak ada serumen.

8. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun kelenjar tiroid

9. Dada Paru-paru

Inspeksi : terdapat retraksi dinding dada, irama nafas cepat


Palpasi : RR: 62x/ menit Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar bunyi ronkhi.

Jantung
Inspeksi : tidak tampak ictus cordis
Palpasi : tidak ada pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung S1 S2 reguler dan tidak ada suara
tambahan.

10. Abdomen
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : bising usus 14x/ menit
Palpasi : tidak ada massa, cubitan perut kembali cepat <2 detik
Perkusi : terdengar bunyi timpan

11. Genetalia
Jenis kelamin laki-laki, tidak terpasang DC

12. Anus
Ada lubang anus
13. Ekstremitas Atas :
terpasang IVFD D5 ¼ NS 30 tpm pada tangan kiri, akral hangat, CRT <2 detik
Bawah : tidak ada kelainan gerak.

14. Kulit
Turgor kulit kembali cepat, <2 detik

15. Pemeriksaan penunjang


Hasil rotgen pada tanggal 11 Juli 2017 jam 09.40 WIB kesan : tampak
kelenjar thymus prominen, bronkiolitis, konviburasi air normal.

16. Hasil laboratorium pada tanggal 10 Juli 2017 jam 23.18 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Hematologi
Hemogobin 10,6 g/dl 10.7-13.1
Leukosit 13,6 10o 3/ul 6.0-17.5
Hematokrit 32 % 35-46
Eritrosit 4,1 10o6/ul 3.60-5.20
Trombosit 486 10o3/ul 229-553
MCH 26 pg 23-31
MCHC 33 g/dl 28-32
MCV L 79 fl 74-102
Eosinofil 1,30 % 1-5
Basofil 0.10 % 0-1
Netrofil L 46,60 % 50-70
Limfosit 42,10 % 20-70
Monosit 9,30 % 1-11
Golongandarah A
Kimiaklinik
SGOT H 56 u/l <37
SGPT 38 u/l <42

17. Program terapi

Terapi Dosis Rote


Infus D5 ¼ NS 30 tpm IV
Inj. Paracetamol 3 x 60 mg IV
Inj.Cefotaxime 2 x 200 mg IV
Combivent 4 x 0,5 mg Inhalasi

ANALISA DATA

No Waktu Fokus Data Problem Etiologi


1. Selasa, 11 Juli DS: Keefektifan Eksudat
2017 jam Ibu klien mengatakan bersihan jalan dalam jalan
08.00 WIB klien batuk dan pilek, nafas alveoli,
batuk grok-grok, batuk sekresi yang
dan pilek ±1 minggu. tertahan
DO:
Klien tampak lemah,
kesadaran composmentis,
tampak sekresi pada
hidung berwarna putih
kekuningan, auskultasi
paru ronkhi, irama nafas
cepat, terpasang oksigen
1 liter per menit, TTV
nadi: 116x/ menit, RR:
62x/ menit, hasil rontgen
paru kesan Bronkiolitis.
2. Selasa, 11 Juli DS: Hipertermia Penyakit
2017 jam Ibu klien mengatakan
08.00 WIB klien demam sejak pagi
tidak turun-turun.
DO:
akral teraba hangat, nadi:
116x/ menit, RR: 62x/
menit, suhu: 38,5 C,
terpasang IVFD D5 ¼
NS 30 tpm mikro di
tangan kiri.
3. Selasa, 11 Juli DS: Defisiensi Kurang
2017 jam Ibu klien mengatakan pengetahuan informasi
08.00 WIB sangat sedih dan
khawatir, karena belum
mengetahui sakit yang
diderita anaknya, yang
keluarga tahu hanya
batuk pilek biasa.
DO:
Ibu klien tampak sedih
dan sering bertanya-tanya
kondisi anaknya.

Prioritas diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan eksudat dalam


jalan alveoli, sekresi yang tertahan

2. Hipertermia berhubungan dengan penyakit

3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Airway Management:
selama 3x24 jam diharapkan masalah -Atur posisi untuk
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas dapat memaksimalkan
teratasi dengan kriteria hasil: -Aukultasi suara nafas
Indikator IR ER tambahan
-Suara nafas bersih 2 4 -Lakukan fisioterapi dada
-Bernafas dengan 2 5 -Monitor status respirasi
-Tidak ada dyspnea 2 5 dan oksigen
-Nadi dan RR 2 5 -Monitor TTV
dalambatas normal - Berikan terapi seuai
(Nadi 100-160x/
menit, RR 30-60x/
menit)
Keterangan:
1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada keluhan.
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Fever Treatment:
selama 3x24 jam diharapkan masalah -Kompres menggunakan
Hipertermia dapat teratasi dengan kriteria air hangat pada bagian
hasil: ubunubun, axilla, perut,
Indikator IR ER leher, dan lipat paha
Suhu dalam batas normal 2 5 -Tingkatkan intake cairan
(36-37,5OC) dan nutrisi
Keterangan: -Sesuaikan dengan suhu
1. Ekstrem lingkungan
2. Berat -Monitor suhu setiap 3
3. Sedang jam
4. Ringan -Monitor intake dan
5. Tidak ada keluhan. output
-Berikan terapi sesuai
indikasi yaitu IVFD D5
¼ NS 30 tpm dan injeksi
Paracetamol 60 mg/ 6
jam.

3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Teaching: disease


selama 3x24 jam diharapkan masalah process:
Defisiensi Pengetahuan dapat teratasi dengan -Kaji tingkat pengetahuan
kriteria hasil: keluarga tentang penyakit
Indikator IR ER -Berikan pendidikan
-Mengenal penyakit 2 5 kesehatan tentang
yang diderita klien 2 4 penyakit yang diderita
- Mampu menjelaskan klien.
kembali yang telah -Gambarkan tanda dan
disampaikan gejala, proses penyakit,
Keterangan: dan penyebab dengan
1. Ekstrem cara yang tepat
2. Berat -Berikan informasi
3. Sedang tentang perkembangan
4. Ringan kesehatan klien
5. Tidak ada keluhan. -Diskusikan pilihan terapi
dan penanganan

IMPLEMENTASI
Waktu No Respon TTD
11 Juli 2017
08.00 WIB 1 Mengukur TTV
10.00 WIB 1 Memberikan injeksi Cefotaxim 200
mg
12.00 WIB 1 Memberikan terapi Nebulizer
Combivent 0,5 mg dan melakukan
fisioterapi dada
16.00 WIB 2 Memberikan injeksi Paracetamol 60
mg dan menganjurkan keluarga
menyeka klien
16.35 WIB 1 Mengukur TTV
18.00 WIB 1 Memberikan terapi Nebulizer
Combivent 0,5 mg dan melakukan
fisioterapi dada
18.45 WIB 2 Menganjurkan Ibu untuk
memperbanyak pemberian ASI
21.45 WIB 1 mengganti cairan IVFD D5 ¼ NS 30
tpm
Memberikan injeksi
23.45 WIB 2 Cefotaxim 200 mg
Mengukur TTV
Memberikan injeksi Paracetamol 60
m
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad. (2012). Medikal Bedah untuk Mahasiswa.Jogjakarta :


DIVA Press.

Bulechek, Gloria M, dkk. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi 6.


Jakarta. Mocomedia.

Hastuti, Apriyanti Puji. (2015). Konsep Hospitalisasi pada Anak dan Keluarga.
Modul Kuliah Keperawatan Anak. Politeknik Kesehatan RS dr Soepraoen
Malang.

Keliat, Budi Anna, dkk. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta. EGC.

Kyle, T & Carman, S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Vol. 3 Edisi 2.Dwi
Widiarti &Wuri Praptiani (Alih Bahasa).Jakarta : EGC.

Natadidjaja, Hendarto. (2012). Anamnesis dan Pemeriksaan Penyakit


Dalam.Tangerang : Karisma Publishing.

Moorhead, Sue, dkk. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) Pengukuran


Outcomes Kesehatan Edisi 5. Jakarta. Mocomedia.

Djojodibroto, 2012

Sugihartono, 2012

Anda mungkin juga menyukai