Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di jaman yang semakin maju ini banyak masyarakat yang sudah meninggalkan tradisi
adatnya. Mereka beranggapan bahwa jika masih melakukan tradisi adat akan disebut kuno,
ketinggalan jaman, kurang up date dan lain-lain. Karena adanya embel-embel tersebut banyak
masyarakat jaman sekarang lebih suka memilih hal-hal yang baru dari pada masih melakukan
tradisi lama yang dianggap kuno. Masyarakat sekarang lebih mementingkan penampilan baru
dalam berbagai hal. Sebagai salah satu contohnya adalah masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa
sekarang sudah banyak yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa keseharian, dan
bukan menggunakan bahasa krama inggil sebagai bahasa keseharian. Dalam hal berpakaian
masyarakat Jawa juga sudah meninggalkan pakaian adatnya (kebaya). Mereka hanya memakai
kebaya jika pada hari atau moment-moment tertentu, seperti pada saat upacara pernikahan,
sunatan dan acara-acara lainnya. Tidak hanya berpakaian dalam melaksanakan ritual-ritualnya
pun sudah jarang dilakukan.
Sebagai contohnya yaitu ritual pada saat mantenan. Dalam masyarakat Jawaacara mantenan
mempunyai banyak ritual yang harus dilakukan. Dari sebelum ijab qabul sampai sesudah ijab
qabul. Karena banyaknya ritual yang harus di lakukan, masyarakat malah enggan
melakukannya. Mereka Masyarakat sekarang lebih suka yang sederhana (simple) ,
merekamereka lebih memilih mengurangi ritual-ritual tersebut agar tetapdapat dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana ritual-ritual yang dilakukan saat mantenan?
b. Bagaimana cara agar tetap menjaga tradisi mantenan Jawa tersebut?

1.3 Tujuan
a. Mengetahui apa saja yang dilakukan pada saat acara mantenan Jawa.
b. Mengetahui cara agar tetap menjaga tradisi saat mantenan Jawa.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Manfaat teoritis
Menjadikan para anak muda terutama mahasiswa menambah wawasan, lebih mengetahui arti
maksud tentang kebudayaan jawa.
b. Manfaat praktis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tahapan Upacara Manten Jawa

1. Babak 1( Pembicaraan)
Tahapan ini intinya mencakup tahap pembicaraan pertama sampai tingkat melamar.
a. Congkog
Seorang perwakilan/duta diutus untuk menanyakan dan mencari informasi tentang kondisi dan
situasi calon besan yang putrinya akan dilamar. Tugas duta yang utama ialah menanyakan
status calon mempelai perempuan, masih sendiri atau sudah ada pihak yang mengikat.
b. Salar
Jawaban pada acara Congkog akan ditanyakan pada acara Salar yang dilaksanakan oleh
seorang duta, baik oleh duta yang pertama atau orang lain.
c. Nontoni
Setelah lampu hijau diberikan oleh calon besan kepada calon mempelai pria, maka orang tua,
keluarga besar beserta calon mempelai pria datang berkunjung ke rumah calon mempelai
wanita untuk saling "dipertontonkan". Dalam kesempatan ini orang tua dapat membaca
kepribadian, bentuk fisik, raut muka, gerak-gerik dan hal lainnya dari si calon menantu.
d. Nglamar
Utusan dari orangtua calon mempelai pria datang melamar pada hari yang telah ditetapkan.
Biasanya sekaligus menentukan waktu hari pernikahan dan kapan dilakukan rangkaian upacara
pernikahan.

2. Babak 2 (Tahap Kesaksian)


Setelah melalui tahapan pembicaraan, dilaksanakanlah peneguhan pembicaraan yang
disaksikan pihak ketiga, seperti kerabat, tetangga, atau sesepuh.
a. Srah-srahan
Penyerahan seperangkat perlengkapan sarana untuk melancarkan pelaksanaan acara hingga
acara selesai dengan barang-barang yang masing-masing mempunyai arti dan makna
mendalam di luar dari materinya sendiri, yaitu berupa cincin, seperangkat busana wanita,
perhiasan, makanan tradisional, buah-buahan, daun sirih, dan uang.
b. Peningsetan
Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua kesatuan ditandai dengan tukar
cincin oleh kedua calon mempelai.
c. Asok Tukon
Penyerahan dana berupa sejumlah uang untuk membantu meringankan keluarga
pengantin wanita.
d. Paseksen
Yaitu proses permohonan doa restu dan yang menjadi saksi acara ini adalah mereka
yang hadir. Selain itu, juga ada pihak yang ditunjuk menjadi saksi secara khusus yang
mendapat ucapan terima kasih yang dinamakan Tembaga Miring (berupa uang dari pihak calon
besan).
e. Gethok Dina
Penentuan hari ijab kabul dan resepsi. Biasanya melibatkan seseorang yang ahli dalam
memperhitungkan hari, tanggal, dan bulan yang baik atau kesepakatan dari kedua belah pihak
saja.

3. Babak 3 (Tahap Siaga)


Pembentukan panitia dan pelaksana kegiatan yang melibatkan para sesepuh atau sanak
saudara.
a. Sedahan
Mencakup pembuatan hingga pembagian surat undangan.
b. Kumbakarnan
Pertemuan untuk membentuk panitia hajatan dengan mengundang sanak saudara, keluarga,
tetangga, dan kenalan. Termasuk membicarakan rincian program kerja untuk panitia dan para
pelaksana.
c. Jenggolan atau Jonggolan
Calon mempelai melapor ke KUA. Tata cara ini seringdisebut tandhakan atau tandhan,
artinya memberitahukan dan melaporkan pada pihak kantor pencatatan sipil bahwa akan ada
hajatan pernikahan yang dilanjutkan dengan pembekalan pernikahan.

4. Babak 4 (Tahapan Rangkaian Upacara)


Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah orangtua wanita dihias
dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah
kelapa dan daun beringin yang memiliki arti agar pasangan pengantin akan hidup baik dan
bahagia dimana saja. Pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat
keluarga mereka. Dekorasi yang lain yang disiapkan adalah kembang mayang, yaitu suatu
karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa.
a. Pasang Tratag dan Tarub
Merupakan tanda resmi bahwa akan ada hajatan mantu pada masyarakat. Tarub berarti hiasan
dari janur kuning atau daun kelapa muda yang disuwir-suwir (disobek-sobek) dan dipasang di
sisi tratag serta ditempelkan pada pintu gerbang tempat resepsi agar terlihat meriah. Bila ingin
dilengkapi, boleh dilanjutkan dengan uba rambe selamatan dengan sajian makanan nasi uduk,
nasi asahan, nasi golong, kolak ketan, dan apem.
b. Kembar Mayang
Sering disebut Sekar Kalpataru Dewandaru, lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda
ini biasa menghiasi panti/ asasana wiwara yang digunakan dalam acara panebusing kembar
mayang dan upacara panggih. Bila acara sudah selesai, kembar mayang akan dibuang di
perempatan jalan, sungai, atau laut agar kedua mempelai selalu ingat asal muasalnya.
c. Pasang Tuwuhan (Pasren)
Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam semesta dan
memiliki makna tersendiri dalam budaya Jawa dipasang di pintu masuk tempat duduk
pengantin atau tempat pernikahan.

d. Siraman
Upacara Siraman mengandung arti memandikan calon pengantin yang disertai dengan niat
membersihkan diri agar menjadi bersih dan suci lahir dan batin. Tahapan-tahapannya antara
lain; calon mempelai mohon doa restu kedua orangtuanya, lalu mereka (calon mempelai pria
dan wanita) duduk di tikar pandan, kemudian disiram oleh pinisepuh, orangtua, dan orang lain
yang ditunjuk. Terakhir, calon mempelai disiram air kendi olehbapak ibunya sambil
berkata "Niat Ingsun ora mecah kendi nanging mecah pamore anakku wadon" dan kendi
kosongnya dipecahkan ke lantai.
e. Adol Dhawet (Jual dawet)
Usai siraman, dilakukan acara jual dawet. Penjualnya adalah ibu calon pengantin wanita
yang dipayungi oleh ayah calon pengantin wanita. Pembelinya yaitu para tamu yang hadir,
yang menggunakan pecahan genting sebagai uang
f. Paes
Upacara menghilangkan rambut halus yang tumbuh di sekitar dahi agar tampak bersih dan
wajahnya bercahaya, kemudian merias wajah calon pengantin. Paes sendiri menyimbolkan
harapan kedudukan yang luhur diapit lambing bapak ibu dan keturunan.
g. Midodareni
Upacara Midodaren berarti menjadikan sang pengantin perempuan secantik Dewi Widodari.
Orangtua pengantin perempuan akan memberinya makan untuk terakhir kalinya, karena mulai
besok ia akan menjadi tanggung jawab sang suami.
h. Selametan
Berdoa bersama untuk memohon berkah keselamatan menyongsong pelaksanaan ijab kabul
dan akad nikah.
i. Nyantri atau Nyatrik
Upacara penyerahan dan penerimaan dengan ditandai datangnya calon pengantin pria berserta
pengiringnya.
Dalam acara ini calon pengantin pria mohon diijabkan. Atau kalau acara ijab diadakan besok,
kesempatan ini dimanfaatkan sebagai pertemuan perkenalan dengan sanak saudara terdekat di
tempat mempelai pria. Bila ada kakak perempuan yang dilangkahi, acara penting lainnya yaitu
pemberian restu dan hadiah yang disesuaikan kemampuan mempelai dalam Plangkahan.

5. Babak 5 (Puncak Dari Rangkaian Acara Dan Merupakan Inti Acara)


a. Upacara Ijab
Sebagai prosesi pertama pada puncak acara ini adalah pelaksanaan ijab yang melibatkan
pihak penghulu dari KUA. Setelah acara ini berjalan dengan lancar dan dianggap sah, maka
kedua mempelai resmi menjadi suami istri.
b. Upacara Panggih
Setelah upacara ijab selesai, kemudian dilanjutkan dengan upacara panggih yang meliputi:
 Liron kembar mayang atau saling menukar kembang mayang dengan makna
dan tujuan bersatunya cipta, rasa, dan karsa demi kebahagiaan dan keselamatan.
 Gantal atau lempar sirih dengan harapan semoga semua godaan hilang terkena lemparan
itu.
 Ngidak endhog atau pengantin pria menginjak telur ayam kemudian dibersihkan atau dicuci
kakinya oleh pengantin wanita sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah
pamornya.
 Minum air degan (air buah kelapa) yang menjadi lambang air suci, air hidup, air mani dan
dilanjutkan dengan di-kepyok bunga warna-warni dengan harapan keluarga mereka dapat
berkembang segala-segalanya dan bahagia lahir batin.
 Masuk ke pasangan bermakna pengantin menjadi pasangan hidup siap berkarya
melaksanakan kewajiban.
 Sindur yaitu menyampirkan kain (sindur) ke pundak pengantin dan menuntun pasangan
pengantin ke kursi pelaminan dengan harapan keduanya pantang menyerah dan siap
menghadapi tantangan hidup.

Setelah upacara panggih, kedua mempelai diantar duduk di sasana riengga. Setelah itu, acara
pun dilanjutkan:
 Timbangan atau kedua pengantin duduk di pangkuan ayah pengantin wanita sebagai simbol
sang ayah mengukur keseimbangan masing-masing pengantin.
 Kacar-kucur dijalankan dengan cara pengantin pria mengucurkan penghasilan kepada
pengantin perempuan berupa uang receh beserta kelengkapannya. Simbol bahwa kaum pria
bertanggung jawab memberi nafkah kepada keluarga.
 Dulangan atau kedua pengantin saling menyuapi. Mengandung kiasan laku perpaduan
kasih pasangan laki-laki dan perempuan (simbol seksual). Ada juga yang memaknai lain,
yaitu tutur adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan dengan sembilan
tumpeng.
c. Upacara Babak Kawah
Upacara ini khusus untuk keluarga yang baru pertama kali hajatan mantu putri sulung. Ditandai
dengan membagi harta benda seperti uang receh, beras kuning, umbi-umbian dan lain-lain.
d. Tumplek Punjen
Numplak artinya menumpahkan, punjen artinya berbeda beban di atas bahu. Makna dari
Tumplek Punjen yaitu lepas sudah semua darma orangtua kepada anak. Tata cara ini
dilaksanakan bagi orang yang tidak akan bermenantu lagi atau semua anaknya sudah
menikah.
e. Sungkeman
sebagai ungkapan bakti kepada orang tua serta mohon doa restu.
f. Kirab
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan saat pengantin berdua meninggalkan
tempat duduknya untuk berganti busana.

2.2 Simbol-simbol, Hiasan, dan Maknanya Budaya Jawa

Simbol-simbol, Hiasan, dan Maknanya Budaya Jawa dikenal sangat dipengaruhi oleh tradisi
kratonnya. Dalam perkawinan yang berlatar belakang budaya ini banyak sekali simbol-simbol
budaya dan hiasan yang memiliki makna tertentu yang berasal dari tradisi kraton tersebut.
Diantara hal tersebut adalah:
1. Patah
Patah adalah dua anak kecil putri yang berjalan di depan pengantin. Ketika pengantin duduk,
mereka bertugas untuk mengipasi keduanya.
2. Domas dan Manggolo
Domas atau putri domas adalah dua orang gadis muda yang mengiringi pengantin wanita.
Sedangkan manggolo adalah dua orang anak muda yang mengiringi pengantin pria, meskipun
sesungguhnya berasal dari keluarga pengantin wanita. Masing-masing domas dan manggolo
membawa kembar mayang dan saling menukarkannya ketika prosesi jemuk berlangsung. Putri
domas dalam pernikahan ibarat dayang-dayang bagi seorang ratu. Sedangkan para manggala
adalah ibarat para punggawa kerajaan.
3. Janur Kuning
Rangkain janur bleketepe kuning dipasang di gerbang atau pintu masuk tempat acara resepsi.
Dari pemasangan ini diharapkan akan hilang kemungkinan yang tidak diinginkan dan sebagai
tanda bahwa adanya pernikahan yang akan berlangsung dirumah tersebut. Janur juga dapat
dimaknai dengan “jalarane nur” atau bahwa rumah tangga sebagai sarana untuk menghadirkan
cahaya “pepadang” dalam sebuah kehidupan.
4. Kembar Mayang
Kembar mayang merupakan rangkaian yang dibuat dari bermacam daun dan banyak ornamen
dari janur yang dirangkai dan ditancapkan pada potongan pohon anak pisang. Dari janur dibuat
ornamen berbentuk tugu-tuguan atau gunungan, uler-uleran, keris, manukan, dan pecut.
Sementara macam daun yang digunakan adalah daun beringin, andong, gondoroso, dan
mayang jambe. Ornamen berbentuk tugu atau gunung melambangkan simbol sosok laki laki
yang (harus) penuh pengetahuan, pengalaman dan kesabaran. Ornamen seperti keris
memberikan makna bahwa pasangan pengantin hendaknya berberhati-hati dalam kehidupan,
pintar dan bijaksana laksana sebuah keris. Ornamen uler-uleran merupakan simbol keajegan
bergerak dalam hidup terutama dalam keluarga dan lingkungan. Ornamen seperti pecut
memberikan dorongan untuk sikap energik, cepat berpikir dan mengambil keputusan untuk
menyelamatkan keluarga. Sedangkan ornamen seperti burung melambangkan motivasi tinggi
untuk kehidupan.
5. Pohon Pisang Lengkap dengan Buah dan Ontong-nya
Pohon pisang diletakkan di sebekah kiri kanan gapura/pintu masuk tempat resepsi. Lebih
diutamakan jika buah pisang yang dipasang tersebut telah matang. Diantara makna yang
dikandung adalah bahwa suami hendaknya menjadi kepala keluarga ditengah kehidupan
bermasyarakat. Seperti pohon pisang yang bisa tumbuh baik dimanapun dan rukun dengan
lingkungan, diharapkan keluarga baru yang dipimpin suami ini juga akan hidup bahagia,
sejahtera dan rukun dengan lingkungan sekitarnya.
6. Cengkir Gading
Cengkir gading atau kelapa kecil berwarna kuning, melambangkan kencang dan kuatnya
pikiran baik, sehingga diharapkan kedua mempelai akan dengan sungguh-sungguh terikat
dalam kehidupan bersama yang saling mencinta.
7. Dekorasi (kwade) Pengantin
Dekorasi atau background hiasan pernikahan adalah sebuah kwade yang terdiri dari sebuah
rono (krobongan) dengan lebar sesuai dengan kapasitas ruangan. Hiasan bunga hidup atau
palsu melengkapi keindahan rono yang ada. Jika memungkinkan, taman dan air mancur
seringpula ditambahkan di depan rono. Pemilihan bentuk dekorasi dan warnanya turut
menentukan corak dan warna pakaian yang akan dikenakan oleh pengantin dan keluarganya
dalam resepsi perkawinan.
8. Pakaian
Pada saat acara Jemuk penganten berlangsung, kedua penganten mengenakan pakaian
kebesaran kanalendran solo seperti layaknya seorang raja dan ratu. Pengantin pria memakai
baju hitam beskap bludru lengkap dengan keris dan kuluk (topi tinggi khas raja jawa), atau jika
terpaksa seperti tinggi badan yang lebih dan tidak seimbang dengan pengantin wanita maka ia
menggunakan blangkon. Hiasan tambahan yang dikenakannya adalah dasi kupu-kupu, kalung
dan bros dari roncen bunga melati. Pengantin wanita juga memakai baju bludru solo putri
dengan gelungan dan hiasan rangkaian bunga melati di rambut dan tiba dada (roncen melati
yang menjuntai dari gelungan rambut terus ke dada) di dada sebelah kiri. Nuansa gebyar
“menyala” (warna mencolok) dan mewah biasanya sangat nampak untuk membedakan
pengantin dengan yang lainnya. Pakaian orang tua (ayah) kedua pengantin adalah pakaian
kejawen berupa beskap lengkap dengan angkin sabuk dan kerisnya. Kain (jarit) adalah motif
truntum yang bermakna harapan masa depan yang cerah. Pakaian ibu pengantin adalah kebaya
dengan angkin slindur. Kain yang dipakai sama dengan para bapak, yakni motif truntum.
Ketika acara resepsi berlangsung dilakukan kirab temanten dan selanjutnya rombongan
berjalan menuju ruang ganti untuk lukar busana (ganti pakaian) yang bernuansa mataraman
dan lebih santai. Seluruh “rombongan” yang terdiri dari patah domas manggolo dan kedua
pasang bapak-ibu turut berganti pakaian dan menyesuaian dengan corak yang dipakai kedua
pengantin.
9. Musik kebogiro dan syrakalan
Dengan lantunan musik kebogiro yang dipergunakan mengiringi keseluruhan prosesi ritual
adat diharapkan menambah kehidmatan dan kesakralannya. Pemilihan musik “kebogiro kedu”
merupakan “bedah rangkah” atau pembuka acara selamatan atau resepsi. Disamping itu musik
syrakalan sering pula diperdengarkan untuk menggantikan kebogiro atau diperdengarkan
sebelum kebogiro. modin, dan praktisi dekor yang memahami makna-makna tersebut.
Pemahaman yang baik ini pada gilirannya akan memberikan tuntunan yang cukup bagi kedua
mempelai dan masyarakat dalam mengarungi kehidupan keluarga.

2.3 Pemikiran Masyarakat Sekarang

Sebagian besar masyarakat yang dulunya melakukan pernikahan dengan tradisi adat
jawa sekarang malah enggan melakukan pernikahan menggunakan tradisi adat jawa
dikarenakan banyaknya beberapa faktor, diantaranya uang yang harus dikeluarkan lebih
banyak, waktu yang diperlukan lama untuk menjalani prosesi pernikahan dengan banyaknya
tradisi, dan juga masalah aurat perempuan yang harus tertutup. Karena faktor-faktor tersebut
sebagian besar masyarakat tetap memilih melakukan pernikahan dengan adat jawa namun tidak
secara keseluruhan semua prosesi dilakukan.
Dengan munculnya anggapan seperti itu menyebabkan tradisi adat yang semula sering
dilakukan menjadi tidak dilakukan lagi. Hal tersebut menyebabkan hampir punahnya tradisi-
tradisi yang menarik tersebut, terlebih lagi makna yang terkandung didalamnya merupakan
pesan dan moral yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jawa. Kita sebagai generasi muda harus
melestarikan kebudayaan Jawa kita ini. Bagi yang beragama islam bisa tetap melakukan
pernikahan dengan adat Jawa tanpa membuka aurat dengan modifikasi yang sedemikian rupa.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dengan banyaknya tradisi tersebut kita tahu bahwa masyarakat Jawa memiliki banyak
ritual-ritual yang menarik dan bermakna bagi “manten” yang akan menempuh hidup baru. Dan
sekarang jaman sudah modern, bagi masyarakat muslim yang tetap ingin melakukan prosesi
pernikahan menggunakan adat Jawa pun tetap bisa melakukannya dengan
memodifikasikannya.

3.2 Saran

Masyarakat sekarang bisa melakukan tradisi tanpa melepas hijab yaitu dengan
memodifikasikan hijab dibentuk serupa berbentuk konde. Sehingga akan tampak seperti
menggunakan konde yang terbuat dari rambut palsu atau sintetis namun sebenarnya itu
merupakan modifikasian berupa kain hijab yang dimodifikasi seperti konde.
Sumber:
 http://yuni-1991-adatbudayajawa.blogspot.co.id/2011/12/simbol-simbol-hiasan-dan-
maknanya.html
 http://rindryantika.blogspot.co.id/2013/05/susunan-tata-cara-pernikahan-adat-
jawa.html
 http://azharmind.blogspot.co.id/2012/12/tahapan-perkawinan-adat-jawa.html
 http://bit.ly/fxzulu
 http://azharmind.blogspot.com/2012/12/tahapan-perkawinan-adat-
jawa.html#ixzz3uGIIoh3g

Anda mungkin juga menyukai