Nglamar
Pada ritual nglamar atau pinangan ini, calon pengantin pria dan keluarganya mendatangi
kediaman calon pengantin wanita untuk menanyakan kesediaan calon pengantin wanita dan
keluarganya untuk melangsungkan pernikahan. Selain itu, kedua keluarga bisa mendiskusikan
penanggalan acara-acara selanjutnya.
2. Seserahan
Pada ritual serah-serahan ini, calon pengantin pria dan keluarga mempersiapkan dan
mengantarkan beberapa barang ke calon pengantin wanita. Barang-barang ini bisa meliputi
cincin, kue khas daerah, dan sejumlah uang. Barang-barang ini disebut sebagai peningset, atau
pertanda ikatan tidak resmi dari calon pengantin pria kepada calon pengantin wanita.
Dalam ritual seserahan ini juga dapat dilakukan ritual pasok tukon, yaitu penyerahan barang-
barang berupa pisang sanggan (raja tangkep), baju lengkap untuk calon pengantin wanita, dan
upakarti atau bantuan berupa bahan pokok (makanan atau uang) untuk resepsi pernikahan.
image
Pemasangan tarub dan bleketepe ini dilaksanakan di rumah calon pengantin wanita. Sebelum
pemasangannya, keluarga membuat sesajen yang berupa tumpeng dan buah-buahan, yang
memiliki makna permohonan perlindungan dari Tuhan dan menolak godaan setan selama
upacara pernikahan.
Tarub berupa gapura yang terbuat dari anyaman daun kelapa yang diberi kerangka dari bambu
(bleketepe). Di kiri kanan gapura dipasang pohon pisang yang sedang berbuah (tuwuhan).
Gapura dan pohon pisang ini dipasang di pintu masuk rumah.
image
Upacara yang pertama dilaksanakan sehari sebelum hari pernikahan ini disebut siraman karena
kedua calon pengantin akan dimandikan/disucikan di kediaman masing-masing. Kedua calon
pasangan dimandikan 7 orang pinisepuh atau orang yang dituakan dalam keluarga masing-
masing, termasuk kedua orang tua dan dilanjutkan sesepuh lainnya.
Tempat siraman dapat dilakukan di kamar mandi atau halaman rumah. Perlu disiapkan beberapa
keperluan siraman, seperti gayung, tempat air, kembang setaman, handuk, kendi.
Sebelum memulai acara siraman, orang tua mempelai wanita menuangkan 7 gayung air ke dalam
wadah yang sudah diisi kembang setaman. Air ini kemudian diantarkan oleh panitia acara
siraman ke kediaman calon mempelai pria yang juga sedang akan melaksanakan prosesi siraman.
Dalam memulai upacara siraman, calon pengantin melakukan sungkem ke kedua orang tua,
dilanjutkan ke sepuh lainnya. Setelah itu, calon pengantin dimandikan oleh kedua orang tua dan
kemudian sesepuh lainnya. Terakhir, calon mempelai membasuh wajahnya dengan air kendi
yang dibawakan ibunya, dan kendi lalu dijatuhkan sampai pecah oleh ibunya sambil berkata
“Wis pecah pamore”, artinya calon mempelai sudah siap untuk kawin.
image
Setelah siraman, upacara selanjutnya dilakukan di kamar calon mempelai wanita. Upacara
dilakukan oleh ibu calon mempelai wanita (pamaes), calon mempelai wanita, dan beberapa ibu-
ibu sepuh. Yang dimaksud dengan ngerik adalah mengerik (menghilangkan) rambut-rambut
halus di wajah calon mempelai wanita oleh pamaes.
6. Dodol Dawet
Acara selanjutnya adalah, ibu calon pengantin wanita berjualan dawet cendol di halaman rumah
dan dipayungi oleh suaminya. Keluarga yang hadir bertindak sebagai pembeli, dan membayar
dengan kreweng (pecahan genting).
7. Midodareni
Pada upacara midodareni, pertama-tama calon pengantin wanita dirias cantik di dalam kamarnya.
Di luar kamar, orang tua calon pengantin wanita menerima kedatangan orang tua calon pengantin
pria. Calon pengantin pria boleh datang dan mengintip calon pengantin wanita yang sudah dirias.
Kemudian, kedua pihak orang tua makan malam bersama di dalam rumah, sedangkan calon
pengantin pria menunggu di serambi atau halaman rumah dan disuguhi air minum.
8. Akad Nikah
Setelah upacara-upacara tersebut, dilaksanakanlah acara yang tidak hanya budaya Jawa
laksanakan. Inilah inti dari acara pernikahan, dilaksanakan sesuai syariat agama kedua mempelai.
Upacara ini dimulai dengan datangnya mempelai pria yang diantar saudara-saudaranya, ke
kediaman mempelai wanita. Mempelai pria dan rombongan berhenti di depan pintu masuk
rumah. Mempelai wanita pun menyambut di pintu rumah dengan ditemani saudara-saudara dan
kedua orang tuanya.
Pada sisi rombongan mempelai pria, ada 2 orang lelaki muda atau 2 orang ibu membawa masing-
masing serangkaian bunga yang disebut kembar mayang. Salah satunya membawa sanggan atau
buah pisang yang dibungkus daun pisang dan ditaruh di atas nampan. Sanggan tersebut lalu
diserahkan kepada ibu mempelai wanita.
Sedangkan kembar mayang dibawa keluar area rumah dan dibuang ke jalan di dekatnya, dengan
maksud agar upacara pernikahan selalu berjalan lancar tanpa gangguan.
image
Pada ritual ini, mempelai pria menginjak satu butir telur ayam kampung dengan kaki kanannya
hingga pecah. Lalu, kaki tersebut dibasuh oleh mempelai wanita menggunakan air kembang.
Maknanya adalah, bahwa suami dapat memberikan benih keturunan yang baik dan istri selalu
setia mengabdi pada suaminya.
image
Sebelum duduk di pelaminan, kedua mempelai duduk di samping kanan kiri bapak dari
mempelai wanita. Lalu, mempelai pria naik duduk ke kaki kanan bapak mertuanya, dan
mempelai wanita ke kaki kiri bapaknya. Setelah itu, ibu mempelai wanita bertanya “Abot endi
bapakne?” dan bapaknya menjawab “Podo, podo abote”. Maknanya, kedua mempelai sama
beratnya, akan memikul rasa dan suka duka bersama saat hidup bersama nanti.
Ritual selanjutnya melambangkan pemberian nafkah dari mempelai pria untuk pertama kalinya.
Nafkah ini dilambangkan dengan kacang tolo merah, kedelai hitam, beras putih, beras kuning,
dan kembang telon, seluruhnya ditaruh di dalam klasa bongko. Mempelai pria menaruhnya di
pangkuan sang istri, di pangkuan mempelai wanita sudah disiapkan kain.
14. Dulangan
Ritual dulangan adalah kedua mempelai yang saling menyuapi makanan dan minuman.
15. Sungkeman
Sungkeman dilakukan kedua mempelai kepada orang tuanya dan kedua mertua masing-masing,
dengan memegang dan mencium lututnya. Makna sungkeman ini sebagai penghormatan anak
kepada orang tua.
image
Untuk memudahkan serangkaian acara tersebut, ada juga beberapa pasangan yang menggunakan
jasa wedding organizer.
NEW
Assalamualaikum Wr. Wb.
Winantu sagunging karahayon mugi kajiwo lan kasariro dhumateng
panjenengan sedoyo.
Dhumateng sagung poro sesepuh lan pinisepuh, poro mangalaning projo
miwah pangarsaning nagari, poro alim ularma ingkang tansah kawulo ta'ati,
bapak-bapak, ibu-lbu miwah poro lenggah ingkang dhahat kinurmatan
Sakderengipun titilaksono adicoro Panggih Temanten kawiwitan, dhumateng
panjenengan sekalian sumanggo, kulo dherekaken-ngaturaken puji Syukur kunjuk
ing ngarso dalem gusti ALLAH SWT, ingkang sampun kepareng hambabar doyo
pangaribowo dumateng sagung poro kawulo. satemah kito sekalian wonten ing
alaming bagas kuwarasan datan kirang satunggal punopo, sahinggo kito sekalian
saget hangrawuhi soho pareng berkah pangestu dhumateng bpk
sekalian, anggenipun kepareng badhe nindakaken darmaning sepuh amiwoho
putro-putri Ingkang sesIlih anak ajeng ingkang sampun polokromo kaIian jejoko
tumaruno anenggih putro kakungipun bpk...sekalian ibu ingkang kekasih
anakmas...
Poro rawuh kakung sumawono putri ingkang dhahat sadu budi, menggah adicoro
ingkang badhe kafindakaken ing kalenggahan puniko, panggih temanten miturut
totocoro adat jawi, ingkang tumindaking adicoro kawiwitan saking adicoro pasrah
finampi lan ngantos paripumo.
Paro rawuh ingkang dhahat kinurmatan, mekaten menggah upocoro ingkang badhe
tumindak, ing saIejengipun dhumateng panjenengan sekalian, sumonggo
keparengo hanenggo titi winanci lumindaking adicoro, soho kawulo aturi
anggrahapi pasugatan ingkang kuto aturaken wonten ngarso panjenengan, nuwun.
MEMEMP ELA I P UTRI AK AN K ELUAR
WIJIDADI
JUMENENGAN
Poro rawuh ingkang d h a h a t kinurmatan, sasampunipun
adicoro wijidadi, salajengipun katindakaken adicoro Jumenengan, inggih
puniko temanten kakung miwah temanten putri jumeneng sami-sami majeng dateng
papan padunungan pahargyan.
Mawi Jagung Drajat, ayu diajeng enggal jumenengan jajar murung kakung.
NYONDRO
Kalenggahan puniko katindakaken sinduran, inggih meniko temanten
kekaleh dipun kemuli sindhur ingkang wujud kain ingkang wern1 abrit
lan pethak. Pethak minongko pakartining bopo, dhenIng abrIt minongko
pakartining ibu. Romo wonten ngajenglpun temanten kekaleh, ing ngarso
sung tulodho, temanten kekaleh, wonten satengahing romo lan ibu,ing madyo
mangun karso,parandene ibu wonten wingkInglpun temanten kekaleh.
TUTWURIHANDAYANI
Lon-lonan samyo lumaksono sesarengan tumuju wonten ing sasono
rinenggo / pelaminan.romo paring dawuh mekaten : anakku ngger,temantan
sakloron,s1ro dak Iungguhake ono papan kamulyan,s1ng iku biyen dak
lungguhi aku Ibumu, mulo wiwit dino ikl lungguhono slIramu sak
kloron.
PANGKON TIMBANG
TANEM JERO
MAPAK BESAN
NYONDRO'
Kalengga n meniko Sri Temanten Kakung lan Putri kepareng aturaken
sembah pangabekt1 wonten Ing ngarsamp ,Romo lan Ibu. Repepeh-repepeh
pindho soto Metarangan, kepareng hanguswo pepodo. Umpami matur
mekaten menggah kawijinIng lIsan.
Sri Temanten Kekalih :
"Dhuh Romo soho Ibu, pepunden kawulo Ingkang ngukir jiwo rogo kawuto
soho kasutapan kawulo, sangang wulan sedoso dinten Ing guo
garbaning panjenengan ngantos lahlr dumungining dewoso. Kawulo
ngaturaken sembah pangabekti, kerso'o romo tuwin Ibu parIng berkah pangestu
anggen kawulo hamiwIti mbangun kulowargo ing madyaning bebrayan agung.
Sri temanten kekalih :
"Ngestoaken dawuh Romo soho Ibu."
Dhuh Romo soho Ibu, kawulo nyuwun tambahing pangestu dhumateng
panjenengan. Mugl-mugi anggen kawtho mbangun kulowargo pinaringan gangsar
tancar kalis saking rubedo nir ing samblkolo,"
Bopo tuwin Ibu :
"Ngger putraku sak kloron. Dak pangestonl yo ngger, anggonmu jejodohan
mugo-mugo lulus raharjo, atut runtut koyo mimi kang nembe hamintuno,
mulyo uripmu wiwit ndunyo nganti swargo sing tatag anggonmu nompo
panandang, datang gampang arnutung. Yen pinaringan putro wayah, mugo-
mugo tansah migunani tumrap Nuso, Bongso lan Agomo.
Temanten Kekalih
"Nuwun inggih Romo soho Ibu"
SAMBUTAN :
NYONDRO
Kacarito dupi wus samekto ingkang ngirabaken penganten, sang subo manggolo
sigro nyaketi lenggah hipun penganten kekaleh tanggap sinasmItan sri penganten gyo
jengkar saking palenggahan, lumaksono nganthi ingkang garwo, tengkeh-lengkeh
nyardulo lupo tindake riyak anggajah ngoIlng, pantes kalamun kang samyo
humiyat kedhep tesmak pandulune, uningo tindakiro sri penganten kekaleh.
Solahe kadi hambekso salagane hanglam-laml. lah punioko to sang subornanggolo
engkang mangarsani lampah, esthining penggalth jroning lumaksono kanthi kebak
ing pangarah-ngarah hamung suko tetuntunan dhumateng sri penganten mugi
dennyo arso lelumban ing madyaning bebrayan agung tansah anengenaken pangaliati.
Pepayung budi rahayu linambaran tepo, tresno sarto sembodo : milo winastan tepo
sirik ing kadurakan, tresno
mamnh Ing karukunan, dene sembodo roso lan prakoso ing driyo tan mingkuh ing
pakewuh satemah kukut bakuh bangkit kInaryo pangayoman.
Kembar busanane, rampak dedeg piadege, lah puniko to Ingkang sinebat patah
sekembaran, ingkang pinaragan dening lare estri kekaleh ingkang taksih
alit, jroning lumaksono sinambi gegojegan, parandene datan saru dinulu nanging
sangsoyo nambahi asri dinulu. Patah kekallh kalamun cinondro kadyo widodari sakIng
kaendran tumurun arso paring pangestu soho wahyuning kamuIyan dateng sri
penganten kekalih.
Sarwo mubyar busanane, endah asri kalamun dinulu, lah punika to pengageme sri
penganten. Penganten kakung angagem rnakhuto pinalipit rukmi ginepeng, pinathik-
pathik kumolo, pinatut kalawan kembang kantil mlwah dasi mungguing jonggo,
datan kantun ngagem sangsangan kencono, ingkang kinaryo carub kalawan
sangsangan puspito rinonce munggwing jonggo tumumpang, pamIdangan
kanan lan kereng.
Langen harjan awamo kresno sinulam benang kencono patIng clorot cahyane
kasorot sunaring pandham samadyaning pahargyan, kadyo taranggono kang
si;ih prenah. Paningset cinde puspito, epekbaludrurekto pInailpit rukmi,
wangkinganwarongko ladrang ukiran nunggak semi, duwung tinatah tinatu renggo
miwah canelo tinaretes sesotyo lan kumolo.
Temanten putd pidegso dedge mantesi, sembodo genging sariro, sasolahe
mIlangoni, lelewane anujuprono, dhasar karenggo ing busono adi tinoto rapi, ngagem
cunduk awangun wulan tumanggal tinaretes sesotyo pinatut kalawan cundhuk
menthul ingkang tansah ebah-ebah yen kinaryo Iumaksono, milo kalamun cinondro
kadyo anggane wong ayu kang lagiangawe-awe.
Uket rinenggo kanang puspito endah kawuryan asri kalamun dinulu• sangsangan
rukmi ingkang kinaryo ijbeng dhodho, pinathik-pathik ing sesotyo, satuhu akaryo
lamlaming kang samyo humiyat, kebayak wamo langkin, cetho kalaritun temanten
kekallh sampun sarujuk ing boboting katrisnan, milo jroning lumaksono tansah
pepuletan asto bebasan benggang gulo kemepyur puIut.
Benggange koyo gulo pliket, kemepyur koyo pulut — soyo mbutet, dasare temanten
anyar.
Katingal mabukuh yeyah prayitneng kewuh memayungi yuwananing penganten,
lah punlko to taruno kekalih ingkang apindho putri narendro, anenggih
puniko winastan putri domas.
Sadoyo sami sulistyo Ing warno, umpomo pustalto nedenge mangrurahsarl, milo
pantrs kalamun akaryo gawoking paninggal, langkung-langkung poro jejoko
ingkang sami humiyat satimah katenggengan. Samusut kepereng wuntad poro
kadang santoso miwah sumitraniro srl penganten, kang samyo jumurung angombyongi
kirabing pengantensarimbil.
Ingkang tansah tutwuri handayani lampahing sri penganten, lah puniko to
panutuping lampah kirab, hanengglh romo Ian ibu nipun temanten. Bombong
berag sarto birowo ing driyo, pramilo jroning lumampah pethiting kirab tansah asung
pepuji winor pangesthi : mugi gusti Alloh paring pangayoman dumateng sang sri
penganten kekaleh.
NYONDRO
Wus paripurno sri penganten denyo hangrasuk busono sang subomanggolo hangathi sri
penganten saking sasono busono manjing wismo pawiwahan, arso kalenggahaken ing
sasono kursi rinenggo. Tataning lampah sajuru-juru anut tataning kirab.
Prapto ing drawaning wisma pahargyan lumaksanane kagyat kagoro wekasan sang
subop manggolouninggo eden eden upo rengganing gapuro. Ing tawaning kanan kereng
rinenggo adi tinoto peni, raras kawuryan, kinaryo, tuhu wasito sinandhi tumrap sang
penganten.
Ing tembe sri penganten dadyo ugeraning brayat anggun ingkang anggayuh karukunan
kanthi tumaneming raos rumongso handrabeni, wajib ganrungkebi, mulat sariro
hangroso wani, jumbuhing panggalih temah lebih ing cacengilan.
Ngenggeng pepuletan tinangsulan ing soko anggrenggani pandapa lah puniko pradopo
monco wani ingkang tinunggulan pradopo waringin, royoming adem hangayomi.
Milo panthes kalamun daddyo lambanging kiblating lelabuhan, mangkono pangudras –
maraning driyo yen to kawedar ing lathi ucapin ing subo manggolo dupi humiyat
pradopo waringin ingkang dadyo tetungguling pradopo monco warni. Sejuru – juru
tataning lsmpsh kiraning penganten ingkang wus ngagem busono kapangeranan, pindho
sri narendro ginarebeg sanghyaning poro nayokoprojo.
Tataning lampah kadi napak filas lekase sang sarjana linangkung ingkang wus murut
ing kasedan jati Ki Hajar Dewantara : ing ngarso sung tutodho, ing madya
mangun karso, tutwuri handayani. Upocoro kirabing penganten soyo tambah adi
kawuryan karono sri penganten wis ngagem busono kasatrian candrane kadyo
Raden Bagus Danang Suto Wijoyo atmajane Ki pemana han, hanganthi garwo
niro Dewi Samangkin, putro-putrinipun Sunan Bagus Prawoto ing kati nyamat
ameng-ameng ing adiyono patamanan mirsani puspito ingkang nedheng-
nedhenging arnbabar gondo arum.
Dene inanggoloyudo yen cinondro kadi swandarugeni, atmajane Ki Demang
Sangkal Putung miwah sang Agung Sedayu, putrane K: Sadewo ingkang kalih-
kalihIpun saking tiatah jatienom. Putri dhomas ingkang minongko poro waroro,
kawuryan koyo putri perdikan saking bawah jagat banyu biru.
Kacarito kirabing penganten wus prapto madyaning pandapi, pengantin anggung sru
panyuwunipun dhumateng sanggyaning poro tamu mugi paring pangestu temah tutugo
ingkang glnayuh dumugiyo ingkang jinongko, jurniah kaliyan gegayuhanipun trep
kalihan kudanganing tiyang sepuh hipun.
Soyo raket rinaketan ing sasono kursi rinenggo lumaksanane sri penganten, dening
sang subo manggolo gyo ingacaranan lenggah. Dupi sanag penganten wus lenggah
ing kursi rinenggo, sang subo manggolo ngaweawe nyasmitani dhumateng poro
waroro ingkang hanggarubyug, wangsul ing sasanane dhewe-dhewe.
Tataning lampah kadi napak filas lekase sang sarjana linangkung ingkang wus murut
ing kasedan jati Ki Hajar Dewantara : ing ngarso sung tutodho, ing madya
mangun karso, tutwuri handayani. Upocoro kirabing penganten soyo tambah adi
kawuryan karono sri penganten wis ngagem busono kasatrian candrane kadyo
Raden Bagus Danang Suto Wijoyo atmajane Ki pemana han, hanganthi garwo
niro Dewi Samangkin, putro-putrinipun Sunan Bagus Prawoto ing kati nyamat
ameng-ameng ing adiyono patamanan mirsani puspito ingkang nedheng-
nedhenging arnbabar gondo arum.
Dene inanggoloyudo yen cinondro kadi swandarugeni, atmajane Ki Demang
Sangkal Putung miwah sang Agung Sedayu, putrane K: Sadewo ingkang kalih-
kalihIpun saking tiatah jatienom. Putri dhomas ingkang minongko poro waroro,
kawuryan koyo putri perdikan saking bawah jagat banyu biru.
Kacarlto kirabing penganten wus prapto madyaning pandapi, pengantin anggung sru
panyuwunipun dhumateng sanggyaning poro tamu mugi paring pangestu temah tutugo
ingkang glnayuh dumugiyo ingkang jinongko, jurniah kaliyan gegayuhanipun trep
kalihan kudanganing tiyang sepuh hipun.
Soyo raket rinaketan ing sasono kursi rinenggo lumaksanane sri penganten, dening
sang subo manggolo gyo ingacaranan lenggah. Dupi sanag penganten wus lenggah
ing kursi rinenggo, sang subo manggolo ngaweawe nyasmitani dhumateng poro
waroro ingkang hanggarubyug, wangsul ing sasanane dhewe-dhewe.
KEMBUL BUJONO