Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER

FIQIH MUNAKAHAT II

Disusun oleh :

Uswatun Hasanah 1122062

Dosen Pengampu :

Shafra M.Ag

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM-B

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

1445 H / 2023 M
TRADISI PERNIKAHAN DI BATEH TINGGI JORONG PILADANG

Setiap daerah di Minangkabau memiliki tradisi pernikahan yang berbeda-beda,


meskipun pada dasarnya hampir sama tata cara dan penamaannya. Begitupun di salah satu
kampung bernama Bateh Tinggi terletak di Jorong Piladang, Nagari Ampek Koto
Palembayan, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Kampung
ini berada dekat dengan pusat pemerintahan kecamatan Palembayan, yaitu Pasar Palembayan.
Dinamakan Bateh Tinggi karena kampung ini berada di ketinggian.

Bateh Tinggi memiliki penduduk yang cukup kompak walaupun penduduknya tidak
terlalu banyak. Setiap ada kegiatan atau acara di Bateh Tinggi, Alhamdulillah bisa terlaksana
dengan lancar dari awal sampai akhir. Begitu juga dengan acara Pernikahan. Pernikahan di
Bateh Tinggi hampir sama dengan pernikahan-pernikahan di Minangkabau secara
keseluruhan. Berikut akan diuraikan mengenai tata cara pernikahan di Bateh Tinggi.

Pertama-tama, diadakan rapat mamak dengan sumando keluarga perempuan. Rapat


pertama ini tujuannya untuk mencari menantu dan menentukan siapa yang akan menjadi
menantu atau calon suami untuk si perempuan. Didalam prosesi ini akan ditentukan calon
menantu itu apakah sama sukunya atau tidak, karena kalau sesuku tidak diperbolehkan
menikah.

Setelah diketahui siapa yang akan menjadi calon suami si perempuan, langkah
selanjutnya, yaitu keluarga perempuan pergi meminang ke tempat keluarga laki-laki. Pada
prosesi ini pihak keluarga perempuan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka
kesana. Yaitu untuk meminang atau meminta laki-laki tersebut menjadi menantu atau suami si
perempuan.

Jika sudah disetujui, selanjutnya prosesi batimbang tando (bertimbang tanda), atau
disebut juga dengan batuka cincin, ada juga yang menyebut basaua. Pada prosesi ini biasanya
keluarga perempuan membawa jamba langkok dan sirih carano. Ninik mamak dan Sumando
ikut hadir dalam prosesi ini.

Setelah batimbang tando ini bermufakatlah pihak keluarga perempuan dan pihak
keluarga tentang kapan menikahnya. Ditentukan apakah akan diadakan dalam waktu cepat
atau lama. Setelah sepakat kapan nikahnya, barulah diadakan rapat kembali di rumah pihak
perempuan.

2
Rapat selanjutnya ini dinamakan mangarumah pangulu. Rapat ini tujuannya untuk
meminta izin ke mamak untuk menikah. Rapat ini membahas segala hal yang berkaitan
dengan persiapan untuk baralek. Termasuk didalamnya membahas tentang siapa yang akan
diundang, siapa yang akan manyiriah, apakah akan baralek gadang atau tidak, memakai atau
tidak, menikah di KUA atau dirumah dan segala hal yang berkaitan dengan baralek nantinya.
Dalam rapat ini biasanya akan dihidangkan nasi lengkap dengan lauk-lauknya, termasuk lauk
wajibnya yaitu sampadeh daging. Dihidangkan juga lamang, kalamai dan pinyaram.

Setelah mangarumah pangulu, prosesi selanjutnya yaitu manyiriah dan menyebarkan


undangan. Biasanya yang pergi manyiriah ini dunsanak yang sesuku dengan ibu perempuan
yang akan menikah. Orang yang pergi manyiriah ini biasanya akan disediakan makan dan
uang transport. Tapi terkadang orang yang pergi manyiriah ini tidak mau menerimanya.

Selanjutnya yaitu gotong royong bersama dengan masyarakat kampung. Baik


membersihkan rumah dan pekarangan maupun memasak. Yang membersihkan pekarangan
rumah biasanya kaum bapak- bapak dan yang memasak kaum ibu-ibu. Yang dimasak itu
berupa lamang (lemang), kalamai (dodol) dan lauk-lauk untuk makan. Biasanya juga
ditambah dengan kue.

Prosesi selanjutnya yaitu manjapuik nikah (menjemput nikah) pihak laki-laki. Prosesi
ini di hadiri oleh sumando, ninik mamak dan kaum ibu-ibu, paling kurang 10 orang. Pihak
keluarga perempuan ditunggu oleh mamak dan sumando pihak keluarga laki-laki dirumah
pihak keluarga laki-laki. Kemudian pihak laki-laki ini diantar oleh pihak keluarganya
menikah ke tempat pihak keluarga perempuan. Pada prosesi ini pihak keluarga perempuan
membawa nasi kunyik, jamba, singgang ayam dan membawa sirih carano sebagai tanda
manjapuik. Biasanya prosesi ini dilakukan sehari menjelang menikah. Misalnya menikah
tanggal 12, maka manjapuik nikahnya pada tanggal 11.

Setelah selesai prosesi manjapuik nikah, prosesi selanjutnya yaitu menikah. Menikah
bisa dilaksanakan di rumah atau di KUA sesuai kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya.
Proses menikahnya sama dengan syari'at Islam.

Setelah itu barulah baralek. Biasanya baralek ini diadakan pada hari yang sama dengan
hari menikah. Namun ada juga yang berbeda. Kalau yang menikah langsung baralek pada hari
itu juga, maka setelah menikah pengantin langsung mamakai. Maksudnya pengantin menukar
baju nikah dengan baju baralek menggunakan suntiang. Setelah mamakai ini biasanya

3
pengantin akan diarak sekeliling kampung menggunakan randai. Setelah diarak barulah
pengantin bersanding dipelaminan.

Dalam baralek ini sudah ada pembagian-pembagian tugas dari masing-masing orang
dari pihak keluarga perempuan. Ada namanya janang, tugasnya untuk melihat orang makan,
apa yang kurang dari hidangan nanti di laporkan. Misalnya, piring kurang, di beri tahu orang
dapur supaya ditambah. Ada juga namanya pitunggua, tugasnya yaitu melihat orang yang
datang, siapa saja yang datang. Ada juga namanya urang pagu, tugasnya yaitu untuk
membungkus-bungkus lemang, rendang dan mengisi piring orang yang datang baralek
membawa piring.

Baralek di Bateh Tinggi ini biasanya dihidangkan. Jadi orang yang datang baralek
tinggal duduk dan makan tanpa harus berdiri mengambil makanan. Jamba biasanya
dihidangkan oleh kaum ibu-ibu dan perempuan. Adapun tamu undangan, biasanya kalau siang
kaum perempuan yang datang, barulah malam hari kaum laki-laki yang datang. Baralek ini
dari pagi sampai malam. Kalau sudah tidak ada lagi orang yang datang, maka alek dinyatakan
sudah selesai. Pengantin akan membuka pakaian aleknya menukar dengan pakaian nyaman
yang sopan.

Setelah itu berkumpul lagi seluruh pihak keluarga untuk mandoa selamat. Setelah itu,
buka kado dan menghitung uang amplop tamu yang datang. Buka kado dan menghitung uang
ini juga boleh dilaksanakan besoknya, tidak harus malam itu juga.

Setelah prosesi-prosesi diatas barulah selanjutnya manjalang mintuo. Yaitu perempuan


pergi ke rumah keluarga laki-laki. Ada pihak laki-laki yang mengadakan pesta ada juga yang
tidak. Ada juga yang mendoa kecil saja.

Demikianlah penjabaran mengenai tradisi pernikahan di Bateh Tinggi. Secara


keseluruhan pernikahan di Bateh Tinggi sudah memenuhi syarat dan rukun nikah. Meskipun
ada beberapa yang tidak, tetapi pada umunya sudah terlaksana sebagaimana syariat Islam.

Anda mungkin juga menyukai