Anda di halaman 1dari 67

Pernikahan Adat Betawi

Tahapan dalam Rangkaian Upacara Pernikahan Adat Betawi

1. Ngedelengin

Untuk sampai ke jenjang pernikahan, sepasang muda-mudi betawi (sekarang) biasanya

melalui tingkat pacaran yang disebut berukan. Masa ini dapat diketahui oleh orangtua kedua

belah pihak, tetapi tidak asing kalau orangtua kedua belah pihak tidak mengetahui anaknya

sedang pacaran.

Sistem pernikahan pada masyarakat Betawi pada dasarnya mengikuti hukum Islam,

kepada siapa mereka boleh atau dilarang mengadakan hubungan perkawinan. Dalam mencari

jodoh, baik pemuda maupun pemudi betawi bebas memilih teman hidup mereka sendiri.

Karena kesempatan untuk bertemu dengan calon kawan hidup itu tidak terbatas dalam

desanya, maka banyak perkawinan pemuda pemudi desa betawi terjadi dengan orang dari

lain desa. Namun demikian, persetujuan orangtua kedua belah pihak sangat penting, karena

orangtualah yang akan membantu terlaksanakannya pernikahan tersebut.

Biasanya prosedur yang ditempuh sebelum terlaksananya pernikahan adat adalah dengan

perkenalan langsung antara pemuda dan pemudi. Bila sudah ada kecocokan, orangtua

pemuda lalu melamar ke orangtua si gadis. Masa perkenalan antara pria dan wanita

pada budaya Betawi zaman dulu tidak berlangsung begitu saja atau terjadi dengan

sendirinya. Akan tetapi, diperlukan Mak Comblang seperti Encing atau Encang (Paman dan

bibi) yang akan mengenalkan kedua belah pihak.

Istilah lain yang juga dikenal dalam masa perkenalan sebelum pernikahan dalam adat

Betawi adalah ngedelengin. Dulu, di daerah tertentu ada kebiasaan menggantungkan

sepasang ikan bandeng di depan rumah seorang gadis bila si gadis ada yang naksir.

Pekerjaan menggantung ikan bandeng ini dilakukan oleh Mak Comblang atas permintaan

orangtua si pemuda. Hal ini merupakan awal dari tugas dan pekerjaan ngedelengin.

Ngedelengin bisa dilakukan siapa saja termasuk si jejaka sendiri. Pada sebuah keriaan atau

pesta perkawinan biasanya ada malem mangkat. Keriaan seperti ini melibatkan partisipasi
pemuda. Di sinilah ajang tempat bertemu dan saling kenalan antara pemuda dan pemudi.

Ngedelengin juga bisa dilakukan oleh orangtua walaupun hanya pada tahap awalnya saja.

Setelah menemukan calon yang disukai, kemudian Mak Comblang mengunjungi rumah si

gadis. Setelah melalui obrolan dengan orangtua si gadis, kemudian Mak Comblang

memberikan uang sembe (angpaw) kepada si gadis. Kemudian setelah ada kecocokan,

sampailah pada penentuan ngelamar. Pada saat itu Mak Comblang menjadi juru bicara

perihal kapan dan apa saja yang akan menjadi bawaan ngelamar.

2. Nglamar

Bagi orang Betawi, ngelamar adalah pernyataan dan permintaan resmi dari pihak keluarga

laki-laki (calon tuan mantu) untuk melamar wanita (calon none mantu) kepada pihak

keluarga wanita. Ketika itu juga keluarga pihak laki-laki mendapat jawaban persetujuan atau

penolakan atas maksud tersebut. Pada saat melamar itu, ditentukan pula persyaratan untuk

menikah, di antaranya mempelai wanita harus sudah tamat membaca Al Quran. Yang harus

dipersiapkan dalam ngelamar ini adalah:

1. Sirih lamaran
2. Pisang raja
3. Roti tawar
4. Hadiah Pelengkap
5. Para utusan yang tediri atas: Mak Comblang, Dua pasang wakil orang tua dari calon tuan
mantu terdiri dari sepasang wakil keluarga ibu dan bapak.

3. Bawa tande putus

anda putus bisa berupa apa saja. Tetapi biasanya pelamar dalam adat betawimemberikan

bentuk cincin belah rotan sebagai tanda putus. Tande putus artinya bahwa none calon mantu

telah terikat dan tidak lagi dapat diganggu gugat oleh pihak lain walaupun pelaksanaan tande

putus dilakukan jauh sebelum pelaksanaanacara akad nikah.

Masyarakat Betawi biasanya melaksanakan acara ngelamar pada hari Rabu dan acara bawa

tande putus dilakukan hari yang sama seminggu sesudahnya. Pada acara ini utusan yang
datang menemui keluarga calon none mantu adalah orang-orang dari keluarga yang sudah

ditunjuk dan diberi kepercayaan. Pada acara ini dibicarakan:

1. apa cingkrem (mahar) yang diminta


2. nilai uang yang diperlukan untuk resepsi pernikahan
3. apa kekudang yang diminta
4. pelangke atau pelangkah kalau ada abang atau empok yanng dilangkahi
5. berapa lama pesta dilaksanakan
6. berapa perangkat pakaian upacara perkawinan yang digunakan calon none mantu pada
acara resepsi
7. siapa dan berapa banyak undangan.

4. Akad Nikah

Sebelum diadakan akad nikah secara adat, terlebih dahulu harus dilakukan rangkaian pra-

akad nikah yang terdiri dari:

1. Masa dipiare, yaitu masa calon none mantu dipelihara oleh tukang piara atau tukang rias.
Masa piara ini dimaksudkan untuk mengontrol kegiatan, kesehatan, dan memelihara
kecantikan calon none mantu untuk menghadapi hari akad nikah nanti.
2. Acara mandiin calon pengatin wanita yang dilakukan sehari sebelum akad nikah. Biasanya,
sebelum acara siraman dimulai, mempelai wanita dipingit dulu selama sebulan oleh dukun
manten atau tukang kembang. Pada masa pingitan itu, mempelai wanita akan dilulur dan
berpuasa selama seminggu agar pernikahannya kelak berjalan lancar.
3. Acara tangas atau acara kum. Acara ini identik dengan mandi uap yang tujuanya untuk
membersihkan bekas-bekas atau sisa-sisa lulur yang masih tertinggal. Pada prosesi itu,
mempelai wanita duduk di atas bangku yang di bawahnya terdapat air godokan rempah-
rempah atau akar pohon Betawi. Hal tersebut dilakukan selama 30 menit sampai mempelai
wanita mengeluarkan keringat yang memiliki wangi rempah, dan wajahnya pun menjadi lebih
cantik dari biasanya.
4. Acara ngerik atau malem pacar. Dilakukan prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong
dengan menggunakan uang logam yang diapit lalu digunting. Selanjutnya melakukan malam
pacar, di mana mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.

Setelah rangkaian tersebut dilaksanakan, masuklah pada pelaksanaan akad nikah. Pada

saat ini, calon tuan mantu berangkat menunju rumah calon none mantu dengan membawa

rombongannya yang disebut rudat. Pada prosesi akad nikah, mempelai pria dan keluarganya

mendatangi kediaman mempelai wanita dengan menggunakan andong atau delman hias.

Kedatangan mempelai pria dan keluarganya tersebut ditandai dengan petasan sebagai

sambutan atas kedatangan mereka. Barang yang dibawa pada akad nikah tersebut antara

lain:
1. sirih nanas lamaran
2. sirih nanas hiasan
3. mas kawin
4. miniatur masjid yang berisi uang belanja
5. sepasang roti buaya
6. sie atau kotak berornamen Cina untuk tempat sayur dan telor asin
7. jung atau perahu cina yang menggambarkan arungan bahtera rumah tangga
8. hadiah pelengkap
9. kue penganten
10. kekudang artinya suatu barang atau makanan atau apa saja yang sangat disenangi oleh
none calon mantu sejak kecil sampai dewasa

Pada prosesi ini mempelai pria betawi tidak boleh sembarangan memasuki kediaman

mempelai wanita. Maka, kedua belah pihak memiliki jagoan-jagoan untuk bertanding, yang

dalam upacara adat dinamakan “Buka Palang Pintu”. Pada prosesi tersebut, terjadi dialog

antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan

tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Semua itu merupakan syarat di mana

akhirnya mempelai pria diperbolehkan masuk untuk menemui orang tua mempelai wanita.

Pada saat akad nikah, mempelai wanita Betawi memakai baju kurung dengan teratai dan

selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang

goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Kemudian pada dahi

mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit yang menandakan bahwa ia masih

gadis saat menikah.

Sementara itu, mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, hem, jas, serta

kopiah, ditambah baju gamis berupa jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah,

baju gamis, dan selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie

menjadi tanda haraan agar rumah tangga selalu rukun dan damai.

Setelah upacara pemberian seserahan dan akad nikah, mempelai pria membuka cadar

yang menutupi wajah pengantin wanita untuk memastikan apakah benar pengantin tersebut

adalah dambaan hatinya atau wanita pilihannya. Kemudian mempelai wanita mencium

tangan mempelai pria. Selanjutnya, keduanya diperbolehkan duduk bersanding di pelaminan

(puade). Pada saat inilah dimulai rangkaian acara yang dkenal dengan acara kebesaran.

Adapun upacara tersebut ditandai dengan tarian kembang Jakarta untuk menghibur kedua

mempelai, lalu disusul dengan pembacaan doa yang berisi wejangan untuk kedua mempelai

dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.


5. Acare Negor

Sehari setelah akad nikah, Tuan Penganten diperbolehkan nginep di rumah None

Penganten. Meskipun nginep, Tuan Penganten tidak diperbolehkan untuk kumpul

sebagaimana layaknya suami-istri. None penganten harus mampu memperthankan

kesuciannya selama mungkin. Bahkan untuk melayani berbicara pun, None penganten harus

menjaga gengsi dan jual mahal. Meski begitu, kewajibannya sebagai istri harus dijalankan

dengan baik seperti melayani suami untuk makan, minum, dan menyiapkan peralatan mandi.

Untuk menghadapi sikap none penganten tersebut, tuan penganten menggunakan strategi

yaitu dengan mengungkapkan kata-kata yang indah dan juga memberikan uang tegor. Uang

tegor ini diberikan tidak secara langsung tetapi diselipkan atau diletakkan di bawah taplak

meja atau di bawah tatakan gelas.

6. Pulang Tige Ari

Acara ini berlangsung setelah tuan raje muda bermalam beberapa hari di rumah none

penganten. Di antara mereka telah terjalin komunikasi yang harmonis. Sebagai tanda

kegembiraan dari orangtua Tuan Raje Mude bahwa anaknya memperoleh seorang gadis yang

terpelihara kesuciannya, maka keluarga tuan raje mude akan mengirimkan bahan-bahan

pembuat lakse penganten kepada keluarga none mantu.

Adat Menetap setelah Menikah

Dalam masyarakat dan kebudayaan Betawi, adat tidak menentukan di lingkungan mana

pengantin baru itu harus tinggal menetap. Pengantin baru diberi kebebasan memilih di mana

mereka akan menetap. Walaupun pada masyarakat dan kebudayaan Betawi berlaku pola

menetap yang ambilokal atau utrolokal, tetapi ada kecenderungan pada pola menetap yamg

matrilokal atau unorilokal dewasa ini.

PERNIKAHAN ADAT ON: PERNIKAHAN ADAT, PERNIKAHAN ADAT BETAWI, PERNIKAHAN ADAT DI
INDONESIA, PERNIKAHAN ADAT TRADISIONAL
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Pernikahan Populer


Pernikahan Adat Sunda

Pernikahan Adat Sunda rangkaian acaranya di mulai dari pembicaraan orang tua dari pihak kedua

mempelai sampai acara yang dinamakan: muka...


Pernikahan Adat Betawi

Tahapan dalam Rangkaian Upacara Pernikahan Adat Betawi 1. Ngedelengin Untuk sampai ke jenjang

pernikahan , sepasang muda-mudi betawi (...


Pernikahan Adat Bali

Pernikahan adat bali sangat diwarnai dengan pengagungan kepada Tuhan sang pencipta, semua

tahapan pernikahan dilakukan di rumah mempelai pr...


Pernikahan Adat Batak

Download buku Pernikahan Adat Batak Bonapasogit Garis Besar Tata Cara dan Urutan Pernikahan Adat

Batak Na Gok adalah sebagai berikut: ...


Pernikahan Adat Di Indonesia

Pernikahan adat yang ada di Indonesia sangatlah beragam, beberapa adat pernikahan tradisional besar

yang sering di gunakan untuk mensakra...


Pernikahan Adat Indonesia


 Batak Simalungun
 Tata Cara Pernikahan Simalungun

Tata Cara dan Urutan Pernikahan Adat simalungun


1. Mangarisika

Adalah kunjungan utusan pria yang tidak resmi ke tempat wanita


dalam rangka penjajakan. Jika pintu terbuka untuk mengadakan
peminangan maka pihak orang tua pria memberikan tanda mau
(tanda holong dan pihak wanita memberi tanda mata). Jenis
barang-barang pemberian itu dapat berupa kain, cincin emas,
dan lain-lain.

2. Marhori-hori Dinding/marhusip

Pembicaraan antara kedua belah pihak yang melamar dan yang


dilamar, terbatas dalam hubungan kerabat terdekat dan belum
diketahui oleh umum.

3. Marhata Sinamot

Pihak kerabat pria (dalam jumlah yang terbatas) datang oada


kerabat wanita untuk melakukan marhata sinamot,
membicarakan masalah uang jujur (tuhor).

4. Pudun Sauta

Pihak kerabat pria tanpa hula-hula mengantarkan wadah sumpit


berisi nasi dan lauk pauknya (ternak yang sudah disembelih)
yang diterima oleh pihak parboru dan setelah makan bersama
dilanjutkan dengan pembagian Jambar Juhut (daging) kepada
anggota kerabat, yang terdiri dari :
1. Kerabat marga ibu (hula-hula)
2. Kerabat marga ayah (dongan tubu)
3. Anggota marga menantu (boru)
4. Pengetuai (orang-orang tua)/pariban
5. Diakhir kegiatan Pudun Saut maka pihak keluarga wanita dan
pria bersepakat menentukan waktu Martumpol dan Pamasu-
masuon.

5. Martumpol (baca : martuppol)


Penanda-tanganan persetujuan pernikahan oleh orang tua kedua
belah pihak atas rencana perkawinan anak-anak mereka
dihadapan pejabat gereja. Tata cara Partumpolon dilaksanakan
oleh pejabat gereja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tindak
lanjut Partumpolon adalah pejabat gereja mewartakan rencana
pernikahan dari kedua mempelai melalui warta jemaat, yang di
HKBP disebut dengan Tingting (baca : tikting). Tingting ini harus
dilakukan dua kali hari minggu berturut-turut. Apabila setelah
dua kali tingting tidak ada gugatan dari pihak lain baru dapat
dilanjutkan dengan pemberkatan nikah (pamasu-masuon).

6. Martonggo Raja atau Maria Raja

Adalah suatu kegiatan pra pesta/acara yang bersifat seremonial


yang mutlak diselenggarakan oleh penyelenggara pesta/acara
yang bertujuan untuk :
Mempersiapkan kepentingan pesta/acara yang bersifat teknis dan
non teknis Pemberitahuan pada masyarakat bahwa pada waktu
yang telah ditentukan ada pesta/acara pernikahan dan berkenaan
dengan itu agar pihak lain tidak mengadakan pesta/acara dalam
waktu yang bersamaan.Memohon izin pada masyarakat sekitar
terutama dongan sahuta atau penggunaan fasilitas umum pada
pesta yang telah direncanakan.

7. Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan


Pernikahan)

Pengesahan pernikahan kedua mempelai menurut tatacara gereja


(pemberkatan pernikahan oleh pejabat gereja). Setelah
pemberkatan pernikahan selesai maka kedua mempelai sudah
sah sebagai suami-istri menurut gereja. Setelah selesai seluruh
acara pamasu-masuon, kedua belah pihak yang turut serta dalam
acara pamasu-masuon maupun yang tidak pergi menuju tempat
kediaman orang tua/kerabat orang tua wanita untuk mengadakan
pesta unjuk. Pesta unjuk oleh kerabat pria disebut Pesta
Mangalap parumaen (baca : parmaen)

8. Pesta Unjuk
Suatu acara perayaan yang bersifat sukacita atas pernikahan
putra dan putri.

Ciri pesta sukacita ialah berbagi jambar :

1. Jambar yang dibagi-bagikan untuk kerabat parboru adalah


jambar juhut (daging) dan jambar uang (tuhor ni boru) dibagi
menurut peraturan.

2. Jambar yang dibagi-bagikan bagi kerabat paranak adalah


dengke (baca : dekke) dan ulos yang dibagi menurut peraturan.
Pesta Unjuk ini diakhiri dengan membawa pulang pengantin ke
rumah paranak.

9. Mangihut di ampang (dialap jual)

Yaitu mempelai wanita dibawa ke tempat mempelai pria yang


dielu-elukan kerabat pria dengan mengiringi jual berisi makanan
bertutup ulos yang disediakan oleh pihak kerabat pria.

10. Ditaruhon Jual

Jika pesta untuk pernikahan itu dilakukan di rumah mempelai


pria, maka mempelai wanita dibolehkan pulang ke tempat orang
tuanya untuk kemudian diantar lagi oleh para namborunya ke
tempat namborunya. Dalam hal ini paranak wajib memberikan
upa manaru (upah mengantar), sedang dalam dialap jual upa
manaru tidak dikenal.

11. Paranak makan bersama di tempat kediaman si Pria (Daulat ni


si Panganon)

1. Setibanya pengantin wanita beserta rombongan di rumah


pengantin pria, maka diadakanlah acara makan bersama dengan
seluruh undangan yang masih berkenan ikut ke rumah pengantin
pria.
2. Makanan yang dimakan adalah makanan yang dibawa oleh
pihak parboru
12. Paulak Unea

a. Setelah satu, tiga, lima atau tujuh hari si wanita tinggal


bersama dengan suaminya, maka paranak, minimum pengantin
pria bersama istrinya pergi ke rumah mertuanya untuk
menyatakan terima kasih atas berjalannya acara pernikahan
dengan baik, terutama keadaan baik pengantin wanita pada masa
gadisnya (acara ini lebih bersifat aspek hukum berkaitan dengan
kesucian si wanita sampai ia masuk di dalam pernikahan).
b. Setelah selesai acara paulak une, paranak kembali ke kampung
halamannya/rumahnya dan selanjutnya memulai hidup baru.

13. Manjahea

Setelah beberapa lama pengantin pria dan wanita menjalani


hidup berumah tangga (kalau pria tersebut bukan anak bungsu),
maka ia akan dipajae, yaitu dipisah rumah (tempat tinggal) dan
mata pencarian.

14. Maningkir Tangga (baca : manikkir tangga)

Beberapa lama setelah pengantin pria dan wanita berumah


tangga terutama setelah berdiri sendiri (rumah dan mata
pencariannya telah dipisah dari orang tua si laki-laki) maka
datanglah berkunjung parboru kepada paranak dengan maksud
maningkir tangga (yang dimaksud dengan tangga disini adalah
rumah tangga pengantin baru). Dalam kunjungan ini parboru
juga membawa makanan (nasi dan lauk pauk, dengke sitio tio dan
dengke simundur-mundur).Dengan selesainya kunjungan
maningkir tangga ini maka selesailah rangkaian pernikahan adat
na gok.
|
kawinan Melayu Bengkalis, Riau

Secara umum, adat perkawinan orang Melayu Bengkalis dimulai dengan


merisik dan diakhiri dengan upacara menyembah. Dari keseluruhan
prosesinya, terlihat jelas kebesaran kebudayaan Melayu yang dimiliki
masyarakat Melayu di Riau.

1. Asal-usul

Orang Melayu di Bengkalis masih melestarikan tradisi leluhur. Setidaknya


ini terlihat dari masih dilestarikannya adat perkawinan tradisional
meskipun tidak seutuh pada zaman dahulu. Realitas ini menjadi bukti
kelekatan mereka kepada ajaran leluhur (Ibrahim Mukhtar, 2002).
Upacara adat perkawinan Melayu Bengkalis memiliki rangkaian acara
yang panjang dan meriah. Ritual acara digelar kurang lebih selama 4 hari,
baik di rumah pengantin laki-laki maupun perempuan. Selam itu,
kesenian Melayu seperti tari zapin, tradisi barzanji, dan burdah digelar
untuk menyemarakkan acara. Tidak lupa juga tradisi pantun berbalas
dilantunkan, khususnya saat pertunangan (MS. Suwardi, 1991).

Upacara adat perkawinan orang Melayu Bengkalis diilhami oleh upacara


perkawinan Kerajaan Siak Sri Indrapura di Riau. Perkawinan ini juga
mengenal tata cara yang berbeda, misalnya antara untuk golongan raja,
bangsawan, atau orang biasa, seperti terlihat dalam pembuatan
pelaminan yang bertingkat (Tim Pusat Pengajian Bahasa dan Kebudayaan
Melayu Universitas Riau (P2BKM-UNRI), 2003; MS. Suwardi, 1991).

2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Upacara adat perkawinan orang Melayu Bengkalis biasanya digelar dari


pagi hingga malam hari selama 4 hari. Pelaksanaan upacara dipusatkan di
rumah pengantin perempuan. Meskipun demikian, di rumah pengantin
laki-laki biasanya juga digelar upacara sederhana bersama kerabat.

3. Pemimpin dan Peserta Upacara

Upacara adat perkawinan Melayu Bengkalis dipimpin oleh Tuan Kadi dan
Mak Andam. Keduanya bertanggung jawab pada setiap prosesi upacara.
Upacara ini disaksikan oleh orangtua kedua pengantin, sanak keluarga,
dan tamu undangan.

4. Peralatan dan Bahan


Peralatan dan bahan upacara adat perkawinan Melayu Bengkalis
tergantung pada model perkawinan yang akan digelar. Akan tetapi,
umumnya peralatan dan bahan yang diperlukan adalah sebagai berikut:

 Tepungtawar berupa bedak selo/sejuk, beras basuh, beras kunyit,


bunga rampai, dan daun inai yang digiling halus.

 Tempat air pecung.

 Cerek (teko).

 Ketur.

 Tempat setanggi.

 Tepak sirih.

 Kepuk atau sesaji berisi nasi kunyit (pulut kuning), ulur-ulur, telur
rebus diberi warna merah.

 Tujuh air bunga (air pecung).

5. Proses Pelaksanaan

Secara umum, proses pelaksanaan upacara adat perkawinan Melayu


Bengkalis meliputi 3 tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penutup.

a. Persiapan
Pada tahap ini, kedua keluarga dibantu oleh sanak kerabat dan tetangga
menyiapkan segala keperluan untuk proses perkawinan yang akan
dilakukan. Mulai dari perlengkapan hingga kebutuhan adat.

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan upacara adat perkawinan orang Melayu Bengkalis digelar


dalam beberapa tahap, yaitu merisik, meminang, antar belanja,
menggantung, ijab qabul tepung tawar, berinai, berandam, khatam kaji,
upacara langsung, berarak, membuka pintu, bersanding, makan bersuap,
makan hadap-hadapan, menyembah mertua, mandi kumbo taman,
makan nasi damai, dan upacara menyembah. Berikut adalah pelaksanaan
selengkapnya.

Merisik

Merisik adalah proses mengenali perempuan yang akan dijadikan


istri. Proses ini dilakukan secara bertahap oleh pihak keluarga
laki-laki. Caranya dengan mengirim orangtua laki-laki atau utusan
untuk mencari informasi tentang calon istri, menyangkut tingkah
lakunya, kemampuannya mengurus rumah tangga, perangai
terhadap orangtua, tetangga, dan masyarakat. Satu hal yang
terpenting adalah menanyakan apakah anak perempuan tersebut
sudah ditanggam atau dipinang, atau sudah mengikat janji
dengan orang lain. Jika sudah, kedatangan keluarga laki-laki
hanya untuk menjalin persaudaraan. Merisik dilakukan setelah
mendengar kabar dari calon suami bahwa ada gadis yang menjadi
idaman hatinya. Merisik juga dilakukan oleh keluarga perempuan
untuk menyelidiki calon pengantin laki-laki.

Meminang

Jika dalam proses merisik kedua keluarga bersepakat untuk


menikahkan kedua anaknya, maka tahap selanjutnya
adalah meminang. Pada tahap ini, pihak laki-laki mengirim utusan
ke pihak perempuan untuk menyampaikan niat menikah pihak
laki-laki. Utusan yang dikirim biasanya orang-orangtua pilihan
yang bijak dan mengerti adat. Peminangan biasanya disampaikan
dengan bahasa pantun dan pepatah petitih serta diawali dengan
ritual tepak sirih Melayu.
Antar Belanja

Sembari menunggu hari pernikahan, pihak laki-laki melakukan


tahap antar belanja, yakni mengirimkan barang-barang tertentu,
seperti uang atau cincin ke pihak keluarga perempuan dengan
tujuan membantu keluarga perempuan dalam menggelar upacara
perkawinan dan sebagai ikatan janji bahwa kedua keluarga akan
menikahkan anaknya. Pada sebagian orang Melayu Bengkalis,
tahap ini juga biasa diisi dengan ritual tukar cincin. Antar belanja
umumnya disesuaikan dengan derajat dan kedudukan pihak laki-
laki di mata sosial. Besarnya hantaran dimungkinkan dapat
mengangkat derajat pihak laki-laki. Pada tahap ini, kedua belah
pihak menyepakati waktu akad nikah dan upacara langsung
(bersanding/resepsi) akan dilaksanakan.

Menggantung

Tahap ini diisi dengan menghias rumah (tengah rumah),


pelaminan, tempat tidur, dan tempat bersanding kedua pengantin
kelak di rumah pengantin perempuan. Kegiatan ini dilakukan oleh
keluarga dan kerabat dibantu oleh tetangga dan orang tertentu.
Pada tahap ini pula, orangtua mempelai perempuan akan
melakukan ritual tepuk tepung tawar di setiap sudut tempat-
tempat di atas. Ada pembedan dalam pemasangan pelaminan,
untuk raja pelaminannya tingkat 9, bangsawan 7, datuk-datuk 5,
dan orang biasa 3. Namun, hal ini sekarang sudah diubah dengan
hanya ditentukan oleh kemampuan pihak keluarga.

Ijab qabul

Tahap ini adalah pengucapan janji pengantin laki-laki kepada


pengantin perempuan yang dipimpin oleh Tuan Kadi (wakil
orangtua pengantin perempuan) dan disaksikan kedua orangtua
pengantin serta dihadiri tamu undangan. Kegiatan ini dilakukan di
rumah pengantin perempuan dan umumnya digelar selepas shalat
maghrib. Pengantin laki-laki duduk di atas tilam kecil beralas tikar
berlambak. Sebelumnya, orangtua adat memantrai sekitar tempat
duduk ini agar dijauhkan dari niat jahat.

Sebelum ijab qabul, pengantin laki-laki akan duduk bersimpuh di


hadapan orangtuanya, datuk dan nenek, dan handai tolan
terdekat untuk memohon restu. Di saat yang sama, Tuan
Kadi akan menemui calon pengantin perempuan yang
disembunyikan di sebuah bilik untuk menanyakan persetujuannya
untuk dinikahkan. Setelah mendapat anggukan, barulah ijab qabul
dilaksanakan.

Seusai ijab qabul, pengantin pria dibawa ke sanak keluarga


pengantin perempuan untuk bersalaman sebagai tanda
perkenalan dan peresmian pernikahan. Lalu, pengantin laki-laki
masuk ke dalam bilik khusus yang sudah disediakan. Malam itu ia
belum diperbolehkan bertemu dengan pengantin perempuan.

Tepung Tawar (Berinai Lebai)

Pengantin perempuan keluar dari bilik setelah didandani, lalu


didudukkan di pelaminan. Setelah itu, orang-orangtua yang
dihormati diikuti orangtua pengantin dan kerabat melakukan
tepung tawar. Jumlah orangtua tersebut biasanya ganjil, misalnya
3, 5, atau 7. Jika berjumlah genap, hal itu justru dianggap akan
mengakibatkan sesuatu yang kurang baik bagi pengantin. Acara
dilanjutkan dengan menyantap hidangan yang disediakan. Setelah
itu, pengantin laki-laki pulang ke rumahnya. Lalu tak berapa
lama, pengantin perempuan diiringi orang-orangtua dan kerabat,
mengantar makanan ke rumah pengantin laki-laki. Pada tahap ini
pula, di rumah pengantin perempuan digelar pembacaan syair-
syair barzanzi, marhaban, dan burdah semalam suntuk.

Berinai
Berinai adalah upacara memberikan tanda-tanda pada telapak
tangan, kuku, jari tangan dan kaki pengantin perempuan, sebagai
simbol bahwa ia adalah pengantin baru. Inai dibuat dari daun inai
yang ditumbuk halus dicampur dengan air asam Jawa sehingga
berwarna merah. Namun, menurut kepercayaan, jika inai yang
dilekatkan di tangan atau kaki tidak berwarna merah, maka
kegadisan pengantin patut diragukan. Inai dilakukan oleh kerabat
pengantin perempuan di rumah pengantin laki-laki.

Berandam

Berandam (berendam) adalah membersihkan diri, bercukur, dan


memotong anak rambut dan rambut di pelipis. Berandam hanya
untuk pengantin perempuan dan dilakukan di rumah oleh
tukang andam (perempuan tua yang sudah ahli). Berandam
digelar setelah sebelumnya pengantin perempuan dimandikan
menggunakan tujuh air bunga (air pecung) lalu dipakaikan
pakaian adat Melayu Bengkalis. Berandam merupakan simbol
penyucian pengantin perempuan dari berbagai dosa.

Khatam Kaji

Tahap ini diisi dengan membaca kitab suci Alquran dari surat
Dhuha hingga surat terakhir. Khatam kaji biasa digelar jam 11.00
siang dan dilakukan oleh orang-orangtua laki-laki dan laim ulama.

Upacara Langsung

Upacara langsung adalah upacara menyandingkan kedua


pengantin di pelaminan di rumah pengantin perempuan. Upacara
ini biasanya digelar pada siang hari. Pengantin perempuan
berpakaian adat Melayu Bengkalis. Setelah siap, seseorang diutus
untuk memberitahukan dan menjemput pengantin laki-laki bahwa
upacara bersanding siap dimulai. Setelah sebelumnya makan
bersama, pengantin laki-laki akan berangkat dari rumahnya
diiringi orangtua dan kaum kerabat menuju rumah pengantin
perempuan.

Berarak

Perjalanan dari rumah pengantin laki-laki menuju rumah


pengantin perempuan disebut sebagai prosesi berarak (mengarak
pengantin). Umumnya, pengantin laki-laki akan digendong
oleh pak cik atau pamannya sebagai harapan bahwa mereka
berasal dari keluarga terhormat. Pengantin laki-laki berpakaian
adat Melayu Bengkalis. Sesampai di rumah pengantin perempuan,
pengantin laki-laki didudukkan di kursi yang telah disediakan dan
disambut dengan tabuhan gendang dan seni pencaksilat.
Pengantin laki-laki kemudian dibawa menuju pintu rumah dan di
sana ditutupkan kain pada kepalanya.

Membuka Pintu

Sesampai di depan pintu, tukang andam melantunkan pantun


yang kemudian dijawab oleh rombongan pengantin laki-laki.
Pantun berbalas yang bisa berupa pujian maupun sindiran ini
menjadi ritual sebelum masuk rumah. Setelah itu, pengantin laki-
laki menyodorkan amplop berisi uang (uang lelawe) kepada
tukang andam sebagai tanda pembuka pintu. Pintu rumah tidak
akan dbuka sebelum uanglelawe ini diberikan.

Bersanding

Setelah berbalas pantun, pengantin laki-laki dibimbing Mak


Andam menuju ke pelaminan dan didudukkan di samping
pengantin perempuan yang ditutup kepalanya dengan pura-pura
tidur. Lalu, Mak Andam mengambil sirih lelat dari tangan
pengantin laki-laki dan memutar-mutarkannya di atas kepada
kedua pengantin sebanyak 7 kali. Konon, jika sirih lelat ini
dimakan oleh anak gadis atau bujang, maka niscaya ia akan cepat
dapat jodoh.
Makan Bersuap

Sesaat setelah bersanding, Mak Andam memberikan nasi pulut


kuning kepada kedua pengantin agar mereka saling bersuap. Saat
pengantin laki-laki menyuapi pengantin perempuan, pengantin
perempuan memalingkan muka tanda malu. Prosesi ini
merupakan tanda kasih sayang di antara kedua mempelai.

Makan Hadap-hadapan

Mak Andam membimbing kedua mempelai turun dari pelaminan


menuju sebuah ruangan. Di ruangan ini, kedua pengantin makan
sambil berhadap-hadapan disaksikan kerabat dan tamu yang
hadir. Prosesi ini sebagai simbol kesetiaan, kecintaan, dan
pengabdian istri kepada suami.

Menyembah Mertua

Malam harinya, kedua mempelai beserta rombongan pergi ke


rumah pengantin laki-laki untuk melakukan prosesi menyembah
mertua. Pengantin perempuan dipanggul di atas kursi yang diikat
dengan kayu. Baik mertua maupun sanak keluarga memberikan
buah tangan berupa uang, kain, atau baju sebagai hadiah sebagai
ucapan selamat. Setelah itu, diadakan makan bersama. Usai itu,
pengantin dan rombongan pulang ke rumah pengantin
perempuan. Di sana, biasanya digelar acara kesenian. Pada
malam berikutnya, orangtua pengantin laki-laki bergantian
menjemput pengantin perempuan ke rumahnya. Setelah acara ini,
kedua pengantin baru boleh keluar rumah.

Mandi Taman
Sehari setelah acara bersanding, kedua pengantin dimandikan
menggunakan air yang telah dimantrai (air tolak bala), dicampur
dengan bunga-bunga tertentu. Sebelum mandi taman, dagu
kedua pengantin diusap dengan tepung tawar, batu asahan, telur
ayam, dan batu cincin. Setelah itu, pengantin didudukkan di kursi,
lalu Mak Andam mengelilingi mereka sebanyak 7 kali sambil
membawa kelengkapan mandi. Oleh Mak Andam, kedua
pengantin dibasahi mulai dari kepala, muka, lalu badan. Seusai
mandi, kedua pengantin berganti pakaian lalu dibimbing menuju
bilik seraya menginjak padi yang ada dalam dulang. Kedua
pengantin diselubungi kain panjang sebagai pertanda awal dari
hubungan kedua suami istri. Sepanjang menuju bilik, kedua
pengantin ditaburi bunga rampai yang dicampur kepingan uang
logam yang kemudian diperebutkan anak-anak kecil

Makan Nasi Damai

Selepas mandi taman, kedua pengantin didudukkan di pelaminan


lalu diberikan hidangan nasi pulut putih oleh orangtua pengantin
laki-laki. Nasi ini disebut dengan nasi damai karena pertanda
bahwa pihak keluarga pengantin laki-laki ikut bertanggung jawab
atas kedamaian keluarga kedua mempelai.

c. Penutup

Acara ditutup dengan upacara menyembah yang dilakukan pada malam


keempat selepas bersanding. Kedua pengantin akan pergi ke sanak
kerabat untuk bersalaman dan memohon doa restu. Upacara ini juga
bertujuan mendekatkan keluarga kedua pengantin.

6. Doa-doa

Dalam upacara adat perkawinan Melayu Bengkalis terdapat doa-doa


khusus, antara lain:

a. Doa permohonan agar kedua mempelai sehat dan damai


kehidupannya.
b. Doa permohonan agar kedua mempelai beserta keluarganya
dijauhkan dari bencana.

c. Doa permohonan pembesihan doa saat berandam.

7. Pantangan dan Larangan

Kedua pengantin dilarang keluar rumah sampai keduanya melakukan


prosesi menyembah mertua di rumah pengantin laki-laki.

8. Nilai-nilai

Upacara adat perkawinan orang Melayu Bengkalis memuat nilai-nilai


dalam dalam kehidupan, antara lain:

a. Pelestarian tradisi. Upacara adat perkawinan ini adalah ajaran


leluhur. Oleh karena itu, mempraktekkan ajaran ini secara tidak
langsung merupakan salah satu upaya dalam melestarikan tradisi
leluhur.

b. Melanjutkan generasi. Salah satu tujuan perkawinan adalah


mencetak generasi penerus sehingga sejarah dan budaya di
keluarga atau kelompok masyarakat tersebut akan berkembang.

c. Pelestarian sastra tradisional. Nilai ini terlihat dari pantun berbalas


yang diucapkan saat pertunangan.

d. Mempererat dan memperluas hubungan keluarga. Nilai ini


tercermin dari tujuan perkawinan itu sendiri, yakni menyatukan
dua keluarga menjadi satu keluarga besar.
9. Penutup

Secara umum, adanya upacara adat perkawinan ini menjadi bukti


kekayaan kebudayaan Melayu. Selain itu, upacara ini juga menjadi bukti
bahwa leluhur Melayu Bengkalis sangat menghargai siklus kehidupan, hal
ini terbukti dari begitu rincinya prosesi adat ini digelar.

(Yusuf Efendi/Bdy/86/09-2011)

Referensi

Ibrahim Mukhtar, 2002. Adat Istiadat Perkawinan Melayu Bengkalis.


Bengkalis: Riau
_________, 2002. Adat dan Kebudayaan serta Tabiat Orang Melayu.
Bengkalis: Riau
MS. Suwardi, 1991. Budaya Melayu dalam Perjalanannya Menuju Masa
Depan. Pusat Penelitian Universitas Riau: Riau.
Tim Pusat Pengajian Bahasa dan Kebudayaan Melayu Universitas Riau
(P2BKM-UNRI), 2003. Budaya Tradisional Bengkalis. Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Bengkalis.


 ADAT
 OPINI

11 Tahapan Tata Cara Pernikahan Adat Batak Toba

Tata cara pernikahan adat Batak Toba termasuk salah satu tahapan pernikahan yang cukup
panjang. Hal ini bahkan sudah jadi ‘rahasia umum’ oleh masyarakat. Selaras dengan
sebutannya dalam bahasa Batak yaitu “Adat Na Gok”, adat atau ritual dalam pernikahan
Batak memang banyak! Eits, akan tetapi, ini lho salah satu yang bikin orang Batak ‘malas’
untuk bercerai dan menikah lagi.
Mari kita lihat ke-11 tahapan pernikahan adat Batak Toba tersebut. Meski sekarang semua
tahapan ini tak lagi begitu diikuti melainkan diringkas, tak ada salahnya untuk tetap
mengetahui bagaimana sebenarnya tahapan adat tersebut, bukan?

Tata Cara Pernikahan Adat Batak Toba

1. Mangarisika
Mangarisika adalah perkenalan dimana pihak pria dan beberapa keluarga pihak pria yang
diutus berkunjung secara tak resmi ke kediaman pihak wanita untuk penjanjakan. Jika pihak
wanita termasuk keluarga terbuka untuk peminangan tersebut maka akan diberikan tanda
holong (disebut juga tanda mata) berupa cincin emas, kain dan lainnya.

2. Marhusip-husip

Dalam bahasa Indonesia berarti “berbisik” namun bukan berarti saling berbisik secara
harfiah melainkan pembicaraan ini belum boleh diketahui umum. Dalam tahanapan ini,
orangtua dan kerabat pihak pria akan bertamu ke pihak wanita dan orangtuanya serta
kerabat. Namun, sekarang tahapan ini sudah tak lagi sekadar penjajakan melainkan bicara
hal-hal pokok soal pernikahan – meski demikian pembicaraan bersifat belum resmi.

3. Marhata sinamot

Sinamot merupakan “Tuhor ni boru” atau pihak pria “membeli” wanita yang akan menjadi
istri dari orangtuanya. Dalam bahasa Indonesia, istilah “sinamot” sering disebut “mahar”. Di
tahapan ini, pihak pria dan pihak wanita akan membicarakan sinamot namun didahului
dengan makan bersama. Acara ini sendiri dilakukan di rumah wanita. Kemudian diadakan
pula pemmbagian daging (Jambar Juhut) bagi kerabat yang terdiri dari kerabat dari marga
ibu, kerabat dari marga ayah serta anggota marga menantu serta orang-orang tua atau
pariban. Hal pokok yang dibicarakan, antara lain: Sinamot, ulos, Jambar Juhut, jumlah
undangan serta tanggal dan lokasi pesta dan tata cara adat. Ditentukan pula kapan waktu
untuk martumpol.

4. Martumpol

Acara ini hampir mirip dengan bertunangan. Rangkaian acara di tahapan ini disaksikan juga
oleh pejabat gereja bahwa sudah ada persetujuan pernikahan. Dilakukan 2 (dua) minggu
sebelum rencana pernikahan. Kemudian, nantinya gereja akan ‘mengumumkan’ rencana
pernikahan tersebut agar mengetahui tak ada gugatan.

5. Martonggo raja

Baca juga : Mangokkal Holi Dalam Tradisi Suku Batak Toba

Tahapan ini bersifat seremonial yakni kegiatan pra-pesta pernikahan yang ditujukan untuk
persiapan acara pesta.

6. Manjalo pasu-pasu parbagason

Disebut juga pemberkatan pernikahan yang dilakukan di gereja. Nah setelah acara gereja,
kemudian akan dilakukan rangkaian pesta adat Batak!

7. Pesta unjuk

Tak hanya pemberkatan dari gereja, kedua mempelai harus memperoleh pemberkatan dari
seluruh keluarga terutama orangtua. Disampaikan doa-doa sembari ditandakan dengan
pemberian ulos. Kemudian ada pula pembagian jambar.
Jambar dibagikan ke pihak wanita adalah daging (jambar juhut) dan uang (tuhor ni boru),
sementara pihak pria menerima ikan masa arsik (dengke) dan ulos. Setelah pesta unjuk
selesai, pengantin wanita dibawa ke kediaman paranak.

8. Dialap jual / Ditaruhon jual

Tahapan ini dilakukan apabila acara pesta diselenggarakan di kediaman pihak wanita maka
akan dilakukan acara membawa mempelai wanita ke kediaman pihak pria.
Namun, jika dilakukan di rumah mempelai pria, mempelai wanita diperbolehkan kembali ke
kediaman orangtuanya yang kemudian diantarkan lagi oleh para namboru dari wanita ke
tempat namborunya.

9. Paulak Une

Tahapan tata cara pernikahan adat Batak Toba ini dilaksanakan seminggu sesudah pesta
adat dimana mereka sudah sah menjadi suami-istri. Pihak pria harus berkunjung ke rumah
mertua untuk berterima kasih atas acara pernikahan yang telah berlangsung. Selanjutnya,
pasangan menikah melanjutkan hidup baru.

10. Manjae

Ritual ini dilakukan setelah beberapa waktu pasangan telah menjalani rumah tangga (namun
pria bukan anak bungsu). Pria tersebut akan “dipajae” atau dipisah rumah dan mata
pencarian, umumnya anak bungsu akan mewarisi rumah milik orangtua.

11. Maningkir tangga

Sesudah acara Manjae, orangtua dan keluarga pasangan menikah akan berkunjung ke
rumah pasangan menikah dan makan bersama.
Demikian beberapa urutan tata acara pernikahan adat Batak Toba. Cukup panjang, bukan?
Meski memang dalam tahun-tahun terakhir ini ada beberapa urutan yang dilewatkan.
Namun, tetap ada pula yang menggabungkan tahapan tersebut dalam satu waktu.
Ada yang menarik dari pernikahan adat Batak yakni acara tak lepas dari kelompok
masyarakat yang bersangkutan, khususnya keluarga besar dari masing-masing pihak. Oleh
karena itu, dalam pernikahan adat Batak tak hanya lagi dikenal penyatuan antara dua
keluarga melainkan juga dua lingkup masyarakat. Ini karena dalam rangkaian acara tersebut
tak bisa dilepaskan dari peran masyarakat agar pesta berlangsung sukses.

 10 Hal Yang Menonjol Dari Wanita Batak - 68587 Views


 Alasan Mengapa Kamu Harus Menikah dengan Pria Suku Bata - 46092 Views
 11 Tahapan Tata Cara Pernikahan Adat Batak Toba - 11674 Views
 Suku Batak Dulu Pemakan Manusia. Benar Ga Sih? - 10089 Views Notify me of new posts by
email.

Budaya Nusantara
Aneka ragam suku bangsa dan budaya Nusantara
Perkawinan Adat Bali

Upacara Perkawinan Adat Bali

Dalam ajaran Hindu terdapat empat tahap dalam mencapai tujuan hidup, adapun tujuan
hidup tersebut dinamakan Catur Purusa Artha terdiri dari Dharma, Artha, Kama dan Moksa.
Dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

Sementara dalam Perkawinan adalah bentuk perujudan dari suatu usaha untuk mencapai
tujuan hidup. Dalam lontar Agastya Parwa disebutkan “Yatha sakti Kayika Dharma” ini
bermakna dengan kemampuan sendiri melaksanakan Dharma

Upacara perkawinan pada hakekatnya adalah upacara persaksian ke hadapan Tuhan Yang
Maha Esa dan kepada masyarakat bahwa kedua orang yang bersangkutan telah mengikatkan
diri sebagai suami-istri. Sedangkan pengertian perkawinaan sendiri adalah jalinan ikatan
secara lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk suatu keluarga yang bahagia dan abadi selamanya hingga akhir usia.

Bila seseorang sudah berniat melakukan perkawinan, diharapkan sudah mereka sudah siap
lahir dan batin dalam menempuk bahtera rumah tangga kelak.

Dalam perkawinan umat Hindu di Bali, ada dua tujuan hidup yang harus dapat diselesaikan
dengan tuntas yaitu mewujudkan artha dan kama yang berdasarkan Dharma.

Sebelum seseorang memasuki jenjang perkawinan dibutuhkan suatu bimbingan, nasehat dan
wejangan agar dalam pelaksaanaannya nanti tidak mengalami kendala, masalah yang
mungkin akan timbul dalam mengarui biduk bahtera rumah tangga, bimbingan ini diberikan
dari orang yang mengerti dan ahli dalam bidang agama Hindu, orang yang mengerti agama
ini akan menerangkan apa yang menjadi tugas dan kewajiban bagi orang yang telah terikat
dalam pernikahan sehinggabisa mandiri di dalam mewujudkan tujuan hidup mendapatkan
artha dan kama berdasarkan Dharma.

Lalu dilanjutkan dengan proses penyucian diri yang bertujuan memberikan kesempatan
kepada leluhur untuk menjelma kembali dalam rangka memperbaiki karmanya (umat Hindu
di Bali percaya leluhur yang sudah meninggal dapat berenkarnasi dalam perujudan anak cucu
kembali) untuk peleburan perbuatan buruk ke dalam perbuatan yang baik, itu adalah
manfaat jadi manusia. Melahirkan anak lewat perkawinan mengasuh, membimbing,
memeliharanya dan mendidik dengan penuh kasih sayang sesungguhnya suatu yadnya
kepada leluhur. Terlebih lagi kalau anak tersebut dapat menjadi manusia yang sempurna,
akan merupakan suatu perbuatan melebihi seratus yadnya, demikian disebutkan dalam
Slokantara.
Perkawinan bagi umat Hindu merupakan sesuatu yang suci dan sakral. Saat itu perkawinan
layak atau tidak nya ditentukan oleh seorang Resi, dimana sang Resi (Bramana Sista) ini
mampu melihat lewat mata batin cocok tidaknya dari pasanngan yang akan dinikahkan, bila
tidak cocok atau jodoh akan dibatalkan karena bisa berakibat buruk bagi kehidupan rumah
tangga mereka nanti. Namun seiring masa berganti dan pertimbangan duniawi lebih
mempengaruhi orang tua dalam memilih jodoh untuk anak anak mereka dan bukan lagi nilai
budi pekerti yang di junjung tinggi

Pernikahan adat Bali menggunakan sistem patriarki yaitu semua tahapan dan proses
pernikahan dilakukan di rumah mempelai pria.

Menurut UU perkawinan no 1 thn 1974, sah tidaknya suatu perkawinan adalah sesuai
menurut hukum dan agama masing masing.

Proses upacara adat pernikahan di Bali disebut “Mekala-kalaan (natab banten)”. Pelaksaan
upacara ini dipimpin oleh seorang pendeta yang diadakan di halaman rumah sebagai titik
sentral kekuatan Kala Bhucari yang dipercaya sebagai penguasa wilayah madyaning mandala
perumahan.

Makalan-kalaan sendiri berasal dari kata Kala yang mengandung pengertian energi. Upacara
mekala-kalaan ini mempunyai maksud untuk menetralisir kekuatan kala/energi yang bersifat
buruk/negatif dan berubah menjadi positif/baik.

Adapun maksud dari upacara ini adalah sebagai pengesahan perkawinan antara kedua
mempelai dan sekaligus penyucian benih yang terkandung di dalam diri kedua mempelai.

Peralatan Mekala-kalaan dan symbol upacara adat perkawinan Bali

* Sanggah Surya
Sanggah Surya/bambu melekung merupakan niyasa (simbol) istana Sang Hyang Widhi Wasa,
ini merupakan istananya Dewa Surya dan Sang Hyang Semara Jaya dan Sang Hyang Semara
Ratih. Di sebelah kanan digantungkan biyu lalung simbol kekuatan purusa dari Sang Hyang
Widhi dan Sang Hyang Purusa ini bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Jaya sebagai
dewa kebajikan, ketampanan, kebijaksanaan simbol pengantin pria dan di sebelah kiri
sanggah digantungkan sebuah kulkul berisi beremsimbol kekuatan prakertinya Sang Hyang
Widhi dan bermanifestasi sebagai Sang Hyang Semara Ratih dewi kecantikan serta
kebijaksanaan simbol pengantin wanita.

* Kelabang Kala Nareswari


Kelabang Kala Nareswari (Kala Badeg)simbol calon pengantin yang diletakkan sebagai alas
upacara mekala-kalaan serta diduduki oleh kedua calon pengantin.
* Tikeh Dadakan (tiker kecil)
Tikeh Dadakan (tikar kecil) yang diduduki oleh pengantin wanita sebagai simbol selaput dara
(hymen) dari wanita. Kalau dipandang dari sudut spiritual, tikar adalah sebagai simbol
kekuatan Sang Hyang Prakerti (kekuatan yoni).

* Keris
Keris sebagai kekuatan Sang Hyang Purusa (kekuatan lingga) calon pengantin pria. Biasanya
nyungklit keris, dipandang dari sisi spritualnya sebagai lambang kepurusan dari pengantin
pria.

* Benang Putih
Benang Putih dibuatkan sepanjang setengah meter, terdiri dari 12 bilahan benang menjadi
satu, serta pada kedua ujung benang masing-masing dikaitkan pada cabang pohon dapdap
setinggi 30 cm. Angka 12 berarti simbol dari sebel 12 hari, yang diambil dari cerita
dihukumnya Pandawa oleh Kurawa selama 12 tahun. Dengan upacara mekala-kalaan
otomatis sebel pengantin yang disebut sebel kandalan menjadi sirna dengan upacara
penyucian tersebut. Dari segi spiritual benang ini sebagai simbol dari lapisan kehidupan,
berarti sang pengantin telah siap untuk meningkatkan alam kehidupannya dariBrahmacari
Asrama menuju alam Grhasta Asrama.

* Tegen – tegenan
Makna tegen-tegenan merupakan simbol dari pengambil alihan tanggung jawab sekala dan
niskala.
Adapun Perangkat tegen-tegenan ini :
– Batang tebu berarti hidup pengantin mengandung arti kehidup dijalani secara bertahap
seperti hal tebu ruas demi ruas, secara manis.
– Cangkul sebagai simbol Ardha Candra. Cangkul sebagai alat bekerja, berkarma
berdasarkan Dharma.
– Periuk simbol windhu.
– Buah kelapa simbol brahman (Sang Hyang Widhi).
– Seekor yuyu/kepiting simbol bahasa isyarat memohon keturunan dan kerahayuan.

* Suwun-suwunan(sarana jinjingan)
Suwun-suwunan berupa bakul yang dijinjing mempelai wanita yang berisi talas, kunir, beras
dan bumbu-bumbuan melambangkan tugas wanita atau istri mengembangkan benih yang
diberikan suami, diharapkan seperti pohon kunir dan talas berasal dari bibit yang kecil
berkembang menjadi besar.

* Dagang-dagangan
Dagang-dagangan melambangkan kesepakatan dari suami istri untuk membangun rumah
tangga dan siap menanggung segala resiko yang timbul akibat perkawinan tersebut seperti
kesepakatan antar penjual dan pembeli dalam transaksi dagang.
* Sapu lidi
Sapu lidi (3 lebih). Simbol Tri Kaya Parisudha. Pengantin pria dan wanita saling mencermati
satu sama lain, isyarat saling memperingatkan serta saling memacu agar selalu ingat dengan
kewajiban melaksanakan Tri Rna berdasarkan ucapan baik, prilaku yang baik dan pikiran
yang baik, disamping itu memperingatkan agar tabah menghadapi cobaan dan kehidupan
rumah tangga.

* Sambuk Kupakan
Sambuk Kupakan (serabut kelapa). Serabut kelapa dibelah tiga, di dalamnya diisi sebutir
telor bebek, kemudian dicakup kembali di luarnya diikat dengan benang berwarna tiga (tri
datu). Serabut kelapa berbelah tiga simbol dari Triguna (satwam, rajas, tamas). Benang
Tridatu simbol dari Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa) mengisyaratkankesucian.Telor bebek
simbol manik. Kedua Mempelai saling tendang serabut kelapa (metanjung sambuk) sebanyak
tiga kali, setelah itu secara simbolis diduduki oleh pengantin wanita. Ini mengandung
pengertian Apabila mengalami perselisihan agar bisa saling mengalah, serta secara cepat di
masing-masing individu menyadari langsung. Selalu ingat dengan penyucian diri, agar
kekuatan triguna dapat terkendali. Selesai upacara serabut kalapa ini diletakkan di bawah
tempat tidur mempelai.

* Tetimpug
Tetimpug adalah bambu tiga batang yang dibakar dengan api dayuh yang bertujuan
memohon penyupatan dari Sang Hyang Brahma.

Rangkaian tahapan upacara pernikahan adat Bali:

Upacara Ngekeb:

Acara ini bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan remaja
menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga dengan memohon doa restu kepada Tuhan Yang
Maha Esa agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini serta nantinya
mereka diberikan anugerah berupa keturunan yang baik.

Setelah itu pada sore harinya, seluruh tubuh calon pengantin wanita diberi luluran yang
terbuat dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan.
Dipekarangan rumah juga disediakan wadah berisi air bunga untuk keperluan mandi calon
pengantin. Selain itu air merang pun tersedia untuk keramas.

Sesudah acara mandi dan keramas selesai, pernikahan adat bali akan dilanjutkan dengan
upacara di dalam kamar pengantin. Sebelumnya dalam kamar itu telah disediakan sesajen.
Setelah masuk dalam kamar biasanya calon pengantin wanita tidak diperbolehkan lagi keluar
dari kamar sampai calon suaminya datang menjemput. Pada saat acara penjemputan
dilakukan, pengantin wanita seluruh tubuhnya mulai dari ujung kaki sampai kepalanya akan
ditutupi dengan selembar kain kuning tipis. Hal ini sebagai perlambang bahwa pengantin
wanita telah bersedia mengubur masa lalunya sebagai remaja dan kini telah siap menjalani
kehidupan baru bersama pasangan hidupnya.

Mungkah Lawang (Buka Pintu):

Seorang utusan Mungkah Lawang bertugas mengetuk pintu kamar tempat pengantin wanita
berada sebanyak tiga kali sambil diiringi olehseorang Malat yang menyanyikan tembang Bali.
Isi tembang tersebut adalah pesan yang mengatakan jika pengantin pria telah datang
menjemput pengantin wanita dan memohon agar segera dibukakan pintu.

Upacara Mesegehagung:

Sesampainya kedua pengantin di pekarangan rumah pengantin pria, keduanya turun dari
tandu untuk bersiap melakukan upacara Mesegehagung yang tak lain bermakna sebagai
ungkapan selamat datang kepada pengantin wanita, kemudian keduanya ditandu lagi menuju
kamar pengantin. Ibu dari pengantin pria akan memasuki kamar tersebut dan mengatakan
kepada pengantin wanita bahwa kain kuning yang menutupi tubuhnya akan segera dibuka
untuk ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang ditusuk dengan tali benang Bali dan
biasanya berjumlah dua ratus kepeng

Madengen–dengen:

Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin dari energi
negatif dalam diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat atau Balian

Mewidhi Widana:

Dengan memakai baju kebesaran pengantin, mereka melaksanakan upacara Mewidhi Widana
yang dipimpin oleh seorang Sulingguh atau Ida Peranda. Acara ini merupakan
penyempurnaan pernikahan adat bali untuk meningkatkan pembersihan diri pengantin yang
telah dilakukan pada acara acara sebelumnya. Selanjutnya, keduanya menuju merajan yaitu
tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu Yang Kuasa. Acara ini dipimpin oleh
seorang pemangku merajan

Mejauman Ngabe Tipat Bantal:

Beberapa hari setelah pengantin resmi menjadi pasangan suami istri, maka pada hari yang
telah disepakati kedua belah keluarga akan ikut mengantarkan kedua pengantin pulang ke
rumah orang tua pengantin wanita untuk melakukan upacara Mejamuan/menerima tamu.
Acara ini dilakukan untuk memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak keluarga
pengantin wanita, terutama kepada para leluhur, bahwa mulai saat itu pengantin wanita
telah sah menjadi bagian dalam keluarga besar suaminya. Untuk upacara pamitan ini
keluarga pengantin pria akan membawa sejumlah barang bawaan yang berisi berbagai
panganan kue khas Bali seperti kue bantal, apem, alem, cerorot, kuskus, nagasari, kekupa,
beras, gula, kopi, the, sirih pinang, bermacam buah–buahan serta lauk pauk khas Bali.

Pernikahan Adat Bali

Pernikahan adat bali sangat diwarnai dengan pengagungan kepada Tuhan sang pencipta,
semua tahapan pernikahan dilakukan di rumah mempelai pria, karena masyarakat Bali
memberlakukan sistem patriarki, sehingga dalam pelaksanan upacara perkawinan semua
biaya yang dikeluarkan untuk hajatan tersebut menjadi tanggung jawab pihak keluarga laki –
laki. hal ini berbeda dengan adat pernikahan jawa yang semua proses pernikahannya
dilakukan di rumah mempelai wanita. Pengantin wanita akan diantarkan kembali pulang ke
rumahnya untuk meminta izin kepada orang tua agar bisa tinggal bersama suami beberapa
hari setelah upacara pernikahan.

Rangkaian tahapan pernikahan adat Bali adalah sebagai berikut:

Upacara Ngekeb

Acara ini bertujuan untuk mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan remaja
menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga memohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha
Esa agar bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini serta nantinya mereka
diberikan anugerah berupa keturunan yang baik.
Setelah itu pada sore harinya, seluruh tubuh calon pengantin wanita diberi luluran yang
terbuat dari daun merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan.
Dipekarangan rumah juga disediakan wadah berisi air bunga untuk keperluan mandi calon
pengantin. Selain itu air merang pun tersedia untuk keramas.

Sesudah acara mandi dan keramas selesai, pernikahan adat bali akan dilanjutkan dengan
upacara di dalam kamar pengantin. Sebelumnya dalam kamar itu telah disediakan sesajen.
Setelah masuk dalam kamar biasanya calon pengantin wanita tidak diperbolehkan lagi keluar
dari kamar sampai calon suaminya datang menjemput. Pada saat acara penjemputan
dilakukan, pengantin wanita seluruh tubuhnya mulai dari ujung kaki sampai kepalanya akan
ditutupi dengan selembar kain kuning tipis. Hal ini sebagai perlambang bahwa pengantin
wanita telah bersedia mengubur masa lalunya sebagai remaja dan kini telah siap menjalani
kehidupan baru bersama pasangan hidupnya.

Mungkah Lawang ( Buka Pintu )


Seorang utusan Mungkah Lawang bertugas mengetuk pintu kamar tempat pengantin wanita
berada sebanyak tiga kali sambil diiringi oleh seorang Malat yang menyanyikan tembang Bali.
Isi tembang tersebut adalah pesan yang mengatakan jika pengantin pria telah datang
menjemput pengantin wanita dan memohon agar segera dibukakan pintu.

Upacara Mesegehagung

Sesampainya kedua pengantin di pekarangan rumah pengantin pria, keduanya turun dari
tandu untuk bersiap melakukan upacara Mesegehagung yang tak lain bermakna sebagai
ungkapan selamat datang kepada pengantin wanita. kemudian keduanya ditandu lagi menuju
kamar pengantin. Ibu dari pengantin pria akan memasuki kamar tersebut dan mengatakan
kepada pengantin wanita bahwa kain kuning yang menutupi tubuhnya akan segera dibuka
untuk ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang ditusuk dengan tali benang Bali dan
biasanya berjumlah dua ratus kepeng

Madengen–dengen

Upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin dari energi
negatif dalam diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat atau Balian

Mewidhi Widana

Dengan memakai baju kebesaran pengantin, mereka melaksanakan upacara Mewidhi Widana
yang dipimpin oleh seorang Sulingguh atau Ida Peranda. Acara ini merupakan
penyempurnaan pernikahan adat bali untuk meningkatkan pembersihan diri pengantin yang
telah dilakukan pada acara – acara sebelumnya. Selanjutnya, keduanya menuju merajan
yaitu tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu Yang Kuasa. Acara ini dipimpin
oleh seorang pemangku merajan

Mejauman Ngabe Tipat Bantal

Beberapa hari setelah pengantin resmi menjadi pasangan suami istri, maka pada hari yang
telah disepakati kedua belah keluarga akan ikut mengantarkan kedua pengantin pulang ke
rumah orang tua pengantin wanita untuk melakukan upacara Mejamuan. Acara ini dilakukan
untuk memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak keluarga pengantin wanita,
terutama kepada para leluhur, bahwa mulai saat itu pengantin wanita telah sah menjadi
bagian dalam keluarga besar suaminya. Untuk upacara pamitan ini keluarga pengantin pria
akan membawa sejumlah barang bawaan yang berisi berbagai panganan kue khas Bali
seperti kue bantal, apem, alem, cerorot, kuskus, nagasari, kekupa, beras, gula, kopi, the,
sirih pinang, bermacam buah–buahan serta lauk pauk khas bali.
Berikut Ini adalah contoh video prosesi pernikahan adat Bali, Semoga berguna bagi pasangan
pengantin yang akan menggunakan adat Bali dalam prosesi pernikahannya.

 Prosesi Adat

Mengenal Tata Cara Perkawinan Suku


Karo, Sumatera Utara
Pengantin Batak Karo. Foto: Dok. Mahligai
Indonesia terkenal dengan keragaman suku dan budayanya.Tiap-tiap daerah
memiliki tata cara dalam menjalankan adat istiadat yang berbeda-beda.
Terutama dalam hal prosesi perkawinan. Seperti pada Suku Karo, dimana suku
ini memiliki tata cara prosesi perkawinan yang tergolong unik.

Berikut penjelasan tentang tata cara perkawinan dari Suku Karo (secara garis
besar).

Nagkih
Sebelum melangkah ke jenjang perkawinan, tentu masing-masing calon
pengantin memberi tahukan siapa calon pendamping hidup mereka. Untuk
memberi tahunya pun harus melalui anak beru(pihak yang menerima anak gadis
dari marga lain). Kemudian pihak anak beru membicarakan kapan bisa ke
rumah kalimbubu (si pembawa marga) untuk membahas rencana “Mbaba belo
selambar”

Mbaba Belo Selambar


Dalam adat Karo, mbaba belo selambar artinya tempat berkumpul di
rumah kalimbubu. Pada acara ini, pihak laki-laki membawa nasi dengan lauknya
untuk makan sebelum percakapan dimulai. Setelah acara makan selesai, pihak
dari laki-laki memulai percakapan antara anak beru kedua belah pihak, dalam
acara mbaba belo selambar ini, tugas kalimbubu hanya mendengarkan apa saja
yang akan dilakukan. Setelah mendengarkan “unek-uneknya” kemudian
pihak kalimbubu-lah yang akan melengkapi.
Nganting Manuk
Pada prosesi ini, kedua belah pihak membicarakan tentang gantang tumba (mas
kawin). Kalimbubu dan mata kerja atau membahas masalah tanggal, bulan dan
tahun digelarnya pesta pernikahan.

Kerja Adat atau Ersuka Emas


Dalam kerja adat ini semua saudara berkumpul. Baik dari pihak laki-laki dan
perempuan. Kemudian acara dimulai dengan doa kemudian
acara runggu dimulai. Pada acara ini, ada tahapan-tahapan yang harus
dijalankan. Yaitu:

Kerja Nereh Empo (Pesta Adat Perkawinan)


Pada hari yang telah ditentukan diadakanlah pesta adat perkawinan. Hari itu
semua sangkep geluh (keluarga dekat) dari kedua belah pihak hadir untuk
memuliakan pesta perkawinan itu. Apabila pesta itu adalah sintua (agung),
yakni dengan memotong kerbau dan erkata gendang,
dan kalimbubu membawa ose anak berunya (sukut). Akan tetapi, di daerah Karo
Jahe (Langkat) apabila pesta sintu, maka perkawinan diawali dengan erpangir
kulau (mandi untuk membersihkan diri ke sungai). Dimana kedua pengantin
diarak mengelilingi kampung kesungai untuk erpangirkemudian ketempat
pesta. Pengantin laki-laki pada waktu diarak ini tidak memakai baju (kemeja).
Ada pun acara yang dilakukan dalam kerja nereh empo ini meliputi, nangketken
ose, nuranjang/ngelangkah, ertembe-tembe, pedalan ulu emas, aturan
menari/telah-telah, dan sijalapen.

Mukul
Pada malam harinya setelah pesta perkawinan dilaksanakan acara mukul,
dimana masih ikut beberapa keluarga terdekat dari masing-masing pihak. Mukul
ialah acara terakhir dalam melengkapi syarat dalam pengukuhan suatu
perkawinan menurut adat Batak Karo, karena terkandung didalamnya semacam
persumpahan dengan isi sehidup semati.

Ngulihi Tudung/Ngulihi Bulang


Biasanya setelah empat hari setelah mukul, diadakanlah upacarangulihi
tudung/ngulihi bulang. Ngulihi tudung adalah suatu upacara dimana kedua
mempelai diarak (diantar) ke rumah orang tua mempelai perempuan;
sedangkan nguluhi bulang adalah suatu upacara dimana mempelai diarak dari
rumah orang tua mempelai perempuan menuju rumah orang tua mempelai laki-
laki. Selesai acara ini, kedua mempelai diantarkan ketempat/rumah mereka
untuk memulai hidup baru secara mandiri.

Sukut antara kedua belah pihak untuk melihat kedatangan anak berusia empat
marga beserta kalimbubu/puang kalimbubu dengan anak berunya.
Dibubarkanlah janji sebelum nganting manuk, jika tidak ada perubahan, maka
sebelum dijalankan/dibayari utang maka terlebih dulu ditanya ketulusan
antara pengantin. Apa makna dari pesta itu, dari situlah maka dijalankan
utang adat, biasanya disitu dijalankan 3 kali, dalam pesta adat ini biasanya
dibuat sijalaben ada uga yang dilakukan sewaktu nganting manuk(6 dari pihak
laki-laki dan 5 dari pihak perempuan).

Ketika pihak pengantin perempuan memberikan utang peradatenkepada sanak


saudaranya, maka dijemputlah pengantin perempuan
dari jabu (rumah) kalimbubu oleh pihak pengantin laki-laki untuk membayar
utang adat kepada singalo ulu emas, setelah itu diantar kemudian dikembali lagi
ke rumah kalimbubu. Siap itu tikar runggu dilipat, maka semua sanak saudara
berdiri untuk menjemput pengantin perempuan diiringi dengan lagu “Mbaba
kampil”. Siap itu kedua pengantin menari dan bernyanyi antara 2 dan 3 lagu,
kemudian pengantin diantar kepelaminan beserta dengan orang tua kedua belah
pihak. Setelah itu maka dimulai menyampaikan/berbicara berganti-gantian yang
biasanya dimulai oleh sukut dari pihak pengantin laki-laki dan seterusnya.
ketika jam 1 disinilah jamnya makan siang/pekesahken, siap itu maka
dilanjutkan acara menyampaikan kata-kata oleh sanak saudara kedua belah
pihak.

Persadaan tendi
Persadaaan tendi ini biasanya disiapkan nasi beserta lauknya untuk pengantin,
kemudian makanan itu memiliki arti memberikan tenaga yang baru, tenah
beru kepada kedua pengantin. Saat itu mereka makan sepiring berdua di dalam
kamar yang telah disiapkan. Pada makanan tersebut tidak ada perbedaan yang
mana bagian pengantin laki-laki dan bagian pengantin perempuan. Dalam acara
ini biasanya dibuat ngapuri belo yang diberikan kepada pihak
yang rebu/erturangku/bengkila, maupun kepada yang merubah tutur mereka.

Ngulihi tudung
Artinya disini setelah 2-4 hari acara pesta selesai pengantin datang ke
rumah kalimbubu mengambil pakaian pengantin perempuan. Biasanya pada
acara ini dibawa nasi beserta lauknya. Acara disini hanya sekedar mengambil/
menjemput pakaian pengantin perempuan sekaligus untuk minta doa agar
sungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan yang baru.

Ertaktak kerna biaya/pengeluaran


Ini biasanya dilakukan setelah acara pesta adat selesai di
rumahkalimbubu dalam waktu yang telah ditentukan. Pada acara ini
ditanya masalah pengeluaran dalam acara pesta adat. Mungkin pada pesta
tersebut masih ada utang yang belum dibayar, baik darianak beru,
sembuyak maupun kalimbubu. Disini anak beru makan bersama
dengan kalimbubu,di sini diselesaikanlah semua masalah biaya.

Tata Cara Prosesi Mitoni: Ritual Tujuh Bulanan Adat Jawa


27/01/2017

Adat Pernikahan Di Nias

Ya’ahowu talifusö…

Di artikel kali ini saya akan membagikan beberapa Adat Nias yang masih belum
dikenal luas.
Pemuda yang ingin mencari jodoh harus memilih secara diam-diam gadis yang
ditaksir, karena dalam adat Nias dilarang untuk berhadapan atau berbicara
langsung dengan gadis pilihan hati. kasihan yaa… Hihi

Isitilah mencari jodoh ini disebut “Famaigi Niha” (daerah Nias Barat, Laraga
dan Nias Tengah). “Famakha Balö” (daerah Hilinawalö dan Nias Selatan).
“Lobi-lobi” (daerah Hilisiametanö, Bawömataluo, Aramö dan Silawalawa).
Istilah ini berbeda-beda sesuai daerah adat masing-masing.

Tahap mencari jodoh ini juga memakai cara: Manandra Fangifi (Tuhegewö,
Amandraya, dan Aramö) artinya melihat jodoh baik atau tidak dari mimpi si
laki-laki calon mempelai atau Famaigi Tödö Manu (Lölöwa’u) artinya melihat
jodoh baik atau tidak dari pemeriksaan jantung ayam.

Jika laki-laki telah menemukan tambatan hatinya, maka melalui perantara


dengan sebutan: Si’o, Balödrela, Samatua’li, Si’ila menanyakan status gadis
kepada “Hiwa” (orang tua atau keluarga dekat) calon mempelai wanita apakah
belum terikat dan bersedia menerima pinangan atau lamaran.

FAMATU’A (Acara Tunangan)

Jika hal diatas sudah dilakukan dan sudah mendapat jawaban dari pihak
keluarga calon mempelai wanita. Maka, pihak laki-laki sudah bisa
menyampaikan lamaran secara resmi kepada pihak perempuan. Tanda jadi dari
pihak laki-laki akan menyerahkan “Afo si Sara”, yakni:

1. Tawuo atau sirih


2. Betua atau Kapur sirih
3. Gambe atau Gambir
4. Fino atau buah Pinang muda
5. Bago/Bajo atau Tembakau
BOLANAFO

Semua bahan-bahan ini dibungkus dengan rapi. Sebanyak 100 lembar sirih
disusun berdempetan. Inti acara ini ada melamar secara resmi tambatan hati
yang berlangsung di rumah pihak perempuan. Tunangan tahap ini masih
longgar yang istilahnya “Fohu-fohu Bulu Ladari” ( pernjanjian diikat dengan
daun ladari) bisa batal tanpa resiko apapun.

Famatua akan digelar di rumah pihak perempuan. Acara ini akan tersusun dari
“Famaigi Böwö” atau kesepakatan mahar dari pihak perempuan dan Fame
Laeduru atau pertukaran cincin.

Acara Famaigi Böwö dipandu oleh Satua Famaigi Böwö meliputi:

 Penyerahan Babi Jantan hidup-hidup ukurun 7 alisi (sesuai kesepakatan


kedua belah pihak)
 Penyerahan Afo sisara (sirih)
 Kepada pihak perempuan disampaikan maksud dan tujuan kedatangan,
kemudian disambut oleh ketua adat dan pihak perempuan, setelah selesai
lalu dilanjutkan makan bersama.
Dalam proses ini biasanya satua (orang tua) kedua belah pihak akan ngobrol
dengan banyak menggunakan Amaedola atau peribahasa/pepatah atau
perumpaan.

FANGÖRÖ (Kunjungan ke Rumah Calon Mertua)


Fangörö adalah Kunjungan calon mempelai laki-laki ke rumah calon mertua.
Satu hari setelah Faimaigi Böwö calon mempelai laki-laki datang ke rumah
calon mempelai wanita membawa nasi dan lauk, seekor anak babi yang telah
dimasak, serta membawa seperangkat sirih. Di rumah calon mempelai wanita,
calon mempelai laki-laki disambut dengan seekor anak babi yang dipotong dan
sudah dimasak. Sebagian dibungkus di bawa pulang untuk oleh-oleh kepada
keluarga laki-laki.

FANEMA BOLA (Penentuan Jujuran)


Kunjungan pihak perempuan ke rumah pihak laki-laki tanpa disertai penganten
perempuan, hanya disertai saudara laki-laki (wali) si perempuan. Kedatangan
pihak perempuan disambut dengan menambatkan 2 ekor babi besar untuk
dihidangkan dan dimakan bersama, babi dibelah sama rata.

Acara penghitungan jujuran ini disebut “Femanga Bawi Nisilia Hulu” artinya
seekor babi dibelah dua dari kepala sampai ekor, separuh untuk perempuan dan
separuh untuk pihak laki-laki, sebagai simbol kesempakatan, mempersatukan
dua keluarga, ini artinya tunangan atau lamaratn pihak laki-laki tidak dapat
dibatalkan lagi. Jika Batal, pihak perempuan harus mengembalikan jujuran
berlipat ganda kepada pihak laki-laki dan sebaliknya, pihak laki-laki tidak
menerima pengembalian jujuran jika dibatalkan sepihak oleh pihak laki-laki.

Acara ini istilahnya berbeda-beda disetiap daerah masing-masing.

1. Fanunu Manu Sebua, daerah Laraga


2. Famorudu Nomo, daerah Moro’ö
3. Fangerai Böwö, daerah Aramö
4. Fanofu Böwö, daerah Bawömataluo
FAMEKOLA (Penyerahan Mahar)
Keluarga Pihak laki-laki datang ke pihak perempuan untuk menyerahkan mahar
sesuai kesepakatan di awal dengan membawa sirih sebagai tanda kehormatan
kepada pihak perempuan. Pihak perempuan menyambut dengan menyediakan 3
ekor babi, yakni:

 Untuk rombongan pihak laki-laki yang datang


 Untuk ibu calon mempelai laki-laki
 Satu ekor lagi dibawa pulang hidup-hidup
FANU’A BAWI (Persiapan Babi Adat)
Pihak perempuan datang melihat babi adat pernikahan, cocok atau tidak
menurut persyaratan : babi yang melambangkan kedua pihak keluarga,
dipelihara secara khusus sejak kecil hingga besarnya sekitar 100 Kg atau lebih.
Babi tidak boleh cacat, ekornya mesti panjang, dan warna bulunya harus sama,
tidak boleh berwarna belang atau merah, warnanya harus satu hitam atau putih.
Babinya berwibawa (terlihat dari taringnya, ekornya, bulu tengkuknya).

Materi acara dalam Fanu’a Bawi adalah:

 Menentukan hari dan tanggal pernikahan (Falowa)


 Persiapan sehubungan perlengkapan pernikahan
 Menghitung/mengingatkan jumlah mahar yang masih belum dibayarkan.
Besar böwö (Mahar) ditentukan oleh tinggi rendahnya kedudukan dalam
adat
Penerimaan Bowo adalah sebagai berikut:
a. Tolamböwö (Orang tua kandung)
b. Bulimböwö (Famili terdekat)
c. Pelaksanaan penerimaan böwö ini dilakukan pada waktu pesta pernikahan

FAME’E (Nasehat Untuk Calon Mempelai)


Tiga hari sebelum pernikahan dilakukan upacara fame’e (tuntunan cara hidup
untuk berumah tangga). Calon pengantin pria ditemani teman-temannya (Orang
tua tidak ikut) datang ke rumah perempuan membawa seperangkat sirih. Para
ibu-ibu pihak keluarga perempuan menasehati sang gadis, biasanya si gadis
menangis (Fame’e = menangisi sigadis, karena akan pisah dengan keluarga).
Mulai saat fame’e dibunyikanlah gong (Aramba) dan gendang (Göndra) terus
menerus, sampai hari pesta dilaksanakan. Sang gadis pun dipingit, untuk
menjaga kesehatan dan kecantikannya.

Dalam adat NIAS, peran Paman sangat dihormati (Paman = Sibaya/Saudara laki
– laki ibu si gadis) sebelum pernikahan dilangsungkan, maka pihak perempuan
melaksanakan Fogauni Uwu (Mohon doa restu Paman untuk pelaksanaan
pernikahan mendatang).

FOLAU BAWI (Mengantar Babi Adat)


Sehari sebelum pernikahan, pihak laki-laki mengantar bebarapa babi pernikahan
dan pengiringnya ke rumah keluarga perempuan. Babi Adat ini diberangkatkan
dari rumah keluarga laki-laki dengan upacara tertentu, dan disambut oleh pihak
perempuan juga dengan upacara tertentu dengan syair yang berbalas-balasan.
Kedatangan rombongan pihak laki-laki disambut dengan memotong dua ekor
babi yang dimakan bersama juga untuk dibawa pulang.
Acara ini disebut Fondröni Bawi, dengan rincian pembagian Babi Adat adalah
sebagai berikut :
– Babi yang pertama: yang paling besar untuk keluarga perempuan (So’ono)
dan pihak paman si gadis (Uwu)
– Babi yang kedua, diperuntukkan bagi warga kampung keluarga si gadis
(Banua) dan pihak laki-laki (Tome)

Menguliti dan memotong-motong babi ternyata tidak bisa dilakukan oleh


sembarangan orang. Babi yang paling besar jatuh pada keluarga yang paling
dihormati oleh keluarga yang menyelenggarakan pesta, demikian seterusnya
hingga babi yang paling kecil. Yang paling sulit adalah melepas rahang (simbi),
karena simbi tidak boleh rusak. Simbi adalah bagian paling berharga
dari babi.Cara memotong-motong daging babi di Nias dipotong secara teratur
dan mengikuti pola yang nampaknya sudah lazim di sana.
1. Pertama, melepas bagian simbi.
2. Kedua, membelah babi dari mulai ujung hidung, sebelah telinga, hingga
ekor yang disebut söri.
3. Ketiga, membagi bagian perut dari söri dengan menyertakan sedikit
telinga yang disebut sinese.
4. Keempat, membagi rahang atas menjadi dua, yang disebut bole-bole.
5. Kelima, memotong kaki belakang, disebut faha.
6. Keenam, memotong kaki depan yang disebut taio. Semua babi dikuliti
dan dipotong-potong dengan cara yang sama, lalu dibagikan kepada
hadirin, kerabat, dan tetangga sesuai kasta masing-masing.
– Simbi adalah haknya Kepala Adat atau orang yang paling dihormati.
– Söri adalah haknya ketua adat, para paman, mertua, dan ketua rumpun
keluarga.
– Sinese adalah haknya Ketua Adat, adik atau kakak laki-laki, tokoh agama, dan
tokoh pemerintah.
– Bole-bole adalah haknya Ketua Adat, ketua rumpun keluarga, dan salawa.
– Faha adalah haknya keponakan dan anak perempuan.
– Taio diberikan khusus untuk para pemotong.

Menurut adat, pihak FADONO (Saudara wanita dari penganten perempuan)


berhak menerima salah satu Ta’io (Kaki depan) yang dipotong dalam upacara
itu

FALOWA (Pesta Pernikahan)


Acaranya :
 Pada hari pernikahan Paman datang dan disambut dengan memotong babi
penghormatan
 Rombongan penganten Pria datang membawa keperluan Pesta
 Menyerahkan sirih tanda penghormatan
 Penyelesaian böwö untuk Tölamböwö (orang tua kandung) menerima
emas dan Bulimböwö
 Famili terdekat menerima emas dan dibagi rata ke semua
 Demikian juga I’o Naya Nuwu (Mahar untuk Paman) juga turut
dibayarkan
 Puncak acara dilaksanakan FANIKA GERA’ERA (MEMBUKA
PIKIRAN) yaitu perhitungan kembali semua mahar (Jujuran/böwö atau
disebut juga böli gana’a) baik yang sudah maupun yang belum dilunasi,
oleh pihak keluarga laki-laki.
Biasanya selalu ada sebagian dari jujuran itu yang belum dilunasi,sering dihiasi
dengan pepatah: ”Hönö mböwö no’awai, Hönö mböwö lö sawai” (Artinya
Ribuan jujuran sudah dilunasi,ribuan jujuran belum terlunasi) Oleh Ketua adat
pihak perempuan, nasehat diberi kepada penganten pria, antara lain
diberitahukan tentang hutang adat yang harus dipenuhi, nasehat kewajiban
suami kepada isteri, nasehat sebagai menantu kepada mertua, sebagai anggota
suku. Dan acara ini kemudian berakhir dengan Fame’e tou nono nihalö berserta
barang-barang keperluan mempelai wanita (Ono Nihalö).

Tentunya adat disetiap daerah yang berada di Nias berbeda-beda sesuai dengan
tata cara kehidupan masing-masing daerah.

Demikian sebagian kecil keunikan adat atau kebudayaan yang ada di Nias.

Semoga dengan artikel ini membantu dan memperluas wawasan kita tentang
kebudayaan ibu Pertiwi.

2 pemikiran pada “Adat Pernikahan Di Nias”

1. rona
Adat Perkawinan Minangkabau
Posted on Oktober 15, 2013 by bachremifananda
Dalam tiap masyarakat dengan susunan kekerabatan bagaimanapun, perkawinan
memerlukan penyesuaian dalam banyak hal. Perkawinan menimbulkan hubungan baru
tidak saja antara pribadi yang bersangkutan, antara marapulai dan anak dara tetapi juga
antara kedua keluarga. Latar belakang antara kedua keluarga bisa sangat berbeda baik
asal-usul, kebiasaan hidup, pendidikan, tingkat sosial, tatakrama, bahasa dan lain
sebagainya. Karena itu syarat utama yang harus dipenuhi dalam perkawinan, kesediaan
dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dari masing-masing pihak. Pengenalan dan
pendekatan untuk dapat mengenal watak masing-masing pribadi dan keluarganya penting
sekali untuk memperoleh keserasian atau keharmonisan dalam pergaulan antara keluarga
kelak kemudian. Perkawinan juga menuntut suatu tanggungjawab, antaranya menyangkut
nafkah lahir dan batin, jaminan hidup dan tanggungjawab pendidikan anak-anak yang
akan dilahirkan. Berpilin duanya antara adat dan agama Islam di Minangkabau membawa
konsekwensi sendiri. Baik ketentuan adat, maupun ketentuan agama dalam mengatur
hidup dan kehidupan masyarakat Minang, tidak dapat diabaikan khususnya dalam
pelaksanaan perkawinan. Kedua aturan itu harus dipelajari dan dilaksanakan dengan cara
serasi, seiring dan sejalan. Pelanggaran apalagi pendobrakan terhadap salah satu
ketentuan adat maupun ketentuan agama Islam dalam masalah perkawinan, akan
membawa konsekwensi yang pahit sepanjang hayat dan bahkan berkelanjutan dengan
keturunan. Hukuman yang dijatuhkan masyarakat adat dan agama, walau tak pernah
diundangkan sangat berat dan kadangkala jauh lebih berat dari pada hukuman yang
dijatuhkan Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negara. Hukuman itu tidak kentara
dalam bentuk pengucilan dan pengasingan dari pergaulan masyarakat Minang. Karena itu
dalam perkawinan orang Minang selalu berusaha memenuhi semua syarat perkawinan
yang lazim di Minangkabau. Syarat-syarat itu menurut Fiony Sukmasari dalam bukunya
Perkawinan Adat Minangkabau adalah sebagai berikut : Kedua calon mempelai harus
beragama Islam.
* Kedua calon mempelai tidak sedarah atau tidak berasal dari suku yang sama, kecuali
pesukuan itu berasal dari nagari atau luhak yang lain.
* Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan menghargai orang tua dan
keluarga kedua belah pihak.
* Calon suami (marapulai) harus sudah mempunyai sumber penghasilan untuk dapat
menjamin kehidupan keluarganya.

Perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi semua syarat diatas dianggap perkawinan
sumbang, atau perkawinan yang tidak memenuhi syarat menurut adat Minang. Selain dari
itu masih ada tatakrama dan upacara adat dan ketentuan agama Islam yang harus dipenuhi
seperti tatakrama jopuik manjopuik, pinang meminang, batuka tando, akad nikah, baralek
gadang, jalang manjalang dan sebagainya. Tatakrama dan upacara adat perkawinan inipun
tak mungkin diremehkan karena semua orang Minang menganggap bahwa “Perkawinan
itu sesuatu yang agung”, yang kini diyakini hanya “sekali” seumur hidup. (Sumber : Adat
Minangkabau, Pola & Tujuan Hidup Orang Minang)

Adapun tata cara adat perkawinan di mingkabau, antara lain :

1. MARESEK

Maresek merupakan penjajakan pertama sebagai permulaan dari rangkaian tata-cara


pelaksanaan pernikahan. Sesuai dengan sistem kekerabatan di Minangkabau yaitu
matrilineal, pihak keluarga wanita mendatangi pihak keluarga pria. Lazimnya pihak
keluarga yang datang membawa buah tangan berupa kue atau buah-buahan. Pada awalnya
beberapa wanita yang berpengalaman diutus untuk mencari tahu apakah pemuda yang
dituju berminat untuk menikah dan cocok dengan si gadis. Prosesi bisa berlangsung
beberapa kali perundingan sampai tercapai sebuah kesepakatan dari kedua belah pihak
keluarga.

2. MAMINANG/BATIMBANG TANDO (BERTUKAR TANDA)

Keluarga calon mempelai wanita mendatangi keluarga calon mempelai pria untuk
meminang. Bila pinangan diterima, maka akan berlanjut ke proses bertukar tanda sebagai
simbol pengikat perjanjian dan tidak dapat diputuskan secara sepihak. Acara ini
melibatkan orangtua, ninik mamak dan para sesepuh dari kedua belah pihak. Rombongan
keluarga calon mempelai wanita datang membawa sirih pinang lengkap disusun dalam
carano atau kampia (tas yang terbuat dari daun pandan) yang disuguhkan untuk dicicipi
keluarga pihak pria. Selain itu juga membawa antaran kue-kue dan buah-buahan.
Menyuguhkan sirih di awal pertemuan mengandung makna dan harapan. Bila ada
kekurangan atau kejanggalan tidak akan menjadi gunjingan, serta hal-hal yang manis
dalam pertemuan akan melekat dan diingat selamanya. Kemudian dilanjutkan dengan
acara batimbang tando/batuka tando (bertukar tanda). Benda-benda yang dipertukarkan
biasanya benda-benda pusaka seperti keris, kain adat, atau benda lain yang bernilai
sejarah bagi keluarga. Selanjutnya berembuk soal tata cara penjemputan calon mempelai
pria.

3. MAHANTA SIRIAH/MINTA IZIN

Calon mempelai pria mengabarkan dan mohon doa restu tentang rencana pernikahan
kepada mamak-mamak-nya, saudara-saudara ayahnya, kakak-kakaknya yang telah
berkeluarga dan para sesepuh yang dihormati. Hal yang sama dilakukan oleh calon
mempelai wanita, diwakili oleh kerabat wanita yang sudah berkeluarga dengan cara
mengantar sirih. Calon mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan
tembakau (sekarang digantikan dengan rokok). Sementara bagi keluarga calon mempelai
wanita, untuk ritual ini mereka akan menyertakan sirih lengkap. Ritual ini ditujukan untuk
memberitahukan dan mohon doa untuk rencana pernikahannya. Biasanya keluarga yang
didatangi akan memberikan bantuan untuk ikut memikul beban dan biaya pernikahan
sesuai kemampuan.

4. BABAKO-BABAKI

Pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita (disebut bako) ingin memperlihatkan
kasih sayangnya dengan ikut memikul biaya sesuai kemampuan. Acara ini biasanya
berlangsung beberapa hari sebelum acara akad nikah. Mereka datang membawa berbagai
macam antaran. Perlengkapan yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai
kepala adat), nasi kuning singgang ayam (makanan adat), barang-barang yang diperlukan
calon mempelai wanita (seperangkat busana, perhiasan emas, lauk-pauk baik yang sudah
dimasak maupun yang masih mentah, kue-kue dan sebagainya). Sesuai tradisi, calon
mempelai wanita dijemput untuk dibawa ke rumah keluarga ayahnya. Kemudian para
tetua memberi nasihat. Keesokan harinya, calon mempelai wanita diarak kembali ke
rumahnya diiringi keluarga pihak ayah dengan membawa berbagai macam barang
bantuan tadi.

5. MALAM BAINAI
Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku
calon pengantin wanita. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah. Tradisi
ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai
wanita. Perlengkapan lain yang digunakan antara lain air yang berisi keharuman tujuh
macam kembang, daun iani tumbuk, payung kuning, kain jajakan kuning, kain simpai,
dan kursi untuk calon mempelai. Calon mempelai wanita dengan baju tokah dan
bersunting rendah dibawa keluar dari kamar diapit kawan sebayanya. Acara mandi-mandi
secara simbolik dengan memercikkan air harum tujuh jenis kembang oleh para sesepuh
dan kedua orang tua. Selanjutnya, kuku-kuku calon mempelai wanita diberi inai.

6. MANJAPUIK MARAPULAI

Ini adalah acara adat yang paling penting dalam seluruh rangkaian acara perkawinan
menurut adat Minangkabau. Calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon
pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah. Prosesi ini juga dibarengi pemberian
gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai tanda sudah dewasa. Lazimnya pihak
keluarga calon pengantin wanita harus membawa sirih lengkap dalam cerana yang
menandakan kehadiran mereka yang penuh tata krama (beradat), pakaian pengantin pria
lengkap, nasi kuning singgang ayam, lauk-pauk, kue-kue serta buah-buahan. Untuk
daerah pesisir Sumatra Barat biasanya juga menyertakan payung kuning, tombak, pedang
serta uang jemputan atau uang hilang. Rombongan utusan dari keluarga calon mempelai
wanita menjemput calon mempelai pria sambil membawa perlengkapan. Setelah prosesi
sambah-mayambah dan mengutarakan maksud kedatangan, barang-barang diserahkan.
Calon pengantin pria beserta rombongan diarak menuju kediaman calon mempelai
wanita.

7. PENYAMBUTAN DI RUMAH ANAK DARO

Tradisi menyambut kedatangan calon mempelai pria di rumah calon mempelai wanita
lazimnya merupakan momen meriah dan besar. Diiringi bunyi musik tradisional khas
Minang yakni talempong dan gandang tabuk, serta barisan Gelombang Adat timbal balik
yang terdiri dari pemuda-pemuda berpakaian silat, serta disambut para dara berpakaian
adat yang menyuguhkan sirih. Sirih dalam carano adat lengkap, payung kuning keemasan,
beras kuning, kain jajakan putih merupakan perlengkapan yang biasanya digunakan.
Keluarga mempelai wanita memayungi calon mempelai pria disambut dengan tari
Gelombang Adat Timbal Balik. Berikutnya, barisan dara menyambut rombongan dengan
persembahan sirih lengkap. Para sesepuh wanita menaburi calon pengantin pria dengan
beras kuning. Sebelum memasuki pintu rumah, kaki calon mempelai pria diperciki air
sebagai lambang mensucikan, lalu berjalan menapaki kain putih menuju ke tempat
berlangsungnya akad.

8. TRADISI USAI AKAD NIKAH

Ada lima acara adat Minang yang lazim dilaksanakan setelah akad nikah. Yaitu
memulang tanda, mengumumkan gelar pengantin pria, mengadu kening, mengeruk nasi
kuning dan bermain coki.

 Mamulangkan Tando
Setelah resmi sebagai suami istri, maka tanda yang diberikan sebagai ikatan janji sewaktu
lamaran dikembalikan oleh kedua belah pihak.

 Malewakan Gala Marapulai


Mengumumkan gelar untuk pengantin pria. Gelar ini sebagai tanda kehormatan dan
kedewasaan yang disandang mempelai pria. Lazimnya diumumkan langsung oleh ninik
mamak kaumnya.

 Balantuang Kaniang atau Mengadu Kening


Pasangan mempelai dipimpin oleh para sesepuh wanita menyentuhkan kening mereka
satu sama lain. Kedua mempelai didudukkan saling berhadapan dan wajah keduanya
dipisahkan dengan sebuah kipas, lalu kipas diturunkan secara perlahan. Setelah itu kening
pengantin akan saling bersentuhan.

 Mangaruak Nasi Kuniang


Prosesi ini mengisyaratkan hubungan kerjasama antara suami isri harus selalu saling
menahan diri dan melengkapi. Ritual diawali dengan kedua pengantin berebut mengambil
daging ayam yang tersembunyi di dalam nasi kuning.

 Bamain Coki
Coki adalah permaian tradisional Ranah Minang. Yakni semacam permainan catur yang
dilakukan oleh dua orang, papan permainan menyerupai halma. Permainan ini bermakna
agar kedua mempelai bisa saling meluluhkan kekakuan dan egonya masing-masing agar
tercipta kemesraan.
Share this:

o data sunda 0
o Sundanet 0

Susunan (Tata Cara) Upacara Nikah Adat Sunda


0
Pernikahan memang satu upacara sakral yang diharapkan sekali seumur hidup. Bentuk pernikahan banyak sekali

bentuknya dari yang paling simple, dan yang ribet karena menggunakan upacara adat. Seperti pernikahan adat Sunda

ini, kekayaan budaya tatar Sunda bisa dilihat juga lewat upacara pernikahan adatnya yang diwarnai dengan humor tapi

tidak menghilangkan nuansa sakral dan khidmat.

Ada beberapa acara yang harus dilakukan untuk melangsungkan pernikahan, mulai dari lamaran dan lainnya.

Ada Neundeun Omong (Menyimpan Ucapan): Yaitu, Pembicaraan orang tua atau pihak Pria yang berminat

mempersunting seorang gadis. Dalam pelaksanaannya neundeun omong biasanya, seperti berikut ini :

 Pihak orang tua calon pengantin bertamu kepada calon besan (calon pengantin perempuan). Berbincang dalam

suasana santai penuh canda tawa, sambil sesekali diselingi pertanyaan yang bersifat menyelidiki status anak

perempuannya apakah sudah ada yang melamar atau atau masih (belum punya pacar)

 Pihak orang tua (calon besan) pun demikian dalam menjawabnya penuh dengan benyolan penuh dengan siloka

 Walapun sudah sepakat diantara kedua orang tua itu, pada jaman dahulu kadang-kadang anak-anak mereka tidak

tahu.
 Di beberapa daerah di wilayah pasundan kadang-kadang ada yang menggunakan cara dengan saling mengirimi

barang tertentu. Seperti orang tua anak laki-laki mengirim rokok cerutu dan orang tua anak perempuan mengerti

dengan maksud itu, maka apabila mereka setuju akan segera membalasnya dengan mengirimkan benih labu siam

(binih waluh siam). Dengan demikian maka anak perempuannya itu sudah diteundeunan omong (disimpan

ucapannya).

Narosan (Lamaran) : Dilaksanakan oleh orang tua calon pengantin beserta keluarga dekat, yang merupakan awal

kesepakatan untuk menjalin hubungan lebih jauh. Pada pelaksanaannya orang tua anak laki-laki biasanya sambil

membawa barang-barang, seperti yaitu :

 Lemareun, (seperti daun sirih, gambir, apu )

 Pakaian perempuan

 Cincin meneng

 Beubeur tameuh (ikat pinggang sang suka dipakai kaum perempuan terutama setelah melahirkan

 Uang yang jumlahnya 1/10 dari jumlah yang akan dibawa pada waktu seserahan

Barang-barang yang dibawa dalam pelaksanaan upacara ngalamar itu tidak lepas dari simbol dan makna seperti :

 Sirih, bentuknya segi tiga meruncing ke bawah kalau dimakan rasanya pedas. Gambir rasanya pahit dan kesat. Apu

rasanya pahit. Tapi kalau sudah menyatu rasanya jadi enak dan dapat menyehatkan tubuh dan mencegah bau mulut.

 Cincin meneng yaitu cincin tanpa sambungan mengandung makna bahwa rasa kasih dan sayang tidak ada putusnya

 Pakaian perempuan, mengandung makna sebagai tanda mulainya tanggung jawab dari pihak laki-laki kepada

perempuan

 Beubeur tameuh, mengandung makna sebagai tanda adanya ikatan lahir dan batin antara kedua belah pihak

Tunangan : Pada tunangan dilakukan patukeur beubeur tameuh, yaitu penyerahan ikat pinggang warna pelangi atau

polos pada si gadis.

Seserahan : Dilakukan 3-7 hari sebelum pernikahan, yaitu calon pengantin pria membawa uang, pakaian, perabot

rumah tangga, perabot dapur, makanan dan lainnya.

Seminggu atau 3 hari menjelang peresmian pernikahan, di rumah calon mempelai berlangsung sejumpah persiapan

yang mengawali proses pernikahan, yaitu Ngebakan atau Siraman. Berupa acara memandikan calon pengantin agar

bersih lahir dan batin, acara berlangsung siang hari di kediaman masing-masing calon mempelai. Bagi umat muslim,

acara ini terlebih dahulu diawali dengan pengajian. Tahapan acara siraman adalah:
 Ngecagkeun Aisan. Calon pengantin wanita keluar dari kamar dan secara simbolis digendong oleh sang ibu,

sementara ayah calon pengantin wanita berjalan di depan sambil membawa lilin menuju tempat sungkeman.

Upacara ini dilaksanakan sehari sebelum resepsi pernikahan, sebagai simbol lepasnya tanggung jawab orang tua

calon pengantin. Property yang digunakan:

o Palika atau pelita atau menggunakan lilin yang berjumlah tujuh buah. Hal ini mengandung makna yaitu rukun

iman dan jumlah hari dalam seminggu

o Kain putih, yang mengandung makna niat suci

o Bunga tujuh rupa, mengandung makna bahwa perilaku kita, selama tujuh hari dalam seminggu harus wangi yang

artinya baik.

o Bunga hanjuang, mengandung makna bahawa kedua calon pengantin akan memasuki alam baru yaitu alam

berumah tangga.

Langkah-langkah upacara ini adalah:

 Orang tua calon pengantin perempuan keluar dari kamar sambil membawa lilin/ palika yang sudah menyala,

 Kemudian di belakangnya diikuti oleh calon pengantin peremupan sambil dililit (diais )oleh ibunya.

 Setelah sampai di tengah rumah kemudian kedua orang tua calon pengantin perempuan duduk dikursi yang telah

dipersiapkan

 Untuk menambah khidmatnya suasana biasanya sambil diiring alunan kecapi suling dalam lagu ayun ambing.

Ngaras

Permohonan izin calon mempelai wanita kemudian sungkem dan mencuci kaki kedua orangtua pelaksanaan upacara

ini dilaksanakan setelah upacara ngecagkeun aisan. Pelaksaannya sebagai berikut:

Calon pengantin perempuan bersujud dipangkuan orang tuanya sambil berkata:

“Ema, Bapa, disuhunkeun wening galihnya, jembar

manah ti salira. Ngahapunteun kana sugrining kalepatan sim abdi. Rehing dina dinten enjing pisan sim abdi seja

nohonan sunah rosul. Hapunten Ema, hapunten Bapa hibar pangdu’a ti salira.”
Orang tua calon perempuan menjawab sambil mengelus kepala anaknya:

“Anaking, titipan Gusti yang Widi. Ulah salempang hariwang, hidep sieun teu tinemu bagja ti Ema sareng ti Bapa

mah, pidu’a sareng pangampura, dadas keur hidep sorangan geulis”

Selanjutnya kedua orang tua calon pengantin perempuan membawa anaknya ke tempat siraman untuk melaksanakan

upacara siraman.

 Pencampuran air siraman. Kedua orangtua menuangkan air siraman ke dalam bokor dan mengaduknya untuk

upacara siraman.

 Siraman. Diawali musik kecapi suling, calon pengantin wanita dibimbing oleh perias menuju tempat siraman

dengan menginjak 7 helai kain. Siraman calon pengantin wanita dimulai oleh ibu, kemudian ayah, disusul oleh para

sesepuh. Jumlah penyiram ganjil; 7, 9 dan paling banyak 11 orang. Secara terpisah, upacara yang sama dilakukan di

rumah calon mempelai pria. Perlengkapan yang diperlukan adalah air bunga setaman (7 macam bunga wangi), dua

helai kain sarung, satu helai selendang batik, satu helai handuk, pedupaan, baju kebaya, payung besar, dan lilin.

Pelaksanaan upacara siraman seperti berikut:

1. Sesudah membaca doa, Ayah calon pengantin langsung menyiramkan air dimulai dari atas kepala hingga ujung

kakunya. Setelah itu diteruskan oleh Ibunya sama seperti tadi. Dan dilanjutkan oleh kerabat yang harus sudah

menikah.

2. Pada siraman terakhir biasanya dilakukan dengan malafalkan jangjawokan (mantra) seperti berikut:

cai suci cai hurip

cai rahmat cai nikmat

hayu diri urang mandi

nya mandi jeung para Nabi

nya siram jeung para Malaikat

kokosok badan rohani

cur mancur cahayaning Allah

cur mancur cahayaning ingsun

cai suci badan suka

mulih badan sampurna

sampurna ku paraniam
 Potong rambut atau Ngerik. Calon mempelai wanita dipotong rambutnya oleh kedua orangtua sebagai lambing

memperindah diri lahir dan batin. Dilanjutkan prosesi ngeningan (dikerik dan dirias), yakni menghilangkan semua

bulu-bulu halus pada wajah, kuduk, membentuk amis cau/sinom, membuat godeg, dan kembang turi.Perlengkapan

yang dibutuhkan: pisau cukur, sisir, gunting rambut, pinset, air bunga setaman, lilin atau pelita, padupaan, dan kain

mori/putih. Biasanya sambil dilantunkan jangjawokan juga:

Peso putih ninggang kana kulit putih

Cep tiis taya rasana

Mangka mumpung mangka melung

Maka eunteup kana sieup

Mangka meleng ka awaking, ngeunyeuk

seureuh

 Rebutan Parawanten. Sambil menunggu calon mempelai dirias, para tamu undangan menikmati acara rebutan

hahampangan danbeubeutian. Juga dilakukan acara pembagian air siraman.

 Suapan terakhir. Pemotongan tumpeng oleh kedua orangtua calon mempelai wanita, dilanjutkan dengan menyuapi

sang anak untuk terakhir kali masing-masing sebanyak tiga kali.

 Tanam rambut. Kedua orangtua menanam potongan rambut calon mempelai wanita di tempat yang telah

ditentukan.

Lalu dilanjutkan dengan Ngeuyeuk Seureuh. Kedua calon mempelai meminta restu pada orangtua masing-masing

dengan disaksikan sanak keluarga. Lewat prosesi ini pula orangtua memberikan nasihat lewat lambang benda-benda

yang ada dalam prosesi. Lazimnya, dilaksanakan bersamaan dengan prosesi seserahan dan dipimpin oleh Nini

Pangeuyeuk (juru rias). Kata ngeuyeuk seureuh sendiri berasal dari ngaheuyeuk yang ngartinya mengolah. Acara ini

biasanya dihadiri oleh kedua calon pengantin beserta keluarganya yang dilaksanakan pada malam hari sebelum akad

nikah.

Pandangan hidup orang Sunda senantiasa dilandasi oleh tiga sifat utama yakni silih asih, silih asuh, dan silih

asahatau secara literal diartikansebagai saling menyayangi, saling menjaga, dan mengajari. Ketiga sifat itu selalu

tampak dalam berbagai upacara adat atau ritual terutama acara ngeuyeuk seureuh. Diharapkan kedua calon pengantin

bisa mengamalkan sebuah peribahasa kawas gula jeung peuet (bagaikan gula dengan nira yang sudah matang)

artinya hidup yang rukun, saling menyayangi dan sebisa mungkin menghindari perselisihan. Tata caraNgeuyeuk

Sereuh:

1. Nini Pangeuyeuk memberikan 7 helai benang kanteh sepanjang 2 jengkal kepada kedua calon mempelai. Sambil

duduk menghadap dan memegang ujung-ujung benang, kedua mempelai meminta izin untuk menikah kepada

orangtua mereka.
2. Pangeuyeuk membawakan Kidung berisi permohonan dan doa kepada Tuhan sambil nyawer (menaburkan beras

sedikit-sedikit) kepada calon mempelai, simbol harapan hidup sejahtera bagi sang mempelai.

3. Calon mempelai dikeprak (dipukul pelan-pelan) dengan sapu lidi, diiringi nasihat untuk saling memupuk kasih

sayang.

4. Kain putih penutup pangeuyeukan dibuka, melambangkan rumah tangga yang bersih dan tak ternoda. Menggotong

dua perangkat pakaian di atas kain pelekat; melambangkan kerjasama pasangan calon suami istri dalam mengelola

rumah tangga.

5. Calon pengantin pria membelah mayang jambe dan buah pinang. Mayang jambe melambangkan hati dan perasaan

wanita yang halus, buah pinang melambangkan suami istri saling mengasihi dan dapat menyesuaikan diri.

Selanjutnya calon pengantin pria menumbuk alu ke dalam lumping yang dipegang oleh calon pengantin wanita.

6. Membuat lungkun, yakni berupa dua lembar sirih bertangkai berhadapan digulung menjadi satu memanjang, lalu

diikat benang. Kedua orangtua dan tamu melakukan hal yang sama, melambangkan jika ada rezeki berlebih harus

dibagikan.

7. Diaba-abai oleh pangeuyeuk, kedua calon pengantin dan tamu berebut uang yang berada di bawah tikar sambil

disawer. Melambangkan berlomba mencari rezeki dan disayang keluarga.

8. Kedua calon pengantin dan sesepuh membuang bekas ngeuyeuk seureuh ke perempatan jalan, simbolisasi

membuang yang buruk dan mengharap kebahagiaan dalam menempuh hidup baru.

9. Menyalakan tujuh buah pelita, sebuah kosmologi Sunda akan jumlah hari yang diterangi matahari dan harapan akan

kejujuran dalam mebina kehidupan rumah tangga.

Pada hari yang telah ditetapkan oleh kedua keluarga calon pengantin. Rombongan keluarga calon pengantin Pria

datang ke kediaman calon pengantin perempuan. Selain membawa mas kawin, biasanya juga membawa peralatan

dapur, perabotan kamar tidur, kayu bakar, gentong (gerabah untuk menyimpan beras). Di daerah Priangan, susunan

acara upacara akad nikah biasanya sebagai berikut:

 Pembukaan:

1. Penyambutan calon pengantin Pria, dalam acara ini biasanya dilaksanan upacara mapag.

2. Mengalungkan untaian bunga melati

3. Gunting pita

 Penyerahan calon Pengantin Pria:


1. Yang mewakili pemasrahan calon pengantin pria biasanya adalah orang yang dituakan dan ahli berpidato.

2. Yang menerima dari perwakilan wanita juga diwakilkan

 Akad Nikah:

1. Biasanya diserahkan pada KUA

2. Pada hari pernikahan, calon pengantin pria beserta para pengiring menuju kediaman calon pengantin wanita,

disambut acara Mapag Penganten yang dipimpin oleh penari yang disebut Mang Lengser. Calon mempelai pria

disambut oleh ibu calon mempelai wanita dengan mengalungkan rangkaian bunga. Selanjutnya upacara nikah sesuai

agama dan dilanjutkan dengan sungkeman dan sawer.

Setelah akad nikah, masih dilakukan beberapa upacara, yaitu:

Saweran.

Merupakan upacara memberi nasihat kepada kedua mempelai yang dilaksanakan setelah acara akad nikah.

Melambangkan Mempelai beserta keluarga berbagi rejeki dan kebahagiaan. Kata sawer berasal dari kata panyaweran ,

yang dalam bahasa Sunda berarti tempat jatuhnya air dari atap rumah atau ujung genting bagian bawah. Mungkin kata

sawer ini diambil dari tempat berlangsungnya upacara adat tersebut yaitu panyaweran.Berlangsung di panyaweran (di

teras atau halaman). Kedua orang tua menyawer mempelai dengan diiringi kidung. Untuk menyawer, menggunakan

bokor yang diisi uang logam, beras, irisan kunyit tipis, permen. Kedua Mempelai duduk berdampingan dengan

dinaungi payung, seiring kidung selesai di lantunkan, isi bokor di tabur, hadirin yang menyaksikan berebut

memunguti uang receh dan permen. Bahan-bahan yang diperlukan dan digunakan dalam upacara sawer ini tidaklah

lepas dari simbol dan maksud yang hendak disampaikan kepada pengantin baru ini, seperti :

1. beras yang mengandung symbol kemakmuran. Maksudnya mudah-mudah setelah berumah tangga pengantin bisa

hidup makmur

2. uang recehan mengandung symbol kemakmuran maksudnya apabila kita mendapatkan kemakmuran kita harus

ikhlas berbagi dengan Fakir dan yatim

3. kembang gula, artinya mudah-mudah dalam melaksanakan rumah tangga mendapatkan manisnya hidup berumah

tangga.

4. kunyit, sebagai symbol kejayaan mudah-mudahan dalam hidup berumah tangga bisa meraih kejayaan.

Kemudian semua bahan dan kelengkapan itu dilemparkan, artinya kita harus bersifat dermawan. Syair-syair yang

dinyanyikan pada upacara adat nyawer adalah sebagai berikut :


KIDUNG SAWER

Pangapunten kasadaya

Kanu sami araya

Rehna bade nyawer heula

Ngedalkeun eusi werdaya

Dangukeun ieu piwulang

Tawis nu mikamelang

Teu pisan dek kumalancang

Megatan ngahalang-halang

Bisina tacan kaharti

Tengetkeun masing rastiti

Ucap lampah ati-ati

Kudu silih beuli ati

Lampah ulah pasalia

Singalap hayang waluya

Upama pakiya-kiya

Ahirna matak pasea

Meuleum Harupat ( Membakar Harupat )

Mempelai pria memegang batang harupat,pengantin wanita membakar dengan lilin sampai menyala. Harupat yang

sudah menyala kemudian di masukan ke dalam kendi yang di pegang mempelai wanita, diangkat kembali dan

dipatahkan lalu di buang jauh jauh. Melambangkan nasihat kepada kedua mempelai untuk senantiasa bersama dalam

memecahkan persoalan dalam rumah tangga. Fungsi istri dengan memegang kendi berisi air adalah untuk

mendinginkan setiap persoalan yang membuat pikiran dan hati suami tidak nyaman.

Buka pintu

Diawali mengetuk pintu tiga kali. Diadakan tanya jawab dengan pantun bersahutan dari dalam dan luar pintu rumah.

Setelah kalimat syahadat dibacakan, pintu dibuka. Pengantin masuk menuju pelaminan..Dialog pengantin perempuan

dengan pengantin laki-laki seperti berikut ini :

KENTAR BAYUBUD

Istri : Saha eta anu kumawani

Taya tata taya bemakrama

Ketrak- ketrok kana panto


Laki-laki : Geuning bet jadi kitu

Api-api kawas nu pangling

Apan ieu teh engkang

Hayang geura tepung

Tambah teu kuat ku era

Da diluar seueur tamu nu ningali

Istri : Euleuh karah panutan

Nincak Endog (Menginjak Telur)

Mempelai pria menginjak telur di baik papan dan elekan (Batang bambu muda), kemudian mempelai wanita mencuci

kaki mempelai pria dengan air di kendi, me ngelapnya sampai kering lalu kendi dipecahkan berdua. Melambangkan

pengabdian istri kepada suami yang dimulai dari hari itu.

Ngaleupas Japati ( Melepas Merpati )

Ibunda kedua mempelai berjalan keluar sambil masing masing membawa burung merpati yang kemudian dilepaskan

terbang di halaman. Melambang kan bahwa peran orang tua sudah berakhir hari itu karena kedua anak mereka telah

mandiri dan memiliki keluarga sendiri.

Huap Lingkung (Suapan)

1. Pasangan mempelai disuapi oleh kedua orang tua. Dimulai oleh para Ibunda yang dilanjutkan oleh kedua Ayahanda.

2. Kedua mempelai saling menyuapi, Tersedia 7 bulatan nasi punar ( Nasi ketan kuning ) diatas piring. Saling

menyuap melalui bahu masing masing kemudian satu bulatan di perebutkan keduanya untuk kemudian dibelah dua

dan disuapkan kepada pasangan .

Melambangkan suapan terakhir dari orang tua karena setelah berkeluarga, kedua anak mereka harus mencari sendiri

sumber kebutuhan hidup mereka dan juga menandakan bahwa kasih sayang kedua orang tua terhadap anak dan

menantu itu sama besarnya.

Pabetot Bakakak (Menarik Ayam Bakar)

Kedua mempelai duduk berhadapan sambil tangan kanan mereka memegang kedua paha ayam bakakak di atas meja,

kemudian pemandu acara memberi aba – aba , kedua mempelai serentak menarik bakakak ayam tersebut hinggak
terbelah. Yang mendapat bagian terbesar, harus membagi dengan pasangannya dengan cara digigit bersama.

Melambangkan bahwa berapapun rejeki yang didapat, harus dibagi berdua dan dinikmati bersama.

Numbas

Upacara numbas biasa dilaksanakan satu minggu setelah akad nikah. Upacara numbas mengandung maksud untuk

memberi tahu kepada keluarga dan tetangga bahwa pengantin perempuan “tidak mengecewakan” pengantin laki-laki.

Upacara numbas dilakukan dengan cara membagi-bagikan nasi kuning.

DIKUTIP DARI BEBERAPA SUMBER ARTIKEL SUNDA

Dalam sebuah pernikahan, dua keluarga akan menjadi satu keluarga besar, bisa jadi dua
keluarga tersebut berasal dari suku budaya yang sama ataupun berbeda. Biasanya, jika
kedua keluarga berasal dari suku budaya yang sama, maka adat istiadat akan sangat
diperkuat dan dilaksanakan berbagai upacara atau ritual.
Kali ini, tim Merityuk akan menjelaskan mengenai tata cara upacara adat dari sebelum
hingga hari pernikahan dari suku Jawa.

1. Nglamar

Pada ritual nglamar atau pinangan ini, calon pengantin pria dan keluarganya mendatangi
kediaman calon pengantin wanita untuk menanyakan kesediaan calon pengantin wanita
dan keluarganya untuk melangsungkan pernikahan. Selain itu, kedua keluarga bisa
mendiskusikan penanggalan acara-acara selanjutnya.

2. Seserahan

Pada ritual serah-serahan ini, calon pengantin pria dan keluarga mempersiapkan dan
mengantarkan beberapa barang ke calon pengantin wanita. Barang-barang ini bisa
meliputi cincin, kue khas daerah, dan sejumlah uang. Barang-barang ini disebut sebagai
peningset, atau pertanda ikatan tidak resmi dari calon pengantin pria kepada calon
pengantin wanita.

Dalam ritual seserahan ini juga dapat dilakukan ritual pasok tukon, yaitu penyerahan
barang-barang berupa pisang sanggan (raja tangkep), baju lengkap untuk calon pengantin
wanita, dan upakarti atau bantuan berupa bahan pokok (makanan atau uang) untuk resepsi
pernikahan.

image
Img Source: titiw.com

3. Pemasangan Tarub dan Bleketepe

Pemasangan tarub dan bleketepe ini dilaksanakan di rumah calon pengantin wanita.
Sebelum pemasangannya, keluarga membuat sesajen yang berupa tumpeng dan buah-
buahan, yang memiliki makna permohonan perlindungan dari Tuhan dan menolak godaan
setan selama upacara pernikahan.

Tarub berupa gapura yang terbuat dari anyaman daun kelapa yang diberi kerangka dari
bambu (bleketepe). Di kiri kanan gapura dipasang pohon pisang yang sedang berbuah
(tuwuhan). Gapura dan pohon pisang ini dipasang di pintu masuk rumah.

image
Img Source: pariwisata.jogjakota.go.id

4. Siraman
Upacara yang pertama dilaksanakan sehari sebelum hari pernikahan ini disebut siraman
karena kedua calon pengantin akan dimandikan/disucikan di kediaman masing-masing.
Kedua calon pasangan dimandikan 7 orang pinisepuh atau orang yang dituakan dalam
keluarga masing-masing, termasuk kedua orang tua dan dilanjutkan sesepuh lainnya.

Tempat siraman dapat dilakukan di kamar mandi atau halaman rumah. Perlu disiapkan
beberapa keperluan siraman, seperti gayung, tempat air, kembang setaman, handuk,
kendi.

Sebelum memulai acara siraman, orang tua mempelai wanita menuangkan 7 gayung air
ke dalam wadah yang sudah diisi kembang setaman. Air ini kemudian diantarkan oleh
panitia acara siraman ke kediaman calon mempelai pria yang juga sedang akan
melaksanakan prosesi siraman.

Dalam memulai upacara siraman, calon pengantin melakukan sungkem ke kedua orang
tua, dilanjutkan ke sepuh lainnya. Setelah itu, calon pengantin dimandikan oleh kedua
orang tua dan kemudian sesepuh lainnya. Terakhir, calon mempelai membasuh wajahnya
dengan air kendi yang dibawakan ibunya, dan kendi lalu dijatuhkan sampai pecah oleh
ibunya sambil berkata “Wis pecah pamore”, artinya calon mempelai sudah siap untuk
kawin.

image
Img Source: youtube.com

5. Paes/ Ngerik

Setelah siraman, upacara selanjutnya dilakukan di kamar calon mempelai wanita. Upacara
dilakukan oleh ibu calon mempelai wanita (pamaes), calon mempelai wanita, dan
beberapa ibu-ibu sepuh. Yang dimaksud dengan ngerik adalah mengerik (menghilangkan)
rambut-rambut halus di wajah calon mempelai wanita oleh pamaes.

6. Dodol Dawet

Acara selanjutnya adalah, ibu calon pengantin wanita berjualan dawet cendol di halaman
rumah dan dipayungi oleh suaminya. Keluarga yang hadir bertindak sebagai pembeli, dan
membayar dengan kreweng (pecahan genting).

7. Midodareni

Pada upacara midodareni, pertama-tama calon pengantin wanita dirias cantik di dalam
kamarnya. Di luar kamar, orang tua calon pengantin wanita menerima kedatangan orang
tua calon pengantin pria. Calon pengantin pria boleh datang dan mengintip calon
pengantin wanita yang sudah dirias. Kemudian, kedua pihak orang tua makan malam
bersama di dalam rumah, sedangkan calon pengantin pria menunggu di serambi atau
halaman rumah dan disuguhi air minum.

8. Akad Nikah

Setelah upacara-upacara tersebut, dilaksanakanlah acara yang tidak hanya budaya Jawa
laksanakan. Inilah inti dari acara pernikahan, dilaksanakan sesuai syariat agama kedua
mempelai.

9. Panggih/ Temu Penganten

Upacara ini dimulai dengan datangnya mempelai pria yang diantar saudara-saudaranya,
ke kediaman mempelai wanita. Mempelai pria dan rombongan berhenti di depan pintu
masuk rumah. Mempelai wanita pun menyambut di pintu rumah dengan ditemani
saudara-saudara dan kedua orang tuanya.

Pada sisi rombongan mempelai pria, ada 2 orang lelaki muda atau 2 orang ibu membawa
masing-masing serangkaian bunga yang disebut kembar mayang. Salah satunya
membawa sanggan atau buah pisang yang dibungkus daun pisang dan ditaruh di atas
nampan. Sanggan tersebut lalu diserahkan kepada ibu mempelai wanita.

Sedangkan kembar mayang dibawa keluar area rumah dan dibuang ke jalan di dekatnya,
dengan maksud agar upacara pernikahan selalu berjalan lancar tanpa gangguan.

image
img source: famdewangga.wordpress.com

10. Balangan Suruh/ Balangan Gantal

Pada titik panggih tadi (jaraknya kurang lebih lima langkah antara mempelai), kedua
mempelai saling melempari ikatan daun sirih yang diisi kapur sirih dan diikat benang.
Kedua mempelai saling melempar sambil tersenyum, mempelai pria mengarahkan
lemparannya ke arah dada mempelai wanita, dan mempelai wanita meleparnya ke arah
paha mempelai pria.

11. Ngidak Endhog dan Wiji Dadi

Pada ritual ini, mempelai pria menginjak satu butir telur ayam kampung dengan kaki
kanannya hingga pecah. Lalu, kaki tersebut dibasuh oleh mempelai wanita menggunakan
air kembang. Maknanya adalah, bahwa suami dapat memberikan benih keturunan yang
baik dan istri selalu setia mengabdi pada suaminya.
image
Img Source: bintang.com

12. Timbangan/ Bobot Timbang

Sebelum duduk di pelaminan, kedua mempelai duduk di samping kanan kiri bapak dari
mempelai wanita. Lalu, mempelai pria naik duduk ke kaki kanan bapak mertuanya, dan
mempelai wanita ke kaki kiri bapaknya. Setelah itu, ibu mempelai wanita bertanya “Abot
endi bapakne?” dan bapaknya menjawab “Podo, podo abote”. Maknanya, kedua
mempelai sama beratnya, akan memikul rasa dan suka duka bersama saat hidup bersama
nanti.

13. Kacar-Kucur/ Guno Koyo

Ritual selanjutnya melambangkan pemberian nafkah dari mempelai pria untuk pertama
kalinya. Nafkah ini dilambangkan dengan kacang tolo merah, kedelai hitam, beras putih,
beras kuning, dan kembang telon, seluruhnya ditaruh di dalam klasa bongko. Mempelai
pria menaruhnya di pangkuan sang istri, di pangkuan mempelai wanita sudah disiapkan
kain.

14. Dulangan

Ritual dulangan adalah kedua mempelai yang saling menyuapi makanan dan minuman.

15. Sungkeman

Sungkeman dilakukan kedua mempelai kepada orang tuanya dan kedua mertua masing-
masing, dengan memegang dan mencium lututnya. Makna sungkeman ini sebagai
penghormatan anak kepada orang tua.

image
Img Source: plagaran.blogspot.com

Itulah serangkaian ritual dan upacara adat pernikahan dari budaya Jawa. Meskipun
terlihat menyulitkan, tetapi kandungan budaya dan makna yang dalam tersimpan
dibaliknya.

Untuk memudahkan serangkaian acara tersebut, ada juga beberapa pasangan yang
menggunakan jasa wedding organizer.
Eka Apt
Selasa, 26 April 2011

BENTUK SEDIAAN KOSMETIKA


EMULSI

Emulsi merupakan campuran yang relatif stabil antara minyak lemak dan air yang dibuat dengan
mencampur minyak lemak dan air bersama-sama dengan emulsifying agent.
Pada prinsipnya emulsi merupakan sistem 2 fasa dimana satu cairan tersebar secara merata dalam
cairan yang lain dalam bentuk butiran halus.
Emulsi akan stabil dengan emulsifying agent, dimana mampu mencegah penggabungan antara butiran-
butiran halus menjadi butiran yang lebih besar yang akhirnya memisah.
Emulsifying berada dipermukaan antara butiran eksternal fase dengan internal fase yang melindungi
sekeliling partikel dari penggabungan.
Emulsifier juga menurunkan tegangan antar permukaan kedua fase sehingga terlihat emulsi dapat
bercampur.

Stabilitas emulsi
Apabila air dengan minyak dicampur kemudian digojog kuat maka akan terlihat butir-butir kedua
molekul akan tersebar, tetapi lambat laun butir-butir tersebut akan menjadi besar karena adanya
penggabungan antara molekul yang sama sehingga akhirnya terlihat 2 lapisan kembali, hal ini
disebabkan faktor mekanik dan termodinamik. Problem utama dalam pembuatan produk kosmetika
dalam bentuk emulsi yaitu bagaimana cara mencegah gaya termodinamika yang menjadi penyebab
ketidakstabilan / pemisahan dalam emulsi tersebut.
Beberapa metoda yang sering digunakan untuk mengatasinya :
 Meninggikan viskositas / kekentalan eksternal fase
 Memperkecil ukuran dengan bentuk yang sama pada internal fase
 Meninggikan luas permukaan antara kedua permukaan zat
 Memperkecil tegangan permukaan
Kestabilan emulsi bukan hanya dijaga dari segi fisika ataupun kimia tetapi juga dari segi
mikrobiologi.Semua produk emulsi membutuhkan antimikroba agent, sebab fase cair sangat mudah
untuk pertumbuhan mikroorganisme. Pengawet yang sering digunakan : methyl, ethyl, propil dan buthyl
– paraben, asam benzoat dan amonium quartener.

SURFACTAN DAN EMULSIFIER


Surfactan atau surface active agent merupakan komponen yang meredukasi kerja dari efek kontak
antara 2 permukaan dan tegangan antar permukaan.
Surfactan pada umumnya merupakan kombinasi antara hydrophilic dan lipofilic dalam satu molekul.
Emulsifier merupakan bagian dari klas surfactan yang berupa campuran molekul yang mempunyai sifat
hidrofilik dan lipofilik.
Beberapa contoh :
Sorbitan trioleat
Glycerol monostearat emulsifier
PEG 2000 monostearat
Polyoxyethylen monostearat
Fatty acid
Fatty alkohol
Lanolin cholesterol surfaktan
Minyak tumbuh-tumbuhan

Type emulsi
Emulsi minyak dalam air ( o/w : oil in water ) artinya fase minyak tersebar dalam air; minyak sebagai
internel fase dan air sebagai eksternal fase
Emulsi air dalam minyak ( w/o : water in oil ) artinya fase air tersebar dalam minyak, air sebagai
internal fase dan minyak sebagai eksternal fase

Formula dan preparat emulsi


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat formula dari kosmetik bentuk emulsi antara lain
:
Reaksi-reaksi antar unsur formula
Keasaman-kebasaan, unsur penggarama
pH (tinggi dan rendahnya)
Contoh : sabun cair yang dibuat dalam kondisi base, sedangkan surfaktan anionik stabil dalam
keadaan asam sehingga tidak dapat digunakan surfaktan tersebut.
Bebarapa formula seringkali menggunakan pelarut tertentu seperti : esential oils,
disamping penambahan parfum dan pengawet.
Beberapa contoh formula dengan Ingredient emulsi
Sediaan Type emulsi Ingredient Emulsifier

Cold cream o/w or w/o Malam, petrolatum,Mineral oil Sabun / non ionik

Hand o/w Asam stearat,Mineral oil Sabun / non ionik


cream

Lotion o/w Humektan Sabun / non ionik

Deodorant o/w Asam stearat Sabun / non ionik

CREAM DAN LOTION


Cream adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60 % air.
Lotion adalah sama dengan cream, tapi lebih encer.

Tipe cream :
Tipe air dalam minyak ( w/o )
Pembawa minyak ( External phase )
Tipe minyak dalam air ( o/w )
Pembawa air ( External phase )

Ada 3 (tiga) tipe bahan yang penting dalam formula emulsi kosmetika :
1. Air
2. Lemak/bahan yang tidak larut dalam air
Misal : bees wax (cera), spermaceti, hidrokarbon, lanolin ( 75 % adeps lanae + 25 % air), asam-asam
lemak, alkohol dengan BM tinggi, gliserida, isopropil miristat, dan lain lain
3. Surfaktan / pengemulsi
Misal :sabun, garam amonium kuartener, alkilsulfat, gliserin mono stearat, campuran polioksi etilen dan
sebagainya

Analisis Secara Umum


1. Berat bersih / netto
a. Berupa cream
Timbang wadahnya pada permulaan analisis, kemudian pindahkan sisa sampel (setelah analisis selesai)
dan timbang wadah kosong. Hitung perbedaan beratnya.
b. Berupa lotion
Beri tanda permukaan cairan pada bagian luar botol sebelum analisis dimulai. Setelah analisa selesai,
kosongkan botol kemudian diisi dengan air sampai dengan tanda. Catat volume air yang diperlukan
c. Berupa aerosol dalam wadah logam / metal
Timbang wadah yang berisi sampel kemudian dinginkan wadah tersebut dalam peti berisi dry ice (es
kering) selama 2 jam. Kemudian buka tutup dari wadah tersebut, setelah isi dipakai untuk analisa,
timbang wadah yang telah kosong

2. Pemberian/deskripsi produk yang meliputi : bentuk, warna, bau dari produk tersebut.
1. Analisa tipe emulsi, ada 2 (dua) cara :
a. Buat lapisan tipis dari produk pada objek glass, kemudian ditetesi dengan zat warna yang larut dalam
minyak seperti : Oil Soluble Dye ( D & C Red nol ) dan Water Soluble Dye ( D & C Blue nol )
b. Dengan mencampur minyak mineral ntuk menunjukkan emulsi w/o kemudian dicampur dengan air
untuk menunjukkan emulsi o/w
2. Cara menentukan pH emulsi
a. Untuk emulsi cream o/w
Campur 1 gr cream + 9 ml air dan tentukan pH-nya dengan pH meter memakai elektroda gelas
b. Untuk emulsi lotion o/w
Dapat ditentukan langsung pH-nya ( tanpa penambahan air )
c. Dapat dipakai kertas untuk tes pH / cara a atau b
d. Untuk emulsi w/o
Campur 1 gr dan 9 ml air, kocok kuat, tentukan pH dengan pH meter / kertas pH

AEROSOL

Aerosol merupakan suatu bentuk sediaan yang banyak digunakan dalam produk kosmetik seperti pda :
hair spray, deodoran/antiperspiran dan juga alat kesehatan rumah tangga seperti : insektisida, polishes
dan pengharum ruangan.
Suatu produk aerosol biasanya terbungkus dalam suatu kemasan yang terdiri dari :
 Tempat penampungan gas
 Valve (katub) penutup
 Knop dan penutupnya
 Kemasan / bungkus luar

Yang menjadi basis utama operasional aerosol adalah komponen gas yang dimampatkan sehingga
memberikan tekanan atau biasa disebut dengan fase cairan propelan yang terdapat dalam kontainer.
Beberapa hal yang penting dalam produk aerosol :
I. KONTAINER (WADAH)
Kontainer (wadah) untuk produk aerosol mempunyai kriteria :
 Cukup kuat
 Ringan/tipis
 Tidak mudah bocor
 Tidak mudah korosif

Kontainer dapat dibuat dari :


1. Lembaran timah hitam
Banyak kemasan produk aerosol yang menggunakan logam ini, karena logam ini baik secara internal
maupun eksternal tidak korosi dengan komponen sediaan. Tetapi bila tekanan terlalu tinggi akan
berpengaruh terhadap kekuatannya.
Kontainer / wadah biasanya terbuat dari logam, gelas atau plastik dan banyak yang menggunakan plat
timah hitam atau aluminium.
Valve (katub) didesign sedemikian rupa sehingga mudah untuk digunakan dengan hanya menekan knop
menggunakan jari.
Design knop biasanya disesuaikan dengan bentuk dan ukuran serta besarnya volume wadah dari produk
yang dibuat.
Fungsi knop adalah menekan valve sehingga produk yang bertekanan dalam wadah akan keluar melalui
lubang dalam tabung yang dihubungkan oleh suatu pipa lewat lubang pada knop akhirnya keluarlah
produk ke udara dalam bentuk kabut/busa/spray/aliran.

2. Aluminium
Logam ini biasanya digunakan bersama-sama dengan lembaran timah hitam, disamping tidak korosi
juga cukup kuat.

3. Gelas tanpa lapisan


Kontainer dari gelas bervariasi bentuk/designnya, hanya saja kontainer ini hanya tahan pada tekanan
yang rendah ( 15 – 20 psi ) bila digunakan.

4. Plastik berlapis kaca


Kontainer dengan bahan ini lebih tahan terhadap tekanan, tetapi katup/valve untuk kontainer ini sangan
mahal pada kondisi standart.
Keuntungannya, kontainer inert/tidak reaktif dan tidak menyebabkan korosif kerena tidak kontak
dengan logam pada produknya

5. Plastik
Kontainer dari plastik sekarang lebih banyak digunakan karena kontainer ini aman, murah dan bebas korosi.
Beberapa interaksi antara plastik dengan parfum seringkali menjadi hambatannya.
Plastik yang digunakan dari bahan : polyacetol dan polypropelen

II. VALVE (KATUB)


Katub merupakan bagian yang amat penting dalam produk aerosol. Katub ini akan
mengatur mekanisme jumlah produk yang akan dikeluarkan dari wadah (kontainer). Adanya tekanan
gas cair dalam wadah akan memberikan perbedaan tekanan antara dalam wadah dengan di atmosfir.
Ukuran bahan dasar, bentuk,kekuatan dari valve sangat menentukan kondisi dari produk aerosol.

III. PROPELAN
Propelan merupakan bahan esensial dalam produk aerosol, karena dengan propelan maka dapat dibuat
macam-macam produk aerosol tergantung kebutuhan. Propelan biasanya berupa gas yang
dimampatkansehingga berupacairan dengan tekanan tertentu yang terdiri dari 2 (dua) atau
lebih campuran.Macam-macam propelan :
 Gas – cair
Pada umumnya aerosol menggunakan propelan gas-cair yang mana akan berupa gas pada tekanan
atmosfir , pada temperatur kamar, tetapi berupa cairan pada kondisi tekanan tertentu.Beberapa
komponen yang mempunyai titik didih rendah pada tekanan tinggi bersifat mereduksi sehingga
dimungkinkan akan bereaksi dengan wadah (kontainer). Yang penting bahwa selama dalam
penyimpanan tekanan gas tidak berubah pada temperatur kamar. Tetapi pada temperatur yang cukup
tinggi, maka akan merubah tekanan dalam wadahmenjadi tinggi juga. Hal ini berbahaya karena dapat
meledak. Sehingga dalam penyimpana dihindarkan dari temperatur tinggi.
Beberapa gas yang sering digunakan :
1. Chloroflurocarbon  di dan trichlorofluoromethan
2. Hydrokarbon  propan, n butan, isobutan
3. Dimethyl ether2 (dua) atau lebih campuran.

 Kompres gas
Propelan jenis ini banyak digunakan sebelum gas cair digunakan. Gas yang banyak digunakan antara
lain :
NO, CO2 dan N2. Propelan ini banyak digunakan untuk produk pasta gigi, spray, parfum.

 Campuran gas dan solven


Campuran antara CO2 dan Chlorofluorocarbon secara proporsional akan memberi tekanan yang
cukup tinggi. Untuk itu kontainer yang digunakan harus cukup kuat. Misal : Aluminium. Produk
dengan propelan ini pengisiannya agak sukar karena diperlukan saturasi awal dari gas CO2
dengansolvennya.

TIPE PRODUK AEROSOL


Ada 2 (dua) tipe produk aerosol :
1. Sistem 2 fase yaitu produk aerosol yang terdiri dari gas (vapour) phase di bagian atas dan liquid phase
(produk dan pelarut) di bagian bawah. Adanya gas fase gas menyebabkan fase liquid akan terdorong
keluar lewat pipa bila valve (katub) ditekan. Contoh produk dengan tipe ini : hair sprays, deodorant dan
cologne, air freshener juga insektisidda.
2. Sistem 3 fase yaitu produk aerosol yang terdiri dari :
 Propelan vapor fase
 Produk fase
 Liquid propelan fase
Masing-masing fase dalam kondisi homogen dengan basisi benruk emulsi. Jumlah propelan yang
digunakan biasanya kecil. Penggunaan sistem ini misalnya pada produk : Antiperspiran, foam (shaving
cream, shampo)

KOROSI DALAM PRODUK AEROSOL


Wadah / kontainer aerosol seperti logam tidak dapat terhindar dari korosi dan kerusakan. Dari hasil
penelitian penyebab korosi pada wadah produk aerosol dapat menjadi :
1. berubahnya kestabilan propelan
2. reaksi wadah dengan produk
3. interaksi elektrolitik dari logam-logam

Pengaruh propelan pada korosi :


Beberapa Chlorofluorocarbon meskipun stabil tetapi kadang-kadang menunjukkan variasi yang tidak
stabil bila kontak dengan alkohol dan material wadah seperti Aluminium, karena terbentuknya radikal
bebas dan bereaksi dengan logam

Pengaruh produk pada korosi :


Korosi sebagai hasil reaksi kimia langsung produk dengan wadah seperti Aluminium. Hal ini mungkin
disebabkan hasil kontak dengan basa/asam yang cukup tinggi konsentrasinya atau karena adanya
tekanan dan alkohol murni dengan asam lemak yang juga labil untuk beraksi dengan Aluminium.

Mencegah dan menghambat korosi :


Untuk mencegah korosi hendaknya diperhatikan pada formulasi dari produk. Apabila beberapa
Chlorofluorocarbon dengan alkohol dapat menimbulan korosi atau mungkin adanya formulasi dengan
bahn air, oksigen dan lain-lain. Maka formulasi dapat dirubah dengan mengurangi atau mengganti
dengan bahan lain yang inert atau netral. Mencegah atau menghambat korosi memang sukar dilakukan
tetapi beberapa cara dapat mengurangi korosi antara lain dengan menambahkan Na silikat netral atau
ethanolamin phosphat. Hal yang penting mencegah korosi yaitu mencegah kontak langsung
propelan/produk dengan wadah (logam). Hal ini dapat dilakukan dengan melapisi begian dalam wadah
disamping untuk mencegah perforasi dinding wadah. Kombinasi senyawa fenol dan epoxy resin
merupakan pelapis/pelindung yang baik terhadap kontainer (wadah).

GEL DAN JELI

Gel : adalah sediaan dasar berupa lembekan sistem dispersi yang terdiri dari partikel organik,
submikroskopik atau organik makromolekul yang tersuspensi atau terbungkus dalam cairan yang
bercorak dari transparan atau translusen hingga buram.

Sistem dispersi gel merupakan sistem koloid. Gel bercorak transparan atau translusen disebut Jeli. Gel
biasanya digunakan untuk pembuatan sediaan kosmetika dalam tata rias rambut, dasar rias wajah dan
perawatan kulit. Konsistensi gel dan jeli dapat menunjukkan sifat tiksotropi yaitu massa gel menjadi
kental pada waktu didiamkan dan menjadi cair kembali setelah dikocok dan tidak segera mengental
sewaktu didiamkan. Sifat konsistensi ini penting untuk sediaan kosmetika karena dengan demikian gel
atau jeli akan mudah merata jika dioleskan pada rambut atau kulit.

Karena bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan gel dan jeli merupakan medium yang baik bagi
pertumbuhan jasad renik, maka perlu ditambah zat pengawet.
Jeli dengan viskositas rendah digunakan untuk deodoran yang diisikan dalam wadah roll-on atau roller
ball. Jeli dengan viskositas tinggi berupa kentalan digunakan untuk sediaan penata dan pembantu
perawatan rambut. Gel dengan bahan dasar anorganik banyak digunakan untuk masker wajah.

Untuk pembuatan gel dan jeli diperlukan antara lain:


 Bahan dasar (zat gel) misalnya minyak  juga untuk pelicin dan pelarut
 Bahan tambahan (pengawet dan parfum)
 Bahan lain misal antioksidan
Contoh

Formula I :
R/ Sorbitan monolaurat 12
Destilat eter minyak 45
Parafin cair (viskositas rendah) 5
Manitol monolaurat 19
Air 19

Formula II :
R/ Eter oleil polioksietilen 15,5
Polioksietilen gliserida lemak 15,5
Parafin cair (viskositas rendah) 13,7
Propilenglikol 8,6
Larutan sorbitol 6,9
Parfum q.s
Air ad 100

Formula III :
R/ Karboksi vinil polimer (tipe 940) 20
Tragakan 5
Air 563
Trietanolamin 12
Gliserin 400
Metil paraben 0,15 %
Parfum (larut dalam air) 1,0 %

Molaritas suatu larutan menyatakan jumlah mol suatu zat per liter larutan.
Misalnya 1.0 liter larutan mengandung 0.5 mol senyawa X, maka larutan ini
disebut larutan 0.5 molar (0.5 M). Umumnya konsentrasi larutan berair encer
dinyatakan dalam satuan molar.

Anda mungkin juga menyukai