KELAS : 6 C SORE
NIM : E1C118080
Soal
Untuk tugas individu sbg UAS mata kuliah ini silakan kerjakan hal-hal sbb.
1. Gunakan topik budaya yang sudah dipilih sebagai teks bacaan dengan 1000
-- 2000 kata.
2. Dari teks tsb, buat daftar kata-kata sulit (beserta penjelasannya) bagi
pembelajar asing .
3. Susunlah 5 buah pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam bacaan tsb.
4. Buatlah forum diskusi yang kira-kira dapat memancing pembelajar asing
untuk berbicara/berpendapat berdasarkan teks tsb degan membuat 3 buah
pertanyaan atau pernyataan.
Jawaban
1. Ada 15 rangaian acara sebelum pernikahan berlangsung dan sudah menjadi
tradisi atau adat masyarakat bima – dompu.
1. La Lose Ro La Ludi
Upaya yang dilakukan oleh pihak orang tua untuk mencari jodoh putranya
hanya diketahui oleh keluarga dekat. Hal ini masih bersifat rahasia dan
belum diumumkan kepada seluruh keluarga dan handai tolan. Karena itu
kegiatan ini disebut “La lose ro la ludi” atau kegiatan yang hanya diketahui
oleh keluarga dekat. Kadang – kadang kegiatan ini dikenal dengan
istilah “Nari ro mpida” karena masih dirahasiakan.
2. Katada Nggahi
Setelah mendapat kepastian bahwa gadis tersebut belum dilamar atau
menjadi tunangan pemuda lain, maka pihak keluarga pemuda akan
melakukan kunjungan yang kedua ke rumah orang tua gadis sebagai tindak
lanjut dari la lose ro la ludi. Dalam kunjungan ini pihak orang tua pemuda
biasanya akan diwakili oleh seorang tokoh adat yang disebut” Ompu Panati”
didampingi oleh beberapa orang keluarga dekat. Ompu Panati adalah
seorang tokoh yang dipandang ahli dalam pinang meminang gadis. Dia
biasanya juga ahli dalam berpantun dan bersyair.
3. Pita Nggahi
Guna meningkatkan hubungan baik antara keluarga, maka kedua keluarga
terus meningkatkan kegiatan silaturahim. Kegiatan yang dilakukan oleh
kedua keluarga tersebut dinamakan “Pita Nggahi” ( mengulang kata) dalam
pengertian memepererat hubungan kekeluargaan antara kedua keluarga.
4. Wa’a Mama Dan Sarau
Wa’a mama artinya mengantar atau membawa bahan untuk makan sirih
(mama) seperti nahi (sirih), u’a (pinang), tambaku (tembakau), tagambe dan
afu mama (kapur khusus untuk pemakan sirih). atau membawa sarau
(Camping) yaitu sejenis topi tradisional Bima-Dompu yang dibuat dari
anyaman bambu. Upacara wa’a sarau hampir sama dengan upacara wa’a
mama. Dilaksanakan pada musim tanam (oru mura). Barang-barang yang
diantar adalah sarau dan berbagai jenis kue tradisional dan umbi-umbian
serta buah-buahan dari kebun pemuda.
5. Ngge’e nuru
Maksudnya calon suami tinggal bersama di rumah calon mertua. Setelah
pria sudah diterima lamarannya dan bila kedua belah pihak menghendaki,
sang pria diperkenankan tinggal bersama calon mertua di rumah calon
mertua. Dia akan menanti bulan baik dan hari baik untuk melaksanakan
upacara pernikahan. Datangnya sang pria untuk tinggal di rumah calon
mertua inilah yang disebut dengan Ngge’e Nuru. Selama terjadinya ngge’e
nuru, sang pria harus memperlihatkan sikap, tingkah laku dan tutur kata
yang baik kepada calon.
6. Mbolo Ro Dampa
Bila ngge’e nuru telah berjalan mulus, maka orang tua dan keluarga dua
belah pihak akan mengadakan “Mbolo ro dampa” (musyawarah) untuk
menentukan hari dan bulan yang baik untuk pelaksanaan nikah. Jumlah atau
besar kecilnya mahar serta persyaratan lainnya semua diputuskan dalam
mbolo ra dampa.
7. Nggempe
Setelah hari pernikahan diputuskan bersama, maka calon penganten putri
harus melakukan ketentuan adat yang disebut “nggempe”. Pada tahapan ini
calon penganten perempuan tidak leluasa lagi meninggalkan rumah untuk
bergaul dengan teman-teman sebaya. Ia harus berada di pamoka (loteng)
didampingi oleh seorang tokoh adat perempuan sebagai “Ina ruka” (inang
pengasuh) bertugas untuk membimbing dan menasehati calon penganten.
Selama nggempe calon penganten akan ditemani oleh beberapa teman gadis
sehingga tidak merasa kesepian.
8. Wa’a Masa Nika
Sesuai keputusan Mbolo ro dampa, maka beberapa hari menjelang lafa
(akad nikah), akan dilangsungkan upacara wa’a masa nika (pengantaran
emas nikah) atau wa’a co’i (pengantaran mahar). Upacara dilaksakan sore
hari sesudah sholat ashar, diikuti oleh keluarga, ompu panati, ulama, tokoh
adat dan para kerabat. Para peserta akan berangkat dari rumah orang tua
penganten laki-laki dan berbusana adat.
Para handai taulan serta kerabat di luar lingkungan keluarga sudah hadir
pada mada rawi yaitu upacara lafa, sesuai dengan sunah Nabi yang
menganjurkan kita menghadiri upacara lafa (akad nikah). Para kerabat dan
seluruh masyarakat di sekitar sudah memberikan sumbangan pada awal
pelaksanaan nika ro neku. Mereka datang beramai-ramai untuk
melaksanakan “teka ro ne’e” (memberikan sumbangan).
1) Adat atau proses resepsi pernikahan bima – dompu mana nih yang
tertarik untuk kalian ketahui !
2) Bagaimana pendapat kalian tentang adat bima – dompu ?
3) Budaya dan adat istiadat sangatlah penting bagi masyarakat yang ada
di bima – dompu apalagi adat istiadat pernikahan yang dilakukan satu
kali dalam seumur hidup ! bagaimana dengan adat dan kebiasaaan
kaian ?