Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MENEMUKAN SASTRA BANJAR YANG MASIH DIGUNAKAN DALAM ACARA


ADAT ISTIADAT

Dosen Pembimbing : Siti Haryawati,S.Pd.,M.Pd.

Di Susun Oleh :

KELOMPOK TIGA BELAS

Pa Harlin : 2020.121.369

Alfianor : 2020.12.1388

Sapriansyah :

Aqsa Alfiandi Nur Kahpi : 2020.12.1385

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN


DAN ILMU PENDIDIKAN

PARIS BARANTAI KOTABARU

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayahnya kepada kami sehingga kami, dapat menyelesaikan makalah tentang pancasila sebagai
ideologi negara.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal, terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya
karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca untuk ke depannya supaya kami
dapat memperbaiki dalam segi bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik.

Harapan kami semoga makalah ini bisa membantu menambah wawasan, pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Demikian makalah ini kami buat, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Kotabaru, 5 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................................2

Daftar isi........................................................................................................................3

Bab 1 Pendahuluan........................................................................................................4

1. Latar Belakang…....................................................................................................4

2. Rumusan Masalah...................................................................................................4

Bab 2 Pembahasan.........................................................................................................6

1 . Definisi dan Pengertian Kebudayaan…………...…….......................................7

2. Asal Usul Suku Banjar ….…………………………...........................................8

3. Unsur Kebudayaan Suku Banjar ……….…………............................................9

4. Kerajinan ……………………...………………………………………………..9

Bab 3 penutup………..................................................................................................11

1. Kesimpulan.........................................................................................................11

2. Saran……….......................................................................................................11

3. Daftar Pustaka…….............................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku, kebudayaan


dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragamtersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku
yang sangat terlihat pada setiap wilayahdan daerah di Indonesia. Tentu saja ini menjadi sebuah
tradisi yang turun- temurun sejak dahulu.Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan
lestarikan keberadaannya, ini merupakan bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka
juga bisa mengetahui danmelihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari
kebudayaan tersebut.Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang kebudayaan
yang ada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di daerah Kalimantan Selatan
yaitu³suku Banjar´.Melihat keunikkan dari daerah Kalimantan selatan ini sendiri, kami tertarik
untuk membahasnya lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kebudayaan suku banjar ?

2. Bagaimana kesenian suku banjar ?

3. Bagaimana sistem kepercayaan suku banjar ?

4. Bagaimana sistem kekerabatan suku banjar ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi dan Pengertian Kebudayaan

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama


oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa,
sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis.
Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda
budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa
budaya itu dipelajari.
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks,
abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.
Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial
manusia.
Beberapa alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika
berkomunikasi dengan orang dari budaya lain terlihat dalam definisi
budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit nilai-nilai yang dipolarisasikan
oleh suatu citra yang mengandung pandangan atas keistimewaannya
sendiri.”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk berbeda dalam
berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika, “keselarasan
individu dengan alam” di  Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-
anggotanya dengan pedoman mengenai perilaku yang layak dan
menetapkan dunia makna dan nilai logis yang dapat dipinjam anggota-anggotanya
yang paling bersahaja untuk memperoleh rasa bermartabat dan pertalian dengan
hidup mereka. Dengan demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka
yang koheren untuk mengorganisasikan aktivitas seseorang dan
memungkinkannya meramalkan perilaku orang lain. Kebudayaan sangat erat
hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
B. Asal Usul Suku Banjar

Suku Banjar (bahasa Banjar: Urang Banjar) adalah suku bangsa yang


menempati wilayah Kalimantan Selatan, serta sebagian Kalimantan
Tengah dan sebagian Kalimantan Timur. Populasi Suku Banjar dengan jumlah
besar juga dapat ditemui di wilayah Riau, Jambi, Sumatera
Utara dan Semenanjung Malaysia karena migrasi Orang Banjar pada abad ke-
19 ke Kepulauan Melayu.

Berdasarkan sensus penduduk 2010 orang Banjar berjumlah 4,1 juta jiwa.


Sekitar 2,7 juta orang Banjar tinggal di Kalimantan Selatan dan 1 juta orang
Banjar tinggal di wilayah Kalimantan lainnya serta 500 ribu orang Banjar
lainnya tinggal di luar Kalimantan.

Suku bangsa Banjar berasal dari daerah Banjar yang merupakan


pembauran masyarakat beberapa daerah aliran sungai yaitu DAS Bahan, DAS
Barito, DAS Martapura dan DAS Tabanio. Dari daerah pusat budayanya ini
suku Banjar sejak berabad-abad yang lalu bergerak melakukan migrasi secara
sentrifugal atau secara lompat katak. Secara genetika suku Banjar kuno sudah
terbentuk ribuan tahun yang lalu dan telah melakukan migrasi keluar pulau
Kalimantan sekitar 1.200 tahun yang lalu menuju Madagasikara
alias Madagaskar dan ke wilayah lainnya.

Sekitar tahun 1526, ketika raja Banjar menerima dan memeluk Islam maka
diikuti seluruh kalangan suku Banjar untuk melakukan konversi massal ke
agama Islam, sehingga kemunculan suku Banjar dengan ciri keislamannya ini
bukan hanya sebagai konsep etnis tetapi juga konsep politis, sosiologis, dan
agamis. Kelompok masyarakat yang telah menganut Islam ini disebut Oloh
Masih dalam bahasa Dayak Ngaju atau Ulun Hakey dalam bahasa Dayak
Maanyan.

Sejak itu wilayah pelayaran orang Banjar mulai menyempit, namun sisa-
sisa jiwa kebaharian orang Banjar masih terlihat jejaknya pada kehidupan
masyarakat Banjar di daerah perairan Kalimantan Selatan.Tradisi lisan oleh
Suku Banjar sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu, Arab, dan Cina. Tradisi
lisan Banjar (yang kemudian hari menjadi sebuah kesenian) berkembang
sekitar abad ke-18 yang di antaranya adalah Madihin dan Lamut. Madihin
berasal dari bahasa Arab, yakni madah (‫ )ﻤﺪﺡ‬yang artinya pujian. Madihin
merupakan puisi rakyat anonim bertipe hiburan yang dilisankan atau
dituliskan dalam bahasa Banjar dengan bentuk fisik dan bentuk mental
tertentu sesuai dengan konvensi yang berlaku secara khusus dalam
khasanah folklor Banjar di Kalsel. Sedangkan Lamut adalah sebuah tradisi
berkisah yang berisi cerita tentang pesan dan nilai-nilai keagamaan, sosial dan
budaya Banjar. Lamut berasal dari negeri Cina dan mulanya
menggunakan bahasa Tionghoa. Namun, setelah dibawa ke Tanah Banjar oleh
pedagang-pedagang Cina, maka bahasanya disesuaikan menjadi bahasa
Banjar.

C. Kepribadian Suku Banjar


Urang Banjar mengembangkan sistem budaya, sistem sosial dan material
budaya yang berkaitan dengan religi, melalui berbagai proses adaptasi, akulturasi
dan assimilasi. Sehingga nampak terjadinya pembauran dalam aspek-aspek
budaya. Meskipun demikian pandangan atau pengaruh Islam lebih dominan dalam
kehidupan budaya Banjar, hampir identik dengan Islam, terutama sekali dengan
pandangan yang berkaitan dengan ke Tuhanan (Tauhid), meskipun dalam
kehidupan sehari-hari masih ada unsur budaya asal, Hindu dan Budha.

D. Budaya Banjar dan Sastra Banjar


1. MADIHIN
Madihin berasal dari kata madah dalam bahasa arab artinya nasihahat.
Madihin dapat diartikan sebagai sejenis puisi lama dalam sastra Indonesia,
karena ia nenyanyikan syair-syair yang berasal dari kata akhir persamaan
bunyi atau sebagai kalimat puji-pujian ( bahasa arab) karena bisa dilihat dari
kalimat dalam madihin yang kadang kala berupa puji-pujian. Menurut
(2006) mendifinisikan madihin yaitu puisi rakyat anonim bertipe hiburan
yang dilisankan atau dituliskan dalam bahasa Banjar. Penyampaian syair-
syair yang dibacakan oleh seniman madihin yang disebut Pamadihin.
Pamadihinan termasuk profesi yang lekat dengan dunia mistik, karena para
pengemban profesinya harus melengkapi dirinya dengan tunjangan kekuatan
supranatural yang disebut Pulung. Pulung ini konon diberikan oleh seorang
tokoh gaib yang tidak kasat mata yang mereka sapa dengan sebutan hormat
Datu Madihin. Datu Madihin yang menjadi sumber asal-usul Pulung
diyakini sebagai seorang tokoh mistis yang bersemayam di Alam Banjuran
Purwa Sari. Datu Madihin diyakini sebagai orang pertama yang secara
geneologis menjadi cikal bakal keberadaan Madihin di kalangan etnis
Banjar di Kalsel.
Kesenian madihin pada umumnya dipergelarkan pada malam hari,
lamanya sekitar 2 sampai 3 jam ditempatkan diarena terbuka. Seniman
pamadihin ini terdiri dari 1 samapai 4 orang pria atau wanita.Seorang
pamadihin harus memiliki keterampilan memukul terbang sesuai dengan
penyajian syair-syair yang dibacakan, madihin ini temanya saling sindir
menyindir antara pamadihinnya.
2. PASAR TERAPUNG
Pasar terapung ini sudah ada lebih dari 400 tahun lalu dan merupakan
sebuah bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti
halnya pasar-pasar yang ada di daratan, di pasar terapung ini juga dilakukan
transaksi jual beli barang seperti sayur-mayur, buah-buahan, segala jenis
ikan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembelian dari tangan
pertama disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para
dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Salah satu keunikan
dari Pasar Terapung adalah desak-desakan antara perahu besar dan perahu
kecil yang mencari pembeli, serta penjual yang bersliweran kesana kemari
dan kapalnya yang dimainkan gelombang Sungai Barito. Pasar terapung
tidak memiliki organisasi seperti pasar di daratan, sehingga tidak tercatat
berapa jumlah pedagang dan pengunjung atau pembagian pedagang
bersarkan barang dagangan.
3. BAAYAN MAULID
Baayun asal katanya “ayun” yang diartikan”melakukan proses ayunan”.
Asal kata maulid berasal dari peristiwa maulid (kelahiran) Nabi Muhammad
SAW. Sebelum mendapat pengaruh Islam, maayun anak sudah dilaksanakan
ketika masyarakat masing menganut kepercayaan nenek moyang. Tradisi
asalnya dilandasi oleh kepercayaan Kaharingan. Setelah Islam masuk dan
berkembang serta berkat perjuangan dakwah para ulama, akhirnya upacara
tersebut bisa “diislamisasikan”. Dengan demikian, baayun anak adalah salah
satu tradisi simbol pertemuan antara tradisi dan pertemuan agama. Inilah
dialektika agama dan budaya, budaya berjalan seiring dengan agama dan
agama datang menuntun budaya.
4. PALUI
Palui merupakan salah satu tokoh cerita rakyat kalimantan tengah yang
ketika itu secar administrative bergabung dengan bagian Kalimantan selatan
namun dalam perkembangannya justru berkembang diwilayah Kalimantan
selatan.
Penulisnya adalah seorang tokoh bernama Drs. H. Z Yustan Adzin kini
almarhum yang mengangkat cerita khas, muncul setiap hari diharian
Banjarmasin Post sejak awal terbitnya yaitu tahun 1971 dalam bahasa banjar
dan berbagai logat bahasa banjar derah seperti Banjar Kuala,Banjarmasin,
Martapura, Pelaihari dan Banjar Hulu.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Banyak hal yang menjadi kepribadian Suku Banjar baik sejarah, kebudayaan, karya
sastra, dan sosialnya. Yang di mana semua unsur tersebut masih melekat hingga sekarang
terlebih karya – karya Saastra yang masih dimainkan pada saat upacara adat suku banjar seperti
Madihin, Baturai Pantun, Palui, dan lain – lain.

SARAN

Siogiyanya kita dapat mengetahui serta mendalami pengetahuan tentang adat istiadat kita
masing – masing lebih – lebih bagi orang Banjar agar pempelajari dan mempertahankan adat
istiadat, budaya, serta karya sastranya karena itu semua adalah kepribadian atau jati diri orang
Banjar.

DAFTAR PUSTAKA

- https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
- https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Banjar
- http://masda01.blogspot.co.id/2015/10/makalah-suku-banjar.html

Anda mungkin juga menyukai