Anda di halaman 1dari 15

245 Makna dan Simbol dalam Upacara ...

(Enden Irma Rachmawaty)

MAKNA DAN SIMBOL DALAM


UPACARA ADAT PERKAWINAN SUNDA
DI KABUPATEN BANDUNG
Oleh Enden Irma Rachmawaty

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


Jln. Cinambo No. 136 Ujungberung Bandung

Naskah diterima: 10 Maret 2011 Naskah disetujui: 28 Mei 2011

Abstrak
Masyarakat Sunda memiliki budaya tradisional yang beragam. Walaupun
keberadaannya tidak sama, apabila kita lihat nilai filosofinya, semua memiliki nilai
filosofi yang cukup tingggi. Salah satunya ialah upacara adat perkawinan. Setiap
acara dalam adat perkawinan tersebut memiliki simbol dan makna sebagai lambang
kehidupan kebudayaan masyarakat pemiliknya. Penelitian ini bertujuan mengungkap
Upacara Adat Perkawinan Sunda yang sampai saat ini masih tetap lestari. Penelitian
upacara adat ini bersifat deskriptif dengan metode kualitatif. Upacara adat ini
terdiri atas kegiatan sebelum pernikahan, saat pelaksanaan pernikahan dan setelah
pernikahan. Dalam kegiatan sebelum pernikahan ada beberapa upacara di antaranya
neundeun omong, ngalamar (minang), nyangcang (mengikat calon pengantin),
narikan (menentukan kepastian), dan seserahan. Saat pelaksanaan pernikahan terdiri
atas akad nikah dan sungkem. Setelah pelaksanaan pernikahan terdapat upacara sawer,
nincak endog dan huap lingkung. Semua rangkaian upacara tersebut memiliki simbol
dan makna tersendiri.
Kata kunci: upacara, perkawinan adat Sunda

Abstract
The Sundanese society has various traditional cultures. All of them have very
high philosophical values, although some differences exist. Wedding ceremony is one
of them. Every steps in Sundanese wedding ceremony has meanings and symbols
of their cultural life. This research is a descriptive study concerning Sundanese
wedding ceremony using qualitative method. The ceremony consists of activities that
are implented before, during, and after the wedding. Before the wedding there are
neundeun omong (a kind of promise given by a man to the family of the bride-to-be
that he would marry a woman of their family), ngalamar (to propose), nyangcang (to
engage), narikan (to confirm), and seserahan (gifts from the bridegroom to the bride

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 245-259 246

symbolizing his responsibility as husband in their marriage). During the wedding


there are akad nikah (the wedding pledge) and sungkem (giving tribute to the parents
and the elders). Lastly, after the wedding they have sawer (pouring rice and coins to
the bride and the bridegroom symbolizing their fortune in the future), nincak endog
and huap lingkung.
Keywords: ceremony, wedding, Sundanese tradition

A. PENDAHULUAN yang berhubungan dengan kehidupan


Masyarakat Sunda termasuk masyarakat. Namun, gambaran semacam
masyarakat yang memiliki budaya ini belum banyak yang mengungkap
tradisional yang cukup banyak. secara menyeluruh.
Budaya-budaya tersebut hingga saat ini Upacara adat perkawinan Sunda ini
keberadaannya masih bertahan, tetapi berkaitan erat dengan rangkaian budaya
ada pula yang hampir punah. Walaupun dan mengungkap simbol dari rangkaian
keberadaannya tidak sama, apabila budaya yang biasa dilaksanakan dalam
kita lihat nilai filosofinya, semuanya upacara adat perkawinan Sunda. Upacara
memiliki nilai filosofi yang cukup adat perkawinan ini adalah salah satu
tingggi. Hal ini menandakan bahwa upacara adat tradisional masyarakat di
pencipta budaya pada zaman dahulu, Jawa Barat yang sampai saat ini masih
tidak hanya menciptakannya dengan tetap dipertahankan. Upacara adat
secara asal-asalan, tetapi memiliki visi ini, memiliki aturan yang sudah baku.
yang mengandung nilai-nilai filosofi Aturan itu mencakup keseluruhan bagian
yang cukup tinggi. dalam pelaksanaan kegiatan upacara.
Upacara adat perkawinan Keberadaannya selain masih kokoh juga
merupakan salah satu budaya yang mengandung nilai falsafah yang cukup
sampai saat ini, keberadaanya masih tinggi.
tetap dipertahankan. Dalam upacara adat
perkawinan ini terdiri atas serangkaian B. HASIL DAN BAHASAN
acara yang satu dengan lainnya saling Adat perkawinan ini merupakan
berkaitan. Setiap acara dalam adat rangkaian acara yang biasa dilaksanakan
perkawinan tersebut memiliki simbol dalam rangka melangsungkan perkawinan
dan makna sebagai lambang kehidupan menurut tata cara adat tradisional yang
kebudayaan masyarakat pemiliknya. sudah berjalan berabad-abad. Tata cara
Misalnya dalam upacara adat perkawinan perkawinan Sunda biasanya mulai dari
ini ada salah satu bagian acara huap acara sebelum upacara pernikahan/
lingkung (makan bersama), simbol dari perkawinan, saat akad nikah, dan
budaya ini mengandung makna bahwa setelah upacara perkawinan. Tata cara
suami isteri memberi tidak terbatas sebelum perkawinan terdiri atas nanyaan
dengan tulus dan ikhlas sepenuh hati. (meminang) dan nyangcang (mengikat
Masih banyak lagi bagian-bagian calon pengantin), narikan (menentukan
budaya dalam upacara adat perkawinan kepastian), dan nyindekkeun (menentukan
ini yang memiliki makna dan simbol waktu).

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


247 Makna dan Simbol dalam Upacara ... (Enden Irma Rachmawaty)

Seminggu sebelum acara berbicara dan sudah banyak mengetahui


seserahan, di tempat pengantin tentang adat dan tatakrama.
diadakan tutunggulan yang disebut Jumlah orang yang datang biasanya
ngaleunggeuh, yaitu memberi isyarat hanya dua atau tiga orang saja. Begitu
kepada tetangga bahwa seminggu lagi pula orang yang menerimanya cukup
akan ada tutunggulan, yaitu menumbuk orang tua gadis yang didatangi. Tidak
padi secara beramai-ramai yang ada barang yang dibawa, baik orang yang
berasnya akan dimasak pada waktu acara akan meminang maupun yang menerima
pernikahan. Seserahan merupakan acara tidak melakukan persiapan yang
penyerahan calon mempelai pria beserta berlebihan. Pelaksanaannya sederhana,
barang bawaannya yang akan diserahkan biasanya tetangga pun kadang-kadang
kepada calon mempelai wanita, yang tidak tahu.
dilaksanakan sehari sebelum acara Dalam upacara neundeun omong
pernikahan. ini, sifatnya tidak mengikat, karena dari
Setelah acara seserahan pada kedua belah pihak belum sampai pada
malam harinya dilaksanakan ngeuyeuk penetapan dan menjanjikan sesuatu,
seureuh. Keesokan harinya dilaksanakan hanya sekadar rencana yang masih
upacara akad pernikahan (akad nikah). perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
Kemudian berlanjut pada upacara Mungkin saja suatu saat salah satu pihak
sawer, nincak endog, buka pintu dan membatalkan karena alasan tertentu.
huap lingkung. Selama kurun neundeun omong, kedua
belah pihak saling mengawasi gerak gerik,
keadaan tingkah laku kedua anaknya,
1. Pelaksanaan Sebelum Upacara selain itu mereka pun biasanya saling
Pernikahan bersilaturahmi dan anjangsana. Situasi
dan pergaulan antara si jejaka dengan
a. Upacara Neundeun Omong
si gadis sangat terbatas, bagi mereka
Upacara neundeun omong
dianggap sebagai ujian pertama. Kedua
merupakan langkah awal dalam proses
belah pihak berusaha untuk tidak sampai
perkawinan Sunda. Neundeun omong
terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan,
mempunyai arti “titip pesan“ atau
karena dalam kurun waktu neundeun
“mengadakan perjanjian”. Upacara
omong ini, kedua orang tua kedua belah
dilaksanakan setelah adanya saling
pihak sudah mulai memikirkan tentang
mengenal antara calon pengantin pria
rencana perkawinan nanti.
dan calon pengantin wanita,
Dalam proses pelaksanaannya,
b. Upacara Ngalamar
biasanya orang tua jejaka datang
Ngalamar atau melamar
berkunjung kepada orang tua gadis
merupakan langkah kedua yang biasa
idamannya. Hal ini bisa dilakukan
dilaksanakan dalam adat perkawinan
sendiri atau bisa mengutus orang lain
Sunda. Ngalamar ini, biasanya
yang dipercaya. Orang yang dipercaya
dilaksanakan setelah upacara neundeun
biasanya orang yang dituakan atau pria
omong yang jangka waktunya
sepuh yang memiliki kepandaian dalam
beberapa bulan saja. Biasanya pihak
laki-laki memiliki peran penting untuk

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 245-259 248

menentukan pelaksanaanya. Walaupun atau saksi bilamana lamaran diterima.


pada prinsipnya kesepakatan kedua belah Ketiga adalah barang bawaan.
pihak sangat diutamakan, karena akan
menyangkut soal biaya dan bahkan untuk c. Upacara Nyangcang
melangsungkan perkawinan nanti. Tunangan dalam bahasa sunda
Dalam adat perkawinan orang biasanya disebut papacangan. Dalam
Sunda, upacara ngalamar maknanya masa tunangan ini, pergaulan antara
sama dengan kata nanyaan (meminang). si calon pengantin laki-laki dan calon
Menurut adat kebiasaan masyarakat di pengantin wanita agak diperlonggar,
Kabupaten Bandung, upacara ngalamar tetapi masih tetap dalam pengawasan
ini sudah tidak lagi membawa barang orang tua dan tidak bebas. Hubungan
barang bawaan seperti daun sirih, mereka dijaga jangan sampai melanggar
pinang, kapur sirih, gula dan tembakau norma-norma susila, baik norma agama
(kebiasaan adat perkawinan zaman maupun norma yang berhubungan
dahulu). Ternyata kini sudah berubah, dengan adat istiadat.
cukup dengan membawa makanan. Dalam masa tunangan ini,
Dalam acara ngalamar ini, orang walaupun kedua belah pihak sudah
tua si jejaka atau utusannya bertanya sama-sama mengikat janji, tidak
tentang keberadaan gadis impian menutup kemungkinan pertunangan atau
anaknya, apakah masih bebas dan tidak perjanjian diputuskan karena salah satu
terikat oleh lelaki lain. Seandainya masih pihak melakukan pelanggaran atau kesan
bebas, apakah rela atau tidak untuk yang kurang baik, baik putus secara
dipersunting anaknya. Umumnya pada sepihak maupun atas kesepakatan kedua
acara lamaran, bukan orang tua si jejaka, belah pihak.
tetapi yang menyampaikan maksud Lamanya pertunangan tidak
tersebut, biasanya mengutus orang lain, ditentukan, tetapi umumnya hanya
walaupun keduanya sama-sama datang. beberapa bulan saja, lebih-lebih karena
Sebelum pelaksanaan upacara menurut adat orang tua yang mengatakan
ngalamar, jauh-jauh hari pihak lelaki, “pamali lila-lila papacangan”, artinya
biasanya sudah memberi tahu kepada terlarang untuk lama-lama bertunangan.
pihak orang tua wanita tentang acara Untuk merencanakan ke
lamaran ini. Hal ini dilakukan untuk jenjang pernikahan berdasarkan hasil
memberi waktu melakukan persiapan di kesepakatan antara kedua belah pihak,
pihak orang tua wanita. biasanya bergantung pada kesempatan
Dalam upacara pinangan atau dan persediaan biaya. Dalam
ngalamar ini diperoleh beberapa hal, pelaksanaannya yang harus memikirkan
pertama orang tua, baik orang tua calon secara sunguh-sungguh adalah pihak
pengantin laki-laki maupun orang orang tua wanita, sebab pelaksanaan
yang mewakili. Orang yang mewakili perkawinan dilangsungkan di kediaman
biasanya mengerti tentang tata cara calon pengantin wanita dan menjadi
adat istiadat dan memiliki kepandaian tanggungan pihak wanita. Bahkan bila
dalam berbicara. Kedua , orang-orang dilaksanakan hajatan secara besar-besaran
yang hadir. Dalam hal ini, orang-orang akan memerlukan biaya besar, walaupun
tersebut hanya sebagai tanda penguat

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


249 Makna dan Simbol dalam Upacara ... (Enden Irma Rachmawaty)

biasanya pihak calon pengantin laki-laki calon pengantin perempuan. Upacara ini
membantu. dilakukan satu atau dua hari sebelum hari
pernikahan dan biasanya dilakukan pada
d. Upacara Narikan petang hari. Sementara itu di rumah orang
Narikan merupakan adat tua perempuan sudah terlihat kesibukan
yang isinya membicarakan kepastian untuk menyambut upacara seserahan ini.
pelaksanaan perkawinan, baik hari, Keadaan rumah serba bersih serta dihias
tanggal, maupun waktunya. Untuk sedemikian rupa, sehingga nampak
mendapatkan hari, tanggal dan waktu indah dilihatnya. Makanan dan minuman
tersebut, biasanya menggunakan dipersiapkan untuk menyambut para
perhitungan yang berdasarkan tamu yang datang mengantar bakal
kepercayaan masyarakat setempat. Hal menantunya. Tentang ragam dan nilai
itu bertujuan agar rumah tangga bahagia, yang dipersiapkan oleh orang tua
menurut pandangan mereka. Berdasarkan pihak mempelai pengantin perempuan
perhitungan ini biasanya disepakati oleh bergantung pada kemampuannya.
kedua belah pihak. Perhitungan yang Dalam keadaan mewah dan meriah
dipakai mulai hari, tanggal, waktu (jam), tentu akan lebih membanggakan hati
sampai waktu pagi dan siangnya. Bulan kedua belah pihak. Keluarga dan kerabat
yang dijadikan pedoman menggunakan dekat diundang untuk menyaksikan dan
bulan Islam, dan yang banyak dipakai memeriahkan upacara seserahan ini.
biasanya bulan Zulhijjah. Bulan tersebut Pada saat yang telah ditentukan
dalam bahasa Sunda disebut bulan terlebih dahulu serta telah
rayagung merupakan bulan besar dan diperbincangkan dengan orang tua
mulia. mempelai perempuan, maka berangkatlah
Upacara narikan ini biasanya rombongan orang tua mempelai laki-
berakhir dengan kesepakatan kedua belah laki. Apabila rumah mereka berdekatan,
pihak. Kesepakatan ini menyangkut perjalanan dilakukan dengan berjalan
berbagai hal tentang perkawinan, bahkan kaki. Akan tetapi kalau jaraknya
sampai pada masalah siapa orang – orang jauh, perjalanan dilakukan dengan
yang harus diundang, jika sudah pada menggunakan kendaraan, dan beberapa
masalah terakhir tadi barulah kesepakatan meter lagi menuju rumah mempelai
dianggap sempurna. Masalah biaya perempuan rombongan turun. Waktu
biasanya tidak dirundingkan dalam berjalan calon mempelai laki-laki berada
upacara narikan ini, karena masalah biaya di muka berdampingan dengan orang
hanya ditanggung oleh pihak wanita. tuanya. Sementara itu di belakang mereka
iringan keluarga serta handai taulan
e. Upacara Seserahan yang membawa serta barang-barang
Upacara adat seserahan bermakna (bingkisan) untuk mempelai pengantin
penyerahan atau menyerahkan, perempuan. Makin banyak orang yang
dalam upacara ini seserahan artinya ikut serta dalam rombongan makin besar
menyerahkan atau memasrahkan calon hati kedua belah pihak.
pengantin laki-laki kepada calon orang
tua dari calon pengantin perempuan,
untuk kemudian dinikahkan kepada

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 245-259 250
menunggu lama biasanya pihak tamu
memulai angkat bicara, baik orang tua
mempelai pengantin laki-laki itu sendiri
maupun perwakilannya. Seandainya
dalam seserahan itu orang tua mempelai
pengantin laki-laki mewakilkan kepada
orang lain, maka wakil itu memohon
maaf atas kedatanggannya yang
mungkin menyusahkan tuan rumah.
Ia pun mengucapkan terima kasih atas
penerimaan yang sangat mengesankan,
kemudian ia mengucapkan kata
Gambar 1. Pada saat seserahan penyerahannya.
Setelah kata sambutan dari pihak
Tentang banyak serta nilai dari tamu, sekarang bagian pihak tuan tumah
barang-barang yang dibawa bergantung yang memberikan kata sambutan.
pada kemampuan pihak mempelai laki- Sambutan bisa langsung oleh orang tua
laki. Biasanya barang-barang itu berupa dari mempelai perempuan atau juga bisa
uang, pakaian perempuan, perhiasan- diwakilkan.
perhiasan seperti: gelang, kalung, cincin, Sambutan tersebut ditutup dengan
serta keperluan wanita lainnya. Ada juga doa keselamatan. Setelah itu lalu
yang membawa alat-alat rumah tangga membuka barang bawaan dari mempelai
seperti: tempat tidur lengkap dengan laki-laki untuk diperlihatkan isinya
kasur dan bantalnya, tempat pakaian. kepada semua yang hadir.
Demikian juga dengan alat-alat dapur Usai acara orang tua calon
seperti: dandang, kukusan, bakul, dulang, mempelai pengantin laki-laki pulang
tampah, piring, gelas, cangkir, kompor, bersama-sama dengan yang mengantarnya
dan sebagainya yang dimaksudkan tadi, sedangkan calon pengantin laki-
bilamana mereka sudah memiliki rumah lakinya tinggal di rumah bakal mertuanya.
bisa langsung dipergunakan. Adapun tidurnya kadang-kadang di rumah
Selain barang-barang di atas lain atau juga di rumah calon mertuannya
terkadang ada juga yang menambahkan tetapi ia belum diperbolehkan campur
dengan: sirih, pinang, kue-kue, beras, gaul “berhubungan” dengan mempelai
ayam, kambing, buah-buahan, kayu pengantin perempuan.
bakar, dan sapi. Setibanya di rumah
calon besan, rombongan mempelai laki- f. Upacara Ngeuyeuk Seureuh
laki dielu-elukan dengan gembira dan Kata ngeuyeuk asal katanya
dipersilakan duduk secara terhormat oleh heuyeuk. Kata tersebut mempunyai dua
tuan rumah sekeluarga serta para tamu pengertian, yaitu sama dengan mengatur
undangan. Iringan tamu duduk berhadap- atau mengurus atau mengerjakan.
hadapan dengan pihak tuan rumah serta Misalnya: ngaheuyeuk nagara artinya
tamu lainnya. Barang bingkisan disimpan mengurus negara, ngeuyeuk pare yang
di tengah-tengah di hadapan hadirin. artinya mengerjakan padi supaya butirnya
Setelah keadaan telah tenang, tidak lepas. Adapun ngeuyeuk seureuh artinya

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


251 Makna dan Simbol dalam Upacara ... (Enden Irma Rachmawaty)

mengerjakan dan mengatur sirih serta bingkisan dari pihak laki-laki waktu
mengait-ngaitkannya. seserahan).
Waktu untuk melakukan upacara Bahan-bahan yang akan digunakan
ngeuyeuk seureuh adalah di petang dalam upacara, semuanya disatukan
hari, sehari sebelum hari penikahan. kecuali ajug (pelita). Mula-mula jinem
Dalam pelaksanaannya, dipimpin oleh atau penggantinya kain poleng (semacam
seorang wanita yang telah berumur yang pelekat) dibentangkan dan diletakkan
ahli dalam bidang upacara tersebut. paling bawah, benda-benda lainnya
Ia dibantu oleh seorang laki-laki yang ditaruh di atasnya, ditutup dengan
telah berumur juga, yang bertugas kain putih (kain kafan). Perempuan-
membacakan doa. Banyaknya wanita perempuan yang akan melakukan
yang menghadiri dalam pelaksanaan upacara, semua duduk mengelilingi
upacara tersebut biasanya berjumlah tumpukan syarat-syarat yang akan
kelipatan 7. Pengambilan angka tujuh digunakan dalam upacara. Kedua calon
tersebut karena angka tersebut dianggap mempelai ikut duduk bersanding. Bakal
baik. mempelai wanita telah dikerik yaitu
Dalam upacara tersebut tidak sebagian rambut yang ada dikeningnya
diperbolehkan dihadiri wanita yang dipotong termasuk bagian alisnya juga
belum menikah atau yang belum sedikit ikut dipotong.
cukup umurnya, sudah beberapa kali Setelah berbagai keperluan dan
menikah, dan juga wanita yang tidak pelaksanaan siap, yang akan memimpin
pernah datang bulan (balangantrang). upacara (ketua) membuka acara dengan
Hal itu disebabkan mereka dianggap diawali ijab kabul. Mula-mula ketua
bisa membawa pengaruh negatif, baik meminta permohonan maaf mengenai
kepada kedua mempelai maupun kepada pelaksanaan upacara. Dalam uraiannya
yang mengikuti upacara itu sendiri, dan beliau menyampaikan mengenai tugas
yang paling ditakutkan adalah sifat-sifat yang diembannya, bahwa tugas tersebut
buruk dari orang itu menular atau juga merupakan permintaan dari orang
bisa mengakibatkan “jomblo” (sulit tua calon mempelai wanita. Kepada
memperoleh jodoh). semua yang hadir diminta bantuan untuk
Untuk laki-laki yang dilarang mengikuti acara ini dengan penuh khidmat
hadir hanya laki-laki yang belum agar terhindar dari hal-hal yang dapat
d e w a s a a t a u b e l u m c u k u p u m u r. mengganggu jalannya upacara . Serta
Dalam pelaksanaannya, mereka duduk mengajak pula berdoa kepada Allah SWT
beralaskan tikar, tidak disediakan kursi, agar kedua mempelai mendapat rahmat,
termasuk untuk kedua calon pengantin serta dapat membangun rumah tangga
yang harus ikut hadir. Tempat yang yang sakinah, mawadah, warohmah.
dipergunakan untuk upacara ini biasanya Sehabis itu dimintanya orang tua
dipergunakan tengah rumah yang cukup dari calon mempelai laki-laki untuk
luas. Adapun peralatan atau syarat-syarat membakar kemenyan pada tempat
yang dipergunakan dalam upacara ini yang sudah disediakan (parukuyan)
adalah: sirih beranting, setandan buah atau pedupaan. Selanjutnya parukuyan
pinang muda, gambir, kapur sirih, tersebut ia angkat lalu diputarkan kepada
tembakau, mayang pinang (ini biasanya hadirin yang hadir untuk secara giliran

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 245-259 252

membakar sedikit kemenyan atau dupa. induk tulang daun, lalu diikat dengan
Terakhir baru ia membaca doa selamat. rambu (benang tenun). Bentuk serupa
Selesai melaksanakan doa ini disebut lungkun. Selesai membuat
bersama, ketua menyalakan ketujuh lungkun, disatukan lagi dua helai sirih
sumbu pelita sampai menyala semuanya, dari masing-masing ranting seperti tadi.
dan memberi penjelasan yang ditujukan Salah satu bagian belakangnya dioles
kepada kedua calon pengantin, bahwa dengan kapur sirih basah, dibumbui
ketujuh sumbu itu melambangkan gambir sirih halus dan irisan pinang,
jumlah hari dalam seminggu yang setiap hingga memadai untuk dikunyah. Dilipat
harinya selalu mengelilingi matahari. dua atau tiga lipatan ke samping sehingga
Hal itu merupakan isyarat kepada kedua membentuk lipatan panjang, bagian
mempelai agar nanti setelah menikah bawah lipatan dipintal ke atas ujungnya
mereka harus selalu bererus terang jangan dilipat ke dalam sehingga berbentuk
sampai ada yang ditutup-tutupi. Selain susuh atau kerucut dan ini disebut tektek.
itu juga mereka harus bisa mengamalkan Pada bagian atasnya terdapat rongga,
kebaikan kepada orang lain dengan rongga ini diisi tembakau kasar sehingga
jalan memberikan penerangan. Namun sepintas menyerupai rongga berbulu.
jangan bersifat “ilmu ajug”, yang artinya Perihal rumpun sirih dan tektek, artinya
sinar api pelita hanya dapat menerangi kedua helai daun sirih yang berlainan
orang lain, tidak bisa menerangi dirinya ranting menunjukkan dua jenis insan
sendiri. Dengan kata lain berarti memberi yang berlainan asal tempat tinggalnya,
petunjuk kebaikan kepada orang lain intinya bukan teman serumah atau
tetapi diri sendiri berkelakuan buruk. saudara kandung.
Ketua atau yang dituakan Perut keduanya ditempelkan atau
mengangkat kain kafan dan tikar tutup dipertemukan artinya dinikahkan. Kedua
benda-benda upacara, serta menjelaskan itu berlainan jenis, digambarkan oleh
bahwa: bagaimanapun keadaan manusia, serangkai daun yang berlipat, dipintal
laki-laki, perempuan, kaya, miskin, sehingga menjadi tektek yang bagian
pembesar, rendahan dan sebagainya, di rongganya diselipkan tembakau,
akhirnya pada suatu saat hanya dibungkus yang melambangkan perempuan. Hal
dengan kain kafan dan tikar yang dibawa itu mengambarkan seolah-olah bagian
ke kuburan. Oleh karena itu selama vitalitas perempuan. Adapun rangkap
kita masih hidup harus insyaf, serta taat yang digulung disebut lungkun,
kepada ajaran-ajaran agama, dan juga diibaratkan bagian vitalitas anggota badan
mematuhi segala perintah dan larangan- untuk laki-laki. Lungkun diikat dengan
Nya. rambut, maksudnya melambangkan
Selanjutnya ranting-ranting sirih untuk mengikat laki-laki (suami) adalah
dibagikan kepada masing-masing peserta wanita (istri). Itulah sebabnya maka
untuk memulai ngeuyeuk. Caranya: sebagai pengikat haruslah rambut, sebab
“perut” daun sirih dari ranting yang rambut adalah hasil pekerjaan perempuan
satu diletakkan dengan “perut” daun (bertenun). Rambut merupakan bagian
sirih dari satu ranting yang lain. Kedua yang ada pada badan manusia yang kuat.
tepinya digulung sehingga keduanya Jadi, istri sebagai pengikat haruslah kuat,
bertemu di tengah-tengah di bagian tabah, ulet, dan waspada.

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


253 Makna dan Simbol dalam Upacara ... (Enden Irma Rachmawaty)

Orang makan sirih pun harus Telur ayam mentah bersama-


menjadi teladan; artinya lambat-laun, sama dipecahkan dengan elekan setelah
sarinya ditelan, ampasnya dibuang. pada upacara nincak endog. Bedanya
Dalam segala langkah harus dipikirkan, elekan dipecahkan dengan kaki kanan
dipertimbangkan masak-masak. Hal yang sedang telur diinjak sampai pecah
baik diambil dan yang buruk dibuang dengan kaki kiri, memberi isyarat bahwa
sesuai dengan peribahasa “dibeuweung pengantin perempuan bersedia dirusak,
diutahkeun”, di kunyah dimuntahkan. dipecahkan kegadisannya.Telur yang
Te k t e k j u g a m e l a m b a n g k a n telah dipecahkan memberi pengertian,
kerukunan, sebab bilamana isi tektek bahwa setelah telur itu pecah tampak
tidak seimbang akan berakibat buruk isinya berupa lendir yang menjijikkan.
kepada si pemakan sirih, setidak-tidaknya Padahal benda setengah cair itu adalah
tidak akan merasa nikmat. bakal jadi manusia. Sehubungan dengan
Sementara ketua memberi itu, sebagai insan manusia tidak boleh
penjelasan kepada kedua calon mempelai, sombong.
ketua terus menerangkan perlambang
atau simbol dari benda-benda yang
dipergunakan dalam upacara ngeuyeuk 2. Pelaksanaan Upacara Pernikahan
seureuh tersebut. Upacara akad nikah atau walimah
Setandan pinang muda, adalah upacara adat perkawinan yang
melambangkan keberadaan makhluk pokok, baik secara adat maupun secara
Tuhan yang harus hidup rukun dan tertib. agama Islam. Sebab satu dan lain hal
Hal ini harus menjadi contoh keteladan, upacara-upacara lain terpaksa diabaikan
bahwa manusia harus hidup rukun, (tidak dijalankan), maka upacara akad
dengan siapa saja, lebih-lebih sebagai nikah ini sekali-kali tidak boleh tidak,
suami istri. harus dijalankan. Kalau upacara ini tidak
Mayang (bunga pohon pinang) dilaksanakan berarti perkawinannya
yang masih terbungkus, melambangkan dianggap tidak sah.
seorang gadis yang masih utuh Pelaksanaannya adalah
kegadisannya (perawan), lalu dipecahkan berdasarkan keharusan agama. Oleh
oleh calon mempelai laki-laki. Hal tersebut karena umumnya orang Sunda memeluk
melambangkan untuk seorang gadis agama Islam, maka dalam uraian ini
yang dikawini harus dapat melaksanakan diutamakan hanyalah berdasarkan aturan-
kewajibannya sebagai seorang istri, serta aturan agama Islam. Akan tetapi sifat
menginsyafi bahwa dengan jalan ini ia pokok perkawinan sama dengan sifat
harus mengembangkan keturunan. perkawinan sebelum ada pengaruh Islam:
Tunjangan sebagai petunjuk mereka kawin atas kemauan sendiri,
kepada yang bersuami istri harus saling dengan persetujuan kedua orang tua
menunjang agar rumah tangga aman masing-masing. Mereka dikawinkan oleh
sejahtera, rukun dan makmur. Lebih- orang tua perempuan melalui “penghulu”
lebih lagi seorang suami, ia harus bersifat mereka. Orang bisa dikawinkan hanya
seperti tunjangan tempat menunjang kaki bilamana telah memenuhi ketentuan-
perempuan (penenun) hingga duduknya.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 245-259 254

ketentuan yang telah digariskan dan berhubung dengan ongkos jalan dan lain-
bersendikan agama Islam serta adat. lainnya, Kepala Kantor Urusan Agama
Syarat-syarat termaksud antara yang bersangkutan yang menetapkan.
lain: perkawinan dilangsungkan atas Pada saat yang telah ditentukan
dasar keinginan kedua calon mempelai, terlebih dahulu dan biasanya di pagi hari,
tanpa ada paksaan. Harus ada wali, kedua mempelai berangkat bersama-
ialah ayah calon mempelai perempuan, sama menuju masjid. Mereka diantar oleh
atau wakilnya (pengganti) yang sah, wali, orang-orang tua dan keluarga kedua
dan terdapat dua orang saksi (sekurang- belah pihak. Pakaian untuk pergi ke
kurangnya). Calon mempelai adalah masjid sekadar bagus saja bukan pakaian
benar-benar seorang wanita dan laki- khusus mempelai yang istimewa. Ada
laki dimana umur kedua belah pihak kalanya mempelai wanita tidak turut ke
memang sudah cukup untuk kawin, dan masjid, hanya mempelai laki-laki saja
lain sebagainya. jika perjalanan yang harus ditempuh
agak jauh dan tidak ada kendaraan.
Hal itu dapat dilakukan karena terlebih
dahulu telah diperbincangkan dengan
penghulu atau naib yang akan mengurus
perkawinan tersebut. Jadi, hal itu dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan,
dengan kata lain memang dapat
dipertanggungjawabkan.

Gambar 2. Pada saat akad nikah

Selanjutnya yang memimpin


pelaksanaan akad nikah adalah seorang
penghulu atau naib, yaitu pejabat Kantor
Urusan Agama. Ia didampingi oleh
bawahannya yang berjabatan lebih dari
petugas-petugas lainnya. Biasanya paling
banyak hanya tiga orang. Tugas pokok,
di samping memberi petunjuk-petunjuk Gambar 3. Pada saat akad nikah
atau petuah-petuah berlandaskan
keagamaan, mencatat nama pengantin di Tiba di masjid, kedua mempelai
dalam buku. duduk bersanding diapit oleh orang
Tempat untuk melangsungkan tua mereka. Mereka duduk berhadap-
walimah adalah di masjid yang di hadapan dengan penghulu dan di kanan-
antaranya memang sudah disediakan kirinya didampingi dua orang saksi,
untuk itu. Akan tetapi untuk yang yang terdiri atas lebe dan yang lainnya,
menginginkan, di rumah sendiri pun bisa. biasanya pegawai dari Kantor Urusan
Hanya biayanya tentu akan lebih besar Agama atau orang lain yang ditunjuk oleh

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


255 Makna dan Simbol dalam Upacara ... (Enden Irma Rachmawaty)

kedua orang tua mempelai. Keluarga dan oleh orang yang ahli mendandani dan
pengantar lainnya duduk berkeliling. menghias pengantin.
Orang–orang melangsungkan Pakaian pengantin laki-laki
akad nikah di masjid terutama karena terdiri atas ikat kepala disebut iket atau
masjid adalah pusat kegiatan keagamaan, totopang, sedang golongan menengah
sekaligus mengikuti tradisi lama. Adapun ke atas memakai bendo atau orang
yang mengawinkan harus wali dari Jawa menyebutnya blangkon. Bajunya
mempelai perempuan sendiri, tetapi ia potongan jas tertutup; orang berpangkat
boleh mewakilkan kepada penghulu. atau berada, potongan jas buka memakai
Cara terakhir adalah yang paling banyak kemeja putih berdasi melintang (kupu-
dilakukan. Bilamana si Wali ingin kupu), hitam atau putih. Jas berwarna
mengawinkan sendiri, terlebih dahulu hitam atau putih, dan kadang-kadang
oleh penghulu diberi petunjuk untuk memakai rompi. Pada leher dikalungkan
melakukannya, yang prakteknya sama untaian bunga melati atau bunga
dengan mengawinkan oleh penghulu itu tanjung. Kemudian di pinggang sering
sendiri. pula diselipkan sebilah keris yang juga
Setelah proses akad nikah, mereka memakai untaian bunga. Pakaian bagian
menuju rumah. Setiba di rumah, mereka bawah memakai kain panjang yang
disambut dengan meriah oleh seisi rumah dilipat, namanya lamban. Corak batiknya
beserta keluarga kedua belah pihak, sama dengan bendo (ikat kepala = tutup
juga para tamu yang meluangkan waktu kepala), pada umumnya disebut batik
datang pada saat itu. Biasanya mereka uwit, alas kaki berupa selop atau sandal
yang rumahnya berdekatan atau sangat dari kulit berwarna hitam atau coklat.
akrab kepada salah satu pihak. Tamu- Zaman sekarang banyak kelihatan yang
tamu lain diundang pada kesempatan memakai celana panjang (pantalon) dan
lain yang lebih meriah. Setelah memberi sepatu.
salam, maka diadakanlah selamatan atau Pakaian pengantin perempuan.
kenduri tanda kegembiraan, sekaligus Sebelum didandani, terlebih dahulu
sebagai acara memohon perlindungan mempelai perempuan dimandikan dengan
kepada Tuhan YME dan para leluhur dari air bunga-bungaan, lengkap dengan
kedua belah pihak agar keluarga baru mantera (jampinya)-nya, oleh “orang
dikaruniai keselamatan dan kebahagiaan tua” juru hias. Lalu seluruh tubuhnya
hidup. diusap dengan lulur, berupa bedak badan
Setelah akad nikah selesai, tradisional yang berbau wangi, berwarna
bahkan juga sebelumnya, kepada para kuning (atal). Rambut di keningnya
undangan biasanya sudah diberitahukan yang sudah dipotong seperlunya waktu
tentang akan diadakannya arak-arakan, akan ngaheuyeuk seureuh, alis mata dan
yang dalam bahasa Sunda disebut cambangnya diatur (ditata), mukanya
iring-iringan atau helaran. Menjelang dibedaki, pipi dan bibirnya diwarnai
kedua mempelai berpakaian dan dihias, menurut keserasian dengan warna kulit
pengantin pria biasanya dijauhkan dari mempelai.
rumah mertuanya. Kemudian di tempat Rambut pengantin perempuan
masing-masing kedua mempelai dihias disanggul dan dibentuk sedemikian rupa
dan didandani dengan pakaian pengantin serta dihias dengan bunga-bungaan baik

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 245-259 256
asli maupun tiruan. Warna baju kebaya 3. Upacara Sesudah Perkawinan
belakangan berwarna putih, tetapi warna
lain pun banyak juga dijumpai. Biasanya a. Upacara Sawer (nyawer)
warna yang ringan seperti kekuning- Sawer atau nyawer asal katanya
kuningan, kebiru-biruan, dan sebagainya. awer, mempunyai arti air jatuh menciprat,
Kainnya adalah kain panjang yang sama sesuai dengan praktek juru sawer
betul warna dan corak batiknya dengan yang menabur-naburkan perlengkapan
kain panjang yang dipakai oleh pengantin nyawer, seolah-olah menciprat-cipratkan
pria. Alas kakinya berupa selop, warna air kepada kedua mempelai wanita dan
dan bentuknya tidak ditentukan. pria serta semua yang ikut menyaksikan
Sementara kedua mempelai di sekelilingnya. Akan tetapi besar pula
dihias dan didandani, kendaraan untuk kemungkinannya bahwa perilaku adat ini
keduanya dipersiapkan. Begitu pula disebut nyawer oleh karena dilaksanakan
aneka bunyi-bunyian untuk memeriahkan di panyaweran atau taeuran, yang dalam
arak-arakan, serta orang-orang yang bahasa Indonesia disebut cucuran atap.
akan mendampingi dan mengiringi
mereka. Macam kendaraan untuk
pengantin bergantung pada kemampuan
dan kedudukan orang tua pengantin,
terutama pengantin wanita karena ialah
yang mempunyai kenduri atau pesta itu.
Selesai mempelai pria dihias dan
didandani, menurut waktu yang sudah
diatur dan ditetapkan terlebih dahulu,
dinaikanlah ia ke atas kendaraan atau
usungan yang telah disiapkan baginya.
Pada saat yang telah ditentukan, Gambar 4. Pada saat acara sawer
berangkatlah iringan mempelai pria
menuju rumah mempelai wanita. Adapun perlengkapan untuk
Mempelai wanita dengan segala nyawer terdiri atas beras putih,
kelengkapannya yang tidak ikut ke irisan kunir tipis, uang kecil (receh),
tempat mempelai pria, telah disiapkan yang jumlahnya menurut keinginan,
untuk ikut bersama-sama berarak-arakan. dan biasanya uang logam agar mudah
Setibanya iringan ke tempat tujuan, dilemparkan (ditaburkan) bersama bunga-
dinaikkanlah mempelai wanita ke atas bungaan serta dua buah tektek (gulungan
kendaraan atau usungan mempelai pria daun sirih berbentuk kerucut yang di
untuk duduk bersanding. Sesudah segala dalamnya berisi ramuan sirih seperti
sesuatunya siap, maka dibunyikanlah kapur, gambir, pinang dan sebagainya).
segala bunyi-bunyian serta arak-arakan Semua perlengkapan tersebut dicampur
mulai bergerak maju. Sementara itu aduk menjadi satu dan ditaruh di dalam
muka usungan kedua mempelai, berjalan sebuah bokor yang terbuat dari perak
barisan kehormatan atau pengamanan, atau kuningan (perunggu). Juru sawer
baik sambil membunyikan bunyi-bunyian menaburkan isi bokor tadi sebagai
maupun tidak. selingan dari syair yang dinyanyikan

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


257 Makna dan Simbol dalam Upacara ... (Enden Irma Rachmawaty)

olehnya sendiri. Sebenarnya pokok dari bagian tengahnya diikat dengan sehelai
upacara ini ialah isi atau maksud dari kain tenun poleng; sebuah elekan yang
syairnya itu. Adapun inti dari syairnya itu juga merupakan alat tenun tradisional
adalah sebagai berikut: minta maaf dan berupa seruas bambu kecil tidak
izin kepada hadirin untuk melangsungkan berbuku; sebuah telur ayam mentah;
sawer; menasihati mempelai wanita sebuah kendi dari tanah berisi air bening;
untuk mengabdikan diri kepada suami sebuah batu pipisan. Lilin dinyalakan.
secara tulus dan ikhlas sepenuh hati, Mempelai wanita membakar harupat
begitu pun sebaliknya suami kepada yang seikat dengan nyala api pelita.
isterinya; kedua belah pihak harus saling Setelah padam selanjutnya dibuang atau
mencintai, menyayangi, dan membela, dibiarkan sampai habis jadi abu. Hal
bahkan bila salah seorang sedang marah- tersebut harus dijadikan lambang oleh
marah, yang seorang harus mengalah kedua mempelai, bahwa sifat-sifat yang
untuk menghindarkan percekcokan yang “getas harupaten” harus ditumpas demi
lebih lanjut. Pihak yang satu harus dapat ketentraman rumah tangga, karena sifat
menghibur pihak yang satunya lagi itu pada manusia adalah lekas marah
bilamana terjadi kemurungan. Demikian atau pemberang. Kalau mempergunakan
pula kepada tetangga, handai taulan ajug harus diambil cerminnya, bahwa
harus baik . Isi syair pun mendoakan agar mempelai janganlah bersifat “elmu
kedua mempelai mendapat rakhmat Ilahi ajug“. Artinya jangan pandai menasihati
sehingga memperoleh kesejahteraan orang lain sedangkan dia sendiri tidak
dan kebahagian dalam membina rumah melaksanakannya.
tangganya, hidup rukun sampai akhir Menyusul kemudian mempelai
hayat. pria menginjakkan kaki kanannya dengan
Upacara nyawer dilangsungkan kuat di atas elekan yang telah ditaruh di
di depan rumah di bawah cucuran atap. sebelah kiri elekan tadi, hingga pecah.
Dalam bahasa Sunda cucuran atap ini Kedua kaki yang telah dipergunakan
disebut panyaweran yang artinya tempat memecahkan benda tadi selanjutnya
sawer, tempat jatuhnya air hujan dari dipijakkan di atas batu pipisan. Kemudian
atap rumah menciprat ke segala arah. langsung dicuci oleh mempelai wanita
dengan air kendi yang telah tersedia.
b. Upacara Nincak Endog Kendi dipecahkan sehabis dipakai
Selesai upacara nyawer kedua menyatakan kepuasan hati. Berpijak di
mempelai wanita dan pria dibimbing batu pipisan melambangkan ketetapan
maju mendekati rumah tangga. Di sana hati, lurus dan kokoh, karena batu
telah disiapkan: sebuah ajug yang di pipisan di samping berat juga permukaan
atasnya terletak sebuah pelita minyak atas dan bawahnya rata. Setelah selesai
kelapa bersumbu 7 (dewasa ini diganti menghempaskan kendi, mempelai laki-
dengan lilin karena sulitnya mendapatkan laki berjalan sambil tangannya dituntun
ajug berpelita, yang terbuat dari tanah oleh mempelai perempuan melangkah
liat atau perunggu); seikat harupat menaiki tangga rumah yang terlebih
(sagar enau) berisikan 7 batang; sebuah dahulu melangkahi tunjangan atau barera
tunjangan ataupun barera yang kedua- (alat tenun).
duanya merupakan alat tenun tradisional,

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011


Patanjala Vol. 3, No. 2, Juni 2011: 245-259 258

hingga terbelah menjadi dua. Siapa yang


mendapat bagian terbesar di tangannya,
disebutkan ialah yang akan paling banyak
memperoleh rejeki di antara keduanya.
Hal itu juga mengandung makna bahwa
bagi orang yang bersuami isteri memberi
tidak terbatas, dengan tulus dan ikhlas
sepenuh hati.
Sehabis upacara huap lingkung,
kedua mempelai dipersilakan berdiri di
pelaminan diapit oleh kedua orang tua
Gambar 5. masing-masing untuk menerima para
Pada saat upacara nincak endog tamu.

Kedua mempelai terus


bergandengan naik ke rumah mendekati C. PENUTUP
pintu. Sampai di muka pintu mempelai Upacara adat perkawinan Sunda
wanita masuk ke dalam rumah, sementara merupakan salah satu budaya yang
mempelai pria ditinggal di luar. Makna sampai saat ini keberadaanya masih
dari proses tersebut, bahwa walaupun tetap dipertahankan oleh masyarakat
akad nikah dan upacara lain sudah pemiliknya, dalam hal ini masyarakat
dilaksanakan, ia masih harus menjalani di Kabupaten Bandung. Dalam
ujian tentang kebenarannya beragama upacara adat perkawinan ini terdiri
Islam. Setelah mempelai wanita atas serangkaian acara yang satu sama
mengucapkan syahadat, maka pintu pun lainnya sangat berkaitan. Rangkaian
dibuka, sang pria disambut oleh isterinya acara tersebut bisa dibagi dalam tiga
dengan sembah sungkem dan berjalan bagian kegiatan, yaitu; pertama kegiatan
menuju ke tempat huap lingkung. sebelum upacara perkawinan, kedua
upacara pelaksanaan perkawinan, dan
c. Upacara Huap Lingkung yang ketiga upacara setelah perkawinan.
Huap lingkung terdiri dari Kegiatan upacara sebelum acara
atas dua kata yaitu huap yang berarti perkawinan terdiri atas: nenden omong
suap, dan lingkung, akar kata Indonesia (titip pesan), ngalamar (melamar),
melingkungi, mengurung. Perlengkapan tunangan, narikan (memastikan waktu
yang disiapkan dalam upacara ini pada pelaksanaan), seserahan (serah terima),
pokoknya nasi kuning, bekakak ayam d an n g eu yeu k s eu reu h . K e g i a t a n
ialah panggang ayam yang bagian pelaksanaan perkawinan terdiri atas akad
dadanya dibelah dua, dan air minum. nikah dan sungkem. Adapun kegiatan
Kedua mempelai bersanding, yang sesudah perkawinan terdiri atas nyawer,
wanita di sebelah kiri pria. Mula-mula nincak endog dan huap lingkung.
keduanya disuruh memegang bekakak Simbol dan makna yang ada
ayam yang hanya satu itu, masing- dan digunakan dalam kegiatan upacara
masing di sisi kanan dan kirinya. Mereka adat perkawinan ini memiliki nilai
saling menarik bekakak ayam tersebut yang masih dianggap cukup tinggi oleh

2011 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


259 Makna dan Simbol dalam Upacara ... (Enden Irma Rachmawaty)

masyarakat di Kabupaten Bandung. Hal Modana. Bandung: PT. Mangle


itu tampak dari sebagian masyarakat Panglipur.
yang masih melaksanakan upacara adat
perkawinan ini dengan segala syarat LBSS. 1982.
yang diharuskan dalam pelaksanaan Kamus Umum Basa Sunda di
kegiatan upacara tersebut. Mulai dari Pasundan, Bandung: Sumur
kegiatan pranikah sampai pasca nikah. Bandung.
Simbol-simbol tersebut hanya diartikan
sebagai simbol yang bernuansa budaya Suganda, Prawira 1964.
yang kadang-kadang hanya dijadikan Upacara Adat di Pasundan,
sarana kemeriahan pesta upacara adat Bandung: Sumur Bandung.
perkawinan.
Poerwadarminta, WJS. 1952.
Kamus Umum Basa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen P & K. 1978.


Petunjuk Pelaksanaan Adat dan
Upacara Perkawinan, Jakarta:
PP & PPKD.

Departemen P & K, 1982.


Adat dan Upacara Perkawinan
Daerah Jawa Barat. Jakarta:
Proyek Inventarisasi dan
Dokumentasi.

Departemen P & K, 1983.


Upacara Tradisional Daerah
Jawa Barat. Jakarta: Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi.

Muhtar Uton, dkk. 1994.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2011

Anda mungkin juga menyukai