BAHASA JAWA
Kelompok 1 :
1. M. Kurniawan (13)
2. Slamet Setiyo Wartono (25)
3. Reza Maulana (19)
4. Muhamad Solehudin (14)
5. Zainal Mustofa (28)
6. Nurman W. (17)
Bila tanggal dan hari pernikahan sudah disetujui, maka dilakukan langkah selanjutnya
yaitu pemasangan tarub menjelang hari pernikahan. Tarub dibuat dari daun kelapa yang
sebelumnya telah dianyam dan diberi kerangka dari bambu, dan ijuk atau welat sebagai
talinya. Agar pemasangan tarub ini selamat, dilakukan upacara sederhana berupa
penyajian nasi tumpeng lengkap. Bersamaan dengan pemasangan tarub, dipasang juga
tuwuhan. Yang dimaksud dengan tuwuhan adalah sepasang pohon pisang raja yang
sedang berbuah, yang dipasang di kanan kiri pintu masuk. Pohon pisang melambangkan
keagungan dan mengandung makna berupa harapan agar keluarga baru ini nantinya
cukup harta dan keturunan. Biasanya di kanan kiri pintu masuk juga diberi daun kelor
yang bermaksud untuk mengusir segala pengaruh jahat yang akan memasuki tempat
upacara, begitu pula janur yang merupakan simbol keagungan.
Midodareni
Akad nikah adalah inti dari acara perkawinan. Biasanya akad nikah dilakukan sebelum
acara resepsi. Akad nikah disaksikan oleh sesepuh/orang tua dari kedua calon penganten
dan orang yang dituakan. Pelaksanaan akad nikah dilakukan oleh petugas dari catatan
sipil atau petugas agama.
Panggih
Upacara panggih dimulai dengan pertukaran kembar mayang, kalpataru dewadaru yang
merupakan sarana dari rangkaian panggih. Sesudah itu dilanjutkan dengan balangan
suruh, ngidak endhog, dan mijiki.
Balangan suruh
Upacara balangan suruh dilakukan oleh kedua pengantin secara bergantian. Gantal yang
dibawa untuk dilemparkan ke pengantin putra oleh pengantin putri disebut gondhang
kasih, sedang gantal yang dipegang pengantin laki-laki disebut gondhang tutur. Makna
dari balangan suruh adalah berupa harapan semoga segala goda akan hilang dan
menjauh akibat dari dilemparkannya gantal tersebut. Gantal dibuat dari daun sirih yang
ditekuk membentuk bulatan (istilah Jawa: dilinting) yang kemudian diikat dengan
benang putih/lawe. Daun sirih merupakan perlambang bahwa kedua penganten
diharapkan bersatu dalam cipta, karsa, dan karya.
Ngidak endhok
Upacara ngidak endhog diawali oleh juru paes, yaitu orang yang bertugas untuk merias
pengantin dan mengenakan pakaian pengantin, dengan mengambil telur dari dalam
bokor, kemudian diusapkan di dahi pengantin pria yang kemudian pengantin pria
diminta untuk menginjak telur tersebut. Ngidak endhog mempunyai makna secara
seksual, bahwa kedua pengantin sudah pecah pamornya
Wiji dadi
Upacara ini dilakukan setelah acara ngidak endhok. Setelah acara ngidak endhog,
pengantin wanita segera membasuh kaki pengantin pria menggunakan air yang telah
diberi bunga setaman. Mencuci kaki ini melambangkan suatu harapan bahwa benih
yang akan diturunkan jauh dari mara bahaya dan menjadi keturunan yang baik.
Timbangan
Caranya pengantin pria menuangkan raja kaya dari kantong kain, sedangkan pengantin
wanitanya menerimanya dengan kain sindur yang diletakkan di pangkuannya. Kantong
kain berisi dhuwit recehan, beras kuning, kacang kawak, dhele kawak, kara, dan bunga
telon (mawar, melati, kenanga atau kanthil). Makna dari kacar kucur adalah
menandakan bahwa pengantin pria akan bertanggungjawab mencari nafkah untuk
keluarganya. Raja kaya yang dituangkan tersebut tidak boleh ada yang jatuh sedikitpun,
maknanya agar pengantin wanita diharapkan mempunyai sifat gemi, nastiti, surtini, dan
hati-hati dalam mengatur rejeki yang telah diberikan oleh suaminya.
Dulangan
Dulangan merupakan suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin saling
menyuapkan makanan dan minuman. Makna dulangan adalah sebagai simbol seksual,
saling memberi dan menerima.
Sungkeman
Sungkeman adalah suatu upacara yang dilakukan dengan cara kedua pengantin duduk
jengkeng dengan memegang dan mencium lutut kedua orangtua, baik orangtua
pengantin putra maupun orangtua pengantin putri. Makna upacara sungkeman adalah
suatu simbol perwujudan rasa hormat anak kepada kedua orangtua
Kirab
Upacara kirab berupa arak-arakan yang terdiri dari domas, cucuk lampah, dan keluarga
dekat untu menjemput atau mengiringi pengantin yang akan keluar dari tempat panggih
ataupun akan memasuki tempat panggih. Kirab merupakan suatu simbol penghormatan
kepada kedua pengantin yang dianggap sebagai raja sehari yang diharapkan kelak dapat
memimpin dan membina keluarga dengan baik.
Jenang Sumsuman
Upacara jenang sumsuman dilakukan setelah semua acara perkawinan selesai. Dengan
kata lain, jenang sumsuman merupakan ungkapan syukur karena acara berjalan dengan
baik dan selamat, tidak ada kurang satu apapun, dan semua dalam keadaan sehat
walafiat. Biasanya jenang sumsuman diselenggarakan pada malam hari, yaitu malam
berikutnya setelah acara perkawinan.
Boyongan/Ngunduh Manten
Disebut dengan boyongan karena pengantin putri dan pengantin putra diantar oleh
keluarga pihak pengantin putri ke keluarga pihak pengantin putra secara bersama-sama.
Ngunduh manten diadakan di rumah pengantin laki-laki. Biasanya acaranya tidak
selengkap pada acara yang diadakan di tempat pengantin wanita meskipun bisa juga
dilakukan lengkap seperti acara panggih biasanya. Hal ini tergantung dari keinginan dari
pihak keluarga pengantin laki-laki. Biasanya, ngundhuh manten diselenggarakan
sepasar setelah acara perkawinan
Makna atau Simbol yang Tersirat dalam Unsur Upacara Pernikahan
* Ubarampe tarub (pisang, padi, tebu, kelapa gading, dan dedaunan): bermakna bahwa
kedua mempelai diharapkan nantinya setelah terjun dalam masyarakat dapat hidup
sejahtera, selalu dalam keadaan sejuk hatinya, selalu damai (simbol dedaunan),
terhindar dari segala rintangan, dapat mencapai derajat yang tinggi (simbol pisang raja),
mendapatkan rejeki yang berlimpah sehingga tidak kekurangan sandang dan pangan
(simbol padi), sudah mantap hatinya dalam mengarungi bahtera rumah tangga (simbol
tebu), tanpa mengalami percekcokan yang berarti dalam membina rumah tangga dan
selalu sehati (simbol kelapa gading dalam satu tangkai), dan lain-lain.
* Air kembang : bermakna pensucian diri bagi mempelai sebelum bersatu.
* Pemotongan rambut : bermakna inisiasi sebagai perbuatan ritual semacam upacara
kurban menurut konsepsi kepercayaan lama dalam bentuk mutilasi tubuh.
* Dodol dhawet : bermakna apabila sudah berumah tangga mendapatkan rejeki yang
berlimpah ruah dan bermanfaat bagi kehidupan berumah tangga.
* Balangan suruh : bermakna semoga segala goda akan hilang dan menjauh akibat dari
dilemparkannya gantal tersebut.
* Midak endhog : bermakna bahwa pamor dan keperawanan sang putri akan segera
hilang setelah direngkuh oleh mempelai laki-laki. Setelah bersatu diharapkan segera
mendapat momongan seperti telur yang telah pecah.
* Timbangan : bermakna bahwa kedua mempelai mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dan tidak ada bedanya di hadapan orang tua maupun mertua.
* Kacar-kucur : bermakna bahwa mempelai laki-laki berhak memberikan nafkah lahir
batin kepada mempelai putri dan sebaliknya pengantin putri dapat mengatur keuangan
dan menjaga keseimbangan rumah tangga.
* Dulangan : bermakna keserasian dan keharmonisan yang akan diharapkan setelah
berumah tangga, dapat saling memberi dan menerima.
* Sungkeman : bermakna mohon doa restu kepada orangtua dan mertua agar dalam
membangun rumah tangga mendapatkan keselamatan, dan terhindar dari bahaya.
Gambar-gambar susunan nikah adat jawa
Upacara panggih = Temu . Upacara ini seharusnya diadakan di rumah pengantin putri.
Tapi, di era sekarang ini, sering diadakan di gedung pertemuan, dimana resepsi akan
dilaksanakan, dengan alasan efisiensi waktu dan tempat.
Tanda bukti Seorang istri kepada suami, serta kesiapan seorang suami untuk kepala
keluarga yang bertanggung jawab.
Sebelum memulai sungkem, keris pengantin kakung harus dilepas dulu. Mengapa keris
harus dilepas? Takut terjadi. menghadap sesepuh/raja, harus menanggalkan senjata!
Yang pertama-tama disungkemi adalah orang tua pengantin putri, setelah itu baru
orangtua pengantin kakung
Tradisi Kelahiran Adat Jawa
Berikut ini akan diulas lagi tentang upacara-upacara yang diselenggarakan pada
masa kelahiran anak. Upacara yang diselenggarakan dalam masa kelahiran anak yaitu
upacara mendhem ari-ari, upacara brokohan, upacara puputan atau dhautan, upacara
sepasaran, dan upacara selapanan.
Tata Cara/Adat
Ari-ari setelah dicuci bersih dimasukkan ke dalam periuk yang terbuat dari tanah
(kendhil). Di beberapa tempat, periuk dari tanah ini dapat diganti dengan tempurung
kelapa dan tabonan kelapa. Sebelumnya kendhil diberi alas daun senthe yang di atasnya
diletakkan beberapa barang yang merupakan syarat. Syarat yang dimaksud di beberapa
daerah berlainan jenisnya, yaitu:
1. kembang boreh, lenga wangi, kunir bekas alas untuk memotong usus, welat
(pisau yang terbuat dari potongan bambu tipis) yang dipakai untuk memotong
usus, garam, jarum, benang, gereh pethek, gantal dua kenyoh, kemiri gepak
jendhul, tulisan huruf Jawa (ha na ca ra ka, ...), tulisan huruf Arab, tulisan huruf
latin (a, b, c, ...), dan uang sagobang;
2. biji kemiri gepak jendhul, jarum, gereh, beras merah, kunyit, garam, dan kertas
tulisan Arab;
3. pensil, buku, kertas tulisan Arab, tulisan Jawa, dan tulisan latin. Selain itu, bagi
bayi perempuan ke dalam kendhil dimasukkan juga empon-empon seperti temu
ireng, kunir, dlingo bengle, bawang merah, bawang putih, benang, dan jarum.
Bagi bayi laki-laki, dimasukkan juga uang logam Rp 100,00
Setelah beberapa syarat itu dimasukkan disusul kemudian dengan ari-ari, kendhil
ditutup dengan lemper yang masih baru lalu dibungkus dengan kain mori yang juga
masih baru.
Pelaku atau orang yang menanam ari-ari haruslah ayah kandung si bayi dengan
mengenakan pakaian tradisi lengkap, yaitu: bebedan dan mengenakan blangkon.
Kendhil berisi ari-ari digendhong dan dibawanya ke tempat penguburan dengan
dipayungi. Timbunan tanah untuk mengubur ari-ari dipagari dan di atasnya ditaburi
kembang setaman (bunga mawar, melati, dan kenanga). Di atasnya dipasang lampu
yang dinyalakan setiap malam selama selapan (35 hari). Tempat penguburan ari-ari ini
biasanya terletak di samping kanan pintu masuk.
Terdapat beberapa variasi cara merawat ari-ari. Meskipun berbeda cara, variasi-
variasi tersebut pada dasarnya mempunyai esensi yang sama, yaitu merawat ari-ari yang
dipercaya sebagai saudara kembar si bayi. Selain yang telah tersebut di atas, yaitu
dikubur, ari-ari dirawat dengan langsung dilabuh di sungai. Variasi yang lain adalah ari-
ari digantung di luar rumah. Bila anak sudah besar, ari-ari itu dilabuh sendiri oleh anak
tersebut.
Upacara Brokohan
Upacara brokohan diselenggarakan pada sore hari setelah kelahiran anak dengan
mengadakan selamatan atau kenduri yang dihadiri oleh dukun perempuan (dukun
beranak), para kerabat, dan ibu-ibu tetangga terdekat. Setelah kenduri selesai, para
hadirin segera membawa pulang sesajian yang telah didoakan. Biasanya sesajian sudah
dikemas dalam besek, yaitu suatu wadah yang terbuat dari sayatan bambu
.
Sesajian yang dipersiapkan pada upacara brokohan, antara lain: minuman dhawet,
jangan menir, sekul ambeng: nasi dicampur lauk pauk jeroan, pecel dicampur lauk ayam
matang, telur mentah, kembang setaman, kelapa, dan beras. Makanan yang telah matang
tersebut dapat juga diganti dengan bahan makan yang belum diolah, misalnya bawang
merah, bawang putih, lombok merah, lombok hijau, lombok rawit, gula jawa,
sebungkusteh, sebungkus gula pasir, tempe mentah, garam, beras, minyak goreng, telur
mentah, sepotong kelapa, dan penyedap rasa atau sesuai dengan kemampuan masing-
masing.
Dhautan atau puputan berasal dari kata dhaut atau puput yang berarti lepas. Upacara
puputan atau sering disebut juga dengan dhautan diselenggarakan pada sore hari untuk
menandai putusnya tali pusar bayi dengan mengadakan kenduri selamatan. Kenduri
selamatan sebagai ungkapan rasa syukur dipimpin oleh kaum dengan dihadiri oleh para
kerabat dan bapak-bapak tetangga terdekat. Sesajian yang perlu dipersiapkan pada
upacara puputan ialah sega gudangan: nasi dengan lauk pauk sayur mayur dan parutan
kelapa, jenang abang, jenang putih, dan jajan pasar.
Waktu penyelenggaraan upacara puputan tidak dapat ditentukan secara pasti karena
putusnya tali pusar masing-masing bayi tidak sama. Adakalanya tali pusar lepas setelah
bayi berumur satu minggu, adakalanya kurang dari satu minggu.
Upacara puputan ini ditandai antara lain dengan dipasangnya sawuran, yaitu bawang
merah, dlingo, bengle yang dimasukkan ke dalam ketupat, dan aneka macam duri
kemarung di sudut-sudut kamar bayi. Selain itu dipasang juga daun nanas dipoles warna
hitam putih, dedaunan apa-apa, awar-awar, dan girang, dan duri kemarung. Di halaman
rumah ditegakkan tumbak sewu. Di tempat tidur bayi diletakkan benda-benda tajam
seperti pisau, gunting.
Bayi perempuan setelah tali pusarnya lepas, pusarnya ditutupi dengan biji ketumbar
sedangkan laki-laki ditutupi dengan biji merica dengan dilekati obat tradisional Jawa
berupa ramuan benangsari bunga nagasari, dan lain-lain yang ditumbuk sampai halus.
Tali pusar yang barusaja putus dibungkus dengan kain banguntulak untul bantal si bayi
sampai bayi berumur selapan
Upacara Sepasaran
Upacara sepasaran merupakan suatu upacara yang menandai bahwa bayi telah
berumur sepasar (lima hari). Sepasar merupakan satu rangkaian hari Jawa, yaitu Pon,
Wage, Kliwon, Legi, Paing. Upacara sepasaran biasanya diselenggarakan secara
sederhana. Upacara sepasaran dilakukan pada sore hari dengan melakukan kenduri yang
disaksikan oleh keluarga dan tetangga terdekat. Kenduri atau sesajian selamatan
kemudian dibawa pulang oleh yang menyaksikannya.
Upacara sepasaran merupakan suatu upacara yang menandai bahwa bayi telah
berumur selapan (tiga puluh lima hari). Hitungan selapan itulah yang menandai bahwa
hari itulah hari weton si bayi. Upacara selapanan pada kalangan masyarakat tertentu
bersamaan dengan pemberian nama bagi si bayi. Tempat penyelenggaraan upacara
selapanan biasanya di pendapa atau di ruang samping rumah atau di suatu ruang yang
cukup luas untuk menyelenggarakan upacara.
Upacara selapanan didahului dengan upacara parasan. Parasan berasal dari kata
paras yang berarti cukur. Parasan dilakukan pertama kali oleh ayah si bayi kemudian
para sesepuh. Setelah rambut tercukur bersih, dilakukan pengguntingan kuku. Selama
pencukuran rambut dan pemotongan kuku, dhukun mengucapkan mantra-mantra
penolak bala dan membakar kemenyan. Cukuran rambut dan guntingan kuku
dimasukkan ke dalam kendhil baru kemudian dibungkus dengan kain putih (mori), lalu
dikubur di tempat penguburan ari-ari.
Upacara mencukur rambut dan menggunting kuku si bayi pada hakekatnya adalah
perbuatan ritual yaitu semacam kurban menurut konsepsi kepercayaan lama dalam
bentuk mutilasi tubuh.
Tumbak sewu, yaitu sapu lidi yang diberi bawang dan cabe, diletakkan di dekat
tempat tidur bayi. Tumbak sewu ini bermakna untuk menolak makhluk gaib
yang datang, yang mungkin akan mengganggu keselamatan si bayi. Dengan
adanya tumbak sewu ini makhluk gaib tidak akan berani mendekati si bayi.
Coreng-coreng hitam putih pada ambang pintu untuk menolak pengaruh jahat
yang akan masuk melalui pintu.
Kertas bertuliskan huruf Arab, latin, dan Jawa mengandung makna agar bayi
kelak mahir membaca ayat suci, memilki kepribadian Jawa, menguasai berbagai
pengetahuan. Syarat yang berupa benang dan jarum bagi bayi perempuan,
diharapkan agar si bayi tumbuh menjadi perempuan yang tahu
tanggungjawabnya kelak sebagai ibu/istri. Syarat yang berupa uang bagi bayi
laki-laki, diharapkan agar si bayi kelak dapat mencari nafkah bagi keluarganya.
Payung mengandung makna agar si bayi kelak menjadi orang luhur. Kain mori
putih agar si bayi kelak berhati jujur. Kuali yang dipasang terbalik (kuali bolong)
melambangkan dunia. Pelita melambangkan sinar yang menerangi kegelapan.
Daun nanas yang diolesi hitam putih menyerupai ular welang mengandung
makna magis yang mampu menakut-nakuti makhluk halus jahat yang hendak
memasuki kamar bayi.