Anda di halaman 1dari 8

RITUAL DAUR HIDUP

Dalam adat-istiadat Tau Samawa terdapat ritual/upacara daur hidup. Upacara daur hidup
dilaksanakan pada fase/masa peralihan status usia. Adapun urutan ritual tersebut adalah
sebagai berikut.
a) Fase bayi dan anak-anak
➢ Biso tian
Ketika bayi dalam kandungan berumur tujuh bulan diadakan upacara biso tian.
Upacara tersebut terutama dilakukan pada masa hamil anak pertama. Upacara ini
disertai dengan sarakal dengan tujuan agar ibu dan bayi mendapatkan keselamatan
selama masa kehamilan dan melahirkan.
➢ Gunting bulu
Setelah bayi dilahirkan dan pusarnya telah sembuh, dilakukan upacara gunting
bulu. Upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran bayi. Pada
prosesinya, rambut bayi dipotong secara simbolis saja sambil diiringi dengan
sarakal.
➢ Turin tana’
Setelah bayi berumur satu satu tahun/dapat berjalan, maka dilakukan upacara turin
tana’. Anak dituntun sambil berjalan di atas tanah. Hal tersebut bermaksud untuk
memperkenalkan si anak pada tempat ia akan melanjutkan kehidupan berikutnya.
➢ Basunat
Pada saat anak berusia 7--10 tahun, anak akan dikhitankan, baik laki-laki maupun
perempuan. Basunat berfungsi untuk membersihkan diri segala bentuk kotoran,
selain itu basunat juga merupakan syariat islam dan bentuk sifat rela berkorban.
➢ Tama Lamung
Prosesi tama lamung dikhususkan untuk anak-anak perempuan yang bersamaan
dengan prosesi basunat. mempersiapkan lamung pene tujuh warna. Tujuh warna
memiliki makna filosofi dalam kehidupan sepeti ada tujuh hari dalam satu minggu,
ada tujuh surga, tujuh neraka dan ada tujuh lapis langit.
➢ Turin benrang
Setelah basunat, kurang lebih satu minggu, diadakan upacara turen benrang.
Upacara ini bertujuan untuk membersihkan bercak darah dengan kegiatan saling
siram ( beseresit ) sambil diiring dengan musik gong-genang. Tujuan prosesi turin
benrang yaitu tolak bala.
➢ Baterok
Setelah basunat, anak perempuan akan dilubangi cuping telinganya (baterok) dan
dipasangi anting.
➢ Tama ngaji
Setelah semua prosesi di fase anak-anak dilakukan barulah anak tersebut memasuki
fase tama ngaji, bagi masyarakat samawa prosesi tama ngaji merupakan hal yang
wajib untuk membina ahlaqul karimah, menanamkan nilai-nilai islami pada anak
sejak dini.

b) Fase remaja
➢ Barasa/asa isit
Barasa adalah upacara membersihkan gigi dengan menggunakan langas (abu sisa
pembakaran) agar gigi tampak bersih, indah dan rapi. Filosofi yang ditanamkan
dalam prosesi tersebut adalah untuk santun dalam bertutur kata.
➢ Gita’ Diri
Dalam fase ini dilakukan oleh remaja gadis yang baru pertama kali menstruasi
dengan cara mengambil sedikit darah menstruasi dengan menggunakan jari tengah
dengan membaca syahadat sebanyak 3 kali. Hal ini dimaksudkan agar remaja gadis
tetap mempunyai kecantikan lahir batin, selain itu remaja gadis sudah mulai
menjaga hubungan dengan lawan jenis serta bertanggung jawab dalam
keimanannya. Pada fase ini remaja gadis diharuskan belajar berbagai macam
ketrampilan, seperti memasak, menenun, merias diri dan lain-lain sebagai bekal
untuk hidup berumah tangga di kemudian hari.
➢ Teripi
Pada saat memasuki masa pubertas remaja pria ditandai dengan mimpi basah.
Apabila mengalami hal tersebut maka wajib hukumnya untuk mandi junub ( mandi
besar ). Hal tersebut dilakukan agar dalam melaksanakan ibadah, sah hukumnya.

c) Fase dewasa
Pada masyarakat Samawa dikenal istilah Samulung. Samulung adalah dijodohkan sedari
kecil yang memiliki pertalian darah, sahabat dan kerabat ( orang dekat ). Seiring
berjalannya waktu budaya samulung mulai ditinggalkan karena perkembangan zaman.
Zaman sekarang setelah anak taruna-dadara (jejaka-gadis) dan selesai menempuh
pendidikan, maka mulailah ia bagila dan ramanjeng (bertandang dan pacaran). Apabila
ia telah siap secara mental dan material, maka si taruna ingin rabale-para (berumah
tangga). Dengan demikian, si taruna siap untuk ya sukat (dinikahkan). Adapun prosesi
basukat sebagai berikut.
➢ Bajajak
Bajajak adalah proses menjajaki. Pihak calon mempelai laki-laki mengirim utusan ke
pihak calon mempelai wanita untuk menanyakan , apakah si gadis sudah ada yang
melamar atau tidak. Biasanya orang yang menjadi utusan bajajak akan
menyampaikan lawas :
Me lako kau nan bote
Balangan dua ke ujat
Babas puin sate ate

Me lako kau nan ate


Belangan dua ke hajat
Buya tokal nyampe ate

Dapat lawang bale sia


Senap mara katu maneng
Senapat gama leng jangi
➢ Bakatoan

Setelah itu, pihak keluarga pria pergi meminang. Dengan penuh pengharapan dan
kerendahan hati. Sebelum prosesi Bakatoan dilaksanakan, seorang yang diutus dari
pihak laki-laki mendatangi orang tua pihak perempuan untuk memberitahukan
bahwa akan datang rombongan dari pihak laki-laki pada waktu tertentu yang telah
disepakati oleh pihak laki-laki. Jika bakatoan tidak dilakukan, maka tidak akan
adanya sebuah penikahan. pihak pria menyampaikan lawas

Mudi ne’ ku lontak lawang


Dunung mo ku bada’ rara
Na’nesal tu ajak ngining

➢ Basaputis / saputis ling karante


Setelah pinangan (permintaan) diterima, pihak keluarga memusyawarahkan
besarnya biaya yang dibebankan kepada pihak pria yang disebut dengan istilah
soan lemar. Setelah disepakati, maka dengan upacara sederhana pihak pria
mengantar cincin emas/bakal baju dan lain-lain yang diletakkan dalam sito’. Pada
prosesi ini, kedua belah pihak menentukan hari baik dan bulan baik (ete ano) untuk
mengawali hari persiapan perkawinan mulai dari tama boat, bada, nyorong, nikah,
dan basai.
➢ Bada’ pangantan
Bada’ merupakan prosesi memberitahukan kepada si gadis bahwa ia akan
dinikahkan. Biasanya, orang tua mengungkapkan dengan kalimat e monte, mulai
petang ta ano ta ku bada kau man mo les tama apa ya ku sabale-rapara kau ke si
iyek anak nde’ pre’ mu. setelah mendengar kalimat tersebut, si gadis akan menangis
terharu karena ia akan melepas masa gadisnya dan mungkin akan terpisah dengan
orang tuanya. Setelah itu, para tetangga datang untuk bagonteng/basanentek pang
rantok (memukul lesung dengan alu) dalam suasana yang sendu.
➢ Nuja’ Rame
Merupakan prosesi menumbuk padi sambil bagandang yaitu menembangkan lawas
pada saat prosesi berlangsung. Nuja’ rame dilakukan oleh keluarga dan masyarakat
sekitar pada pagi hari untuk meringankan beban pihak mempelai pria ( antat
panulung ) . contoh lawas gandang :
Sia riam rip baringin
Aku leng padak no kayu
Nangis ate pendi jangi
➢ Nyorong
Setelah prosesi tersebut di atas, pihak pengantin laki-laki mengantarkan biaya dan
perlengkapan perkawinan (soan lemar) sambil diiringi ratib rabana ode.
Perlengkapan itu adalah semua kelengkapan yang telah di sepakati pada saat
kegiatan basaputis yang akan di pergunakan untuk pelaksanaan perkawinan. Baik
untuk acara nikah maupun tokal basai. Sering terjadi bahwa barang-barang
tersebut juga di hajatkan untuk kelengkapan kedua pengantin setelah mereka
hidup berumah tangga kelak. Barang-barang tersebut di antarkan secara beramai-
ramai dan di pimpin oleh tokoh masyarakat atau tokoh agama . biasanya barang-
barang yang di antar berupa : bahan-bahan makanan pokok, bahan pembuat kue,
ternak, pakaian, serta tempat tidur.
Nyorong bertujuan untuk membantu dan meringankan beban keluarga pihak
pengantin perempuan dalam menghadapi upacara Tokal Basai, juga sebagai acara
silaturrahmi antara kedua pihak keuarga pengantin.
Sesampainya di rumah calon pengantin perempuan, rombongan nyorong ini di
sambut dengan acara rabalas lawas sehingga membuat suasana penuh keakraban
dan kemudian di lanjutkan dengan menyerahkan barang-barang kepada pihak
keluarga pengantin perempuan.
➢ Tama kengkam
Sejak mulai prosesi bada pangantan, baik si dadara maupun si taruna dipingit yang
disebut dengan tama kengkam. Tama kengkam bertujuan untuk menghindari
sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi pada kedua calon pengantin. Pada prosesi
ini, kedua calon pengantin membersihkan badan agar tampak cantik dan gagah.
Adapun prosesi membersihkan badan sebagai berikut.
Untuk mempersiapkan kedua mempelai dalam menghadapi upacara selanjutnya
dengan Barodak Rapancar. Dalam upacara tersebut, calon pengantin di lulur
dengan ramuan tradisional yang disebut Odak. Kedua calon pengantin dibersihkan
badan dan kulitnya oleh ina odak dengan cara dilulur (barodak), mandi uap
(barasit), diinai (rapancar), dan dicukur (badait). Setelah itu, kedua calon pengantin
dimandikan oleh dukun (sandro) agar terhindar dari gangguan makhluk halus.
Odak dibuat dari ramuan kulit-kulit beberapa jenis pohon yang serba guna yang
diproses secara khusus (ditumbuk halus). Fungsi utama odak adalah agar kulit
menjadi kuning dan halus. Di samping itu, dengan ramuan daun pancar (pemerah
kuku), kedua mempelai di cat kukunya (kaki maupun tangan) oleh Ina Odak,
petugas khusus sebagai juru rias. Selain yang bersifat fisik, selama menjalani proses
barodak, kepada mereka diajarkan pula hal-hal yang berhubungan dengan
persiapan menjadi suami istri, termasuk menjaga makanan/minuman.
➢ Nikah
Upacara pernikahan umumnya sama dengan yang berlaku di daerah lain yaitu
pengucapan ijab kabul sesuai dengan syariat agama yang dianut oleh masyarakat
Samawa. Tempat pelaksanaannya dilakukan di rumah atau di masjid.
➢ Pangantan rame mesa
Sebelum kedua mempelai tokal basai, calon pengantin mengadakan upacara rame
mesa yaitu kedua mempelai mengadakan pesta di rumahnya masing-masing
dihadiri oleh kerabat dan tetangga dekat dengan dihibur oleh ratib/sakeco.
➢ Pangantan nginring
Nginring berasal dari kata iring yaitu salah satu rangkaian prosesi perkawinan
dengan mengarak pengantin pria menuju rumah pengantin wanita. Upacara ini
dilakukan pada waktu sore hari beberapa saat sebelum waktu persandingan. Pada
zaman dahulu, sesampai di depan rumah, pengantin pria akan barupa yaitu
memberi hadiah berupa keping uang logam/emas yang dimasukkan ke dalam pego
(wadah sejenis bokor yang terbuat dari kuningan/emas) sebagai penanda bahwa ia
datang dengan serba Berkecukupan. Prosesi barupa hanya bersifat simbolis.
➢ Basai
Sebelum tokal basai, pengantin laki-laki masuk ke kamar pengantin wanita,
mendekatinya, dan meletakkan telapak tangan ke atas ubun-ubun mempelai
wanita sambil mengucapkan doa. Setelah itu, keduanya berjalan menuju ke tempat
resepsi perkawinan ditemani oleh ina paraja yang berfungsi sebagai orang tua
mereka selama prosesi. Pada zaman dahulu, antara pengantin pria dan wanita tidak
saling mengenal. Maka salah satu kewajiban ina paraja mengakrabkan kedua
pengantin.
➢ Tokal basai
Setelah basai, kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan bak raja semalam
sambil iiringi berbagai macam hiburan. Kedua pihak pengantin menyampaikan
nasihat untuk pegangan kedua pengantin mengarungi bahtera rumah tangga.
Adapun perlengkapan perkawinan yang digunakan oleh pengantin sebagai berikut.
a. Pengantin pria
• Mahkota : pasigar
• Baju beludru berwarna gelap dan bersulam benang emas : lamung
pangantan
• Selempang emas yang dipasang menyilang : simbagang
• Gelang emas : tekan
• Celana panjang bersulam benang emas : saluar belo
• Sarung yang dilipat sampai lutut : tope
• Keris dengan hiasan yang bergantung pada gagangnya : mayal
• Sapu tangan dengan berhiaskan daun perak dipinggirnya : kida sanging
b. Pengantin wanita
• Mahkota : janeng/sua
• Baju adat bersulam : lamung pene’
• Rok bersusun bersulam benang emas berukuran pendek dan panjang: tope
pene dan tope belo
• Sanggul : punyung lakang
• Hiasan berupa kembang yang terbuat dari perak : kemang sanentek
• Hiasan sanggul yang terurai : bunje
• Anting-anting panjang : bengkar tarowe
• Kalung permata : mastora
• Kalung bersusun : tonang baranak
• Gelang lengan yang berbentuk burung : jimat lengan
• Gelang emas bersusun tiga : ponto ode dan ponto rea
• Gelang panjang : kalasu
• Ujung jempol kanan dihiasi kuku emas panjang melengkung : sarung kuku
• Bahu kiri disampirkan sapu tangan : kida sanging.
➢ Ngenrang
suami istri dalam pakaian pengantin datang bertandang kerumah sanak saudara,
kerabat dan orang-orang yang berjasa dalam kehidupannya seperti guru ngaji. Hal
itu dimaksudkan untuk mendapatkan nasehat dan petunjuk dalam mengarungi
bahtera rumah tangga.
➢ Lepas Kelamung
Prosesi ini merupakan tanda berakhirnya segala rangkaian acara perkawinan yang
ditandai dengan melepas semua aksesoris yang digunakan pada saat prosesi
perkawinan seperti kalamung, panisir dan medo bura.

Anda mungkin juga menyukai