Anda di halaman 1dari 4

Masih Gadis kah Perempuan itu?

Di daerah Sumatera Barat, yang didominasi oleh suku minangkabau, terdapat beberapa adat
yang sangat menarik. Contohnya seperti adat membeli laki-laki di Pariaman, adat menujuh
hari orang yang sudah meninggal, adat mendoa menggunakan kumayan, adat silapadusi, dan
lain sebagainya.

Nah, saya akan membahas adat silapadusi ini. Dari namanya saja kita bisa menyimpulkan
bahwa ini merupakan adat untuk perempuan. Dalam bahasa minang, padusi berarti
perempuan.

Saat perempuan akan menikah di minangkabau, hal ini menjadi titik penentuan bagaimana
harkat dan martabat keluarga serta desa/kampung halaman perempuan tersebut. Adat
silapadusi ini menentukan apakah perempuan ini sudah melakukan hal yang sangat keji atau
belum. Istilahnya bagi kita adalah perawan.

Mengapa bisa begitu? Apakah adat ini berupa alat? Bagaimana orang-orang bisa percaya
pada adat ini?

Silapadusi merupakan sebuah benda/alat yang digunakan untuk mengetahui apakah calon
pengantin perempuan masih gadis/ perawan atau tidak. Adat-adat suku minangkabau sangat
dipegang erat oleh masyarakatnya. Jadi orang-orang minangkabau percaya terhadap adat ini.

Sebelum membahas silapadusi, kita harus mengetahui urutan-urutan bagaimana pernikahan


orang dengan suku minangkabau dilakukan.

Susunan acara pernikahan dalam suku minangkabau bisa dikatakan sangat panjang. Ada 11
tahapan dalam pernikahan suku minang ini.

Tahapan pertama dinamakan dengan marasek. Karena di suku minangkabau menganut sistem
kekerabatan matrilineal. Maka pada tahap ini, utusan dari pihak calon pengantin perempuan
mendatangi keluarga calon pengantin laki-laki. Utusan pihak calon pengantin perempuan
merupakan seorang wanita yang sudah berpengalaman dan dituakan di pihak keluarga
perempuan. Marasek bertujuan untuk membuat kesepakatan antara pihak calon pengantin
perempuan dan pihak calon pengantin laki-laki, sehingga bisa dilakukan berulang kali.

Tahapan kedua yaitu maminang dan babimbang tando (meminang dan bertukar tanda).
Tahap kedua dilakukan jika pada tahap pertama terbuat kesepakatan. Tahapan ini dilakukan
oleh orang tua, ninik mamak, dan para sesepuh dari kedua belah pihak. Proses meminang
dilakukan dengan dibawakannya buah tangan (berupa sirih pinang, buah-buahan, kue, dan
lainnya) dari pihak keluarga calon pengantin perempuan untuk keluarga laki-laki. Setelah itu
dilanjutkan dengan proses bertukar tanda. Proses ini merupakan kegiatan saling menukar
benda pusaka atau benda berharga dari kedua belah pihak.

Tahapan ketiga adalah mahanta siri (menghantar sirih). Pada tahap ini, kedua calon
pengantin meminta izin dan doa restu kepada anggota keluarga yang dituakan. Pada proses
ini, pihak calon pengantin perempuan membawakan carano berisi sirih pinang lengkap (arai
pinang, daun sirih, kapur, tembakau, dan gambir). Sedangkan pihak calon pengantin laki-laki
membawakan selapah yang berisi daun nipah dan tembakau (bisa diganti dengan rokok).

Tahapan keempat yaitu babako-babaki. Pada proses ini pihak keluarga ayah dari calon
pengantin perempuan (bako) menunjukkan kasih sayang kepada calon pengantin perempuan
dengan memberi bantuan biaya sesuai dengan kemampuannya. Para keluarga datang
membawa hantaran berupa sirih lengkap (hantaran kepala adat), nasi kuning singgang ayam
(sebagai simbol makanan adat), dan barang-barang yang diperlukan calon pengantin
perempuan seperti pakaian, perhiasan emas, makanan, dan lain sebagainya. Calon pengantin
perempuan dijemput dari rumahnya menuju rumah bako untuk diberikan beberapa nasihat
oleh para tetua. Kemudian, besoknya calon pengantin perempuan diantar kembali ke
rumahnya diiringi bako membawa hantaran tadi.

Tahapan kelima adalah malam bainai. Hal yang dilakukan pada tahapan ini adalah memasang
daun pacar merah pada kuku perempuan dan memandikan air campuran tujuh macam
kembang kepada calon pengantin perempuan.

Tahapan keenam adalah manjapuik marapulai (menjemput pengantin pria). Maksudnya,


pihak calon pengantin perempuan mendatangi pihak calon pengantin laki-laki dengan tujuan
meminta agar pengantin laki-laki datang ke rumah perempuan untuk melaksanakan akad
nikah.

Tahapan ketujuh yaitu penyambutan di rumah anak daro (pengantin perempuan). Pada proses
ini rombongan keluarga laki-laki disambut dengan meriah, ada tari gelombang, tampilan silat,
dan tari pasambahan (persembahan) yang diiringi musik tradisional minangkabau. Saat calon
pengantin laki-laki memasuki rumah, pihak keluarga calon pengantin perempuan akan
memercikkan air ke kakinya (sebagai tanda pencucian) serta menaburinya dengan beras
kuning. Lalu calon pengantin laki-laki menuju tempat akad nikah dilangsungkan.

Tahapan kedelapan yaitu akad nikah. Merupakan proses pelepasan calon pengantin
perempuan oleh orang tuanya kepada calon pengantin laki-laki untuk dinikahkan, dan laki-
laki tersebut menerima perempuan untuk dinikahi.

Tahapan kesembilan adalah basandiang di palaminan (bersanding di pelaminan). Setelah


pengantin perempuan dan pengantin laki-laki menjadi pasangan suami istri yang sah, mereka
duduk bersanding di pelaminan untuk menyambut para tamu undangan.

Tahapan kesepuluh adalah tradisi setelah akad nikah. Prosesnya yaitu mamulangkan tando
(mengembalikan tanda yang ditukar saat tahapan meminang), malewakan gala marapulai
(mengumumkan gelar yang diberikan kepada pengantin laki-laki), dan tradisi lainnya (sesuai
dengan tradisi di daerah masing-masing).

Tahapan kesebelas yaitu manikam jajak. Merupakan tahapan dimana pengantin laki-laki dan
perempuan mengunjungi rumah orang tua dan ninik mamak dari pihak pengantin laki-laki
sebagai tanda menghormati orang tua dan ninik mamak tersebut.

Sangat panjang bukan proses pernikahan orang minangkabau? Lalu bagaimana adat
silapadusi tadi? dimana akan digunakan adat tersebut?

Silapadusi menggunakan sebuah bejana yang diisikan tembakau dan sadah, kemudian
dimasukkan ke tengah-tengah carano.

Pada saat tahapan manjapuik marapulai, silapadusi diletakkan di dalam carano. Kemudian
diperlihatkan kepada ninik mamak calon pengantin perempuan dan ninik mamak calon
pengantin laki-laki. Silapadusi ditekan dan dibacakan bacaan-bacaan.

Setelah itu apabila silapadusi kembali ke bentuk semula, berarti calon pengantin perempuan
masih perawan. Kemudian, silapadusi akan diperlihatkan kepada calon pengantin laki-laki,
orang tua calon pengantin laki-laki, dan bundo kanduang.

Sedangkan apabila silapadusi tidak kembali ke bentuk semula, berarti calon pengantin
perempuan sudah tidak perawan. Ninik mamak akan bertanya kepada calon pengantin laki-
laki, apakah calon pengantin perempuan sudah tidak perawan karena perbuatannya atau tidak.
Kalau iya, apakah calon pengantin laki-laki ini akan menerima calon pengantin
perempuannya atau tidak. Jika diterima, pernikahan akan dilanjutkan. Sedangkan

Anda mungkin juga menyukai