Anda di halaman 1dari 5

TRADISI MAPPACCI DISULAWESI SELATAN

ST. DHENAYA REGITA SM

Fakultas Hukum, Insitut Ilmu Sosial Dan Bisnis Andi Sapada

Email dhenayaregita80067@gmail.com

Latar Belakang Masalah

Kebudayaan merupakan persoalan yang sangat komplek dan luas,


kebudayaan yang berkaitan dengan cara manusia hidup,adat istiadat dan
tatakrama. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat kyang memiliki
bermacam-macam kebudayaan dan adat-istiadat yang hidup dalam
kesatuan sosial. Masyarakat Indonesia yangj uga heterogen, termasuk
adatis tiadat dan kebiasaannya yang berbeda dan masih dipertahankan
sampai saat ini,termasuk adat perkawinan.

pernikahan adalah satu pokok yang terpenting untuk hidup dalam


pergaulan yang sempurna yang diridhoi Allah SWT dan dari sanalah
terwujudnya rumah tangga bahagia yang menelurkan keluarga sejahtera.
Kesejahteraan hidup lahir batin menjadi idaman setiap keluarga dan itulah
yang menjadi pokok keutamaan hidup (Salim, 1980:22). Pernikahan juga
diatur dalam Undang-undang pemerintahan yang dijelaskan pada pasal 1
Undang-Undang 1/1974 bahwa pernikahan adalah suatu ikatan lahir batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Pernikahan merupakan unsur penting dalam kehidupan
bangsa. Tujuan pernikahan itu sendiri adalah mendapatkan kebahagiaan,
cinta kasih, kepuasan dan keturunan (Munandar, 2001:22).

Menurut sebagian besar ulama fiqh, hukum menikah terkait dengan


kondisi kesiapan mempelai. Menikah hukumnya bisa sunnah, wajib,
makruh dan bahkan bisa pula haram. Ibn Daqiq al-‘Id menjelaskan bahwa
nikah menjadi wajib ketika seseorang merasa sangat tergantung untuk
menikah. Jika tidak dilakukan, ia bisa terjerumus pada perzinaan.

Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode normatif yang dimana


menggunakan bahan hukum kepustakaan yang digunakan sebagai
landasan dalam penyelesaian masalah dalam penelitian ini
Analisis dan Pembahasan

Mappaci artinya dalam bahasa Indonesia yakni mensucikan diri,


yang berasal dari kata pacci (bersih atau suci), yang dilaksanakan oleh
kedua mempelai botting di rumah masing-masing, dalam artian kedua
mempelai mappaci sendirisendiri. Mappaci berlangsung di malam
menjelang hari “H” perkawinan. Proses mappaci harus dilakukan sesuai
adat yang diturunkan, di mulai dengan penjemputan (paddupa) mempelai
dipersilahkan duduk di pelaminan.

sejarah mappacci dulunya dilaksanakan pertama kali oleh raja-raja


Bone yang akan melangsungkan pesta pernikahan untuk membersihkan
diri dan melepas masa lajang mereka dan kini sudah menjadi adat istiadat
bagi masyarakat di Wajo. Upacara adat mappacci dilaksanakan pada acara
Tudang penni (malam pacar), yaitu menjelang pelaksanaan akad nikah /
Ijab Kabul esok harinya. Istilah mappacci di Makassar disebut Amata
Korontigi (Akkorontigi) dan di Bulukumba/Sinjai disebut Mappanre ade.
Sedangkan di Bugis Wajo/Bone disebut mappacci/mappepaccing, tetapi
sekarang ini kebanyakan masyarakat bugis menggunakan istilah mappacci
( Najamuddin, 2018: 1). Masyarakat Bugis berpendapat bahwa mappacci
berasal dari nama pacci, jika diartikan kedalam bahasa indonesia dikenal
sebagai pacar. Pacar bukan berarti menjalin kemesrahan antara laki-laki
dan perempuan, tetapi daun pacci/pacar adalah sejenis tanaman yang
daunnya digunakan sebagai penghias kuku/pewarna merah. Pacci dalam
bahasa Bugis disinonim dengan Salah satu bentuk budaya yang dapat
dilihat adalah adat istiadat. Setiap daerah memiliki adat istiadat yang
berbeda-beda dan memiliki nilai-nilai tersendiri dalam penerapannya di
masyarakat.

Salah satunya adalah tradisi upacara adat mappacci pada


pernikahan Suku Bugis yang ada di kecamatan Wawotobi Kabupaten
Konawe. Upacara adat mappacci merupakan sebuah rangkaian perayaan
pesta pernikahan di kalangan masyarakat Bugis yang masih kental dengan
adat istiadatnya. Seluruh keluarga, kerabat dan undangan dipersilahkan
secara berturut-turut meletakkan macam daun-daunan di atas telapak
tangan calon mempelai

Dalam bahasa Bugis disebut daun pacci yang di asosiasikan dengan


kata paccing (bersih). Oleh karena itu, Mappacci juga memiliki pengertian
pensucian diri, sekaligus sebagai wahana pewarisan nilai-nilai kesucian
bagi pengantin. Pada prosesi mappacci terkadang penggunaan simbol
memiliki sarat makna yang butuh pemahaman mendalam guna
memahaminya, mappacci yang dimaksudkan membersihkan segala
sesuatu dan mensucikan diri dari hal yang tidak baik, yang melambangkan
kesucian hati calon pengantin menghadapi hari esok, khususnya memasuki
bahtera rumah tangga.(H.Maktang:2017). Kalangan masyarakat suku
Bugis yang masih kuat memegang prinsip kekerabatan yang berdasarkan
prinsip keturunan, Maka penikahan merupakan suatu nilai hidup untuk
dapat meneruskan keturunan, Mempertahankan silsilah dan kedudukan
sosial yang bersangkutan, sehingga pernikahan yang demikian di
langsungkan dengan berdasarkan peraliran darah atau keturunan dari
Ayah maupun Ibu. Ada kalangan upacara pernikahan hanya sekedar
rmemperingati momentum sejarah, tetapi kadang-kadang upacara
pernikahan terlalu berlebihan sehingga banyak mendatangkan mudarat
dan dampak negative bagi masyarakat.

Demikian pula yang terjadi pada masyarakat Bugis Kecamatan


Wawotobi Kabupaten Konawe terdapat bagian-bagian tertentu pada
rangkaian upacara tersebut yang bersifat tradisional. Penelitian ini
mengkaji tentang makna simbolik suatu tradisi yang memiliki arti yang
teramat dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna simbolik
yang terkandung dalam proses tradisi budaya mappacci adat Bugis di
daerah Kecamatan Wawotobi. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar
dilakukan, yaitu prosesi mappacci mempunyai gagasan cerita yang
menarik untuk dikaji dan sampai sekarang masih dipertahankan oleh
masyarakat suku Bugis karena mereka sangat percaya bahwa upacara
mapacci membawa kesucian dan kebersihan hati ataupun jiwa pengantin.
Kemduian dilihat dari segi makna dan proses mappacci sangat relevan
dengan kondisi masyarakat modern saat ini. Sepanjang pegetahuan
penulis, prosesi mappacci belum pernah dianalisis secara khusus dengan
menggunakan makna simbolik.

Cara memberi daun pacci kepada calon mempelai adalah sebagai


berikut.

a. Calon mempelai yang telah dirias sebagaimana layaknya pengantin


didudukan di atas lamming (pelaminan) dan didampingi oleh seorang
indo’botting(jururiaspengantin), di depannya di letakkanbantal yang
dilapisi daun sirih. Kedua tangannya diletakkan di atas bantal dan daun
sirih tersebut. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerima daun pacci yang
akan diberikan oleh orang-orang yang akan melakukan mappaci

b.Diambil sedikit daun pacci yang telah dihaluskan, laludiletakkan


ketangancalonmempelai. Pertama ke telapak tangan kanan, kemudian
telapak tangan kiri, kemudian di jidat, lalu disertai dengan doa semoga
calon mempelai kelak dapat hidup dengan bahagia.

c.Sesekali indo’botting ataupun mereka yang meletakkan pacci


menghamburkan wenno atau butiran beras kepada calon mempelai
sebenyak tiga kali disertai dengan doa. Agar calon mempelai dapat
mekar berkembang serta murah rezeki dikemudian hari.

Makna Ritual Upacara Mappacci

1.Makna utamanya adalah kesucian hati calon mempelai


Menghadapihari esok memasuki bahtera rumah tangga,untuk melepas
masa gadisnya masa remajanya (masa lajangnya) begitu pun dengan
laki-lakinya.
2.Pacci,sebelum pewarnaan yang ditempelkan di kuku atau telapak, yang
memaknai tangan,maka pacci tersebut berubah menjadi warna
merah pada kuku dan sangat sukar/sulit untuk
menghilangkannya.Pewarnaan kuku suatu yang melambangkan
harapan semoga pernikahan nanti akan berlangsung dengan langgeng
(selamanya) menyatu antara keduanya, serta kekal bahagia seumur
hidupnya.
3.Malam mappacci ini merupakan acara hidmat, penuh doa dan restu dari
para keluarga dan undangan calon mempelai.Semoga doa restu para
keluarga dan undangan dapat mengukir kebahagiaan kedua pasangan
suami istri kelak dalam membina rumah tangga yang sakinah,
mawaddah,dan warahmah. Rumah tangga yang bahagia penuh rasa cinta
kasih sayang, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw “baetti jannati”
yang artinya rumahku adalah surgaku.
4.Di dalampelaksanaan upacara ritual mappacciakan melibatkan pasangan
tujuh atau sembilan pasang. Dalam bahasa Bugis pitu atau
duakkaserra yang maksudnya sembilan orang dari keluarga ayah,
sudah termasuk ayah sendiri dansembilan dari keluarga ibu sudah
termasuk ibu sendiri.Satu persatu mereka dimintai mengambil sedikit
daun pacci yang telah dihaluskan dan diletakkan di telapak tangan
calon mempelai perempuan maupun calon mempelai laki-laki, tentu
dengan disertai dengan doa dan restu untuk calon pengantin.
Keluarga dan tamu yang diminta untuk meletakkan pacci adalah
orang-orang yang mempunyai kedudukan sosial yang baik dan
mempunyai kehidupanrumah tangga yang bahagia. Semua ini
mengandung makna agar calon mempelai kelak di kemudian hari
dapat hidup bahagia seperti mereka yang meletakkan pacci diatas
tangannya.

Kesimpulan
Ritual upacaramappacci diartikan sebagai bersih dan suci, yang
bertujuan membersihkan jiwa dan raga calon mempelai sebelum
mengarungi bahtera rumah tangga. Inti dari upacara prosesi
mappacci adalah pemberian daun pacci (daun pacar) oleh
keluargayang telah ditetapkan. Satu persatu mereka dimintai
mengambil sedikit daun pacci yang telah dihaluskan dan
diletakkan di telapak tangan calon mempelai perempuan maupun
calon mempelai laki-laki tapi tentunya pelaksanaannyaterpisah.
Keluarga dan tamuyangdiminta untuk meletakkan pacci adalah orang-
orang yang mempunyai kedudukan sosial yang baik dan mempunyai
kehidupanrumah tangga yang bahagia. Semua ini mengandung makna
agar calon mempelai kelak di kemudian hari dapat hidup bahagia
seperti mereka yang meletakkan pacci di atas tangannya
Referensi
https://e-journal.my.id/onoma/article/view/1414/1188

Kasmawati, Kasmawati, et al. "Bentuk dan Makna Ritual Mappacci pada


Pernikahan Bangsawan Bugis (Studi Kasus di Desa Benteng Gantarang
Kabupaten Bulukumba)." Jurnal Onoma: Pendidikan, Bahasa, Dan
Sastra 7.2 (2021): 721-729.

http://103.76.50.195/semnaslemlit/article/view/11692Jamilah, Jamilah,
and Selfiana Saenal. "Makna Tari Pada Upacara Mappaci dalam
Masyarakat di Kabupaten Bone." Seminar Nasional LP2M UNM. 2019.

http://dikdaya.unbari.ac.id/index.php/dikdaya/article/view/213/202

Aminah, Sitti. "Analisis Makna Simbolik pada Prosesi Mappacci


Pernikahan Suku Bugis di Kecamatan Wawotobi Kabupaten
Konawe." Jurnal Ilmiah Dikdaya 11.2 (2021): 176-183.

http://jurnal.unissula.ac.id/public/journals/5/
pageHeaderTitleImage_en_US.png

Anisaningtyas, Galuhpritta, and Yulianti Dwi Astuti. "Pernikahan di


kalangan mahasiswa S-1." Proyeksi: Jurnal Psikologi 6.2 (2021): 21-33.

https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0,5&qsp=7&q=menggunakan+metode+normatif+sekunder&
qst=ib#d=gs_qabs&u=%23p%3DvjaD5knsJXwJ

Benuf, Kornelius, and Muhamad Azhar. "Metodologi Penelitian Hukum


sebagai Instrumen Mengurai Permasalahan Hukum Kontemporer." Gema
Keadilan 7.1 (2020): 20-33.

Anda mungkin juga menyukai