Anda di halaman 1dari 10

UPACARA PERKAWINAN ADAT ACEH

Tahapan Melamar (Ba Ranub) Untuk mencarikan jodoh bagi anak lelaki yang sudah dianggap dewasa maka pihak keluarga akan mengirim seorang yang bijak dalam berbicara (disebut theulangke) untuk mengurusi perjodohan ini. Jika theulangke telah mendapatkan gadis yang dimaksud maka terlabih dahulu dia akan meninjau status sang gadis. Jika belum ada yang punya, maka dia akan menyampaikan maksud melamar gadis itu. Pada hari yang telah di sepakati datanglah rombongan orang2 yang dituakan dari pihak pria ke rumah orang tua gadis dengan membawa sirih sebagai penguat ikatan berikut isinya seperti gambe, pineung reuk, gapu, cengkih, pisang raja, kain atau baju serta penganan khas Aceh. Setelah acara lamaran iini selesai, pihak pria akan mohon pamit untuk pulang dan keluarga pihak wanita meminta waktu untuk bermusyawarah dengan anak gadisnya mengenai diterima-tidaknya lamaran tersebut. Tahapan Pertunangan (Jakba Tanda) Bila lamaran diterima, keluarga pihak pria akan datang kembali untuk melakukan peukeong haba yaitu membicarakan kapan hari perkawinan akan dilangsungkan, termasuk menetapkan berapa besar uang mahar (disebut jeunamee) yang diminta dan beberapa banyak tamu yang akan diundang. Biasanya pada acara ini sekaligus diadakan upacara pertunangan (disebut jakba tanda) Acara ini pihak pria akan mengantarkan berbagai makanan khas daerah Aceh, buleukat kuneeng dengan tumphou, aneka buah-buahan, seperangkat pakaian wanita dan perhiasan yang disesuaikan dengan kemampuan keluarga pria. Namun bila ikatan ini putus ditengah jalan yang disebabkan oleh pihak pria yang memutuskan maka tanda emas tersebut akan dianggap hilang. Tetapi kalau penyebabnya adalah pihak wanita maka tanda emas tersebut harus dikembalikan sebesar dua kali lipat. Persiapan Menjelang Perkawinan Seminggu menjelang akad nikah, masyarakat aceh secara bergotong royong akan mempersiapkan acara pesta perkawinan. Mereka memulainya dengan membuat tenda serta membawa berbagai perlengkapan atau peralatan yang nantinya dipakai pada saat upacara perkawinan. Adapun calon pengantin wanita sebelumnya akan menjalani ritual perawatan tubuh dan wajah serta melakukan tradisi pingitan. Selam masa persiapan ini pula, sang gadis akan dibimbing mengenai cara hidup berumah tangga serta diingatkan agar tekun mengaji. Selain itu akan dialksanakan tradisi potong gigi (disebut gohgigu) yang bertujuan untuk meratakan gigi dengancara dikikir. Agar gigi sang calon pengantin terlihat kuat akan digunakan tempurung batok kelapa yang dibakar lalu cairan hitam yang keluar dari batok tersebut ditempelkan pada bagian gigi. Setelah itu calon pengantin melanjutkan dengan perawatan luluran dan mandi uap. Selain tradisi merawat tubuh, calon pengantin wanita akan melakukan upacara kruet andam yaitu mengerit anak rambut atau bulu-bulu halus yang tumbuh agar tampak lebih bersih lalu dilanjutkan dengan pemakaian daun pacar (disebut bohgaca) yang akan menghiasi kedua tangan calon pengantin. Daun pacar ini akan dipakaikan beberapa kali sampai menghasilkan warna merah yang terlihat alami. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan mengadakan pengajian dan khataman AlQuran oleh calon pengantin wanita yang selanjutnya disebut calon dara baro (CBD).Sesudahnya, dengan pakaian khusus, CBD mempersiapkan dirinya untuk melakukan acara siraman (disebut seumano pucok) dan didudukan pad asebuah tikaduk meukasap. Dalam acara ini akan terlihat beberapa orang ibu akan mengelilingi CBD sambil menari-nari dan membawa syair yang bertujuan untuk memberikan nasihat kepada CBD. Pada saat upacara siraman berlangsung, CBD akan langsung disambut lalu dipangku oleh nyewanya atau saudara perempuan dari pihak orang tuanya. Kemudian satu persatu anggota keluarga yang dituakan akan memberikan air siraman yang telah diberikan beberapa jenis bunga-bungaan tertentu dan

ditempatkan pada meundam atau wadah yang telah dilapisi dengan kain warna berbeda-beda yang disesuaikan dengan silsilah keluarga. Upacara Akad Nikah dan Antar Linto Pada hari H yang telah ditentukan, akan dilakukan secara antar linto (mengantar pengantin pria). Namun sebelum berangkat kerumah keluarga CBD, calon pengantin pria yang disebut calon linto baro(CLB) menyempatkan diri untuk terlebih dahulu meminta ijin dan memohon doa restu pada orang tuanya. Setelah itu CLB disertai rombongan pergi untuk melaksanakan akad nikah sambil membawa mas kawin yang diminta dan seperangkat alat solat serta bingkisan yang diperuntukan bagi CDB. Sementara itu sambil menunggu rombongan CLB tiba hingga acara ijab Kabul selesai dilakukan, CDB hanya diperbolehkan menunggu di kamarnya. Selain itu juga hanya orangtua serta kerabat dekat saja yang akan menerima rombongan CLB. Saat akad nikah berlangsung, ibu dari pengantin pria tidak diperkenankan hadir tetapi dengan berubahnya waktu kebiasaan ini dihilangkan sehingga ibu pengantin pria bisa hadir saat ijab kabul. Keberadaan sang ibu juga diharapkan saat menghadiri acara jamuan besan yang akan diadakan oleh pihak keluarga wanita. Setelah ijab kabul selesai dilaksanakan, keluarga CLB akan menyerahkan jeunamee yaitu mas kawin berupa sekapur sirih, seperangkat kain adat dan paun yakni uang emas kuno seberat 100 gram. Setelah itu dilakukan acara menjamu besan dan seleunbu linto/dara baro yakin acara suap-suapan di antara kedua pengantin. Makna dari acara ini adalah agar keduanya dapat seiring sejalan ketika menjalani biduk rumah tangga. Upacara Peusijeuk Yaitu dengan melakukan upacara tepung tawar, memberi dan menerima restu dengan cara memerciki pengantin dengan air yang keluar dari daun seunikeuk, akar naleung sambo, maneekmano, onseukee pulut, ongaca dan lain sebagainya minimal harus ada tiga yang pakai. Acara ini dilakukan oleh beberapa orang yang dituakan(sesepuh) sekurangnya lima orang. Tetapi saat ini bagi masyarakat Aceh kebanyakan ada anggapan bahwa acara ini tidak perlu dilakukan lagi karena dikhawatirkan dicap meniru kebudayaan Hindu. Tetapi dikalangan ureungchik (orang yang sudah tua dan sepuh) budaya seperti ini merupakan tata cara adat yang mutlak dilaksanakan dalam upacara perkawinan. Namun kesemuanya tentu akan berpulang lagi kepada pihak keluarga selaku pihak penyelenggara, apakah tradisi seperti ini masih perlu dilestarikan atau tidak kepada generasi seterusnya. UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT GAYO Secara garis besar, kebudayaan Gayo, terdiri dari beberapa unsur yaitu kebudayaan Gayo Lues, yang berpusat disekitar Aceh Tenggara, kebudayaan Gayo Serbejadi di kawasan Aceh Timur, kebudayaan Gayo Linge dan kebudayaan Lut di Aceh Tengah. Setiap unsur kebudayaan dari tiap suku bangsa tersebut tentu saja memiliki keunikan dan kekayaan tradisi masing masing dimana di dalamnya juga terkandung nilai nilai luhur untuk kemuliaan hidup. Tak terkecuali kebudayaan masyarakat Gayo yang berada di sekitar kawasan Takengon Aceh Tengah ( Gayo Lut ) saat mempersiapkan sebuah hajat besar seperti upacara perkawinan yang harus melewati beberapa tahapan adat, yang tiap tahapannya tersimpan makna yang sakral untuk kebahagiaan hidup rumah tangga pasangan pengantin. Berikut adalah beberapa tahapan prosesi upacara perkawinana masyarakat Gayo : RISIK KONO ( Perkenalan Keluarga ) Acara ini merupakan ajang perkenalan keluarga calon pengantin. Orang tua pengantin pria, biasanya di wakilkan oleh ibunya, akan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka untuk berbesan dengan orang tua pengantin wanita. Biasanya acara akan di mulai dengan ramah tamah serta senda gurau sebagai awal perkenalan dan barulah selanjutnya mengarah pada pembicaraan seriuz mengenai kemungkinan kedua keluarga ini bisa saling berbesan. MUNGINTE ( Meminang / Melamar ) Tahapan peminangan ini tidak dilakukan oleh orang tua pengantin pria secara langsung

tetapi diwakilkan oleh utusan yang disebut telangkai atau telangke. Biasanya mereka terdiri dari tiga atau lima pasang suami istri yang masih berkerabat dekat dengan orang tua pengantin pria. Dalam acara ini yang banyak berperan adalah kaum ibu. Mereka datang sambil membawa bawaan yang antara lain berisi beras, tempat sirih lengkap dengan isinya, sejumlah uang, jarum dan benang. Barang bawaan ini disebut Penampong ni kuyu yang bermakna sebagai tanda pengikat agar keluarga pengantin wanita tidak menerima lamaran dari pihak lain. Selanjutnya barang bawaan ini diserahkan dan ditinggal di rumah pengantin wanita sampai ada kepastian bahwa lamaran tersebut diterima atau tidak. Keluarga pengantin wanita diberi waktu sekitar 2-3 hari untuk memutuskan hal tersebut. Dalam waktu tersebut biasanya keluarga pengantin wanita akan mencari sebanyak mungkin tentang informasi calon pengantin pria mulai dari bagaimana pribadinya, pendidikannya, agama, tingkah laku samapi ke soal bibit, bobot dan bebetnya. Jika lamaran diterima maka barang bawaan tersebut tidak dikembalikan lagi tetapi sebaliknya jika tidak, maka Penampong kayu akan dikembalikan pada pengantin pria lagi. Setelah mendapat kepastian lamaran diterima selanjutnya akan dilakukan pembicaraan antara dua pihak keluarga mengenai kewajiban apa saja yang harus dipenuhi oleh keluarga masing masing, termasuk membicarakan mengenai barang dan jumlah uang yang diminta oleh keluarga penganti wanita yang disebut sebagai acara Muno sah nemah ( Menetapkan bawaan ) Dalam pembicaraan ini keluarga pengantin pria akan diwakili oleh talangke yang harus pandai melakukan tawar menawar atau negosiasi dengan keluarga pengantin wanita. Sementara untuk mahar yang menentuakan adalah calon mempelai wanita sendiri dan mahar yang diminta tidak boleh ditawar lagi. TURUN CARAM ( Mengantar Uang ) Acara mengantar uang ini biasa dilakukan pada saat matahari mulai naik antara pukul 09.00 12.00 dengan harapan agar nantinya kehidupan rumah tangga pasangan pengantin ini, termasuk rezekinya akan selamanya bersinar. SEGENAP dan BEGENAP ( Musyawarah dan Keluarga ) Dalam acara ini akan dilakukan pembagian tugas saat acara pernikahan berlangsung. Yang mendapat tugas melakukan berbagai persiapan pesta perkawinan adalah para kerabat serta tetangga dekat. Acara akan berlangsung pada malam hari. Pada malam begenap acara akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok orang tua yang akan membicarakan mengenai tata cara serah terima calon pengantin kepada Imam ( Pemuka Agama ) sementara kelompok kedua yaitu para muda mudi yang berkelompok membuat kue onde onde untuk disantap bersama sama. Setelah itu datanglah utusan dari kelompok orang tua ke kelompok anak muda tersebut sambil membawa batil ( cerana ) lalu mereka makan sirih bersama sebagai tanda permintaan orang tua pengantin wanita agar muda mudi itu rela melepas salah satu teman mereka untuk menikah. BEGURU ( Pemberian Nasihat ) Acara ini didiadakan sesudah acara malam begenap yaitu pada pagi hari sesudah salat subuh. Beguru artinya belajar, dimana calon pengantin akan diberi berbagai nasehat dan petunjuk tentang bagaimana nantinya mereka bersikap dan berprilaku dalam membina rumah tangga. Acara beguru di rumah calon mempelai wanita ini biasanya akan diiringi juga dengan acara bersebuku ( meretap ) yaitu pengantin wanita melakukan sungkeman kapada kedua orang tuanya untuk memohaon restu dan doa. JEGE UCE ( Berjaga jaga ) Acara ini dilaksanakan menjelang hari pernikahan. Disini para kerabat dan tetangga dekat akan berjaga jaga sepanjang malam dengan melakukan berbagai kegiatan adat seperti acara guru didong ( berbalas pantun ) serta tari tarian. Pada malam itu calon pengantin wanita akan diberi inai oleh pihak ralik ( keluarga pengantin wanita ). BELULUT dan BEKUNE ( Mandi dan Kerikan ) Dahi, pipi dan tengkuk calon pengantin wanita akan dikerik oleh juru rias atau wakil keluarga ibunya yang paling dekat setelah sebelumnya dilakukan acara mandi bersama di

kediaman masing masing yang disebuat acara belulut. Bekas bulu bulu halus kerikan tadi selanjutnya akan ditaruh dalam sebuah wadah berisi air bersih dan dicampurkan dengan irisan jeruk purut untuk ditanam. Dipercayai nantinya rambut pengantin akan tumbuh subur dan lebat.. MUNALO ( Menjemput Pengantin Pria ) Pada hari dan tempat yang telah disepakati rombongan pengantin wanita yang dipimpin oleh telangkai, selanjutnya disebut sebagai pihak beru, sambil menabuh canang yang dilakukan oleh para gadis bersiap menunggu kedatangan rombongan penantin pria yang disebut pihak bei. Sementara itu pengantin wanita di rumahnya telah didandani dan menanti dalam kamar pengantin. Canang akan semakin keras ditabuh dan terdengar bersahutan ketika pihak bei sudah mulai kelihatan dari kejauhan. Saat pihak bei telah tiba, tabuhan canang dihentikan dan pihak beru akan membuka percakapan sebagai ucapan selamat datang dan permohonan maaf jika terdapat kekurangan dalam acara penyambutan tersebut. Setelah itu dilakukan tarian guel dan sining serta saling berpantun. Disini pengantin pria akan diajak ikut menari bersama. Setelah itu calon pengantin pria diarak beramai ramai menuju kediaman pengantin wanita. MAH BEI ( Mwengarak Pengantin Pria ) Sebelum rombongan pengantin pria sampai ke rumah pengantin wanita, mereka akan terlebih dahulu berhenti di rumah persinggahan yang disebut Umah selangan selama 30 60 menit. Ditempat ini rombongan akan menanti datangnya kiriman makanan yang dibawa oleh utusan pihak beru. Bila kiriman itu dianggap berkenan maka rombongan akan melanjutkan perjalanan menuju rumah pengantin wanita, setelah mendengar kabar bahwa kelurga pengantin wanita telah siap menerima kedatangan. Sebaliknya bla tidak berkenan maka acara bisa tertunda bahkan batal. Dalam perjalanan ini, pengantin pria diapit telangkai yang bisanya terdirri dari dua orang laki laki yang sudah menikah. Pada acara ini orang tua mempelai pria boleh tidak mendampingi karena tugas tersebut telah diwakilkan. Setibanya rombongan bei di rumah pengantin wanita, tiga orang ibu akan langsung datang menyambut dan saling bertukar batil tempat sirih lalu diadakan acara basuh kidding ( cuci kaki ) di depan pintu masuk. Uniknya yang melakukan acara basuh kidding ini adalah adik perempuan pengantin wanita. J Jika pengantin wanita tidak memiliki adik perempuan maka tugas ini bisa digantikan oleh anak pakciknya.Setelah itu sebagai tanda terima kasih, pengantin pria akan memberikan sejumlah uang kepada adik pengantin wanita tersebut. Selanjutnya pengantin pria akan melakukan acara tepung tawar yang dilakukan oleh keluarga pengantin wanita. Sambil dibimbing masuk rumah, pengantin pria akan diserahkan oleh keluarganya dan didudukkan berhadapan dengan ayah pengantin wanita untuk acara akad nikah yang disebut acara REMPELE ( Penyerahan ). Sebelum akad nikah dimulai telah disiapkan satu gelas air putih, satu wadah kosong dan sepiring ketan kunung untuk melakukan tata acara adat. Selesai akad pengantin pria memberikan S apBatil Mangas kepada mertua laki lakinya. Selama akad berlangsung pengantn wanita yang telah didandani tetap tinggal di dalam kamar sambil menunggu dipertemukan dengan suaminya. Acara inilah yang disebut kamar dalem. MUNENES ( Ngunduh Mantu ) Acara ini sebagai simbol perpisahan antara pengantin wanita dengan orang tuanya karena telah bersuami dan akan berpisah tempat tnggal, termasuk juga sebagai acara perpisahan di masa lajang ke kehidupan berkeluarga. Pengantin wanita akan diantar ke rumah pengantin pria sambil membawa barang barangnya dari peralatan rumah tangga sampai bekal memulai hidup baru. Setelah itu diadakan acara makan bersama. Biasanya setelah tujuh hari pengantin wanita berada di rumah pengantin pria, orang tua pengantin pria akan dating ke rumah besannya sambil membawa nasi beserta lauk pauk. Acara yang disebut Mah Kero Opat Ingi ini bertujuan untuk lebih saling mengenal antar dua keluarga yang sudah bebesan.

ADAT

PERKAWINAN GAYO LUES Suku Gayo hanya satu di permukaan bumi ini. Gayo Lues, Gayo Alas, Gayo Lut, dan Gayo Serbejadi terjadi karena perbedaan tempat tinggal saja. Kalau ada terdapat perbedaan di antara Gayo di atas, hal itu akibat pengaruh lingkungan dan geografis. Bagi saya, perbedaan itu adalah asset budaya Gayo. Jika suku Gayo bercita-cita untuk menjadi suku yang maju dan dapat menjawab tantangan zaman adalah harus bersatu. Tidak melihat perbedaan, tetapi lebih melihat persamaan, sehingga dapat membangun masa depan yang gemilang. Suku Gayo menjadi suku yang harus diperhitungkan untuk membangun bangsa dan negara Republik Indonesia yang sedang menangis ini. Salah satu upaya adalah menggali potensi budaya, sehingga dapat menumbuhkan kepribadian yang utuh dan mapan. Dapat menjadi acuan atau pedoman dalam usaha menyusun langkah dan strategi untuk menghadapi masa depan yang cerah. Sangat sesuai dengan semangat otonomi daerah (suatu perobahan sistem dari sentralisasi menjadi desentralisasi). Untuk memenuhi harapan di atas, di samping harapan panitia, saya mencoba untuk menyusun sebuah makalah yang sangat sederhana tentang adat perkawian suku Gayo Lues. Hal ini sangat menarik karena kita selalu menghadapi persoalan adat perkawinan pada setiap saat. Makalah yang sangat sederhana ini, dapat kiranya menjadi bahan diskusi di dalam seminar ini. Perkawinan suku Gayo sebenarnya adalah yang berlaku sesuai menurut syariat Islam. Kemudian suku Gayo yang mempunyai budaya dan tradisi tersendiri. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan tradisi yang berlaku di Gayo Lues yang diturunkan secara turun-temurun dari leluhur kita. Bentuk Perkawinan Suku Gayo Lues Bentuk perkawinan di dalam suku Gayo Lues dapat dibagi empat macam, yaitu: 1. Juelen Perkawinan juelen ialah inen mayak masuk kepada pihak keluarga aman mayak. Jadi, pihak wanita masuk menjadi tanggung jawab pihak suami. Inen mayak tinggal di di rumah aman mayak. Mengikuti garis keturunan ayah (patrilinial). 2. Angkap Perkawinan angkap ialah aman mayak masuk pihak keluarga inen mayak. Aman mayak tinggal di rumah inen mayak. Aman mayak diberikan harta berupa sawah atau kebun dari pihak keluarga inen mayak. Mengikuti garis keturunan ibu (matrilinial). 3. Naik Perkawinan naik ialah perkawinan terjadi karena sama-sama suka, namun mendapat hambatan dari salah satu atau kedua keluarga. Sehingga wanita meminta supaya untuk dinikahkan dengan seorang pria melalui kantor urusan agama. 4. Mah Tabak Perkawinan mah tabak ialah perkawinan terjadi karena sama-sama suka, namun mendapat hambatan dari salah satu keluarga atau kedua keluarga. Sehingga pria menyerahkan diri kepada pihak keluarga wanita untuk dinikahkan. Pada perkawinan mah tabak ini pria harus membawa. a. Tali (jika tidak disetujui, ikatlah dengan tali ini). b. Pisau atau kelewang (jika tidak disetujui, bunuhlah dengan pisau ini). c. Peti (jika tidak setuju, peti ini untuk tempat mayatnya). d. Tabak, alat untuk mengangkat tanah (jika tidak disetujui, timbunlah kuburan dengan alat ini). Tahapan Perkawinan Juelen Suku Gayo Lues Untuk melaksanakan upacara perkawinan suku Gayo Lues ditempuh melalui empat tahapan. Tahapan-tahapan itu adalah seabagai berikut: A. Tahap Permulaan

Tahapan permulaan ini terdiri dari empat bagian dan setiap bagian memiliki perbedaan, yaitu: 1. K u s i k Kusik merupakan awal pembicaraan antara ayah dengan ibu dari seorang pria, untuk mencari jodoh anaknya, karena sudah sampai umur, keinginan memiliki menantu (pemen), keinginan memiliki cucu (kumpu), dan supaya dapat membantu pekerjaan. 2. S i s u Sisu adalah hasil pembicaraan kedua orangtua disampaikan kepada keluarga dekat, seperti kepada anak yang sudah berkeluarga, kakek-nenek, wawak, pakcik-makcik, dan lain-lain. 3. P a k o k Pakok merupakan penjajakan awal kepada anak pria. Penjajakan dilakukan oleh nenek atau bibik (tutur ringen). Tujuannya adalah untuk meminta kesediaan anak pria (win bujang) untuk dicarikan jodoh. Dalam penjajakan ini nenek dan bibik harus mampu menyakinkan dan memberikan argumentasi yan tepat, supaya anak tersebut dapat menerimanya. 4. P e d e n Peden adalah untuk menyelidiki wanita (etek beru) untuk dijadikan calon isteri dari anak pria yang bersangkutan. Dari sekian banyak pilihan itu, terakhir dipilih satu di antaranya untuk dicalonkan. Biasanya diputuskan karena cantik (jeroh), kaya, taat (agama Islam), dan keturunan orang yang baik-baik, enti bau. B. Tahap Persiapan Pada tahapan persiapan ini juga terbagi atas empat bagian juga, yaitu: 1. R i s i k Setelah peden dan diambil kesimpulan bahwa pilihan jatuh pada salah seorang wanita yang dituju, maka langkah berikutnya adalah mengadakan risik, yaitu penjajakan awal dari orang tua calon pengantin pria (aman mayak) terhadap orang tua wanita (inen mayak), apakah anak yang mereka maksudkan sudah dipinang orang atau sudah diberikan izin untuk dipinang, biasanya penyelidikan disampaikan secara bergurau (bersene). 1. R e s e Bila dalam pembicaraan bergurau diperoleh gambaran, bahwa sang darabelum ada yang melamar dan sudah ada izin untuk dipinang. Maka orang tua calon pengantin pria, yang biasanya famili terdekat seperti nenek atau bibik mendatangi orang tua si wanita dengan membawa bibit-bibitan (inih) dalam sumpit (bebalun), seperti bibit kacang, jagung, terong, ketumbar, dan lain-lain. Kedatangan ini disebut dengan melamar (nentong) secara resmi. 2. K o n o Setelah lamaran diterima dan kedua belah pihak telah menyetujui beban mas kawin (mahar) dan permintaan orangtua (unyuk) serta menentukan hari pengikatan janji (norot peri) dan penyerahan mas kawin dan permintaan orangtua. Dalam acara kono, pihak pria harus membawa perlengkapan seperti: a. Nasi bungkus satu sumpit (Kero tum sara tape), b. Sirih pinang (mangas), dan c. Uang yang tidak tertentu jumlahnya. d. K i n t e Kinte merupakan acara puncak dalam peminangan yang diiringi dengan upacara adat. Pihak calon aman mayak beserta kaum kerabat dan jema opat (sudere ,urangtue, pewawe, dan pengulunte) beramai-ramai ke rumah calon inen mayak. Upacara nginte dilaksanakan untuk penyerahan mahar dan unyuk, penentuan hari H pernikahan, dan menentukan perantara (telangke) untuk melaksanakan semua perjanjian kedua belah pihak. Jika dalam masa kinte ini pihak inen mayak ingkar kepada janji, maka pihak inen mayak harus membayar dua kali lipat dari perjanjian. Sebaliknya jika pihak pihak aman mayak yang ingkar, maka semua pemberian tadi dianggap hangus (ku langit gih naeh mupucuk, ku bumi gere naeh muuyet).

Bahan-bahan yang dibawa pada saat menginte adalah: a. Nasi bungkus lima sumpit atau 20 bungkus (Kero tum lime tape atau 20 tum) b. Ikan dan sayur (pengkero urum poen). Dan c. Kue-kue (Penan si lemak lungi). Selain alat-alat di atas, pihak pria diharuskan menyediakan : a. Kerbau atau kambing (koro gelih) b. Seperangkat busana (upuh selingkuh) c. {Mugenap, artinya kedua belah pihak menyusun panitia (sukut) masing-masing dengan mengundang biak opat (ralik, juelen, sebet, guru) jema opat (sudere, urangtue, pegawe, pengulunte) Tujuannya untuk menentukan seksi-seksi. Sahan bernangka sahan berutem, sahan njerang sahan nango aih. Kemudian menentukan ruangan sitige (pendehren, pendahrin, kekasihen)}. C. Tahap Pelaksanaan (PuncakAcara Perkawinan) Dalam tahap pelaksanaan puncak perkawinan ini juga dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Beguru Beguru merupakan upacara khusus yang diselenggarakan di kediaman masing-masing calon aman mayak menjelang berlangsungnya akad nikah. Tujuannya adalah memberi perbekalan yang berupa nasihat (ejer marah manat putenah) tentang seluk beluk berumah tangga, kewajiban suami istri yang sesuai dengan ketentuan agama Islam dan adat istiadat. Dalam acara beguru ini disediakan beberapa perlengkapan untuk mendukungnya seperti tempat khusus (dalung) dan isinya beras, sirih, pinang, konyel, gambir, dan kapur. Pada saat ini diadakan pongot dan tepung tawar (tawar dun kayu). Mengenai tawar dun kayu akan dibicarakan di akhir makalah ini. 2. Nyerah Nyerah juga dilakukan sebelum akad nikah, yaitu upacara penyerahan tanggung jawab dan pelaksanaan dan semua peralatan perkawinan dari pihak aman mayak kepada panitia (sukut). Dalam penyerahan ini diberikan beras, sirih dan lain-lain yang diletakkan di atas dalung. 3. Bejege Bejege adalah acara yang digelar pada malam hari, dengan mengundang biak opat (ralik, juelen, sebet, guru) jema opat (sudere, urangtue, pegawe, pengulunte)serta famili yang ada di kampung lain. Dalam acara bejege ada hidangan yang tujuh (edangan si pitu) (pitu pingen, pitu mangkuk, pitu cawan pengkero, pitu cawan ni poen, pitu aih basuh) dan empat hidangan (edangan si opat) pendamping (kunangan) sebagai makanan penghormatan kepada biak opat dan jema opat. Hidangan diserahkan kepada ralik, juelen, sebet, guru, sudere, urangtue, pegawe, dan selebihnya diserahkan kepada raja (pengulunte). Pada malam bejege diadakan tari saman (ketika tamu baru datang, saman kunul), didong (didong jalu atau didong niet, sesuai dengan hajat tuan rumah), bines, setelah selesai acara persembahan didong. Pada kesempatan ini juga masing-masing pengantin menerima ejer marah manat putenah dari biak opat (ralik, juelen, sebet guru) melalui pongot. 4. Mah Bai (Naik Rempele) Bagian ini adalah jema opat mengantarkan calon aman mayak ke rumah penganten wanita untuk dinikahkan. Pengantin pria dan rombongan dijemput oleh telangke dan diiringi dengan musik canang (tang ting tong tang ting tong dung). Sebelum sampai di rumah pengantin wanita, rombongan ini singgah terlebih dahulu di rumah persilangan yang ditentukan, agar pihak mempelai wanita dapat bersiap-siap menerimanya. Ketika berada di rumah persilangan, semua bentuk perjanjian diselesaikan, dan diberikan alangalang yang terdiri dari tebu tiga batang, kelapa satu buah, telor ayam tiga butir, jeruk purut tiga buah, dan buah pinang. Ketika rombongan tiba di halaman rumah calon inen mayak, rombongan berhenti sejenak untuk (tawar dun kayu) dan menerima penghormatan dari pihak inen mayak. Kepada calon aman mayak pada saat itu diberi minum santan, dan selanjutnya acara seduen (tawar dun kayu). Setelah

aman mayak berada dalam rumah inen mayak, ucapan selamat datang dan penyerahan segala sesuatunya disampaikan melaui melengkan. Usai melengkan dilaksanakan akad nikah (sesuai dengan syariat Islam). Setelah selesai menikah aman mayak dan inen mayah dilaga kambing (isentur) oleh beru bujang pengiring aman mayak, dengan jalan menyorong ke muka, ke belakang, supaya aman mayak dan inen mayak bersentuhan. Kemudian pengasuh membawa aman mayak ke dalam kamar pengantin (atas delem) melalui tetitin perlo (jalan khusus) yang dirintangi dengan kain panjang. Untuk melewati rintangan ini harus mampu menjawab pertanyan atau harus dapat memenuhi permintaan yang diajukan oleh teman-teman inen mayak. Kemudian diterima oleh pengasuh dari pihak inen mayak dan selanjutnya inen mayak mengadakan semah pincung (penghormatan mulia) kepada suaminya. Keesokan harinya dilakukan upacara turun nume pihak besan (ume) pulang. Sebelumnya terlebih dahulu diadakan makan bersama. Selesai makan inen mayak memberikan oleh-oleh (alun) untuk tanda mata yang terdiri dari tikar pandan, kendi (labu), periuk, dan lain-lain. Atas delem dilakukan selama tiga atau tujuh hari, jumlahnya harus ganjil. Selama tiga atau tujuh hari ini aman mayak harus datang setelah gelap dan pulang sebelum terang. Kedatangan aman mayak ini disambut oleh gadis-gadis teman inen mayak dan aman mayak selalu dipanggil kail. Pada saat ini semua tingkah laku aman mayak menjadi perhatian anak-anak gadis. Jika salah ucap atau salah perbuatan akan menjadi ejekan kepada aman mayak. Kemudian selama tiga malam atau tujuh malam inen mayak mongot bersebuku. D. Tahapan Penyelesaian Pada tahapan penyelesaian ini juga dapai menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Mah Beru Kebalikan mah bai adalah diadakan mah beru atau julen yaitu acara mengantar inen mayak ke tempat aman mayak. Satu malam sebelum mah beru biasanya selalu mongot bersebuku kepada orangtua, teman, keluarga, dan tetangga. Inen mayak membawa kendi berisi air dan batu dari tempat pemandian (aunen), tujuannya supaya cepat melupakan kampung halaman. Sedangkan peralatan yang dibawa pada saat mah beru adalah sebagai berikut: a. Nasi bungkus sebanyak 20 sumpit (kero tum 20 tape) b. Tempah untuk keperluan rumah tangga aman mayak urum inen mayak, misalnya cawan, pingen, mangkuk, kuren, senuk legen, capir, belenge. c. Alun dibagikan kepada famili pengantin pria, termasuk kepada jema opat yang terdiri dari 12 tikar besar (alas kolak) dan 12 tikar kecil (alas ucak), dan sumpit yang tidak tertentu jumlahnya (tape, bebalun, geduk, dan karung). Semua jenis pemberian inilah disebut dengan unyuk betempah, tempah benile (pemberian yang mulia dan berharga). Kemudian inen mayak sungkem (semah) kepada kedua orangtua (tuen) dan memeberikan alun tikar besar, tikar kicil dan sumpit. Kemudian pihak tuen memberikan penghargaan (selpah; lapik nuku) kerbau atau kambing sesuai dengan kemampuan. Selanjutnya sungkem kepada semua keluraga dekat dan memeberikan alun sesuai dengan dekat tidaknya hubungan keluarga. 2. Tanag Kul Tanang kul dilakukan setelah tiga sampai dengan tujuh hari, inen mayak harus mengunjungi orangtua dan semua famili di kampung halaman. Dengan membawa nasi bungkus lengkap dengan ikannya (kero tum urum pengkeroe) sebanyak 40 sumpit dan diberikan kepada keluarga inen mayak, yang dekat sampai ke yang jauh (mulei bau mungkur sawah bau tekur). Kemudian sumpit dikembalikan dengan isi uang (isi ni tape) kepada inen mayak. 3. Entong ralik Entong ralik dilakukan karena rindu atau karena perayaan (taun kul). Entong ralik ini hanya membawa nasi satu sumpit kepada orangtua kandung, namun kalau ada bermudahan dapat dibawa untuk keluarga dekat yang lainnya. Tawar Dun Kayu Untuk Perkawinan Dalam melaksanakan perkwinan dalam suku Gayo harus dilakukan tepung tawar (tawar dun

kayu) kepada calon pengantin pria dan wanita. Hal-hal yang berhubungan denagan tawar dun kayu adalah seabagai berikut: a. Bahan Tawar Dun Kayu: Jejerun Pelulut Dedingin Teteguh Air Mulih Beras Padi Repie b. Bahan Taburan: Bertih (tidak dipilih) Beras Padi c. Alat Tawar Dun Kayu Buke atau Are Cap Bebalun Bengkuang d. Doa Mengambil tawar dun kayu: Untuk mengambil jejerun, pelulut, dedingin, dan teteguh doanya: (Bismilahhirrahmanirrahim. Assalamualikum rumput jarum-jemarum si ara tuyuh ni langit, si ara atas ni bumi, ko male kuangkap ke tawar ni polan. Enti ko cules! Enti Ko percume!) Untuk Mengambil air mulih, doanya: (Bismillahhirrahmanirrahim. Assalamualaikum Nabi Syahyati. Ko turun ni Tuhen ku denie ini ara tulu perkara. Pertama ken aih minum. Kedue ken aih semiyang. Ketige ken penyuci lahir batin tawar bengi rembege ni polan) Untuk mengambil beras padi doanya: (Bismillahhirrahmanirrahim. Assalamualaikum beras padi si emus kuyu, si mubunge terbang, ko male kuangkak ken tungkel semangat ni polan) e. Cara Membuat Tawar Dun kayu Untuk Tawar Dun Kayu, masukkan air mulih, beras padi, repie ke dalam buke dan jejerun, pelulut, teteguh, dedingin diikat serit murip dengan bengkuang dan berdirikan di dalam kendi. Untuk taburan, campurkan bertih dan beras padi dan masukkan ke dalam bebalun. f. Cara Mengambil Tawar Dun Kayu Waktunya Pagi. Diambil oleh wanita, berjumlah tiga atau lima orang. Pilih tawar yang terbaik. Kalau pencabutan pertama (jejerun), akar tunggalnya putus, cari yang lain. Kalau sampai tiga kali tetap putus, batalkan pengambilan tawar pada hari ini dan rencanakan untuk besok harinya. Pengambilan tawar dengan tangan kiri. Tawar yang pertama diambi adalah jejerun. g. Cara Tawar Dun Kayu Seduen, Sara, roa, tulu, opat, lime, onom, pi.tu ! Beseke sejuk ni tawar dun kayu ini, besemi le kire sejuk ni keluargamu. Tawar dun kayu disiramkan ke ubun-ubun calon aman atau inen mayak. Kemudian ditaburkan bertih dan beras padi. Penutup

Suku Gayo Lues salah satu suku yang ada di Indonesia, memiliki budaya tersendiri dan yang membedakan dengan kebudayaan suku lain. Suku Gayo memiliki adat perkawinan, mulai dari awal sampai akhir. Semua tahapan dan keterkaitan dengan simbol, doa, istilah adalah falsafah hidup suku Gayo.

Anda mungkin juga menyukai