Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

TATA CARA PERNIKAHAN SUKU BATAK DAIRI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
 ARY JOHANDA BANGUN
 ROLAMBOK BATUBARA
 SANDIKO .A. SEMBIRING

MATA KULIAH : ETIKA BUDAYA SUMUT


DOSEN PENGAMPU: YUSNITA
KELAS : EN 2 C

JURUSAN TEKNIK MESIN


PRODI TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan
rahmat-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Uraian tentang “Tata Cara
Pernikahan Suku Dairi ” Yang merupakan salah satu tugas dari mata kuliah
Etika Budaya Sumut.
Penulis berharap makalah ini bisa memberi tambahan ilmu serta wawasan
bagi para pembaca tentang tata cara pernikahan suku Dairi. Kami menyadari
bahwa Uraian ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik Dan
saran sangat di harapkan dari para pembaca. Terima kasih.

Medan ,27 Maret 2022

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Menurut masyarakat , Batak Dairi masih sama dengan Batak Pakpak, karena pada
dasarnya kedua suku ini memang memiliki banyak kesamaan khususnya bahasa, adat istiadat,
maupun geografi yang berdekatan. Walaupun secara marga, beberapa hal juga termasuk
masyarakatnya sendiri mengakui ada perbedaan diantara keduanya. Tetapi dalam hal aturan
dalam melaksanakan pernikahan masih sama terutama pada sistem sosial kemargaan yang
merupakan hal penting dan menjadi acuan dalam menetapkan calon pasangan yang ingin
dinikahi. Beberapa aturan dasar dalam konsep pernikahan kebudayaan suku Batak Dairi
antara lain, larangan menikah dengan satu marga dan hanya diperbolehkan menikah jika
pasangan calonnya berasal dari marga yang berbeda. Oleh karena itu Tata cara dalam
pernikahan dalam adat Dairi perlu diketahui aturannya.
BAB II
PEMBAHASAN
TATA CARA PERNIKAHAN SUKU BATAK DAIRI
Ada 6 tahap dalam pernikahan adat Dairi, yaitu
1. Mengririt (meminang)
Berasal dari kata ririt, artinya seorang pemuda dan kerabatnya terlebih dahulu
meneliti seorang gadis yang akan dinikahinya. Mengindangi berasal dari kata indang
yang artinya disaksikan atau dilihat secara langsung bagaimana watak dan
kepribadian atau sifat-sifat si gadis. Proses mengririt ini dominan dilakukan oleh
orang tua atau kerabat dekatnya. Mengririt bukan hanya menjadi kewajiban pihak
laki-laki saja, namun juga merupakan kewajiban perempuan. Setelah ada kesesuaian
antara pihak laki-laki dan perempuan, maka segera dilakukan acara tukar cincin
(mersiberren tanda burju).

2. Mersiberren tanda burju


Dalam tahap ini peranan pihak ketiga tetap penting. Dari pihak perempuan
sebagai saksinya adalah bibinya (namberru), sedangkan dari pihak laki-laki saksinya
adalah sininana (satu marga). Pada saat tukar cincin dilakukan pertukaran barang
(cincin, kain dan lain-lain) dan diakhiri dengan membuat ikrar atau janji yang disebut
merbulabon. Contoh merbulabon adalah dengan membelah daun sirih dan setiap
bagian dimakan masing-masing oleh yang membuat ikrar. Sanksi dalam hukum
umumnya dikenakan kepada yang melanggar, tetapi pengingkaran terhadap janji
diyakini mempunyai pengaruh buruk sampai sampai kegenerasi selanjutnya. Setelah
selesai tukar cincin maka baik saksi laki-laki maupun saksi perempuan langsung
memberitahukan kesepakatan tersebut kepada kedua orang tua masing-masing.

3. Menglolo/mengkata utang
Pada tahapan ini (menentukan mas kawin) rombongan yang datang untuk
menglolo disebut penglolo dan rombongan yang mengkata utang disebut pengkata
utang. Sebelum orang-orang ini berangkat, terlebih dahulu orang tua si calon
pengantin perempuan mengundang keluarga dekat untuk menyampaikan akan
datangnya rombongan pengkata utang dari calon pengantin laki-laki.Keluarga
perempuan berkumpul dengan kerabat dekatnya untuk mendiskusikan tentang jenis
permintaan sebagai mas kawin. Biasanya jenis mas kawin dapat berupa emas, perak,
gerantung (alat musik), kebun, sawah, tanah, hewan ternak (kerbau/lembu), mesin
jahit, sejumlah uang dan kain. Saat ini yang umum berlaku adalah hanya berupa uang
dan emas.

4..Muat nakan peradupen


suatu tahapan yang biasa dilakukan oleh pihak orang tua calon pengantin laki-laki
sebelum upacara pernikahan dilaksanakan. Caranya dengan mengundang kerabat
dekat. Tujuan utamanya adalah untuk merundingkan tentang bagaimana menghadapi
kerabat calon pengantin perempuan pada saat upacara, dengan kata lain menyangkut
apa yang menjadi hak dan kewajiban kelompok kerabat dalam konteks perkawinan.
Kegiatan ini dipimpin oleh seorang persinabul (juru bicara) yang ditunjuk oleh
masing-masing pihak keluarga. Hal-hal yang dirunding dalam dalam muat nakan
peradupen adalah jumlah mas kawin yang harus disediakan, jenis barang yang harus
disediakan, masalah teknis upacara dan hal-hal lain yang menyangkut kelancaran
upacara perkawinan.
5.Pangiren

hal-hari setelah acara rundingan dengan pihak laki-laki selesai, maka ibu sang calon
pengantin perempuan memberikan makanan kepada calon pengantin perempuan (anak
gadisnya) secara khusus dengan cara memotong seekor ayam. Makanan ini disebut
nakan penjalon yang artinya mas kawin dari calon pengantin laki-laki telah diterima,
kiranya sang gadis menerima keputusan tersebut dengan rela dan senang hati.

6. merbayo/perkawinan,
Setelah secara adat pihak keluarga laki-laki menyerahkan mas kawin baik itu
berupa uang, emas dan kain dan pihak perempuan telah menerima mas kawin, maka
upacara perkawinan pun akan dilaksanakan. Setelah tiba hari yang ditentukan, pihak
laki-laki berangkat ke rumah pengantin perempuan. Sesampai dihalaman, pihak
pengantin perempuan berdiri di depan pintu sambil menjunjung pinggan berisi beras
yang dialas dengan sumpit (kembal).

Di depan pintu rumah telah diletakkan bara api sebagai tanda menghormati
rombongan dari penganten yang nantinya dilangkahi oleh rombongan. Adapun
makna api tersebut adalah untuk menghangatkan jiwa para kerabat pengantin laki-
laki. Kemudian persinabulo dari pihak pengantin perempuan memandu jalannya
upacara perkawinan. Kemudian pihak pengantin laki-laki memasuki rumah dan
disambut dengan siraman beras oleh pihak pengantin perempuan.
Selanjutnya pihak pengantin laki-laki menyerahkan oleh-oleh yaitu makanan yang
disebut nakan luah. Lauknya terdiri dari ayam yang telah dipotong-potong sesuai
ketentuan. Idealnya lauk tersebut dibungkus dengan daun, akan tetapi saat ini sering
digunakan rantang dan panci. Kemudian pihak pengantin perempuan menyerahkan
makanan ringan, tepung beras, pisang dan tebu. Acara ini disebut merdohom,
biasanya dalam acara ini ditanyakan berapa jumlah makanan yang disediakan dan
setiap makanan ditutupi dengan daun pisang dan piringnya dilapisi dengan sumpit
(kembal).

Setelah acara ini selesai maka dilanjutkan dengan pelaksanaan perkawinan. Bagi yang
beragam Kristen terlebih dahulu dilakukan pemberkatan di gereja sedangkan bagi
yang beragama Islam melakukan syukuran akad nikah sebelum acara makan bersama
dan acara adat dilakukan. Setelah selesai akad nikah kemudian dilanjutkan dengan
acara makan bersama.

 Pembagian Sulang dalam Acara Pernikahan


Pada masyarakat pakpak bagian-bagian daging hewan yang di potong-potoang pada
saat pesta merupakan symbol dari hubungan seseorang terhadap orang yang
melakukan pesta, bagian-bagian hewan ini disebut sendihi, sedangkan keseluruhan
bagian-bagian itu disebut dengan ndiadepen.
Dalam kata kerja, sulang disebut menulangi, yang artinya memberi makan seseorang
dengan menggukan tangan atau menyuapi.
Pemberian sulang kepada seseorang biasanya didasarkan kepada peran apa yang
dilakukan, contoh sulang pemusik diberikan kaki depan dari hewan yang di potong
atau penagkih-nagkih, sulang perkebas atau pelayan, untuk penontonpun tetap ada
sedangkan untuk khalayak ramai cukup dengan mekan bersama.
Besar kecilnya hewan yang dipotong pada saat pesta menggambarkan besar kecilnya
pesta itu sendiri. Jenis hewan yang sering disembelih dalam pesta yaitu siempat nehe (
kerbau, kambing dan lembu) dan sidua nehe ( ayam ).
Dalam upacara perkawianan hewan yang disembelih disuguhkan dalam dua bentuk
yaitu : nakan penjalon dan selempoh panas. Nakan penjalon disediakan oleh pihak
perempuan, sedang selempoh panas oleh pihak pengantin laki-laki.

 Tarian dan lagu yang di bawakan dalam upacara Pernikahan

Lagu dan nyanyian yang di bawakan dalam pernikahan biasanya adalah Lagu-lagu
adat popular antara lain: cikala le pong-pong, pantar silang dan tangis
Anak melumang. Bahkan lagu tradisional lainnya yang sering terdengar sekarang
yang telah mengadaptasi unsur-unsur musik yang berbeda misalnya irama melayu. .
Yang menjadi ciri khas musik Dairi adalah nada-nadanya kebanyakan minor sehingga
susunan notasinya menjadi cukup romantis.
Tarian Tradisional
Tarian disebut dengan Tatak. Tarian tradisional sangat
Erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari misalnya Tatak Mendedah. Tatak
Renggisa,Tatak Adat dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai