Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PENGLIHATAN (KATARAK)


RUANG AR-RAUDAH
RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

OLEH

NOORBAITI

P07120117068

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIPLOMA III


2019

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Noorbaiti

NIM : P07120117068

Judul : Laporan Pendahuluan Gangguan Sistem Penglihatan (Katarak) di Ar-Raudah RSUD


Ratu Zalecha Martapura

Martapura, 27 Juni 2019

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

R Sukma Samudra M. Rasyid, S.Kep,Ns, MPH

Mengetahui,

Kepala Ruang Ar-Raudah

Hj. Asih Dwi Mulyati, S.Kep. Ners


A. Konsep Teori Katarak
1. Pengertian
Katarak adalah kekeruhan pada lensa mata yang menyebabkan gangguan penglihatan.
Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan bening
menjadi keruh (Sidarta, 2006).

2. Anatomi Fisiologi
Mata adalah indera penglihatan dibentuk untuk menerima rangsangan, berkas-berkas
cahaya pada retina dengan perantara serabut-serabut nervous options mengalihkan
rangsangan ini kepusat penglihatan pada otak, bagian mata berfungsi memfokuskan
rangsangan cahaya ke retina adalah lensa (Pearce, 2002).
Lensa mata adalah sebuah benda transparan bikonveks (cembung depan belakang)
yang dipertahankan oleh ligament siliaris atau zonula zinnia, organ focus utama yang
membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul. Berdiameter 9 mm ketebalan 4
mm. Ketebalan meningkat dari usia 50 tahun dan mencapai 5 mm dan pada usia 90
tahun. Puncak lengkungan anterior dan posterior lensa, disebut katup anterior dan
katup posterior.

3. Etiologi
Penyebab pertama katarak adalah proses penuaan, anak dapat mengalami katarak
yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan dalam kehamilan
(Katarak Kongenital). Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes mellitus
dapat menyebabkan katarak komplikata (Ilyas, 2003).
Katarak disebabkan oleh beberapa faktor :
a. Fisik
b. Kimia (penyinaran, sinar ultraviolet)
c. Usia
d. Infeksi virus masa pertumbuhan janin
e. Penyakit (Diabetes Mellitus, trauma mata)
4. Manifestasi Klinis
a. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
b. Pada pupil terlihat bercak putih
c. Rasa nyeri pada mata
d. Peka/sensitif terhadap sinar atau cahaya
e. Bayangan cahaya yang ditangkap seperti sebuah lingkkaran
f. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
g. Sering mengganti kacamata atau lensa kontak karena sudah tidak nyaman
menggunakannya
h. Warna cahaya memudar dan cenderung berubah

5. Pemeriksaan Penunjang
a. Kartu snellen
b. Lapang penglihatan
c. Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg)
d. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma
e. Tes Provokatif : menentukan adanya/tipe glukoma
f. Oftalmoskopi : mengkaji strukur internal okuler, atrofi lempeng optic,
papilledema, perdarahan.
g. Darah lengkap, LED
h. EKG, kolesterol serum, lipid
i. Tes toleransi glukosa
6. Patofisiologi
7. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
1. Ekstraksi katarak intra kapsuler
Mengeluaran lensa secara utuh
2. Ekstraksi katarak ekstra kapsuler
Mengerluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian anterior dan
meninggalkan kapsul bagian posterior.
b. Non-Bedah
1. Terapi penyebab katarak
2. Memperlambat progresivitas
3. Penilaian terhadap visus pada katarak insipen dan imatur :
a) Refraksi
b) Pengaturan pencahayaan
c) Penggunaan kacamata gelap
d) Midriatil

8. Komplikasi
a. Glaukoma
b. Kerusakan retina
c. Infeksi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien: nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, alamat, pekerjaan,
status perkawinan.
b. Riwayat kesehatan: diagnosa medis, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat kesehatan terdahulu terdiri dari penyakit yang pernah dialami, alergi,
imunisasi, kebiasaan/pola hidup, obat-obatan yang digunakan, riwayat penyakit
keluarga.
c. Keluhan utama yang dirasakan yaitu penurunan ketajaman penglihatan dan silau.
 Riwayat penyakit saat ini
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
d. Genogram
e. Pengkajian Keperawatan
1) Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan berbeda pada setiap klien.
2) Pola nutrisi/metabolic
Tidak ada gangguan terkait pola nutrisi dan metabolic klien.
3) Pola eliminasi
Tidak ada gangguan pada pola eliminasi klien.
4) Pola aktivitas & latihan
Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
5) Pola tidur & istirahat
Tidak ada gangguan pola tidur dan istirahat yang disebabkan oleh katarak.
6) Pola kognitif & perceptual
Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang menyebabkan silau
dengan kehilangan bertahap, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/
merasa di ruang gelap.
7) Pola persepsi diri
Klien berisiko mengalami harga diri rendah karena kondisi yang dialaminya.
8) Pola seksualitas & reproduksi
Tidak ada gangguan pada pola seksualitas dan reproduksi yang diakibatkan
oleh katarak.
9) Pola peran & hubunga
Pola peran dan hubungan klien akan terganggu karena adanya gangguan pada
penglihatannya.
10) Pola manajemen & koping stress
Klien dapat mengalami stress karena klien tidaka dapat melihat secara jelas
seperti sebelumnya.
11) Sistem nilai dan keyakinan
Sistem nilai dan keyakinan seseorang akan berbeda satu sama lain.
f. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum, tanda vital
2) Pengkajian Fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi): kepala, mata, telinga,
hidung, mulut, leher, dada, abdomen, urogenital, ekstremitas, kulit dan kuku, dan
keadaan lokal.
Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan
katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait
usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang
menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi
pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
menandakan trauma mata sebelumnya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan persepsi sensori visual (penglihatan) b/d gangguan penerimaan
sensori/status organ indra penglihatan
b. Ansietas b.d stress situasional akibat prosedur medis
c. Defisit pengetahuan b.d kurangnya informasi
d. Hambatan berjalan b.d adanya gangguan penglihatan (katarak)
e. Risiko jatuh b.d faktor risiko fisiologis: kesulitan melihat (katarak)
f. Risiko trauma b.d faktor risiko penglihatan yang buruk (katarak)
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media
Smeltzer, Suzzane C., dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medika Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Saferi wijaya,Andra. Mariza Putri,Yessie. Keperawatan Medikal Bedah
(Keperawatan Dewasa). Yogyakarta. 2017
Nurarif, Amin Huda. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan Nanda Nic-Noc. 2015. Jilid 1
NANDA International. NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions &
Classification 2015-2017. USA: Willey Blackwell Publication, 2015.

Anda mungkin juga menyukai