Anda di halaman 1dari 10

Pertemuan 6 dan 7

Suku Banjar Batang Banyu, adalah salah satu sub suku Banjar di provinsi
Kalimantan Selatan, Indonesia. Pemukiman suku Banjar Batang Banyu
terkonsentrasi di sekitar lembah sungai Negara.
Suku Banjar Batang Banyu berbicara dalam bahasa Banjar Batang Banyu
yang berkembang dari bahasa Banjar, yang pada dasarnya berasal dari bahasa
Melayu Sumatra atau sekitarnya, yang dalam perkembangannya banyak menyerap
kosa kata bahasa Dayak dan bahasa para imigran dari pulau Jawa yang
diperkirakan pada masa zaman Hindu yang mengungsi ke wilayah ini.
Orang Banjar Batang Banyu adalah campuran orang Banjar Pahuluan, orang
Melayu-Hindu/Buddha, orang Keling-Gujarat, orang Dayak Maanyan, orang
Dayak Lawangan, orang Dayak Bukit dan orang Jawa-Hindu. Secara budaya
orang Banjar Batang Banyu sepertinya banyak menyerap budaya Melayu, Jawa,
Bugis dan Cina, yang sekarang sudah menjadi suatu budaya tersendiri suku Banjar
Batang Banyu.
Penduduk (Banjar) Batang Banyu terbentuk diduga erat sekali berkaitan
dengan terbentuknya pusat kekuasaan yang meliputi seluruh wilayah Banjar, yang
barangkali terbentuk mula pertama di hulu sungai Negara atau cabangnya
yaitu sungai Tabalong. Sebagai warga yang berdiam di ibukota tentu adalah
kebanggaan tersendiri, sehingga menjadi kumpulan penduduk yang
terpisah. Daerah tepi sungai Tabalong adalah adalah tempat tinggal tradisional
dari suku Dayak Maanyan (dan Lawangan), sehingga diduga banyak yang ikut
serta membentuk subsuku Batang Banyu, di samping tentu saja orang-orang
asal Pahuluan yang pindah ke sana dan para pendatang yang datang dari luar. Bila
di Pahuluan umumnya orang hidup dari bertani (subsistens), maka banyak di
selang penduduk Batang Banyu yang bermata pencarian sebagai pedagang dan
pengrajin.
Ketika pusat kerajaan dialihkan ke Banjarmasin (terbentuknya Kesultanan
Banjarmasin), beberapa warga Batang Banyu (dibawa) pindah ke pusat kekuasaan
yang baru ini dan bersama-sama dengan masyarakat sekitar keraton yang sudah
telah tersedia sebelumnya, membentuk subsuku Banjar. Di kawasan ini mereka
berjumpa dengan suku Dayak Ngaju, yang seperti halnya dengan warga Dayak
Bukit dan warga Dayak Maanyan atau Lawangan, banyak di sela mereka yang
akibatnya melebur ke dalam warga Banjar, setelah mereka memeluk agama Islam.
Mereka yang bertempat tinggal di sekitar ibukota kesultanan inilah sebenarnya
yang dinamakan atau menamakan dirinya orang Banjar, sedangkan warga
Pahuluan dan warga Batang Banyu biasa menyebut dirinya sebagai orang (asal
dari) kota-kota lawas yang terkemuka dahulu. Tetapi bila berada di luar Tanah
Banjar, mereka itu tanpa kecuali mengaku sebagai orang Banjar.
Demikian kita dapatkan keraton keempat adalah lanjutan dari kerajaan Daha
dalam bangun-bangun kerajaan Banjar Islam dan berpadunya suku Ngaju,
Maanyan dan Bukit sebagai inti. Inilah masyarakat Banjarmasih ketika tahun 1526
didirikan. Dalam amalgamasi (campuran) baru ini sudah bercampur unsur
Melayu, Jawa, Ngaju, Maanyan, Bukit dan suku kecil lainnya dibelit oleh agama
Islam, berbahasa Banjar dan kebiasaan istiadat Banjar oleh difusi kebiasaan
istiadat yang telah tersedia dalam keraton. Di sini kita dapatkan bukan suku
Banjar, karena kesatuan etnik itu tidak telah tersedia, yang telah tersedia adalah
grup atau himpunan agung yaitu himpunan Banjar Kuala, himpunan Banjar
Batang Banyu dan Banjar Pahuluan.
Yang pertama tinggal di kawasan Banjar Kuala sampai dengan kawasan
Martapura. Yang kedua tinggal di sepanjang sungai Tabalong dari muaranya di
sungai Barito sampai dengan Kelua. Yang ketiga tinggal di kaki pegunungan
Meratus dari Tanjung sampai Pelaihari. Himpunan Banjar Kuala berasal dari
kesatuan-etnik Ngaju, himpunan Banjar Batang Banyu berasal dari kesatuan-etnik
Maanyan, himpunan Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan etnik Bukit. Ketiga ini
adalah intinya. Mereka menganggap lebih beradab dan menjadi kriteria dengan
yang bukan Banjar, yaitu golongan Kaharingan, dengan ejekan orang Dusun,
orang Biaju, Bukit dsb-nya.
Ketika Pangeran Samudera membangun kerajaan Banjar, dia dibantu oleh
orang Ngaju, dibantu patih-patihnya seperti Patih Belandean, Patih Belitung, Patih
Kuwi dsb-nya serta orang Bakumpai yang dikalahkan. Demikian pula masyarakat
Daha yang dikalahkan beberapa agung orang Bukit dan Maanyan. Himpunan ini
diberi agama baru yaitu agama Islam, kemudian mengangkat sumpah setia kepada
raja, dan sebagai tanda setia memakai bahasa ibu baru dan meninggalkan bahasa
ibu lama. Sah orang Banjar itu bukan kesatuan etnis tetapi kesatuan politik, seperti
bangsa Indonesia.
Banjar Kuala atau Eks Afdeeling Banjarmasin atau Banjar Bakula adalah
wilayah yang terdiri atas tiga kabupaten dan dua kota yang meliputi sebagian dari
wilayah provinsi Kalimantan Selatan. Banjar Kuala merupakan wilayah dengan
penduduk terpadat di Kalimantan Selatan karena di wilayah Banjar Kuala
merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, dan komunikasi. Banjar Kuala
terdiri atas:
1) Kota Banjarmasin
2) Kota Banjarbaru
3) Kabupaten Barito Kuala
4) Kabupaten Banjar
5) Kabupaten Tanah Laut
Banjar Kuala juga merupakan istilah yang merujuk kepada sebuah dialek dari
Bahasa Banjar.
Orang Banjar Batang Banyu mendiami lembah sungai Bahan. Mereka adalah
campuran orang Pahuluan, orang Melayu-Hindu/Buddha, orang Keling-Gujarat,
orang Dayak Maanyan, orang Dayak Lawangan, orang Dayak Bukit, dan orang
Jawa-Hindu Majapahit.
Sedangkan orang Banjar Kuala menghuni daerah sekitar Banjarmasin dan
Martapura. Kelompok ini merupakan campuran orang Kuin, orang Batang Banyu,
orang Dayak Ngaju, orang Kampung Melayu, orang Kampung Bugis-Makassar,
orang Kampung Jawa, orang Kampung Arab, dan beberapa orang Cina Parit yang
masuk Islam.
PERTEMUAN 9
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan
potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran,
pertumbuhan, perkembangan dan mati dan seterusnya. Serta terkait serta
berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik
itu positif maupun negative. Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki
pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan
tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia pun berlaku sebagai makhluk
sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat
tinggalnya.
Lingkungan adalah suatu media di mana makhuk hidup tinggal, mencari
penghidupannya,dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait
secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya,
terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan rill.
Lingkungan adalah seluruh faktor luar yang memengaruhi suatu organisme,
faktor-faktor ini dapat berupa organisme hidup (biotic factor) atau variabel-
variabel yang tidak hidup
Lingkungan hidup sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, mempengaruhi alam
itu sendiri. Dalam ilmu ekologi, alam dilihat sebagai jalinan sistem kehidupan.
Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatankan oleh manusia untuk
mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung,
yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk
hidup lainnya. Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut
juga sebagai lingkungan sosial. Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem
pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.

Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan dengan


lingkungan hidupnya. Pada mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan
hidupnya, kemudian barulah manusia berusaha menyesuaikan dirinya. Lebih dari
itu, manusia telah ebrusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan
dan kesejahteraan. Dari sinilah lahir peradaban – istilah Tonynbee – sebagai
akibat dari kemampuan manusia mengatasi lingkungan agar lingkungan
mendukung kehidupannya. Lingkungan adalah suatu mendia di mana makhluk
hidup tinggal, mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana
terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang
menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks
dan riil. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya.
Lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari ekosistem atau sistem ekologi.
Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas
makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda mati yang membentuk
suatu sistem. Manusia adalah bagian dari ekosistem. Komponen lingkungan
terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cauca, suhu) dan faktor biotik
(tumbuhan, hewan, dan manusia). Lingkungan bisa terdiri atas lingkungan alam
dan lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah keadaan yang diciptakan Tuhan
untuk manusia. Lingkungan alam terbentuk karena kejadian alam. Jenis
lingkungan alam antara lain air, tanah, pohon, udara, sungai dll. Sedangkan
lingkungan buatan dibuat oleh manusia. Misalnya jembatan, jalan, bangunan
rumah, taman kota, dll. Lingkungan sosial adalah wilayah tempat ebrlangsungnya
berbagai kegiatan, yaitu interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta
pranatanya dengan simbol dan nilai, serta etrkait dengan ekosistem (sebagai
komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan ruang (sebagai
bagian dari lingkungan binaan/buatan).
Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut.
1. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada,
tumbuh, dan berkembang di atas bumi sebagai lingkungan
2. Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia
3. Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang
mendiaminya.
4. Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia
5. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk
kebutuhan dan kebahagiaan hidup.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Juni.
Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dimaksudkan untuk menggugah
kepedulian manusia dan masyarakat pada lingkungan yang cenderung semakin
rusak Hari Lingkungan Hidup Sedunia pertama kali dicetuskan pada tahun 1972
sebagai rangkaian kegiatan lingkungan dari 2 tahun sebelumnya ketika seorang
senator Amerika Serikat, Gaylord Nelson menyaksikan betapa kotor dan
cemarnya bumi oleh ulah manusia. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksaan penataan,
pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup.
Kesempatan berperan serta itu dapat dilakukan melalui cara sbb.
1. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
2. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat
3. Menumbuhkan ketanggapsegeraan masyarakat untuk melakukan
pengawasan sosial
4. Memberikan saran dan pendapat
5. Menyampaikan informasi dan / atau menyampaikan laporan

PERTEMUAN 10 DAN 11
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang
membawa banyak perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal
perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk juga dalam bidang
kesehatan yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung
dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam
suatu tempat tertentu.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-
hal yang berkaitandengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris,
kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan menurut Koentjaraningrat: kebudayaan adalah seluruh kelakuan
dan hasil kelakuan manusia yang teratur oleh tata kelakuan yang harus
didapatkanya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan
masyarakat
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting
dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial
budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu
daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir.
Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangat erat, sebagai salah satu
contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara
pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat
membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala
masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga
kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat
mereka mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana
meluruskan keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak
secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan
berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh
Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan
adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah
adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir
menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu
mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang
pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan
masyarakat yang dianggap 'teranaktirikan' dalam hal jaminan kesehatan adalah
mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan
kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen
pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga
sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.UU No.23,1992 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan,
jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang
utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental
Menurut G.M. Foster (1973), aspek budaya dapat mempengaruhi kesehatan:
1. Pengaruh tradisi
Tradisi adalah suatu wujud budaya yang abstrak dinyatakan dalam bentuk
kebiasaan, tata kelakuan dan istiadat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat
yang dapat berpengaruh negatif juga positif.
a. Contoh negatif: tradisi cincin leher. Meskipun berbahaya karena
penggunaan cincin ini bisa membuat tulang leher menjadi lemah dan bisa
mengakibatkan kematian jika cincin dilepas, namun tradisi ini masih dilakukan
oleh sebagian perempuan Suku Kayan. Mereka meyakini bahwa leher jenjang
seperti jerapah menciptakan seksual atau daya tarik seksual yang kuat bagi kaum
pria. Selain itu, perempuan dengan leher jenjang diibaratkan seperti naga yang
kuat sekaligus indah.
b. Contoh positif: tradisi nyirih yang dapat menyehatkan dan menguatkan
gigi.

2. Sikap fatalistis
Sikap fatalistis yang juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contoh:
beberapa anggota masyarakat di kalangan kelompok tertentu (fanatik) sakit atau
mati adalah takdir, sehingga masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari
pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit.
3. Pengaruh nilai
Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku
kesehatan. Contoh masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada
beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi pada
beras merah daripada beras putih.
4. Sikap ethnosentris
Sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika
dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Misal sikap seorang yang
menggunakan vitsin pada makanannya yang menganggap itu lebih benar daripada
orang yang tidak menggunakan vitsin padahal vitsin tidak bagi kesehatan.
5. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya
Contoh: dalam upaya perbaikan gizi, di suatu daerah pedesaan tertentu
menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu kandungan
vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat beraggapan daun
singkong hanya pantas untuk makanan kambing dan mereka menolaknya karena
status mereka tidak dapat disamakan dengan kambing.
6. Pengaruh norma
Contoh: upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak
mengalami hambatan karena ada norma yang melarang hubungan antara dokter
yang memberikan pelayanan dengan bumil sebagai pengguna pelayanan.
7. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Apabila seorang petugas kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku
kesehatan masyarakat, maka yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang
akan terjadi jika melakukan perubahan, menganalisis faktor-faktor yang
terlibat/berpengaruh pada perubahan dan berusaha untuk memprediksi tentang apa
yang akan terjadi dengan perubahan tersebut.
PERTEMUAN 7
Indonesia dikenal dengan keragamannya. Penduduknya menunjukkan
keragaman budaya, adat istiadat, suku, agama dan bahasa.Keragaman tersebut
merupakan khazanah yang sangat bermakna dan memberikan bahan kajian yang
luas, memberi manfaat untuk kehidupan masyarakat, pembangunan bangsa dan
pengembangan dunia keilmuan. Tetapi apa yang dimaksud dari keragaman itu
sendiri?
Keragaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang terdapat banyak
perbedaan dalam berbagai bidang. Perbedaan tersebut dalam hal suku bangsa, ras,
agama, keyakinan, ideologi politik, sosial-budaya, dan ekonomi. Masyarakat
Indonesia dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki keragaman,
mencakup beraneka ragam etnis, bahasa, agama, budaya, dan status sosial.
Keragaman dapat menjadi “integrating force” yang mengikat kemasyarakatan
namun dapat menjadi penyebab terjadinya benturan antar budaya, antar ras, etnik,
agama dan antar nilai-nilai hidup. Keragaman budaya (multikultural) merupakan
peristiwa alami karena bertemunya berbagai budaya, berinteraksinya beragam
individu dan kelompok dengan membawa perilaku budaya, memiliki cara hidup
berlainan dan spesifik. Keragaman seperti keragaman budaya, latar belakang
keluarga, agama, dan etnis tersebut saling berinteraksi dalam komunitas
masyarakat Indonesia.
Dalam komunikasi horizontal antar masyarakat, Mulyana menyebut,
benturan antar suku masih berlangsung di berbagai wilayah, mulai dari sekedar
stereotip dan prasangka antar suku, diskriminasi, hingga ke konflik terbuka dan
pembantaian antar suku yang memakan korban jiwa. Persaingan antar suku tidak
hanya di kalangan masyarakat tetapi juga dikalangan elit politik bahkan akademisi
untuk menempati jabatan di berbagai instansi. Dalam masyarakat multikultural,
interaksi sesama manusia cukup tinggi intensitasnya, sehingga kemampuan sosial
warga masyarakat dalam berinteraksi antar manusia perlu dimiliki setiap anggota
masyarakat. Kemampuan tersebut menurut Curtis, mencakup tiga wilayah, yaitu :
affiliation (kerja sama), cooperation and resolution conflict (kerjasama dan
penyelesaian konflik), kindness, care and affection/ emphatic skill (keramahan,
perhatian, dan kasih sayang).

Anda mungkin juga menyukai