Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Dalam masyarakat adat terdapat berbagai macam adat yang berlaku didalamnya, salah satunya di masyarakat desa Sukowiyono kabupaten Tulungagung. Penjelasan tentang judul yang diambil merupakan adanya empat sifat yang dibahs lebih mendalam dalam makalah pembahasan, supaya budaya dan hukum adat masyarakat lebih bisa dipahami dan dimengerti oleh seluruh masyarakat adat, walaupun antara masyarakat adat yang satu dan yang lain tidak menutup kemungkinan adanya kemiripan dalam penerapan hukum adat didalamnya. Sifat-sifat yang dijelaskan merupakan hasil observasi dari daerah penulis guna untuk menunjang, adanya fakta-fakta yang ilmiah tentang hukum adat yang riil ada di desa Sukowiyono kabupaten Tulungagung. Observasi dilakukan berdasarkan pengamatan dan wawancara ditambah dengan referensi dari buku untuk menunjang fakta riil dan teori yang sudah ada, supaya hasil karya makalah yang digunakan menjadi ilmiah. Kesadaran masyarakat tentang kebudayaan adat yang seharusnya lebih digali menjadi bahan acuan dalam pembuatan makalah ini. Sifat religio magis yang lebih kepada ikatan batin, hukum perkawinan yang menjadi penyatu antara insan manusia, hukum waris sebagai penentuan warisan dari sanak keluarga, dan hak ulayat yang merupakan pemakaian tanah bersama masyarakat adat untuk

digunakan sebagai pemakaian tanah bersama kegiatan-kegiatan kemasyarakatan adat dalam desa Sukowiyono. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini akan dibahas beberapa masalah sebagai berikut. Bagaimana sifat Religio Magis yang ada dalam masyarakat adat Sukowiyono? Apa hukum perkawinan yang diterapkan pada masyarakat desa Sukowiyono? Bagaimana Hukum Waris yang diterapkan pada masyarakat desa Sukowiyono? Apa hak ulayat yang terdapat pada desa Sukowiyono? Tujuan Penulisan Makalah Tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut. Penjelasan sifat Religio Magis yang ada dalam masyarakat adat Sukowiyono. Penjelasan hukum perkawinan yang diterapkan pada masyarakat desa Sukowiyono. Penjelasan Hukum Waris yang diterapkan pada masyarakat desa Sukowiyono. Penjelasan hak ulayat yang terdapat pada desa Sukowiyono.

BAB II PEMBAHASAN
Unsur Religio Magis pada Haul Pamong Desa

Dalam acara Haul Pamong, terdapat sifat religio magis, dalam acara slametan, tahlilan, serta hidangan yang disajikan dalam rangkaian acara tersebut. Menurut Mbah Marsinah (Salah satu warga di Desa Sukowiyono yang biasa menjadi panutan masyarakat adat di Sukowiyono).Bahwa di setiap slametan ada nasi dan lauk yang biasanya disebut berkat (berasal dari bahasa Arab) barakah, yang diberikan kepada semua peserta slametan, dimana mengandung makna tertentu seperti tercantum di bawah ini: Berkat isinya diantaranya: Nasi gurih (sekul wuduk) Ingkung (ayam dimasak utuh) Cabai merah utuh Kedelai hitam Bawang merah yang telah dikupas kulitnya Bunga kenanga Garam yang telah dihaluskan Urap (gudhangan dengan kelengkapannya) Kulupan ( Daun Ketela/Daun Kenikir, Kecambah, Kelapa Muda) Maknanya : Sebutan kulupan yang biasa disebut oleh masyarakat desa adalah Metri,yang merupakan simbol keselamatan,kesehatan para pamong.

Kue apem yang di dalamnya diberi uang logam, ketan, kolak (semuanya diletakkan dalam satu takir) Kue apem disini mempunyai maksud dan arti tersendiri. Kata Apem dalam sejarahnya berasal dari kata Afwan yang artinya maaf dari dosa. Maksud bahwa orang yang mengadakan selamatan kematian itu adalah untuk memohon maafkan arwah keluarga dari dosanya semasa masih hidup. Dimana Kue Apem bagi masyarakat desa Sukowiyono sudah menjadi kue wajib yang harus disertakan pada saat slametan, kue-kue lainnya diperbolehkan disertakan namun kue-kue ini konteksnya sebagai kue tambahan saja. Penjelasannya sebagai berikut : Pelaksanaan tahlilan (selamatan kematian), menurut Bapak

Suyitno( Sekretaris Umum Desa Sukowiyono), diawali oleh undangan secara lisan oleh perangkat desa kepada warga desa. Acara tahlilan baru dimulai apabila para undangan sudah banyak yang datang dan dianggap cukup. Acara tahlilan, sebagaimanaa cara-acara lain, dimulai dengan pembukaan dan diakhiri dengan pembagian makanan kepada para hadirin. Kaitannya dengan masalah makanan dalam acara tersebut, pihak pejabat desa menyajikannya dua kali, yaitu untuk disantap bersama di balai desa, tempat mereka berkumpul dan untuk dibawa pulang ke rumah masing- masing, yang disebut dengan istilah berkat (berasal dari bahasa Arab)barakah. Proses berjalannya acara yang sudah menjadi adat kebiasaan, dipimpin oleh

seorang tokoh masyarakat, pembacaan tahlil dan Al-Quran serta pembacaan doa-doa bersama yang khusus ditujukan pada pamong desa yang telah meninggal. Tidak hanya itu karena ritual tahlilan ini juga diisi dengan tawasultawasul kepada Nabi,sahabat dan para wali serta juga keluarganya yang telah meninggal. Biasanya ritual yang dilakukan dimulai dengan pembacaan surat Yasin, pembacaan tahlil dan ditutup dengan pembacaan doa. Unsur Hukum Perkawinan Pada masyarakat adat desa Sukowiyono adat perkawinan yang digunakan hampir sama dengan yang digunakan pada masyarakat jawa pada umumnya, diantaranya sebagai berikut. Lamaran Jika keduanya sudah merasa cocok, maka orangtua pengantin laki-laki mengirim utusan ke orangtua pengantin perempuan untuk melamar puteri mereka. Orangtua dari kedua pengantin telah menyetujui lamaran perkawinan. Biasanya orangtua perempuan yang akan mengurus dan mempersiapkan pesta perkawinan. Mereka yang memilih perangkat dan bentuk pernikahan. Persiapan Perkawinan Acara yang ada dalam desa Sukowiyono. Pemaes yaitu dukun pengantin wanita yang menjadi pemimpin dari acara pernikahan, Dia mengurus dandanan dan pakaian pengantin laki-laki dan pengantin perempuan yang bentuknya berbeda selama pesta pernikahan. Karena upacara pernikahan adalah pertunjukan yang besar, maka selain Pemaes yang memimpin acara pernikahan, dibentuk pula Panitia kecil terdiri dari teman dekat, keluarga dari kedua mempelai.
5

Pemasangan dekorasi (Janur Kuning) Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang dari rumah orangtua wanita dihias dengan Tarub (dekorasi tumbuhan), Yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang, tebu, buah kelapa dan daun beringin yang memiliki arti agar Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana saja. Pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan akan merawat keluarga mereka. Dekorasi yang lain yang disiapkan adalah kembang mayang, yaitu suatu karangan bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun pohon kelapa (masyarakat adat menyebutnya janur). Upacara Midodareni Pengantin wanita harus tinggal di kamar dari jam enam sore sampai tengah malam dan ditemani oleh keluarga atau kerabat dekat perempuannya. Biasanya mereka akan memberi saran dan nasihat. Keluarga dan teman dekat dari pengantin wanita akan datang berkunjung, dan semuanya harus wanita. Srah Srahan Kedua keluarga menyetujui pernikahan. Mereka akan menjadi besan. Keluarga dari pengantin laki-laki berkunjung ke keluarga dari pengantin perempuan sambil membawa hadiah. Dalam kesempatan ini, kedua keluarga beramah tamah. Upacara Ijab Kabul Upacara Ijab merupakan syarat yang paling penting dalam mengesahkan pernikahan. Pelaksanaan dari Ijab sesuai dengan agama dari pasangan pengantin. Pada saat ijab orang tua pengantin perempuan menikahkan anaknya kepada pengantin pria. Dan pengantin pria menerima nikahnya pengantin wanita yang

disertai dengan penyerahan mas kawin bagi pengantin wanita. Pada saat ijab ini akan disaksikan oleh Penghulu atau pejabat pemerintah yang akan mencatat pernikahan mereka. Dalam ijab qobul ini juga dihadri Modin yang dikenal sebagai kepala dusun sekaligus kepala masyarakat dusun yang dianggap mengerti adat. Upacara panggih Pertemuan antara pengantin wanita dengan pengantin laki-laki di depan rumah yang di hias dengan tanaman Tarub. Pengantin laki-laki di antar oleh keluarganya, tiba di rumah dari orangtua pengantin wanita dan berhenti di depan pintu gerbang. Pengantin wanita, di antar oleh dua wanita yang dituakan, berjalan keluar dari kamar pengantin. Orangtuanya dan keluarga dekat berjalan di belakangnya. Upacara balangan suruh Pengantin wanita bertemu dengan pengantin laki-laki. Mereka mendekati satu sama lain, jaraknya sekitar tiga meter. Mereka mulai melempar sebundel daun betel dengan jeruk di dalamnya bersama dengan benang putih. Mereka melakukannya dengan keinginan besar dan kebahagian, semua orang tersenyum bahagia. Menurut kepercayaan kuno, daun betel mempunyai kekuatan untuk menolak dari gangguan buruk. Dengan melempar daun betel satu sama lain, itu akan mencoba bahwa mereka benar-benar orang yang sejati, bukan setan atau orang lain yang menganggap dirinya sebagai pengantin laki-laki atau perempuan. Upacara wiji dadi Pengantin laki-laki menginjak telur dengan kaki kanannya. Pengantin perempuan mencuci kaki pengantin laki-laki dengan menggunakan air dicampur dengan bermacam-macam bunga. Itu mengartikan, bahwa pengantin laki-laki siap untuk

menjadi ayah serta suami yang bertangung jawab dan pengantin perempuan akan melayani setia suaminya. Tukar cincin Pertukaran cincin pengantin simbol dari tanda cinta. Upacara dahar kembul Pasangan pengantin makan bersama dan menyuapi satu sama lain. Pertama, pengantin laki-laki membuat tiga bulatan kecil dari nasi dengan tangan kanannya dan di berinya ke pengantin wanita. Setelah pengantin wanita memakannya, dia melakukan sama untuk suaminya. Setelah mereka selesai, mereka minum teh manis. Upacara itu melukiskan bahwa pasangan akan menggunakan dan menikmati hidup bahagia satu sama lain. Upacara sungkeman Kedua mempelai bersujut kepada kedua orangtua untuk mohon doa restu dari orangtua mereka masing-masing. Pertama ke orangtua pengantin wanita, kemudian ke orangtua pengantin laki-laki. Selama Sungkeman sedang berlangsung, Pemaes mengambil keris dari pengantin laki-laki. Setelah Sungkeman, pengantin laki-laki memakai kembali kerisnya. Pesta pernikahan Setelah upacara pernikahan selesai, selanjutnya diakhiri dengan pesta pernikahan. Menerima ucapan selamat dari para tamu dan undangan. Hukum Waris dalam Masyarakat Sukowiyono Hukum waris yang berlaku pada masyarakat Sukowiyono, pada dasarnya

menyamakan antara hak anak perempuan dan anak laki-laki. Seperti pada desa Sukowiyono. Seperti jika orang tuanya mempunyai 2 tanah dan 1 rumah yang ditinggali dan juga mempunyai 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki, maka hak ini dibagi rata. Hukum Waris ada yang menggunakan hukum waris Islam, dan hukum waris adat. Jika ada salah satu warga masyarakat yang mengerti tentang hukum islam secara lebih mendalam, maka warga tersebut akan menggunakan hukum waris islam dalam pembagian warisan kepada keluarga, disesuaikan dengan peraturan yang ada dalam Islam. Namun jika ada warga yang justru menggunakan hukum waris tradisi untuk pembagian harta warisan kepada pihak penerima waris maka juga diperbolehkan. Pada masyarakat desa Sukowiyono hukum warisnya lebih bersifat flexibel, dalam artian membebaskan masyarakat sekitar untuk menentukan sendiri dalam pemakaian hukum waris. Sampai saat ini saya sebagai salah satu warga desa Sukowiyono masih belum menemukan adanya salah satu pihak keluarga yang tidak terima dengan pembagian waris yang kasusnya sampai dibawa ke ranah hukum. Pada umumnya jika ada permasalahan terkait dengan ketidak terimaan pembagian waris, masih diselesaikan dnegan cara musyawarah mufakat. Contohnya seperti salah satu kasus wrga desa Sukowiyono mengenai Hukum Waris. Ada sebuah keluarga yang bisa dibilang merupakan keluarga besar, sehingga hartanya tidak mudah dibagai rata, karena orang tuanya sudah meninggal dan tidak meninggalkan wasiat waris, maka sesuai dengan forum keluarga

disepakati kalau tanah yang ada dijual, dan hasil penjualannya dibagi rata pada tujuh bersaudara. Hak Ulayat dalam Mayarakat Sukowiyono Peraturan Menteri Negara Agraria (PMNA)/Ka BPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wewenang Masyarakat Adat atas Tanah dan Sumber Daya Hutan yang dimaksud umumnya mencakup; 1) Mengatur dan menyelenggarakan penggunaan tanah untuk pemukiman, bercocok tanam, dan lain-lain, ataupun persediaan lahan dalam rangka pembuatan pemukiman atau percetakan persawahan baru, dan juga mengatur tentang pemeliharaan tanah. 2) Mengatur dan menentukan hubungan hukum antara orang dengan tanah serta memberikan hak tertentu kepada subyek tertentu. 3) Mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatanperbuatan hukum yang berkenaan dengan tanah, misalnya; jual beli, hibah, gadai, warisan dan lain-lain. Hak ulayat dapat juga berupa; sungai, pantai, gunung, tanah, air, binatang, dan lain-lain. Namun dari semua hak ulayat yang merupakan objek dari masyarakat hukum adat, tanah ulayat dan hutan adat adalah dua objek yang lebih sering dipersoalkan dan dikaji akhir-akhir ini, terutama pasca Reformasi. Hubungan antara masyarakat dengan tanah menurut hukum adat sangat erat. Hal ini sebagaimana dikemukakan Ter Haar yang dikutip oleh Bushar Muhammad, yang menyatakan bahwa di dalam hukum adat, antara masyarakat

sebagai kesatuan dengan tanah yang didudukinya terdapat hubungan erat sekali, hubungan yang bersumber pada pandangan yang bersifat religiomagis. Dalam hukum adat, hak atas tanah ada dua macam, yaitu hak persekutuan hukum (hak masyarakat hukum adat) dan hak perseorangan wewengkon. Seperti halnya pada masyarakat desa Sukowiyono yang menjadikan Balai Desa sebagai tanah untuk pusat kegiatan bersama masyarakat, baik pemilihan kepala desa, adanya peringatan haul pamong, kegiatan fungsionalis desa,dsb. Prof. Mr. Cornelis van Vollenhoven membagi Indonesia menjadi 19 lingkungan hukum adat (rechtsringen). Satu daerah yang garis-garis besar, corak dan sifat hukum adatnya seragam disebutnya sebagai rechtskring. Setiap lingkungan hukum adat tersebut dibagi lagi dalam beberapa bagian yang disebut Kukuban Hukum (Rechtsgouw). Dan Kabupaten Tulungagung Desa Sukowiyono tercakup dalam bagian Jawa Pusat, Jawa Timur serta Madura (Jawa Pusat, Kedu, Purworejo, Tulungagung, Jawa Timur, Surabaya, Madura

BAB III PENUTUP


Simpulan Dalam acara Haul Pamong, terdapat sifat religio magis, dalam acara slametan, tahlilan, serta hidangan yang disajikan dalam rangkaian acara tersebut. Pada masyarakat adat desa Sukowiyono adat perkawinan yang digunakan hampir sama dengan yang digunakan pada masyarakat jawa pada umumnya, Diantaranya sebagai berikut. Lamaran, Persiapan Perkawinan, Pemasangan dekorasi (Janur Kuning), Upacara

11

Midodareni, Srah Srahan, Upacara Ijab Kabul, Upacara panggih, Tukar cincin, Upacara dahar kembul, Upacara sungkeman,Pesta pernikahan. Peraturan Menteri Negara Agraria (PMNA)/Ka BPN Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat Wewenang Masyarakat Adat atas Tanah dan Sumber Daya Hutan yang dimaksud umumnya mencakup; 1) Mengatur dan menyelenggarakan penggunaan tanah untuk pemukiman, bercocok tanam, dan lain-lain, ataupun persediaan lahan dalam rangka pembuatan pemukiman atau percetakan persawahan baru, dan juga mengatur tentang pemeliharaan tanah. 2) Mengatur dan menentukan hubungan hukum antara orang dengan tanah serta memberikan hak tertentu kepada subyek tertentu. 3) Mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatanperbuatan hukum yang berkenaan dengan tanah, misalnya; jual beli, hibah, gadai, warisan dan lain-lain. Hukum waris yang berlaku pada masyarakat Sukowiyono, pada dasarnya menyamakan antara hak anak perempuan dan anak laki-laki. Seperti pada desa Sukowiyono. Seperti jika orang tuanya mempunyai 2 tanah dan 1 rumah yang ditinggali dan juga mempunyai 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki, maka hak ini dibagi rata. Hukum Waris ada yang menggunakan hukum waris Islam, dan hukum waris adat. Saran

Masyarakat adat utamanya di desa Sukowiyono, kabupaten Tulungagung lebih membudayakan dan menggali nilai-nilai adat didalamnya. Todak sekadara hanya mengikuti tradisi yang tanpa tahu maknanya, tetapi akan lebih baik jika masyarakat lebih mengerti mengenai unsur-unsur nilai yang terkandung didalamnya. Supaya tradisi ini tidak kehilangan jati dirinya sebagai tradisi yang hanya diikuti tanpa dipahami dan dimengerti makna nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pemerintah seharusnya lebih memberi perhatian khusus pada kebudayaan adat yang terkandung dalam wilayahnya dalam hal ini pemerintah wilayah kabupaten Tulungagung. Sehingga rakyat merasa diperhatikan, bahkan di desa Sukowiyono ada suatu tradisi yang setelah pemulis telusuri ternyata tradisi ini merupakan yang pertama ada di Tulungagung. Tradisi acara Haul Pamong yang sudah penulis paparkan di bagian pembahasan, dengan demikian seharusnya makin digalakkan lagi kebudayaan adat yang mengandung nilai-nilai sosial yang tinggi dalam masyarakt, guna menciptakan masyarakat yang sadar akan budaya dan adatnya sendiri.

13

DAFTAR RUJUKAN Pengantar Hukum Adat Indonesia Edisi II, TARSITO, Bandung.Soerjo W, 1984, Pengantardan Asas-asas Hukum Adat, P.T. Gunung Agung.

Anda mungkin juga menyukai