Abstrak
Masyarakat Sunda memiliki budaya tradisional yang beragam. Walaupun
keberadaannya tidak sama, apabila kita lihat nilai filosofinya, semua memiliki nilai
filosofi yang cukup tingggi. Salah satunya ialah upacara adat perkawinan. Setiap
acara dalam adat perkawinan tersebut memiliki simbol dan makna sebagai lambang
kehidupan kebudayaan masyarakat pemiliknya. Penelitian ini bertujuan mengungkap
Upacara Adat Perkawinan Sunda yang sampai saat ini masih tetap lestari. Penelitian
upacara adat ini bersifat deskriptif dengan metode kualitatif. Upacara adat ini
terdiri atas kegiatan sebelum pernikahan, saat pelaksanaan pernikahan dan setelah
pernikahan. Dalam kegiatan sebelum pernikahan ada beberapa upacara di antaranya
neundeun omong, ngalamar (minang), nyangcang (mengikat calon pengantin),
narikan (menentukan kepastian), dan seserahan. Saat pelaksanaan pernikahan terdiri
atas akad nikah dan sungkem. Setelah pelaksanaan pernikahan terdapat upacara sawer,
nincak endog dan huap lingkung. Semua rangkaian upacara tersebut memiliki simbol
dan makna tersendiri.
Kata kunci: upacara, perkawinan adat Sunda
Abstract
The Sundanese society has various traditional cultures. All of them have very
high philosophical values, although some differences exist. Wedding ceremony is one
of them. Every steps in Sundanese wedding ceremony has meanings and symbols
of their cultural life. This research is a descriptive study concerning Sundanese
wedding ceremony using qualitative method. The ceremony consists of activities that
are implented before, during, and after the wedding. Before the wedding there are
neundeun omong (a kind of promise given by a man to the family of the bride-to-be
that he would marry a woman of their family), ngalamar (to propose), nyangcang (to
engage), narikan (to confirm), and seserahan (gifts from the bridegroom to the bride
biasanya pihak calon pengantin laki-laki calon pengantin perempuan. Upacara ini
membantu. dilakukan satu atau dua hari sebelum hari
pernikahan dan biasanya dilakukan pada
d. Upacara Narikan petang hari. Sementara itu di rumah orang
Narikan merupakan adat tua perempuan sudah terlihat kesibukan
yang isinya membicarakan kepastian untuk menyambut upacara seserahan ini.
pelaksanaan perkawinan, baik hari, Keadaan rumah serba bersih serta dihias
tanggal, maupun waktunya. Untuk sedemikian rupa, sehingga nampak
mendapatkan hari, tanggal dan waktu indah dilihatnya. Makanan dan minuman
tersebut, biasanya menggunakan dipersiapkan untuk menyambut para
perhitungan yang berdasarkan tamu yang datang mengantar bakal
kepercayaan masyarakat setempat. Hal menantunya. Tentang ragam dan nilai
itu bertujuan agar rumah tangga bahagia, yang dipersiapkan oleh orang tua
menurut pandangan mereka. Berdasarkan pihak mempelai pengantin perempuan
perhitungan ini biasanya disepakati oleh bergantung pada kemampuannya.
kedua belah pihak. Perhitungan yang Dalam keadaan mewah dan meriah
dipakai mulai hari, tanggal, waktu (jam), tentu akan lebih membanggakan hati
sampai waktu pagi dan siangnya. Bulan kedua belah pihak. Keluarga dan kerabat
yang dijadikan pedoman menggunakan dekat diundang untuk menyaksikan dan
bulan Islam, dan yang banyak dipakai memeriahkan upacara seserahan ini.
biasanya bulan Zulhijjah. Bulan tersebut Pada saat yang telah ditentukan
dalam bahasa Sunda disebut bulan terlebih dahulu serta telah
rayagung merupakan bulan besar dan diperbincangkan dengan orang tua
mulia. mempelai perempuan, maka berangkatlah
Upacara narikan ini biasanya rombongan orang tua mempelai laki-
berakhir dengan kesepakatan kedua belah laki. Apabila rumah mereka berdekatan,
pihak. Kesepakatan ini menyangkut perjalanan dilakukan dengan berjalan
berbagai hal tentang perkawinan, bahkan kaki. Akan tetapi kalau jaraknya
sampai pada masalah siapa orang – orang jauh, perjalanan dilakukan dengan
yang harus diundang, jika sudah pada menggunakan kendaraan, dan beberapa
masalah terakhir tadi barulah kesepakatan meter lagi menuju rumah mempelai
dianggap sempurna. Masalah biaya perempuan rombongan turun. Waktu
biasanya tidak dirundingkan dalam berjalan calon mempelai laki-laki berada
upacara narikan ini, karena masalah biaya di muka berdampingan dengan orang
hanya ditanggung oleh pihak wanita. tuanya. Sementara itu di belakang mereka
iringan keluarga serta handai taulan
e. Upacara Seserahan yang membawa serta barang-barang
Upacara adat seserahan bermakna (bingkisan) untuk mempelai pengantin
penyerahan atau menyerahkan, perempuan. Makin banyak orang yang
dalam upacara ini seserahan artinya ikut serta dalam rombongan makin besar
menyerahkan atau memasrahkan calon hati kedua belah pihak.
pengantin laki-laki kepada calon orang
tua dari calon pengantin perempuan,
untuk kemudian dinikahkan kepada
mengerjakan dan mengatur sirih serta bingkisan dari pihak laki-laki waktu
mengait-ngaitkannya. seserahan).
Waktu untuk melakukan upacara Bahan-bahan yang akan digunakan
ngeuyeuk seureuh adalah di petang dalam upacara, semuanya disatukan
hari, sehari sebelum hari penikahan. kecuali ajug (pelita). Mula-mula jinem
Dalam pelaksanaannya, dipimpin oleh atau penggantinya kain poleng (semacam
seorang wanita yang telah berumur yang pelekat) dibentangkan dan diletakkan
ahli dalam bidang upacara tersebut. paling bawah, benda-benda lainnya
Ia dibantu oleh seorang laki-laki yang ditaruh di atasnya, ditutup dengan
telah berumur juga, yang bertugas kain putih (kain kafan). Perempuan-
membacakan doa. Banyaknya wanita perempuan yang akan melakukan
yang menghadiri dalam pelaksanaan upacara, semua duduk mengelilingi
upacara tersebut biasanya berjumlah tumpukan syarat-syarat yang akan
kelipatan 7. Pengambilan angka tujuh digunakan dalam upacara. Kedua calon
tersebut karena angka tersebut dianggap mempelai ikut duduk bersanding. Bakal
baik. mempelai wanita telah dikerik yaitu
Dalam upacara tersebut tidak sebagian rambut yang ada dikeningnya
diperbolehkan dihadiri wanita yang dipotong termasuk bagian alisnya juga
belum menikah atau yang belum sedikit ikut dipotong.
cukup umurnya, sudah beberapa kali Setelah berbagai keperluan dan
menikah, dan juga wanita yang tidak pelaksanaan siap, yang akan memimpin
pernah datang bulan (balangantrang). upacara (ketua) membuka acara dengan
Hal itu disebabkan mereka dianggap diawali ijab kabul. Mula-mula ketua
bisa membawa pengaruh negatif, baik meminta permohonan maaf mengenai
kepada kedua mempelai maupun kepada pelaksanaan upacara. Dalam uraiannya
yang mengikuti upacara itu sendiri, dan beliau menyampaikan mengenai tugas
yang paling ditakutkan adalah sifat-sifat yang diembannya, bahwa tugas tersebut
buruk dari orang itu menular atau juga merupakan permintaan dari orang
bisa mengakibatkan “jomblo” (sulit tua calon mempelai wanita. Kepada
memperoleh jodoh). semua yang hadir diminta bantuan untuk
Untuk laki-laki yang dilarang mengikuti acara ini dengan penuh khidmat
hadir hanya laki-laki yang belum agar terhindar dari hal-hal yang dapat
d e w a s a a t a u b e l u m c u k u p u m u r. mengganggu jalannya upacara . Serta
Dalam pelaksanaannya, mereka duduk mengajak pula berdoa kepada Allah SWT
beralaskan tikar, tidak disediakan kursi, agar kedua mempelai mendapat rahmat,
termasuk untuk kedua calon pengantin serta dapat membangun rumah tangga
yang harus ikut hadir. Tempat yang yang sakinah, mawadah, warohmah.
dipergunakan untuk upacara ini biasanya Sehabis itu dimintanya orang tua
dipergunakan tengah rumah yang cukup dari calon mempelai laki-laki untuk
luas. Adapun peralatan atau syarat-syarat membakar kemenyan pada tempat
yang dipergunakan dalam upacara ini yang sudah disediakan (parukuyan)
adalah: sirih beranting, setandan buah atau pedupaan. Selanjutnya parukuyan
pinang muda, gambir, kapur sirih, tersebut ia angkat lalu diputarkan kepada
tembakau, mayang pinang (ini biasanya hadirin yang hadir untuk secara giliran
membakar sedikit kemenyan atau dupa. induk tulang daun, lalu diikat dengan
Terakhir baru ia membaca doa selamat. rambu (benang tenun). Bentuk serupa
Selesai melaksanakan doa ini disebut lungkun. Selesai membuat
bersama, ketua menyalakan ketujuh lungkun, disatukan lagi dua helai sirih
sumbu pelita sampai menyala semuanya, dari masing-masing ranting seperti tadi.
dan memberi penjelasan yang ditujukan Salah satu bagian belakangnya dioles
kepada kedua calon pengantin, bahwa dengan kapur sirih basah, dibumbui
ketujuh sumbu itu melambangkan gambir sirih halus dan irisan pinang,
jumlah hari dalam seminggu yang setiap hingga memadai untuk dikunyah. Dilipat
harinya selalu mengelilingi matahari. dua atau tiga lipatan ke samping sehingga
Hal itu merupakan isyarat kepada kedua membentuk lipatan panjang, bagian
mempelai agar nanti setelah menikah bawah lipatan dipintal ke atas ujungnya
mereka harus selalu bererus terang jangan dilipat ke dalam sehingga berbentuk
sampai ada yang ditutup-tutupi. Selain susuh atau kerucut dan ini disebut tektek.
itu juga mereka harus bisa mengamalkan Pada bagian atasnya terdapat rongga,
kebaikan kepada orang lain dengan rongga ini diisi tembakau kasar sehingga
jalan memberikan penerangan. Namun sepintas menyerupai rongga berbulu.
jangan bersifat “ilmu ajug”, yang artinya Perihal rumpun sirih dan tektek, artinya
sinar api pelita hanya dapat menerangi kedua helai daun sirih yang berlainan
orang lain, tidak bisa menerangi dirinya ranting menunjukkan dua jenis insan
sendiri. Dengan kata lain berarti memberi yang berlainan asal tempat tinggalnya,
petunjuk kebaikan kepada orang lain intinya bukan teman serumah atau
tetapi diri sendiri berkelakuan buruk. saudara kandung.
Ketua atau yang dituakan Perut keduanya ditempelkan atau
mengangkat kain kafan dan tikar tutup dipertemukan artinya dinikahkan. Kedua
benda-benda upacara, serta menjelaskan itu berlainan jenis, digambarkan oleh
bahwa: bagaimanapun keadaan manusia, serangkai daun yang berlipat, dipintal
laki-laki, perempuan, kaya, miskin, sehingga menjadi tektek yang bagian
pembesar, rendahan dan sebagainya, di rongganya diselipkan tembakau,
akhirnya pada suatu saat hanya dibungkus yang melambangkan perempuan. Hal
dengan kain kafan dan tikar yang dibawa itu mengambarkan seolah-olah bagian
ke kuburan. Oleh karena itu selama vitalitas perempuan. Adapun rangkap
kita masih hidup harus insyaf, serta taat yang digulung disebut lungkun,
kepada ajaran-ajaran agama, dan juga diibaratkan bagian vitalitas anggota badan
mematuhi segala perintah dan larangan- untuk laki-laki. Lungkun diikat dengan
Nya. rambut, maksudnya melambangkan
Selanjutnya ranting-ranting sirih untuk mengikat laki-laki (suami) adalah
dibagikan kepada masing-masing peserta wanita (istri). Itulah sebabnya maka
untuk memulai ngeuyeuk. Caranya: sebagai pengikat haruslah rambut, sebab
“perut” daun sirih dari ranting yang rambut adalah hasil pekerjaan perempuan
satu diletakkan dengan “perut” daun (bertenun). Rambut merupakan bagian
sirih dari satu ranting yang lain. Kedua yang ada pada badan manusia yang kuat.
tepinya digulung sehingga keduanya Jadi, istri sebagai pengikat haruslah kuat,
bertemu di tengah-tengah di bagian tabah, ulet, dan waspada.
ketentuan yang telah digariskan dan berhubung dengan ongkos jalan dan lain-
bersendikan agama Islam serta adat. lainnya, Kepala Kantor Urusan Agama
Syarat-syarat termaksud antara yang bersangkutan yang menetapkan.
lain: perkawinan dilangsungkan atas Pada saat yang telah ditentukan
dasar keinginan kedua calon mempelai, terlebih dahulu dan biasanya di pagi hari,
tanpa ada paksaan. Harus ada wali, kedua mempelai berangkat bersama-
ialah ayah calon mempelai perempuan, sama menuju masjid. Mereka diantar oleh
atau wakilnya (pengganti) yang sah, wali, orang-orang tua dan keluarga kedua
dan terdapat dua orang saksi (sekurang- belah pihak. Pakaian untuk pergi ke
kurangnya). Calon mempelai adalah masjid sekadar bagus saja bukan pakaian
benar-benar seorang wanita dan laki- khusus mempelai yang istimewa. Ada
laki dimana umur kedua belah pihak kalanya mempelai wanita tidak turut ke
memang sudah cukup untuk kawin, dan masjid, hanya mempelai laki-laki saja
lain sebagainya. jika perjalanan yang harus ditempuh
agak jauh dan tidak ada kendaraan.
Hal itu dapat dilakukan karena terlebih
dahulu telah diperbincangkan dengan
penghulu atau naib yang akan mengurus
perkawinan tersebut. Jadi, hal itu dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan,
dengan kata lain memang dapat
dipertanggungjawabkan.
kedua orang tua mempelai. Keluarga dan oleh orang yang ahli mendandani dan
pengantar lainnya duduk berkeliling. menghias pengantin.
Orang–orang melangsungkan Pakaian pengantin laki-laki
akad nikah di masjid terutama karena terdiri atas ikat kepala disebut iket atau
masjid adalah pusat kegiatan keagamaan, totopang, sedang golongan menengah
sekaligus mengikuti tradisi lama. Adapun ke atas memakai bendo atau orang
yang mengawinkan harus wali dari Jawa menyebutnya blangkon. Bajunya
mempelai perempuan sendiri, tetapi ia potongan jas tertutup; orang berpangkat
boleh mewakilkan kepada penghulu. atau berada, potongan jas buka memakai
Cara terakhir adalah yang paling banyak kemeja putih berdasi melintang (kupu-
dilakukan. Bilamana si Wali ingin kupu), hitam atau putih. Jas berwarna
mengawinkan sendiri, terlebih dahulu hitam atau putih, dan kadang-kadang
oleh penghulu diberi petunjuk untuk memakai rompi. Pada leher dikalungkan
melakukannya, yang prakteknya sama untaian bunga melati atau bunga
dengan mengawinkan oleh penghulu itu tanjung. Kemudian di pinggang sering
sendiri. pula diselipkan sebilah keris yang juga
Setelah proses akad nikah, mereka memakai untaian bunga. Pakaian bagian
menuju rumah. Setiba di rumah, mereka bawah memakai kain panjang yang
disambut dengan meriah oleh seisi rumah dilipat, namanya lamban. Corak batiknya
beserta keluarga kedua belah pihak, sama dengan bendo (ikat kepala = tutup
juga para tamu yang meluangkan waktu kepala), pada umumnya disebut batik
datang pada saat itu. Biasanya mereka uwit, alas kaki berupa selop atau sandal
yang rumahnya berdekatan atau sangat dari kulit berwarna hitam atau coklat.
akrab kepada salah satu pihak. Tamu- Zaman sekarang banyak kelihatan yang
tamu lain diundang pada kesempatan memakai celana panjang (pantalon) dan
lain yang lebih meriah. Setelah memberi sepatu.
salam, maka diadakanlah selamatan atau Pakaian pengantin perempuan.
kenduri tanda kegembiraan, sekaligus Sebelum didandani, terlebih dahulu
sebagai acara memohon perlindungan mempelai perempuan dimandikan dengan
kepada Tuhan YME dan para leluhur dari air bunga-bungaan, lengkap dengan
kedua belah pihak agar keluarga baru mantera (jampinya)-nya, oleh “orang
dikaruniai keselamatan dan kebahagiaan tua” juru hias. Lalu seluruh tubuhnya
hidup. diusap dengan lulur, berupa bedak badan
Setelah akad nikah selesai, tradisional yang berbau wangi, berwarna
bahkan juga sebelumnya, kepada para kuning (atal). Rambut di keningnya
undangan biasanya sudah diberitahukan yang sudah dipotong seperlunya waktu
tentang akan diadakannya arak-arakan, akan ngaheuyeuk seureuh, alis mata dan
yang dalam bahasa Sunda disebut cambangnya diatur (ditata), mukanya
iring-iringan atau helaran. Menjelang dibedaki, pipi dan bibirnya diwarnai
kedua mempelai berpakaian dan dihias, menurut keserasian dengan warna kulit
pengantin pria biasanya dijauhkan dari mempelai.
rumah mertuanya. Kemudian di tempat Rambut pengantin perempuan
masing-masing kedua mempelai dihias disanggul dan dibentuk sedemikian rupa
dan didandani dengan pakaian pengantin serta dihias dengan bunga-bungaan baik
olehnya sendiri. Sebenarnya pokok dari bagian tengahnya diikat dengan sehelai
upacara ini ialah isi atau maksud dari kain tenun poleng; sebuah elekan yang
syairnya itu. Adapun inti dari syairnya itu juga merupakan alat tenun tradisional
adalah sebagai berikut: minta maaf dan berupa seruas bambu kecil tidak
izin kepada hadirin untuk melangsungkan berbuku; sebuah telur ayam mentah;
sawer; menasihati mempelai wanita sebuah kendi dari tanah berisi air bening;
untuk mengabdikan diri kepada suami sebuah batu pipisan. Lilin dinyalakan.
secara tulus dan ikhlas sepenuh hati, Mempelai wanita membakar harupat
begitu pun sebaliknya suami kepada yang seikat dengan nyala api pelita.
isterinya; kedua belah pihak harus saling Setelah padam selanjutnya dibuang atau
mencintai, menyayangi, dan membela, dibiarkan sampai habis jadi abu. Hal
bahkan bila salah seorang sedang marah- tersebut harus dijadikan lambang oleh
marah, yang seorang harus mengalah kedua mempelai, bahwa sifat-sifat yang
untuk menghindarkan percekcokan yang “getas harupaten” harus ditumpas demi
lebih lanjut. Pihak yang satu harus dapat ketentraman rumah tangga, karena sifat
menghibur pihak yang satunya lagi itu pada manusia adalah lekas marah
bilamana terjadi kemurungan. Demikian atau pemberang. Kalau mempergunakan
pula kepada tetangga, handai taulan ajug harus diambil cerminnya, bahwa
harus baik . Isi syair pun mendoakan agar mempelai janganlah bersifat “elmu
kedua mempelai mendapat rakhmat Ilahi ajug“. Artinya jangan pandai menasihati
sehingga memperoleh kesejahteraan orang lain sedangkan dia sendiri tidak
dan kebahagian dalam membina rumah melaksanakannya.
tangganya, hidup rukun sampai akhir Menyusul kemudian mempelai
hayat. pria menginjakkan kaki kanannya dengan
Upacara nyawer dilangsungkan kuat di atas elekan yang telah ditaruh di
di depan rumah di bawah cucuran atap. sebelah kiri elekan tadi, hingga pecah.
Dalam bahasa Sunda cucuran atap ini Kedua kaki yang telah dipergunakan
disebut panyaweran yang artinya tempat memecahkan benda tadi selanjutnya
sawer, tempat jatuhnya air hujan dari dipijakkan di atas batu pipisan. Kemudian
atap rumah menciprat ke segala arah. langsung dicuci oleh mempelai wanita
dengan air kendi yang telah tersedia.
b. Upacara Nincak Endog Kendi dipecahkan sehabis dipakai
Selesai upacara nyawer kedua menyatakan kepuasan hati. Berpijak di
mempelai wanita dan pria dibimbing batu pipisan melambangkan ketetapan
maju mendekati rumah tangga. Di sana hati, lurus dan kokoh, karena batu
telah disiapkan: sebuah ajug yang di pipisan di samping berat juga permukaan
atasnya terletak sebuah pelita minyak atas dan bawahnya rata. Setelah selesai
kelapa bersumbu 7 (dewasa ini diganti menghempaskan kendi, mempelai laki-
dengan lilin karena sulitnya mendapatkan laki berjalan sambil tangannya dituntun
ajug berpelita, yang terbuat dari tanah oleh mempelai perempuan melangkah
liat atau perunggu); seikat harupat menaiki tangga rumah yang terlebih
(sagar enau) berisikan 7 batang; sebuah dahulu melangkahi tunjangan atau barera
tunjangan ataupun barera yang kedua- (alat tenun).
duanya merupakan alat tenun tradisional,
DAFTAR PUSTAKA